Kelas B
Kelompok 2
S1-KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha
Esa atas Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN KORBAN PEMERKOSAAN” yang merupakan salah
satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa kekurangan, hal
ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang penulis
miliki.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena
manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan
belajar dari suatu kesalahan. Akhir kata dengan penuh harapan penulis
berharap semoga makalah ini mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin....
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KONSEP MEDIS...............................................................................................................3
2.1. Pengertian...........................................................................................................3
2.2. Gangguan Stres Pasca Trauma...........................................................................3
2.3. Tanda dan Gejala................................................................................................4
2.4. Batasan Karakteristik.........................................................................................5
2.5. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan korban pemerkosaan........6
2.6. Kemungkinan perilaku anak-anak dan remaja yang mengalami trauma.............8
2.7. Pengobatan.......................................................................................................11
2.8. Beban Psikologis dan Kesehatan Korban Pemerkosaan...................................13
BAB III............................................................................................................................18
KONSEP KEPERAWATAN...........................................................................................18
3.1. Pengkajian........................................................................................................18
3.2. Pohon Masalah.................................................................................................28
3.3. Diagnosa...........................................................................................................28
3.4. Intervensi..........................................................................................................29
BAB IV............................................................................................................................42
PENUTUP.......................................................................................................................42
4.1. Kesimpulan......................................................................................................42
4.2. Saran................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
1
kebencian yang tadinya ditujukan kepada orang yang melecehkannya dan
kemudian menyebar kepada obyek-obyek atau orang-orang lain.
Pelecehan seksual dan perkosaan dapat menimbulkan efek trauma yang
mendalam pada para korbannya. Korban pelecehan seksual dan perkosaan
juga dapat mengalami gangguan stres akibat pengalaman traumatis yang telah
dialaminya. Gangguan stres yang dialami korban pelecehan seksual dan
perkosaan seringkali disebut Gangguan Stres Pasca Trauma (Post Traumatic
Stress Disorder (PTSD)).
1.3. Tujuan
1. agar mahasiswa mampu mengetahui konsep medis dari korban
perilaku pemerkosaan
2. agar mahasiswa mampu mengetahui konsep keperawtan dari korbab
perilaku pemerkosaan
2
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1. Pengertian
3
2.2. Gangguan Stres Pasca Trauma
1. Terdapat stressor yang berat dan jelas (kekerasan, perkosaan), yang akan
menimbulkan gejala penderitaan yang berarti bagi hampir setiap orang.
4
c. timbulnya secara tiba-tiba perilaku atau perasaan seolah-olah
peristiwa traumatik itu sedang timbul kembali, karena berkaitan
dengan suatu gagasan atau stimulus/rangsangan lingkungan.
4. Paling sedikit ada dua dari gejala-gejala berikut ini yang tidak ada sebelum
trauma terjadi, yaitu :
5
e. penghindaran diri dari aktivitas yang membangkitkan ingatan
tentang peristiwa traumatik itu;
1. Fase akut
a. Respons somatic
1) Peka rangsang gastrointerstinal (mual, muntah, anoreksia)
2) Ketidaknyamanan genitourinarius (nyeri, pruritus)
3) Ketegangan otot-otot rangka (spasme, nyeri).
b. Respons psikologis
1) Menyangkal
2) Syok emosional
3) Marah
4) Takut – akan mengalami kesepian, atau pemerkosa akan kembali
5) Rasa bersalah
6) Panik melihat pemerkosa atau adegan penyerangan
c. Respons seksual
1) Tidak percaya pada laki-laki
2) Perubahan dalam perilaku seksual
6
3) Ansietas
4) Depresi
7
mengalami peristiwa traumatik, segeralah mencari pertolongan dan
berkonsultasi dengan para profesional.
5. Merasa disisihkan dan sendiri
Perlunya dukungan dari lingkungan sosialnya tetapi mereka seringkali
merasa sendiri dan terpisah. Karena perasaan mereka tersebut, penderita
kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain dan mendapatkan pertolongan.
Penderita susah untuk percaya bahwa orang lain dapat memahami apa yang
telah dia alami.
6. Merasa tidak percaya dan dikhianati
Setelah mengalami pengalaman yang menyedihkan, penderita mungkin
kehilangan kepercayaan dengan orang lain dan merasa dikhianati atau ditipu
oleh dunia, nasib atau oleh Tuhan.
7. Mudah marah
Marah dan mudah tersinggung adalah reaksi yang umum diantara
penderita trauma. Tentu saja kita dapat salah kapan saja, khususnya ketika
penderita merasa tersakiti, marah adalah suatu reaksi yang wajar dan dapat
dibenarkan. Bagaimanapun, kemarahan yang berlebihan dapat mempengaruhi
proses penyembuhan dan menghambat penderita untuk berinteraksi dengan
orang lain di rumah dan di tempat terapi.
8. Gangguan yang berarti dalam kehidupan sehari-hari
Beberapa gangguan yang terkait dengan fungsi sosial dan gangguan di
sekolah dalam jangka waktu yang lama setelah trauma. Seorang korban
kejahatan mungkin menjadi sangat takut untuk tinggal sendirian. Penderita
mungkin kehilangan kemampuannya dalam berkonsentrasi dan melakukan
tugasnya di sekolah. Bantuan perawatan pada penderita sangat penting agar
permasalahan tidak berkembang lebih lanjut.
9. Persepsi dan kepercayaan yang aneH
Adakalanya seseorang yang telah mengalami trauma yang
menjengkelkan, seringkali untuk sementara dapat mengembangkan ide atau
persepsi yang aneh (misalnya : percaya bahwa dia bisa berkomunikasi atau
melihat orang-orang yang sudah meninggal). Walaupun gejala ini menakutkan
8
dan menyerupai halusinasi dan khayalan, gejala tersebut seringkali bersifat
sementara dan hilang dengan sendirinya.
Saat perlu
Reaksi ketika
Usia Korban Akibat yang normal ditangani oleh
sedang stress
tenaga profesional
9
jari atau mengompol
lagi)
Senang menempel
kepada orang tua atau Ketakutan akan cuaca
yang dianggap dekat
Berkompetisi dengan
sebayanya/saudaranya Ketakutan yang tidak
untuk mencari perhatian beralasan
orang tua/guru
10
Menolak untuk masuk
Menghindar atau malas sekolah, tidak bisa
ke sekolah konsentrasi, dan
senang berkelahi
Tidak dapat
Mimpi buruk, dan takut
beraktivitas dengan
gelap
baik
Hilang
minat/konsentrasi di
sekolah
Menjadi pemberontak di
Memakai obat-
rumah atau tidak mau Perilaku agresif
obatan terlarang
mengerjakan tugasnya
11
Remaja Masalah psikosomatis
(gatal, sulit buang air Bingung
(14-18 tahun) besar, asma)
Halusinasi,
ketakutan akan
Menarik diri dan
Pusing/perasaan tertekan membunuh diri
menyendiri
sendiri atau orang
lain
Mulai
mengidentifikasikan diri Menarik diri dan tidur
Terlalu
dengan kawan sebaya, terlalu pulas atau
terobsesi/dikuasai
ingin menyendiri dengan ketakutan di waktu
oleh satu pikiran
menghindar dari acara malam
keluarga
Protes, apatis
Tidak bisa
berkonsentrasi
12
2.7. Pengobatan
Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan korban pemerkosaan,
yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi.
1. Farmakoterapi
Mulai terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah
dikenal. Terapi dengan anti depresiva pada gangguan stress pasca traumatik ini
masih kontroversial. Obat yang biasa digunakan adalah benzodiazepin, litium,
camcolit dan zat pemblok beta – seperti propranolol, klonidin, dan
karbamazepin. Obat tersebut biasanya diresepkan sebagai obat yang sudah
diberikan sejak lama dan kini dilanjutkan sesuai yang diprogramkan, dengan
kekecualian, yaitu benzodiazepin – contoh, estazolam 0,5 – 1 mg per os,
Oksanazepam10-30 mg per os, Diazepam (valium) 5 – 10 mg per os,
Klonazepam 0,25 – 0,5 mg per os, atau Lorazepam 1- 2 mg per os atau IM –
juga dapat digunakan dalam UGD atau kamar praktek terhadap ansietas yang
gawat dan agitasi yang timbul bersama gangguan stres pasca traumatik tersebut
.
2. Psikoterapi
a. Anxiety Management
Pada anxiety management, terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan
untuk membantu mengatasi gejala korban pemerkosaan dengan lebih baik
melalui :
b. Relaxation Training
Yaitu belajar untuk mengontrol ketakutan dan kecemasan secara sistematis
dan merelaksasikan kelompok otot-otot utama.
c. Breathing retraining
13
Yaitu belajar bernafas dengan perut secara perlahan-lahan, santai dan
menghindari bernafas dengan tergesa-gesa yang menimbulkan perasaan tidak
nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit
kepala.
d. Positive thinking dan self-talk
Yaitu belajar untuk menghilangkan pikiran negatif dan mengganti dengan
pikiran positif ketika menghadapi hal-hal yang membuat stress (stresor).
e. Assertiveness Training
f. Thought Stopping
g. Cognitive therapy
h. Exposure therapy
14
Pada exposure terapi, terapis membantu menghadapi situasi yang khusus,
orang lain, obyek, memori atau emosi yang mengingatkan pada trauma dan
menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam kehidupan sehari-hari.
Terapi ini dapat berjalan dengan dua cara :
j. Exposure in reality
Terapis membantu untuk menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin
dihindari karena menyebabkan ketakutan yang sangat kuat (misalnya :
kembali ke rumah setelah terjadi perampokan di rumah). Ketakutan itu akan
bertambah kuat jika kita berusaha untuk mengingat situasi tersebut dibanding
berusaha untuk melupakannya. Pengulangan situasi yang disertai penyadaran
yang berulang-ulang akan membantu kita menyadari bahwa situasi lampau
yang menakutkan tidak lagi berbahaya dan kita dapat mengatasinya (Anonim,
2005).
k. Play therapy
15
Seluruh peserta dalam Support Group Therapy merupakan korban perkosaan,
yang mempunyai pengalaman serupa (misalnya korban bencana tsunami,
korban gempa bumi) dimana dalam proses terapi mereka saling menceritakan
tentang pengalaman traumatis mereka, kemdian mereka saling memberi
penguatan satu sama lain (Swalm, 2005).
m. Terapi Bicara
16
1. Beban Psikologis
17
bukanlah salah mereka. Rasa malu ini kemudian berhubungan erat dengan
gangguan lain, seperti pola makan, kecemasan, depresi, mengonsumsi
minuman keras dan obat-obatan terlarang, serta gangguan mental lain.
Kondisi ini dapat diatasi dengan terapi perilaku kognitif dalam melakukan
reka ulang proses penyusunan fakta dan logika dalam pikiran.
b. Bunuh diri
Selain itu, korban berisiko mengalami hal-hal lain seperti depresi, merasa
seakan-akan peristiwa tersebut terulang terus-menerus, sering merasa
cemas dan panik, mengalami gangguan tidur dan sering bermimpi buruk,
sering menangis, menyendiri, menghindari pertemuan dengan orang lain,
atau sebaliknya tidak mau ditinggal sendiri. Ada kalanya mereka menarik
diri dan menjadi pendiam, atau justru menjadi pemarah.
18
Selain luka psikologis, korban pemerkosaan membawa luka pada
tubuhnya. Sebagian mungkin terlihat, namun sebagian lagi barangkali baru
dapat dideteksi beberapa waktu kemudian.
19
3) Gangguan hasrat seksual hipoaktif (hypoactive sexual desire
disorder/HSDD): keengganan esktrem untuk berhubungan seksual
atau justru menghindari semua atau hampir semua kontak seksual.
20
21
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
RUANGAN RAWAT _____________________TANGGAL DIRAWAT
___________
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : ______________ Tanggal Pengkajian : _________________
Umur : ______________ RM No : _________________
Jeniskelamin : _________________________________________________
Status perkawinan : _____________________________________________
Informan: _____________________________________________________
II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PRESIPITASI
22
3. Pelaku/usia Korban/Usia
Saksi/Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan Kriminal
Jelaskan no 1, 2, 3 :
___________________________________________
Masalah Keperawatan :
__________________________________________
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya
Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat
pengobatan/perawatan
__________________ __________
___________________________
__________________ __________
___________________________
Masalah keperawatan :
___________________________________________
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
__________________________________________________________
_
__________________________________________________________
_
23
Masalah Keperawatan :
___________________________________________
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : ______ N : ______ S : _______ P : _______
2. Ukur : TB : ______ BB : _____
3. Keluhan fisik Ya Tidak
Jelaskan :
_____________________________________________________
Masalah Keperawatan
___________________________________________
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
______________________________________________________
Masalah Keperawatan :
___________________________________________
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :________________________________________
b. Identitas : _______________________________________
c. Peran : _______________________________________
d. Ideal diri : _______________________________________
e. Harga diri : _______________________________________
Masalahkeperawatan : _____________________________________
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : _________________________________________
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : ________________
24
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : ________________
Masalah keperawatan : ________________________________
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
b. Kegiatan ibadah :
Masalah keperawatan :
Penggunaanpakaiandancaraberpakaian TidakSesuaiSepertibiasa
Tidakrapi
Jelaskan : ________________________________________________
Masalahkeperawatan : ______________________________________
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Jelaskan : _________________________________________________
MasalahKeperawatan : ______________________________________
3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasem Tremor Kompulsif
Jelaskan
:_______________________________________________
_
Masalah Keperawatan :
________________________________________
25
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus Asa Khawatir
Gembiraberlebihan
Jelaskan : _______________________________________________
Masalah keperawatan :
________________________________________
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : _______________________________________________
Masalah keperawatan :
________________________________________
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan :
________________________________________________
Masalah Keperawatan :
________________________________________
26
8. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Pengulanganpembicaraan
Jelaskan :
________________________________________________
Masalah keperawatan :
________________________________________
9. IsiPikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait pikiran magis
Waham :
Jelaskan :
________________________________________________
Masalahkeperawatan :
_________________________________________
27
11. Memori
GangguandayaingatjangkapanjangGangguandayaingatjangkapendek
Gangguandayaingatsaatini Konfabulasi
Jelaskan :
_________________________________________________
Masalahkeperawatan :
__________________________________________
Berhitungsederhana: Tidakmampu
Jelaskan : ________________________________________________
Masalah keperawatan : _________________________________________
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan :
_________________________________________________
Masalah keperawatan :
__________________________________________
28
Jelaskan :
________________________________________________
Masalahkeperawatan :
__________________________________________
29
8. Kegiatan di dalam rumah
Ya Tidak
Jelaskan : ___________________________________________
Masalah keperawatan : _____________________________________
I. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi
lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja
Berlebihan
Aktivasi konstruktif Menghindar
Olahraga Menciderai diri
Lainnya ………….. Lainnya
………….
Masalah keperawatan :
__________________________________________
______________________________________________________________
___
30
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
________________________
______________________________________________________________
___
______________________________________________________________
___
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
____________________________________
______________________________________________________________
___
Masalah dengan perumahan, spesifik
___________________________________
______________________________________________________________
___
Masalah ekonomi, spesifik
___________________________________________
______________________________________________________________
___
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
___________________________
______________________________________________________________
___
31
Masalah lainnya, spesifik
____________________________________________
______________________________________________________________
___
Masalah keperawatan :
___________________________________________________
Terapi medik :
______________________________________________________________
______________________________________________________________
__________________
32
Core Problem Resiko Bunuh Diri
Isolasi Sosial
Causa
korban pemerkosaan
3.3. DIAGNOSA
1. Resiko Bunuh Diri
2. Isolasi Sosial
3. Harga Diri Rendah
33
3.4. INTERVENSI
No SDKI SIKI SLKI RASIONAL
.
1. Resiko Bunuh Diri (D.0135) Pencegahan Bunuh Diri Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Bunuh Diri
Kategori : Lingkungan keperawatan selama 3x 24 jam
(I.14538) (I.14538)
Subkategori : Keamanan maka control diri pasien
dan Proteksi Definisi : meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
1. Perilaku melukai diri
Mengidentifikasi dan - agar klien mampu
Definisi : sendiri/orang lain
Beresiko melakukan upaya menurunkan risiko merugikan menurun mengetahui gejala
menyakiti diri sendiri untuk 2. Verbalisasi keinginan
diri sendiri dengan maksud apa saja yang kan
mengakhiri kehidupan. bunuh diri menurun
mengakhiri hidup. 3. Verbalisasi isyarat bunuh mengakibatkan atau
Faktor resiko : diri menurun
Tindakan : memicu faktor
1. Gangguan periaku (mis. 4. Verbalisasi ancaman
Euforia mendadak setelah Observasi bunuh diri menurun terjadinya resiko
depresi, perilaku mencari Verbalisasi merencanakan bunuh
- Identifikasi gejala bunuh diri
senjata berbahaya, membeli diri menurun
obat dalam jumlah banyak, risiko bunuh diri (mis. Identifikasi
membuat surat warisan)
Gangguan mood, keinginan dan
2. Demografi (mis. Lansia,
status perceraian, halusinasi, delusi, pikiran rencana
janda/duda, ekonomi
panic, penyalahgunaan bunuh diri
rendah, pengangguran)
3. Gangguan fisik (mis. Nyeri zat, kesedihan, - Memonitor
kronis, penyakit terminal)
34
4. Masalah sosial (mis. gangguan kepribadian) lingkungan bebas
Berduka, tidak berdaya,
- Identifikasi keinginan bahaya bagi klien
putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang dan pikiran rencana untuk menghindari
penting, isolasi sosial)
bunuh diri hal-hal yang
5. Gangguan psikologis (mis.
Penganiyayaan masa kanak- - Monitor lingkungan berpengaruh
kanak, riwayat bunuh diri
bebas bahaya secara terhadap klien
sebelumnya, remaja
homoseksual, gamgguan rutin (mis. Barang - Memonitor adanya
psikiatrik, penyakit
pribadi, pisau cukur, perubahan mood
psikiatrik, penyalahgunaan
zat) jendela) atau perilaku
- Monitor adanya sehingga perawat
Kondisi Klinis Terkait :
1. Sindrom otak akut/kronis perubahan mood atau mampu memberikan
2. Ketidakseimbangan hormon
perilaku tindakan sesuai
(mis. Premenstrual
syndrome, postpartum Terapeutik perilaku klien
psychosis)
- Libatkan dalam Terapeutik
3. Penyalahgunaan zat
4. Post traumatic stress perencanaan perawatan - melibatkan klien
disoreder (PTSD)
mandiri dalam perencanaan
5. Penyakit kronis/terminal
(mis. Kanker) - Libatkan keluarga perawatan mandiri
dalam perencanaan sehingga klien
perawatan mampu mehilangkan
35
- Lakukan pendekatan masalah yang di
langsung dan tidak hadapi
menghakimi saat - Melibatkan keluarga
membahas bunuh diri dalam perencanaan
- Berikan lingkungan perawatan sehingga
dengan pengamanan klien mersa bahwa
ketat dan mudah kelurganya masih
dipantau (mis. Tempat tetap peduli
tidur dekat ruang - Meakukan
perawat) pendekatan langsung
- Tingkatkan dan tidak
pengawasan pada menghakimi saat
kondisi tertentu (mis. membahas bunuh
Rapat staf, pergantian diri agarklien bisa
shift) membuka suara pada
- Lakukan intervensi orang lain
perlindungan (mis. Edukasi
Pembatasan area, - agar klien
pengekangan fisik), jika tidakmeras
36
diperlukan terbebani denga
- Hindari diskusi masalah yang di
berulang tentang bunuh alami
diri sebelumnya, - agar keluarga bisa
diskusi berorientasi mengetahui tindakan
pada masa sekarang pencegaha bunuh
dan masa depan. diri.
- Diskusikan rencana Kolaborasi
menghadapi ide bunuh - Kolaborasi
diri di masa depan (mis. pemberian obat
Orang yang dihubungi antiansietas, atau
kemana mencari antipsikotik, sesuai
bantuan) indikasi
- Pastikan obat ditelan - Kolaborasi tidakan
Edukasi keselamatan kepada
- Anjurkan PPA
mendiskusikan - Rujuk ke pelayanan
perasaan yang dialami kesehatan mental,
epada orang lain jika perlu
37
- Anjurkan menggunakan
sumber pendukung
(mis. Layanan spiritual,
penyediaan layanan)
- Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau
orang terdekat.
- Informasikan sumber
daya masyarakat dan
program yang tersedia
- Latih pencegahan risiko
bunuh diri (mis.
Latihan asertif,
relaksasi otot progresif)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, atau
antipsikotik, sesuai
38
indikasi
- Kolaborasi tidakan
keselamatan kepada
PPA
- Rujuk ke pelayanan
kesehatan mental, jika
perlu
2. Isolasi Sosial (D.0121) Promosi Sosialisasi (I.13498 Setelah dilakukan tindakan Promosi Sosialisasi
Kategori : Realasioanal keperawatan selama 3x 24 jam
Definisi (I.13498
Subkategori : Interaksi maka keterlibatan sosial pasien
Sosial Meningkatkan kemampuan meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
1. Minat interaksi
untuk berinteraksi dengan - MengIdentifikasi
meningkat
Definisi : orang lain. 2. Minat terhadap aktivitas kemampuanlam
Ketidakmampuan untuk meningkat
Tindakan : berinteraksi dengan
membina hubungan yang erat, 3. Verbalisasi sosial
hangat, terbuka, dan Observasi menurun orang lain klien agar
interdependen dengan orang 4. Perilaku menarik diri
- Identifikasi perawat mampu
lain. menurun
kemampuan melakukan 5. Verbalisasi perasaan mengetahui cara
Penyebab : berbeda dengan orang
interaksi dengan orang klien dalam
1. Keterlambatan lain menurun
perkembangan lain 6. Afek murung/sedih beringeraksi sehari-
2. Ketidakmampuan menjalin menurun
39
hubungan yang memuaskan - Identifikasi hambatan hari
3. Ketidaksesuaian minta
melakukan interaksi - Agar perawat
dengan tahap
perkembangan dengan orang lain mampu mengetahui
4. Ketidaksesuaian nilai-nilai
Terapeutik hambatan apa saja
dengan norma
5. Ketidaksesuaian perilaku - Motivasi meningkatkan yang di alami oleh
sosial dengan norma
keterlibatan dalam klien saat
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental suatu hubungan berinteraksi dengan
8. Ketidakaadekuatan sumber
- Motivasi kesabaran orang
daya personal (mis.
Disfungsi berduka, dalam mengembangkan Terapeutik
pengendalian diri buruk)
suatu hubungan - agar klien mampu
Gejala dan Tanda Mayor - Motivasi berpartsipasi meningkatkan
Subjektif :
dalam aktivitas baru keterlibatan dalam
1. Merasa ingin sendirian
2. Merasa tidak aman di dan kegiatan kelompok menjalin hubungan
tempat umum
- Motivasi berinteraksi di yang baik dengan
Objektif :
1. Menarik diri luar lingkungan (mis. individu yang lain
2. Tidak berminat/menolak
Jalan-jalan, ke took - Motivasi agar klien
berinteraksi dengan orang
lain atau lingkungan buku) mampu
- Diskusikan keuatan dan menyalurjkan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : keterbatasan dalam kelebihannya untuk
40
1. Merasa berbeda dengan berkomunikasi dengan hal-hal yang berguna
orang lain
orang lain Edukasi
2. Merasa tidak mempunyai
tujuan yang jelas - Diskusikan - Agar klien mampu
Objektif :
perencanaan kegiatan di beriteraksi secara
1. Afek datar
2. Afek sedih masa depan perlahan-lahan
3. Riwayat ditolak
- Berikan umpan balik - Agar klien bisa
4. Menunjukkan permusuhan
5. Tidak mampu memenuhi positif dalam perawatan merubah pola hidup
harapan orang lain
diri
6. Kondisi difabel
7. Tindakan tidak berarti - Berikan umpan balik
8. Tidak ada kontak mata
positif pada setiap
9. Perkembangan terlambat
10. Tidak bergairah/lesu peningkatan
kemampuan
Kondisi Klinis Terkait : Edukasi
1. Penyakit Alzheimer
- Anjurkan berinteraksi
2. AIDS
3. Tuberkolosis dengan orang lain
4. Kondisi yang menyebabkan
secara bertahap
gangguan mobilisasi
5. Gangguan psikiatri (mis. - Anjurkan ikut serta
Depresi mayor dan
kegiatan sosial dan
schizophrenia)
kemasyarakatan
41
- Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
- Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak orang
lain
- Anjurkan penggunaan
alat bantu (mis.
Kacamata dan alat
bentu dengar)
- Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan
khusus
- Latihan bermain peran
untuk meningkatan
keterampilan
42
komunikasi
- Latih mengekspresikan
marah dengan cepat
3. Harga Diri Rendah Manajemen Perilaku Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perilaku
Situasional (D.00887) keperawatan selama 3x 24 jam
(I.12463) (I.12463)
Kategori : Psikologis maka harga diri pasien
Subkategori : Integritas ego Definisi : meningkat dengan kriteria hasil :
1. Penilaian diri positif
Mengidentifikasi dan Observasi
Definisi : meningkat
Evaluasi atau persaan negatif mengelola perilaku negatif 2. Percaya diri berbicara - Medentifikasi
terhadap diri sendiri atau meningkat
Tindakan : harapan untuk
kemampuan klien sebagai 3. Perasaan malu menurun
respon terhadap situasi saat ini. Observasi Perasaan tidak mampu mengendalikan
melakukan apapun menurun
- Identifikasi harapan perilaku klin
Penyebab :
1. Perubahan pada citra tubuh untuk mengendalikan Terapeutik
2. Perubahan peran sosial
perilaku - Mediskusikan
3. Ketidakadekuatan
pemahaman Terapeutik tanggung jawab
4. Perilaku tidak konsisten
- Diskusikan tanggung terhadap perilaku
dengan nilai
5. Kegagalan hidup berulang jawab terhadap perilaku - Agar klien meraa
6. Riwayat kehilangan
- Jadwalkan kegiatan nyaman di
7. Riwayat penolakan
8. Transisi perkembangan terstruktur lingkungan kegiatan
43
Gejala dan Tanda Mayor - Ciptakan masyrakan
Subjektif :
danpertahankan Edukasi
1. Menilai diri negatif 9mis.
Tidak berguna, tidak lingkungan dan - Informasikan
tertolong)
kegiatan perawatan keluarga bahwa
2. Merasa malu/bersalah
3. Melebih-lebihkan penilaian konsisten setiap dinas keluarga sebagai
negatif tentang diri sendiri
- Tingkatkan aktivitas dasar pembentukan
4. Menolak penilaian positif
tentang diri sendiri fisik sesuai kemampuan kognitif sehingga
Objektif :
- Batasi jumlah klien akan merasa
1. Berbicara pelan dan lirih
2. Menolak berinteraksi pengunjung bahwa keluarga
dengan orang lain
- Bicara dengan nada selalu bersamnyaa
3. Berjalan menunduk
4. Postur tubuh menunduk rendah dan tenang
- Lakukan kegiatan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : pengalihan terhadap
1. Sulit berkonsentrasi
sumber agitasi
Objektif :
1. Kontak mata kurang - Cegah perilaku pasif
2. Lesu dan tidak bergairah
dan agresif
3. Pasif
4. Tidak mampu membuat - Beri penguatan positif
keputusan
terhadap kebersihan
Kondisi Klinis Terkait mengendalikan perilaku
44
1. Cedera traumatis - Lakukan pengekangan
2. Pembedahan
fisik sesuai indikasi
3. Kehamilan
4. Kondisi baru terdiagnosis - Hindari bersikap
(mis. Diabetes melitus)
menyudutkan dan
5. Stroke
6. Penyalahgunaan zat menghentikan
7. Demensia
pembicaraan
8. Pengalaman tidak
menyenangkan - Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
- Hindari berdebat atau
menawar batas perilaku
yang telah ditetapkan
Edukasi
- Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
45
46
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Ketika seseorang mengalami kekerasan atau pelecehan secara
seksual baik itu secara fisik maupun psikologis, maka kejadian tersebut
dapat menimbulkan suatu trauma yang sangat mendalam dalam diri
seseorang tersebut terutama pada anak-anak dan remaja. Dan kejadian
traumatis tersebut dapat mengakibatkan gangguan secara mental, yaitu
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Tingkatan gangguan stress pasca
trauma berbeda-beda bergantung pada seberapa parah kejadian tersebut
mempengaruhi kondisi psikologis dari korban. Untuk menyembuhkan
gangguan stress pasca trauma pada korban kekerasan atau pelecehan
seksual diperlukan bantuan baik secara medis maupun psikologis, agar
korban tidak merasa tertekan lagi dan bisa hidup secara normal kembali
seperti sebelum kejadian trauma. Dan pendampingan itu sendiri juga harus
dengan metode-metode yang benar sehingga dalam menjalani
penyembuhan atau terapi korban tidak mengalami tekanan-tekanan baru
yang diakibatkan dari proses pendampingan itu sendiri.
4.2. SARAN
Semoga masyarakat lenih memperhatikan lagi kasus orang dengan
korban pemerkosaan. Dimana korban pemerkosaan yang selama ini cap
juga buruk oleh masyarakat dengan adanya makalah ini masyarakat atau
pembaca akan lebih mengetahui bahwa korban pemerkosaan tidaklah hina
justru mereka butuh dunkungan dari keluarga dan orang terdekat.
47
48
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperatawan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
49