Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KASUS PEMERKOSAAN

KEPERAWATAN JIWA II

DISUSUN OLEH :

1. ANTI NOPIANTI PUZIASIH (1018031014)


2. AHMAD HARUN NUR (1018031005)
3. GINA CAROLINE APRILIANI (1018031051)
4. MARISKA DEWI AFIYANTI(1018031070)
5. NURUL ARIFIN (1018031089)
6. RIMA MELINDA PUTRI (1018031098)
7. SITI MUSAYAROH (1018031113)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG BANTEN
NOVEMBER 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KASUS PEMERKOSAAN” dan semoga tugas ini dapat bermanfaat dengan baik
meskipun banyak kekeurangan didalamnya.

Kami sangat berharap hasil laporan ini dapat berguna dalam memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan jiwa II. Kami juga menyadari bahwa didalam hasil laporan ini masih terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik, saran
dan usulan yang membangun demi perbaikan hasil laporan yang telah kami buat dimasa
mendatang.

Semoga hasil laporan ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan
proses pembelajaran keperawatan jiwa II.

Serang, 13 November 2020

Kelompok II

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................5
A. Pengertian...........................................................................................................................5
B. Gangguan stres pasca trauma..............................................................................................6
C. Tanda dan Gejala................................................................................................................6
D. Batasan Karakteristik..........................................................................................................7
E. Permasalahan permasalahan yang berkaitan dengan korban pemerkosaan.........................8
F. Kemungkinaan perilaku anak anak dan remaja yang emngalami trauam :..........................9
G. Pengobatan........................................................................................................................12
H. Beban psiklogis dan Kesehatan korban pemerkosaan.......................................................13
I. Asuhan Keperawatan........................................................................................................14
J. Rencana Keperawatan.......................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................................18
KESIMPULAN...........................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, semakin banyak akasus pelecehan seksual dan perkosaan yang
menimpa anak anak dan remaja. Kasus pelecehan seksual dan perkosaan sebgian besar
enimpa anak anak dan remaja putri. Kausus pelecehan seksual dan perkosaan dimulai
dari anak anak yang masih dibawah umur (Anonim, 2006). Pelecehan seks disekolah,
bahkan kepala sekolah yang searusnya memberi contoh pada murid muridnya melkuakan
pelecejan seksual kepada siswi siswi nya (Anonomi, 2007).
Pelecehan seksual pada dasarnya adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki
muatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan
tidak diharapkan oleh orng yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibta negatif,
seperti : rasa malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan
kesucian, dan sebgainya, pada diri orang yang menjdi korban (Supardi, S & Sadarjeon,
2006).
Walaupun sebagian besar korban pelecehan seksual dan perkosaan adalah wanita,
akan tetapi dalam beberapa kasus, laki laki juga dapat menjadi korban pelecehan seksual
yang umumnya dilakukan oleh laki laki juga. Pada sebagian besar kasus, perkosaan
dilakukan oleh orang yang sudah sangat kenal dengan korban, misalnya teman dekat,
kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan
sebgainya. Sedangkan sebagian kasus lainnya, perkosaan dilakukan oleh orang orang
yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang bauk baik yang menawarkan
bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu tempat.
Menurut sadarjoen dalam tulisannya yang dimuat dalam sebuah situs internet,
pelecehan sksual yang terjadi paa anak, memang tidak sesederhana dampak pskologinya.
Anak akan diliputi perasaan dendam, marah, penuh kebencian yang tadinya ditujukan
kepada orang yang melecehkannya dan kemudian menyebar kepada obyek obyek atau
orang lain (Supardi, S & Sadarjeon, 2006).
Pelecehan seksual dan perkosaan dapat menimbulkan efek trauma yang
mendalam pada para korbannya. Korban pelecehan seksual dan perkosaan juga dapat
mengalami gangguan stress akibat pengalaman traumatis yang telah dialaminya.
Gangguan stress yang dialami korban pelecehan seksual dan perkosaan seringkali disebut
gangguan stres pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaarn umum serta memahami tentang korban pemerkosaan
b. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan pengkajian terhadap klien korban pemerkosaan kemudian di
analisa serta ditentukan diagnosa keoerawatn
- Mampu menyusun rencana tindakan keperawatn
- Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Perkosaan (rape) merupakan bagian dari tindakan kekerasan (voilence),
sedangkan kekerasan dapat berupa kekerasan secara fisik, mental, emosional dan hal
hal yang sanagat menakukan pada korban. Perkosaan adalah suatu penetasi
penembusan penis ke vagina perempuan yang tidak dikehendaki tanpa persetujuan
dan tindakan itu diikuti dengan pemaksaan hak fisik maupun mental.
Pengertian pemerkosaan berdaasarkan pasal 381 RUU KUHP :
1. Seorang laki laki dengan perempuan bersetubuh, bertentangan dengan
kehendaknya, tanpa persetubuhan atau dengan persetubuhan yang dicapai
melalui ancaman atau percaya ia suaminya atau wanita dibawah 14 tahun
dianggap perkosaan.
2. Dalam keadaan ayat (1), memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus atau mulut
perempuan, benda bukan bagian tubuhnya ke dalam vagina atau anus perempuan.
Kalimat korban perkosaan menurut arti leksikal dan gramatikal adalah suatu
kejadian, perbuatan jahat. Perkosaan adalah menundukkan dengan kekerasan,
memekasa dengan keerasan, mengagahi, merogot (mendikbud, 2010).

B. Gangguan stres pasca trauma


Seorang psikiater dijaaarta menyatakan trauma berarti cedera, kerusakan
jaringan, luka atau shock. Sementara trauma psikis, dalam psikologi diartikan sebagai
kecemasan hebatt dan mendadak akibat suatu peristiwa dilingkungan seseorang yang
melampaui batas kemampuannya untuk bertahan, mengatasi atau menghindar (Roan,
W, 2003). Gangguan stress pasca trauma merupakan suatu sindrom kecemasan,
labilitas autonomic, ketidakrentanan emosional, dan kilas balik dari pengalaman yang
amat pedih itu setelah stress fisik maupun emosi yang melampaui batas ketahanan
orang biasa (kapla, 1997). Menurut national institute of mental health definisi ptsd
adalah gangguan berupa kecemasan yang bisa timbul setelah seseorang mengalami
suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa atau fisisknya. Peristiwa yang
menimbulkan trauma ini bisa berupa serangan kekerasan, becana alam yang menimpa
manusia, kecelakaan atau perang (Anonim, 2005).
C. Tanda dan Gejala
1. Terdapat stressor yang berat dan jelas (kekerasan, perkosaan) yang akan
menimbulkan gejala penderitaan yang berarti bagi hapir semua orng.
2. Pengahayatan berulang ulang dari trauma itu yang dibuktiakn oleh terdapatnya
paling sedikit satu dari hal berikut :
a. Ingatan berulang dan emnonol tentang peristiwa itu.
b. Mimpi mimpi beru;ang dari peristiwa itu
c. Timbulmya secara tiba tiba perilaku atau perasaan seolah olah peristiwa
traumatik itu sedang timbulkembali, karena berkaitan dengan suatu gagasan
atau stimulus / rangsangan lingkungan.
3. Penumpulan respons terhadap atau berkuarangnya hubungan dengan dunia luar
(psyhic numbing atau anestesia emotional). Yang dimulai beberapa waktu sesudh
trauma, dan dinyatakan paling sedikit satu dari hal berikut :
a. Berkurangnya secara jelas minat terhadap satu atau lebih aktivitas yang
cukup berarti.
b. Perasaan terlepas atau terasing dari orang lain.
c. Afek (alam perasaan) yang menyempit (constricted affect) atau afek defresif
(murung, sedih, putus asa).
4. Paling sedikit ada dua darigejaja gejala berikut ini yang tidak ada sebelum trauma
terjadi, yaitu :
a. Kewaspadaan atau reaksi terkejut yang berlebihan
b. Gangguan tidur (disertai mimpi mimpi yang menggelishkan).
c. Perasaan bersalah karena lolos dari bahaya maut, sedangkan orang lain tidak.
Atau merasa bersalah tentang perbuatan yang dilakuaknnya agar tetap hidup.
d. Hendaya (imparment) daya ingat atau kesuakran konsentrasi..
e. Penghindaran diri dari aktivitas yang membangkitkan ingatan tentang
peristiwaa traumatik itu.
f. Peningkatan gejala gejala apabila diadapkan pada peristiwa yang
menyimbolkan atau menyerupai peristiwa traumatik itu.
D. Batasan Karakteristik
1. Fase akut
a. Respons somatic
 Peka rangsang gastrointestinal (mual, muntah anoreksia).
 Ketidaknyamanaan genitourinarius (nyeri, pruitus)
 Ketegangan otot otto rangka (spame, nyeri)
b. Respons psikologis
 Menyangkal
 Syok emosional
 Marah
 Takut akan menaglaami kesepian, atau pemerkosa akan kemabli
 Rasa bersalah
 Panik melihat pemerkosa atau adegan penyerangan
c. Respons seksual
 Tidak percaya pada laki laki
 Perubahan dalam perilaku seksual
2. Fase jangka panjang
Setiap respons pada fase akut dapat berlanjut jika tidak pernah terjadi resolusi
a. Respons psikologis
 Fobia
 Mimpi buruk atau gangguan tidur
 Ansietas
 Depresi

E. Permasalahan permasalahan yang berkaitan dengan korban pemerkosaan


 Panic attack (serangan panik)
Anak/ remaja yang memepunayi pengalaman trauma dapat mengalami
serangan panik ketika dihadapkan/menghadapi sesuatuyang mengingatkan
mereka pada trauma. Serangan panik meliputi perasaan yang kuat atas
ketakutan atau perasaan tidak nyaman yang mneyetai gejala fisik maupun
psikologis. Gejala fisik meliputi jantung berdebar debar, berkeringat,
gemetar, sesak nafas, sakit dada, sakit perut, pusing merasa kedinginan,
badan panas, mati rasa.
 Perilaku mengindar
Menghindari hak hal yang dapat emngingatkan penderita pada kejadian
traumatis. Kadag kadang penderita mengaitkan semua kejadian dalam
seluruh kehidupannya setiap hari degan kejadian trauma, padahal ondisi
keidupan sekarang jauh dari kondisi trauma yang pernah dialaminya. Hal ini
seringkali menjadi lebih parah sehingga penderita menajdi takut untuk keluar
rumah dan harus ditemani oleh orang lain jika harus kelauar rumah.
 Depresi
 Banyak orang menajdi depresi stelah menagalami pengalaman trauma dan
emjadi tida tertarik dengan hal hal ang disenaginya sebelum peristiwaa
trauma. Mereka mengembangkan perasaan perasaan yang tidakbenar,
perasaan bersalah, menyalahkaj diri sendiri, dan merasa bahwa peristiwa
yang dialaminya adalah merupakan eksalahannya, walaupun semua tidak itu
benar.
 Membunuh pikiran dan perasaaan
Kadang kadang orang yang depres berat bera merasa nbahwa kehidupannya
suda tidak berharga. Hssil penelitian menejalskan bhwa 50% korban
kejahatan mempunyai pikian untuk bunuh diri.
 Merasa disishkan dan sendiri
Perlunya dukungan dari lingkngan sosialnya tetapi mereka seringkali merasa
sendiri dan terpisah. Karena perasaan mereka tersebut, penderita kesulitan
untuk berhubungan dengan orang lain dan mendapatkan pertolongan.
Penderita susah untuk percaya bahwa orang lain dapat emmeahami apa yang
telah dia alami.
 Merasa tidak percaya dan dikhianati
Setelah emnagalamipemngalaman yang menyedihkan, penderita mungkin
kehilangan kepercayaan denganorang lain dan merasa dikhiaanti atau ditipu
oleh dunia,nasib atau tuhan.
 Mudah marah
Marah dan judah tersinggung adlaah reaksi yang umum diantara penderita
trauma. Tentu saj kita dapat salah kapan saja. Khususnya ketikapenderita
merasa tersakiti, marah adalah suatu reasi yang wajar dan dapat dibenarkan.
Bagaimanapun, kemarahan yang berlebihan dapt emmepengaruhi proses
penyembuhan dan menghambat penderita untukberinterkasi dengan orang
lain dirumah dan ditempat trapi.
 Gangguan yang berarti dalam kehidupan shari hari
Beberapa gangguan yang terkait dengan fungsi sosial an ganggaun disekolah
dalam jangka waktuyang lama setelah truama. Seorang koran kejahatan
emnajdi sangat takutuntuk tiggal sndirian. Peendrita mungkin kehlangan
emampuannya dalam berkonsentrasi dan melakukan tugasnya diskeoalh.
 Persepsi dan kepercayaan yang aneh
Adkalanya sesorang yang telah menagalami truama yang menejngkelkan,
seringkali untuk sementara dapat emnaegmabangkan ide atau persepsi yang
aneh (misalnya : percaya bahwa dia bisa berkomunikasi atau melihat orang
orang yang sudah emninggal). Walaupun gejala ini menakutkan dan
menyerupai halusianasni khayalan, gejala tersebut seringkali bersifat
sementara dan hlang dengan sendirinya.
F. Kemungkinaan perilaku anak anak dan remaja yang mengalami trauma :

Usia Akibat yang normal Reaksi ketika sedang Saat perlu ditangani
Korban stress oleh tenaga profesional
1-5 tahun Menghisap jempol, Menangis tidak Keinginan menyendiri
mengompol, kurang terkontrol berlebihan
dapt mengontrol diri.
Tidak menegnal Gemetaran karena Tidaka da respon
waktu, ingin ketakutan, tidak bisa terhadap perhatian
menunjukkan bergerak khusus
kemandirian
Takut gelap atau Belarian ketakutan
bintang, sehngga tanpa arah
merasa terteror
dimalam hari
Tidak mau lepas dari Terlalu ketakutan
pegangan orang tua dan tidak mau
ditinggal sendirian
Rasa ingin tahu Perilaku agresif
ekploratif (kembali menghisap
jari atau mengompol
lagi)
Tidak dapat enahn Amat sensitif dengan
kencing maupun buang suara dan cuaca
air besar
Kesulitan bicara Bingung, panik
Perubahan selera Sulit makan
makan
5-11 tahun Rasa gelisah, Perilaku regresof
ketakutan yang jelas terlihat
(menjadi lebih
kekanak kanakan)
Mengeluh Gangguan tidur
Senang menempel Keatakuatan akan
kepada orangtua atau cuaca
yang dinggap dekat
Pertanyaan yang Pusing, mual, timbul
agresif masalah penglihatan
dan pendengaran

Berkompetisi dengan Ketakuatan yang


sebayanya/saudaranya tidak beralasan
untuk mencari
perhatian
orangtua/guru
Menghndar atau malas Menolak untuk
ke sekolah masuk sekolah, tidak
bisa komsentrasi dan
senang berkelahi
Mimpi buruk, dan Tidak dapat
takut gelap beraktivitas degan
baik
Menyendiri dari kawan
kawan
Hilang minat atau
konsentrasi di sekolah

Remaja Gangguan tidur Menarik diri, Disorientasi dan lupa


awala (11- menyendiri terhadap sesuatu
14 tahun)
Tidak ada nafsu makan Depresi, kesedihan, Epresi berat dan tidak
dan membayangkan mau ketemu orang
bunuh diri
Menjadi pemberontak Perilaku agresif Memakai obat obatan
dirumah tua dan tidak terlarang
mau mengerjakan
tugasnya
Permasalahan Depresi Tidak bisa merawat
keseahatan (kulit, dirinya (makan,
buang air besar, pegal- minum, mandi)
peagal, pusing)
Reamaaj Masalah psiosomatis bingung
(14-18 (gatal, sulit buang air
tahun) besar, asma)
Pusing/perasaan Menarik diri dan Halusiansi,, ketakuatan
tertekan menyendriri akan membunuh diri
sendiri atau orang lain
Gangguan selera Perilaku antisosial Tidak dapat
makan dan tidur (mencuri, agresif, memutusskan hal hal
dan mencari yang paling mudah
perhatian dengan sekalipun
bertingkah)
Mulai Menarik diri dan Teralau
mengidentifikasikan ridur terlalu pulas terobsesi/dikuasai oleh
diri dengan kawan atau keatakuatn di satu pikiran
sebaya, ingin waktu malam
menyendiri dengan
menghindar dari acara
keluarga
Protes, apatis perilaku Depresi
yang tidak
bertanggung jawab,
tidak bisa
berkonsentrasi

G. Pengobatan
Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakuakn korban pemerkosaan, yaitu
dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterpi.
1. Farma koterapi
Mulai terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yag sudah
dikeanl. Terapieenagan anti depresiva pada gangguan stress pasca traumatik
inimasih kontroversial.
2. Psikoterapi
 Anxiety management
Pada terapi ini akan mengajarkan bebrapa keterampilan untukemmebantu
mengatasi gejalamkorban pemerkosaan dengan lebih baik.
 Relaxation training
Belajar untuk mengontrol ketakuatan dan kecemasan secara
sistematis dan merelksasikan kelompok otot otto utama
 Beathing training
Belajar bernfas dengan perut secara perlahan lahan, santai dang
enghindari nafas yang tergesa gesa yang menimbulkan rasa tidak
nyaman.
 Positive thinking dan self talk
Belajar menghilangkan pikiran negatfi dan mengganti dengan pikirn
positif ketika mengahdapi hal hal yang membuat stress
 Assertiveness training
Belajar bagaiman mengekspresikan harapan, opini dan emosi tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain.
 Thought stopping
Belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang
emmeikirkan hal hal yang membuat kita stress (Anonim, 2005)
 Cognitive terapy
Membantu mengubah kepercayaan yang tidak rsionalyang
mengganggu emosi
 Exposure therapy
Membantu menghadapai situsai yang khusu, yang mengingatkan pda
trauma
 Exposure in the imagination
Membnatu untuk menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi
ingin dihindari karena menyebabkan ketakutan
 Pla therapy
Untuk menerapi anak naak dengan trauma.
 Suport group therapy
 Terapi bicara
H. Beban psiklogis dan Kesehatan korban pemerkosaan
1. Beban psikologis
Tindak pemerkosaan pasti mendatangkan trauma bagi yan mengalaminya dan
dapat mengalami bebrapa perubahan psikologis. Berikut ini adaah beberapa
perubahan psikologis yang umumnya dialami korban :
a. Menyalahkan diri sendir
isikap ini adalah kondisi yang paling umum di alaami korban pemerkosaan.
b. Bunuh diri
Tindakan ini dipicu oleh rasa malau dan merasa tidak berhrga.
c. Kriminalisasi korban pemerkosaan
Kebanyakan korban pemerkosaan tidak dapat dengan mudah diyakinkan
bhwa ini bukanlah salah merelka. Rasa malu ini kemudian berhubungan erat
dengan gangguan lain, seperti pola makan, depresi, kecemasan,
mengonsumsi minuman keras dan obat obatan terlarang, serta gangguan
mental.
2. Efek terhadap fisik korban
Selain luka psikologis, korban pmerkosaan juga mnegalami perubahan ola makan
atau gangguan pola makan. Tubuh mera bisa terlihat tidk teraat, berat badan
truurn dan luk apda tubuh seperti memar atau cedera pada vagina.
Berikut bberapa kondisi yang umum terjadi pada korban pemerkosaan :
a. Penyakit menular seksual
Penetrasi vagina yang dipaksakan emmebuatterjadinya luka yang embuat
virus dapat masuk melalui mukosa vagina.. kondisi ini lebih rawawan terjadi
pada anak dan remaja yang lapisan muosa vaginanya belum terbentuk engan
kuat.
b. Penyakit lain
 Peradanagan pada vagina aau vaginitis
 Infeksi atau pendarahan pada vagina taau anus
 Gangguan hasrat seksual hipoaktif
 Nyeri saaat berhubungan seksual (dispareunia)
 Infeksi kantong kemih
 Nyeri panggul kronis
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Masalah tidur (misaanya tidak daapat tidur atau tidur berlebihan, mimpi
buruk)
b. Integritas ego
 Pencapaian diri negatif
 Harga diri rendah
 Perasaan bersalah, marah, takut dan malu
 Penghindaraan tau takut pada orang
 Melaporkan faktor stress
c. Eliminasi
 Euneresisi, enkopresis
 Infeksi saluran kemih yang beruang
 Perubahan tonus sfingter
d. Makan dan minum
 Sering muntah
 Anoreksia
 Makan berlebihan
 Perubahan berat badan
e. Higine
 Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca
 Mandi berlebihan/anisetas
f. Neurosensori
 Perilaku ekstrem (tingkah lakua gresfi)
 Status mentol
 Perubha alam perasaan, kepribadian ganda
 Kecemburuan patologis
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
 Bergantung pada cedra/bentuk penganiayaan seksual
 Berbagi keluahan somatik
h. Keamanan
 Memar, tanda bekas gigitan
 Cedera berulangperilaku mencederai dir sendiri
 Kurangnya pengawasan sesuai uisa
i. Seksualitas
 Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual meliputi masturbasi kompilsif,
permaianna seks dewasa sebelum aktunya
 Perdarahan vagina, laserasi himen linier bagian mukosa berlendir
 Adanya pms, vaginitis
j. Interaksi sosial
 Menarik didiri dari rumah, pola interaksi dengan kelarga secara verbal
kurang responsif, peningkatan [erinta langsung dan pernyataan kritik,
penurunan penghargaan atau pegakuan verbal dan merasa rendah diri.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Harga Diri Rendah Situasional
2. Isolasi Sosial
K. Rencana Keperawatan
Dx. Keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Implementasi
Harga diri rendah Setelah dilakuakan Promosi harga diri Observasi
situasional intervensi keperawatan Tindakan  Mengidentifikasi budaya,
berhubungan selaama 2 x 24 jam, Observasi agama, ras, jenis kelamin,
dengan maka diharapkan Harga  Identifikasi budaya, dan usia terhadap harga diri
perubahan pada Dirir Meningkat dengan agama, ras, jenis  Memonitor verbalisasi yang
citra tubuh kriteria hasil : kelamin, dan usia merendahkan diri sndiri
ditandai dengan  Penilaian diri terhadap harga diri  Memonitor tingkat harga
menilai diri positif  Monitor verbalisasi diri setiap waktu, sesuai
negatif dan meningkat yang merendahkan diri kebutuhan
merasa malu atau  Perasaan sndiri Terapeutik
bersalah emmieliki  Monitor tingkat harga  Memotivasi terlibat dalam
kelebihan atau diri setiap waktu, verbalisasi positif untuk diri
kemampuan sesuai kebutuhan sendiri
positif Terapeutik  Memotivasi menerima
meningkat  Motivasi terlibat dalam tantangan atau hal baru
 Penerimaan verbalisasi positif  Mendiskusikan pernyataan
penilaian positif untuk diri sendiri tentang harga diri
terhadap diri  Motivasi menerima  Mendiskusikan
sendiri tantangan atau hal baru kepercayaan terhadap
meningkat  Diskusikan pernyataan penilaian diri
 Berjalan tentang harga diri  Mendiskusikan pengalaman
menampakkan  Diskusikan yang meningkatkan harga
wajah kepercayaan terhadap diri
meningkat penilaian diri  Mendiskusikan persepsi
 Konsentrasi  Diskusikan negatif diri
meningkat pengalaman yang  Mendiskusikan alsan
 Tidur meningkatkan harga mengkritik diri atau rasa
meningkat diri bersala
 Gairah aktivitas  Diskusikan persepsi  Mendiskusikan penetapan
meningkat negatif diri tujuan realistis untuk
 Percaya diri  Diskusikan alsan mnecapai harga diri yang
berbicara mengkritik diri atau lebih tinggi
meningkat
 Perasaan malu rasa bersala  Mendiskusikan bersama
menurun  Diskusikan penetapan keluarga untuk menetapkan
 Perasaan tujuan realistis untuk harapan dan batsan yang
bersalah mnecapai harga diri jelas
menurun yang lebih tinggi  Memberikan umpan balik
 Perasaan tidak  Diskusikan bersama positif atas peningkatan
mampu keluarga untuk mencapai tujuan
melakukan menetapkan harapan  Memfasilitas lingkungan
apapun dan batsan yang jelas dan aktivitas yang
menurun  Berikan umpan balik meningkatkan harga diri
 Meremehkan positif atas peningkatan Edukasi
kemampuan mencapai tujuan  menjelaskan kepada
menurun  Fasilitas lingkungan keluarga pentingnya
dan aktivitas yang dukungan dalam
meningkatkan harga perkembangan konsep
diri positif diri pasien
Edukasi  Menganjurkan
 Jelaskan kepada mengidentifikasi kekuatan
keluarga pentingnya yang dimiliki
dukungan dalam  Menganjurkan
perkembangan konsep memepertahankan kontak
positif diri pasien mata saat berkomunkasi
 Anjurkan dengan orang lain
mengidentifikasi  Menganjurkn membuka diri
kekuatan yang dimiliki terhadap kritik negatif
 Anjurkan  menganjurkan
memepertahankan mengevaluasi perilaku
kontak mata saat  Mengajarkan cara
berkomunkasi dengan mengatasi bullying
orang lain  Melatih peningkatan
 Anjurkn membuka diri tanggung jawab untuk diri
terhadap kritik negatif snediri
 Anjurkan mengevaluasi  Melatih
perilaku
 Ajarkan cara mengatasi pernyataan/kemampuan
bullying positif diri
 Latih peningkatan  Melatih cara berfikir dan
tanggung jawab untuk berperilaku positif
diri snediri  Melatih meningkatkan
 Latih kepercayaan pada
pernyataan/kemampuan kemampuan dalam
positif diri menanagani situasi
 Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
 Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menanagani situasi

Isolasi sosial Setelah dilakukaan Promosi sosialisasi Promosi sosialisasi


berhubungan intervensi keperawatan Tindakan Tindakan
dengan selama 2 x 24 jam, maka Observasi Observasi
perubahana diharapkana  Identifikasi kemampuan Mengidentifikasi
stsatus mental Keterlibatan Sosial melakukan interaksi kemampuan melakukan
ditandai dengan Meningkat, dengan dengan orang lain interaksi dengan orang lain
merasa ingin kriteria hasil :  Identifikasi hambatan  Mengidentifikasi hambatan
sendiir dan  Minat interaksi melakuakan interaksi melakuakan interaksi
merasa berbeda meningkat dengan orang lain dengan orang lain
dengan orang  Verbalisasi Terapeutik Terapeutik
lain tujuan yang  Motivasi berpartisipasi  Memotivasi berpartisipasi
jelas meningkat dalam aktivitas baru dan dalam aktivitas baru dan
 Minat terhadap kegiatan kelompok kegiatan kelompok
aktivitas  Motivasi berinteraksi  Memotivasi berinteraksi
meningkat diluar lingkungan diluar lingkungan
 Verbalisasi  Diskusikan kekuatan  Mendiskusikan kekuatan
isolasi menurun dan keterbatasan dalam dan keterbatasan dalam
 Verbalisasi berkomunikasi dnegan berkomunikasi dnegan
ketidakamanan orang lain orang lain
ditempat umum  Diskusiakan  Mendiskusikan
menurun perencanaan di masa perencanaan di masa depan
 Perilaku depan  Memberikan umpan balik
menarik diri  Berikan umpan balik positif dalam perawatan
menurun positif dalam perawatan diri
 Verbalisasi diri  Memberikan umpan balik
peraaan berbeda  Berikan umpan balik positif pada setiap
dari orang lain positif pada setiap penigkatan kemampuan
menurun penigkatan kemampuan Edukasi
 Afek Edukasi  Menganjurkan berinteraksi
murung/sedih  Anjurkan berinteraksi dngan orang lain secara
menurun dngan orang lain secara bertahap
 Tugas bertahap  Menganjurkan ikut serta
perkembanagan  Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
susuai usia kegiatan sosial dan kemasyrakatan
membaik kemasyrakatan  Menganjurkan berbagi
 Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang
pengalaman dengan lain
orang lain  Melatih bermain peran
 Latih bermain peran untuk meningkatkan
untuk meningkatkan keterampilan komunkasi
keterampilan komunkasi  Melatih mengekpresikan
 Latihan mengekpresikan marah dengan tepat
marah dengan tepat
BAB III
KESIMPULAN

Ketika seseorang mengalami kekerasan atau pelecehan secara seksual baik itu secara
fisik mapun psikologis, maka kejadian tersebut dapat menimbulkan suatu trauma
yang sanagat mendalam dalam diri seseorang tersebut, terutama pada anak anak dan
remaja.dan kejadian traumatis tersebut dapat memgakibatkan gangguan secara
emntal, yaitu post traumatic stress disorder (PTSD). Tingkatan gangguan stress
pasca traumati berbeda beda tergantung pada seberapa parah kejadian tersebut
mempengaruhi kondisi psikologis dan korban.
Untuk menyembuhkan gangguan stress pasca trauma pada korban kekerasan atau
pelecehan seksual diperlukan bantuan baik secra emdis maupun psikologis, agar
korban tidak merasa tertekan lagi dan bisa hidup secara normal kembali seperti
sebelum kejadian trauma. Dan pendampingan itu sendiri juga harus dengan metode
metode yang benar sehingga dalam menjalani penyembuhan atau terapi tidak
mengalami tekanan tekanan baru yang diakibatkan dari proses pendampingan itu
snediri.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H. (2019). Analisis Faktor Perilaku Beresiko Penularan Hiv/Aids Pada Penderita
Ibu Rumah Tangga (Irt) Di Tembilahan Tahun 2019. Kesehatan Husada Gemilang,
2(2), 9–16.
Budiani, N. N., Surati, G. A., Somoyani, N. K., Lindayani, I. K., & Dewi, I. G. A. A. N.
(n.d.). Meningkatkan Pengetahuan Remaja dengan Penyuluhan dan Bimbingan
Tentang Cara Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi pada Siswa SMP Swasta Di
Kecamatan Mengwi. 200–207.
Kemenkes. (2018). General situation of HIV/AIDS and HIV test (p. 12).
Liana, L. T. W. (2019). Pengaruh Seks Bebas Pada Remaja Terhadap Meningkatnya
Resiko Terjadinya HIV / AIDS.
Rahayu, I. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang HIV / AIDS. Jurnal
Endurance, 2(2), 145–150.
Riza, S. M. (2019). Journal Nursing Army. 1(1), 1–10.

Anda mungkin juga menyukai