KEPERAWATAN JIWA II
DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KASUS PEMERKOSAAN” dan semoga tugas ini dapat bermanfaat dengan baik
meskipun banyak kekeurangan didalamnya.
Kami sangat berharap hasil laporan ini dapat berguna dalam memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan jiwa II. Kami juga menyadari bahwa didalam hasil laporan ini masih terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik, saran
dan usulan yang membangun demi perbaikan hasil laporan yang telah kami buat dimasa
mendatang.
Semoga hasil laporan ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan
proses pembelajaran keperawatan jiwa II.
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................5
A. Pengertian...........................................................................................................................5
B. Gangguan stres pasca trauma..............................................................................................6
C. Tanda dan Gejala................................................................................................................6
D. Batasan Karakteristik..........................................................................................................7
E. Permasalahan permasalahan yang berkaitan dengan korban pemerkosaan.........................8
F. Kemungkinaan perilaku anak anak dan remaja yang emngalami trauam :..........................9
G. Pengobatan........................................................................................................................12
H. Beban psiklogis dan Kesehatan korban pemerkosaan.......................................................13
I. Asuhan Keperawatan........................................................................................................14
J. Rencana Keperawatan.......................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................................18
KESIMPULAN...........................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, semakin banyak akasus pelecehan seksual dan perkosaan yang
menimpa anak anak dan remaja. Kasus pelecehan seksual dan perkosaan sebgian besar
enimpa anak anak dan remaja putri. Kausus pelecehan seksual dan perkosaan dimulai
dari anak anak yang masih dibawah umur (Anonim, 2006). Pelecehan seks disekolah,
bahkan kepala sekolah yang searusnya memberi contoh pada murid muridnya melkuakan
pelecejan seksual kepada siswi siswi nya (Anonomi, 2007).
Pelecehan seksual pada dasarnya adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki
muatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan
tidak diharapkan oleh orng yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibta negatif,
seperti : rasa malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan
kesucian, dan sebgainya, pada diri orang yang menjdi korban (Supardi, S & Sadarjeon,
2006).
Walaupun sebagian besar korban pelecehan seksual dan perkosaan adalah wanita,
akan tetapi dalam beberapa kasus, laki laki juga dapat menjadi korban pelecehan seksual
yang umumnya dilakukan oleh laki laki juga. Pada sebagian besar kasus, perkosaan
dilakukan oleh orang yang sudah sangat kenal dengan korban, misalnya teman dekat,
kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan
sebgainya. Sedangkan sebagian kasus lainnya, perkosaan dilakukan oleh orang orang
yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang bauk baik yang menawarkan
bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu tempat.
Menurut sadarjoen dalam tulisannya yang dimuat dalam sebuah situs internet,
pelecehan sksual yang terjadi paa anak, memang tidak sesederhana dampak pskologinya.
Anak akan diliputi perasaan dendam, marah, penuh kebencian yang tadinya ditujukan
kepada orang yang melecehkannya dan kemudian menyebar kepada obyek obyek atau
orang lain (Supardi, S & Sadarjeon, 2006).
Pelecehan seksual dan perkosaan dapat menimbulkan efek trauma yang
mendalam pada para korbannya. Korban pelecehan seksual dan perkosaan juga dapat
mengalami gangguan stress akibat pengalaman traumatis yang telah dialaminya.
Gangguan stress yang dialami korban pelecehan seksual dan perkosaan seringkali disebut
gangguan stres pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaarn umum serta memahami tentang korban pemerkosaan
b. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan pengkajian terhadap klien korban pemerkosaan kemudian di
analisa serta ditentukan diagnosa keoerawatn
- Mampu menyusun rencana tindakan keperawatn
- Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Perkosaan (rape) merupakan bagian dari tindakan kekerasan (voilence),
sedangkan kekerasan dapat berupa kekerasan secara fisik, mental, emosional dan hal
hal yang sanagat menakukan pada korban. Perkosaan adalah suatu penetasi
penembusan penis ke vagina perempuan yang tidak dikehendaki tanpa persetujuan
dan tindakan itu diikuti dengan pemaksaan hak fisik maupun mental.
Pengertian pemerkosaan berdaasarkan pasal 381 RUU KUHP :
1. Seorang laki laki dengan perempuan bersetubuh, bertentangan dengan
kehendaknya, tanpa persetubuhan atau dengan persetubuhan yang dicapai
melalui ancaman atau percaya ia suaminya atau wanita dibawah 14 tahun
dianggap perkosaan.
2. Dalam keadaan ayat (1), memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus atau mulut
perempuan, benda bukan bagian tubuhnya ke dalam vagina atau anus perempuan.
Kalimat korban perkosaan menurut arti leksikal dan gramatikal adalah suatu
kejadian, perbuatan jahat. Perkosaan adalah menundukkan dengan kekerasan,
memekasa dengan keerasan, mengagahi, merogot (mendikbud, 2010).
Usia Akibat yang normal Reaksi ketika sedang Saat perlu ditangani
Korban stress oleh tenaga profesional
1-5 tahun Menghisap jempol, Menangis tidak Keinginan menyendiri
mengompol, kurang terkontrol berlebihan
dapt mengontrol diri.
Tidak menegnal Gemetaran karena Tidaka da respon
waktu, ingin ketakutan, tidak bisa terhadap perhatian
menunjukkan bergerak khusus
kemandirian
Takut gelap atau Belarian ketakutan
bintang, sehngga tanpa arah
merasa terteror
dimalam hari
Tidak mau lepas dari Terlalu ketakutan
pegangan orang tua dan tidak mau
ditinggal sendirian
Rasa ingin tahu Perilaku agresif
ekploratif (kembali menghisap
jari atau mengompol
lagi)
Tidak dapat enahn Amat sensitif dengan
kencing maupun buang suara dan cuaca
air besar
Kesulitan bicara Bingung, panik
Perubahan selera Sulit makan
makan
5-11 tahun Rasa gelisah, Perilaku regresof
ketakutan yang jelas terlihat
(menjadi lebih
kekanak kanakan)
Mengeluh Gangguan tidur
Senang menempel Keatakuatan akan
kepada orangtua atau cuaca
yang dinggap dekat
Pertanyaan yang Pusing, mual, timbul
agresif masalah penglihatan
dan pendengaran
G. Pengobatan
Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakuakn korban pemerkosaan, yaitu
dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterpi.
1. Farma koterapi
Mulai terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yag sudah
dikeanl. Terapieenagan anti depresiva pada gangguan stress pasca traumatik
inimasih kontroversial.
2. Psikoterapi
Anxiety management
Pada terapi ini akan mengajarkan bebrapa keterampilan untukemmebantu
mengatasi gejalamkorban pemerkosaan dengan lebih baik.
Relaxation training
Belajar untuk mengontrol ketakuatan dan kecemasan secara
sistematis dan merelksasikan kelompok otot otto utama
Beathing training
Belajar bernfas dengan perut secara perlahan lahan, santai dang
enghindari nafas yang tergesa gesa yang menimbulkan rasa tidak
nyaman.
Positive thinking dan self talk
Belajar menghilangkan pikiran negatfi dan mengganti dengan pikirn
positif ketika mengahdapi hal hal yang membuat stress
Assertiveness training
Belajar bagaiman mengekspresikan harapan, opini dan emosi tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain.
Thought stopping
Belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang
emmeikirkan hal hal yang membuat kita stress (Anonim, 2005)
Cognitive terapy
Membantu mengubah kepercayaan yang tidak rsionalyang
mengganggu emosi
Exposure therapy
Membantu menghadapai situsai yang khusu, yang mengingatkan pda
trauma
Exposure in the imagination
Membnatu untuk menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi
ingin dihindari karena menyebabkan ketakutan
Pla therapy
Untuk menerapi anak naak dengan trauma.
Suport group therapy
Terapi bicara
H. Beban psiklogis dan Kesehatan korban pemerkosaan
1. Beban psikologis
Tindak pemerkosaan pasti mendatangkan trauma bagi yan mengalaminya dan
dapat mengalami bebrapa perubahan psikologis. Berikut ini adaah beberapa
perubahan psikologis yang umumnya dialami korban :
a. Menyalahkan diri sendir
isikap ini adalah kondisi yang paling umum di alaami korban pemerkosaan.
b. Bunuh diri
Tindakan ini dipicu oleh rasa malau dan merasa tidak berhrga.
c. Kriminalisasi korban pemerkosaan
Kebanyakan korban pemerkosaan tidak dapat dengan mudah diyakinkan
bhwa ini bukanlah salah merelka. Rasa malu ini kemudian berhubungan erat
dengan gangguan lain, seperti pola makan, depresi, kecemasan,
mengonsumsi minuman keras dan obat obatan terlarang, serta gangguan
mental.
2. Efek terhadap fisik korban
Selain luka psikologis, korban pmerkosaan juga mnegalami perubahan ola makan
atau gangguan pola makan. Tubuh mera bisa terlihat tidk teraat, berat badan
truurn dan luk apda tubuh seperti memar atau cedera pada vagina.
Berikut bberapa kondisi yang umum terjadi pada korban pemerkosaan :
a. Penyakit menular seksual
Penetrasi vagina yang dipaksakan emmebuatterjadinya luka yang embuat
virus dapat masuk melalui mukosa vagina.. kondisi ini lebih rawawan terjadi
pada anak dan remaja yang lapisan muosa vaginanya belum terbentuk engan
kuat.
b. Penyakit lain
Peradanagan pada vagina aau vaginitis
Infeksi atau pendarahan pada vagina taau anus
Gangguan hasrat seksual hipoaktif
Nyeri saaat berhubungan seksual (dispareunia)
Infeksi kantong kemih
Nyeri panggul kronis
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Masalah tidur (misaanya tidak daapat tidur atau tidur berlebihan, mimpi
buruk)
b. Integritas ego
Pencapaian diri negatif
Harga diri rendah
Perasaan bersalah, marah, takut dan malu
Penghindaraan tau takut pada orang
Melaporkan faktor stress
c. Eliminasi
Euneresisi, enkopresis
Infeksi saluran kemih yang beruang
Perubahan tonus sfingter
d. Makan dan minum
Sering muntah
Anoreksia
Makan berlebihan
Perubahan berat badan
e. Higine
Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca
Mandi berlebihan/anisetas
f. Neurosensori
Perilaku ekstrem (tingkah lakua gresfi)
Status mentol
Perubha alam perasaan, kepribadian ganda
Kecemburuan patologis
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Bergantung pada cedra/bentuk penganiayaan seksual
Berbagi keluahan somatik
h. Keamanan
Memar, tanda bekas gigitan
Cedera berulangperilaku mencederai dir sendiri
Kurangnya pengawasan sesuai uisa
i. Seksualitas
Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual meliputi masturbasi kompilsif,
permaianna seks dewasa sebelum aktunya
Perdarahan vagina, laserasi himen linier bagian mukosa berlendir
Adanya pms, vaginitis
j. Interaksi sosial
Menarik didiri dari rumah, pola interaksi dengan kelarga secara verbal
kurang responsif, peningkatan [erinta langsung dan pernyataan kritik,
penurunan penghargaan atau pegakuan verbal dan merasa rendah diri.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Harga Diri Rendah Situasional
2. Isolasi Sosial
K. Rencana Keperawatan
Dx. Keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Implementasi
Harga diri rendah Setelah dilakuakan Promosi harga diri Observasi
situasional intervensi keperawatan Tindakan Mengidentifikasi budaya,
berhubungan selaama 2 x 24 jam, Observasi agama, ras, jenis kelamin,
dengan maka diharapkan Harga Identifikasi budaya, dan usia terhadap harga diri
perubahan pada Dirir Meningkat dengan agama, ras, jenis Memonitor verbalisasi yang
citra tubuh kriteria hasil : kelamin, dan usia merendahkan diri sndiri
ditandai dengan Penilaian diri terhadap harga diri Memonitor tingkat harga
menilai diri positif Monitor verbalisasi diri setiap waktu, sesuai
negatif dan meningkat yang merendahkan diri kebutuhan
merasa malu atau Perasaan sndiri Terapeutik
bersalah emmieliki Monitor tingkat harga Memotivasi terlibat dalam
kelebihan atau diri setiap waktu, verbalisasi positif untuk diri
kemampuan sesuai kebutuhan sendiri
positif Terapeutik Memotivasi menerima
meningkat Motivasi terlibat dalam tantangan atau hal baru
Penerimaan verbalisasi positif Mendiskusikan pernyataan
penilaian positif untuk diri sendiri tentang harga diri
terhadap diri Motivasi menerima Mendiskusikan
sendiri tantangan atau hal baru kepercayaan terhadap
meningkat Diskusikan pernyataan penilaian diri
Berjalan tentang harga diri Mendiskusikan pengalaman
menampakkan Diskusikan yang meningkatkan harga
wajah kepercayaan terhadap diri
meningkat penilaian diri Mendiskusikan persepsi
Konsentrasi Diskusikan negatif diri
meningkat pengalaman yang Mendiskusikan alsan
Tidur meningkatkan harga mengkritik diri atau rasa
meningkat diri bersala
Gairah aktivitas Diskusikan persepsi Mendiskusikan penetapan
meningkat negatif diri tujuan realistis untuk
Percaya diri Diskusikan alsan mnecapai harga diri yang
berbicara mengkritik diri atau lebih tinggi
meningkat
Perasaan malu rasa bersala Mendiskusikan bersama
menurun Diskusikan penetapan keluarga untuk menetapkan
Perasaan tujuan realistis untuk harapan dan batsan yang
bersalah mnecapai harga diri jelas
menurun yang lebih tinggi Memberikan umpan balik
Perasaan tidak Diskusikan bersama positif atas peningkatan
mampu keluarga untuk mencapai tujuan
melakukan menetapkan harapan Memfasilitas lingkungan
apapun dan batsan yang jelas dan aktivitas yang
menurun Berikan umpan balik meningkatkan harga diri
Meremehkan positif atas peningkatan Edukasi
kemampuan mencapai tujuan menjelaskan kepada
menurun Fasilitas lingkungan keluarga pentingnya
dan aktivitas yang dukungan dalam
meningkatkan harga perkembangan konsep
diri positif diri pasien
Edukasi Menganjurkan
Jelaskan kepada mengidentifikasi kekuatan
keluarga pentingnya yang dimiliki
dukungan dalam Menganjurkan
perkembangan konsep memepertahankan kontak
positif diri pasien mata saat berkomunkasi
Anjurkan dengan orang lain
mengidentifikasi Menganjurkn membuka diri
kekuatan yang dimiliki terhadap kritik negatif
Anjurkan menganjurkan
memepertahankan mengevaluasi perilaku
kontak mata saat Mengajarkan cara
berkomunkasi dengan mengatasi bullying
orang lain Melatih peningkatan
Anjurkn membuka diri tanggung jawab untuk diri
terhadap kritik negatif snediri
Anjurkan mengevaluasi Melatih
perilaku
Ajarkan cara mengatasi pernyataan/kemampuan
bullying positif diri
Latih peningkatan Melatih cara berfikir dan
tanggung jawab untuk berperilaku positif
diri snediri Melatih meningkatkan
Latih kepercayaan pada
pernyataan/kemampuan kemampuan dalam
positif diri menanagani situasi
Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menanagani situasi
Ketika seseorang mengalami kekerasan atau pelecehan secara seksual baik itu secara
fisik mapun psikologis, maka kejadian tersebut dapat menimbulkan suatu trauma
yang sanagat mendalam dalam diri seseorang tersebut, terutama pada anak anak dan
remaja.dan kejadian traumatis tersebut dapat memgakibatkan gangguan secara
emntal, yaitu post traumatic stress disorder (PTSD). Tingkatan gangguan stress
pasca traumati berbeda beda tergantung pada seberapa parah kejadian tersebut
mempengaruhi kondisi psikologis dan korban.
Untuk menyembuhkan gangguan stress pasca trauma pada korban kekerasan atau
pelecehan seksual diperlukan bantuan baik secra emdis maupun psikologis, agar
korban tidak merasa tertekan lagi dan bisa hidup secara normal kembali seperti
sebelum kejadian trauma. Dan pendampingan itu sendiri juga harus dengan metode
metode yang benar sehingga dalam menjalani penyembuhan atau terapi tidak
mengalami tekanan tekanan baru yang diakibatkan dari proses pendampingan itu
snediri.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, H. (2019). Analisis Faktor Perilaku Beresiko Penularan Hiv/Aids Pada Penderita
Ibu Rumah Tangga (Irt) Di Tembilahan Tahun 2019. Kesehatan Husada Gemilang,
2(2), 9–16.
Budiani, N. N., Surati, G. A., Somoyani, N. K., Lindayani, I. K., & Dewi, I. G. A. A. N.
(n.d.). Meningkatkan Pengetahuan Remaja dengan Penyuluhan dan Bimbingan
Tentang Cara Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi pada Siswa SMP Swasta Di
Kecamatan Mengwi. 200–207.
Kemenkes. (2018). General situation of HIV/AIDS and HIV test (p. 12).
Liana, L. T. W. (2019). Pengaruh Seks Bebas Pada Remaja Terhadap Meningkatnya
Resiko Terjadinya HIV / AIDS.
Rahayu, I. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang HIV / AIDS. Jurnal
Endurance, 2(2), 145–150.
Riza, S. M. (2019). Journal Nursing Army. 1(1), 1–10.