Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN

PRAKTIK STASE KEPERAWATAN JIWA


MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS PADA
Tn. Fz DENGAN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG BELIBIS
RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

OLEH :
ERY WARDHANA
NANIK SETIYOWATI
TARSIUS EMEN ASTOBUDI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas penyusunan Laporan
dengan judul Risiko perilaku kekerasan sesuai dengan waktu yang sudah disediakan.
Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan
Jiwa.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh
intansi yang terkait di dalamnya;
1. Ketua Program Studi Ners Sarjana Terapan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Preceptor Akademik dan Preseptor Klinik yang telah banyak memberikan
bimbingan selama praktik Stase Keperawatan Jiwa di RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda.
3. Teman-teman seperjuangan Ners Angkatan ke II kelas Balikpapan.
Kami menyadari bahwa dalam Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kelompok harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Samarinda, januari 2020

Kelompok VI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................... 1

D. Manfaat ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Konsep Dasari Risiko perilaku kekerasan .................................... 2

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Risiko perilaku kekerasan .. 7

BAB III TIJAUAN KASUS ........................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16

LAMPIRAN ................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang
stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting-banting barang,
menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan
sepeda montor. Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan
paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi
disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan
polisi. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah lakutersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998),
perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri,
peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung,
dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral).
Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia
akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008). Perilaku kekerasan
merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan, paling
tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 - 0,8 % penderita
skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira
2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam
Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta
penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006). Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, maka kami tertarik untuk menyusun laporan mengenai
masalah gangguan jiwa dengan risiko perilaku kekerasan dengan judul Laporan
Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan 1 pada Kasus
risiko perilaku kekerasan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi
Pelaksanaan 1 pada Kasus risiko perilaku kekerasan?

C. Tujuan

Mengetahui dan memahami Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan


dan Strategi Pelaksanaan 1 pada Kasus Risiko perilaku kekerasan.

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis makalah
dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih mengerti
tentang Risiko perilaku kekerasan dan masalah keperawatannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan Risiko Perilaku Kekerasan


1. Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika
Sari, 2015:137).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146). Perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Depkes, RI, 2000 ; hal. 147 )
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis (Afnuhazi, 2015).
Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan
atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).

2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi
perilaku kekerasan meliputi:
a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresif
dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan citra
diri (Nuraenah, 2012: 30).
b) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran
eksternal (Nuraenah, 2012: 31).
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua
aspek ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko
Prabowo, 2014: hal 142).
3) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya
pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai
kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai
perubahan, serta mengelola konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014:
hal 143).
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
3) Lingkungan: panas, padat dan bising.
3. Tanda dan gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kkekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)
b. Muka merah dan tegang
c. Mata melotot atau pandangan tajam
d. Tangan mengepal
e. Rahang mengatup

4. Rentang Respon
Respon adaptif ResponMaladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif


PK
Klien mampu Klien gagal Klien merasaKlien Perasaan
mengungkapka menapai tidak dapat mengeks- marah dan
n rasa marah tujuan mengungkapkapresikan bermusuha
tanpa kepuasan n perasaannya,
secara n yang kuat
menyalahkan saat marah tidak berdaya
fisik, tapi dan hilang
orang lain dan dan tidak dn menyerah.masih kontrol
memberikan dapat terkontrol, disertai
kelegaan. menemukan mendoron amuk,
alternatifnya g orang merusak
. lain lingkungan
dengan
ancaman
Gambar Rentang Respon Marah

a. Respon adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).

5. Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagai
menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
a. Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait
masalah, kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternatife,
kemampuan mengungkapkan/konfrontasi perasaan marah., tidak semangat
untuk menyelesaikan masalah, kemampuan mempertahankan hubungan
interpersonal, mempunyai pegetahuan dalam pemecahan masalah secara
asertif, intelegensi kurang dalam menghadapi stressor., identitas ego tidak
adekuat.
b. Sosial Support meliputi : dukungan dari keluarga dan masyarakat,
keterlibatan atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai
budaya
c. Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau
barang yang biasa dijadikan asset, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
d. Positive Belief meliputi : distress spiritua, adanya motivasi, penilaian
terhadap pelayanan kesehatan.
6. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat
unutk suatu dorongan yang megalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan
akibat rasa amarah (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya(Mukhripah
Damaiyanti, 2012: hal 103).
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk kedalam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal
103).
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika.dengan melebih
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai
rintangan misalnya sesorangan yang tertarik pada teman suaminya,akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat (Mukhripah Damaiyanti,
2012: hal 103).
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja
mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding
kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 104).

7. Pohon Masalah

Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain

effect

Perilaku Kekerasan

Core problem

Halusinasi

Penyebab

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

Faktor Predisposisi dan Prespitasi


8. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan / amuk
3. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

B. Data Yang Perlu Dikaji


Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

C. DiagnosaKeperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

D. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1: perilaku kekerasan
TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
4.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
4.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
4.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami
klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping).
9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Diagnosa II: gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.4. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.5. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.6. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
2. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda
dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan
cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan
nafas dalam).

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan


terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi :
“Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Rahmawati
Shoufiah, saya biaya dipanggil Sopie. Saya perawat yang dinas diruang
Gelatik ini, saya dinas diruangan ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas
pagi dari jam 7 sampai jam 3 siang, jadi selama 2 minggu ini saya yang
merawat bapak.
Nama bapak siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan bapak R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah
yang bapak rasakan,”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10
menit”
“Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”
2. Fase Kerja :
“apa yang menyebabkan bapak R marah?
Apakah sebelumnya bapak R pernah marah?”
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan
yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien),
apa yang bapak R rasakan?“
Apakah bapak R merasa kesal, kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu
lakukan selanjutnya”
“Apakah dengan bapak R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah bapak belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
”ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu,
“ begini pak, kalau tanda- marah itu sudah bapak rasakan bapak berdiri lalu
tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan
dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi pak dan lakukan
sebanyak 5 kali. Bagus sekali bapak R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini bapak R lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak R sudah terbiasa
melakukannya”.
3. Fase Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak R setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan ibu?”
“ Coba bapak R sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak
rasakan dan apa yang bapak lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya pak”
” berapa kali sehari bapak mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“Nanti tolong bapak tulis M, bila bapak melakukannya sendiri, tulis B, bila
bapak dibantu dan T, bila bapak tidak melakukan”
“baik pak, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah
dan mengendalikan marah bapak R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya
pak?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu
bapak…Assalamu’alaikum.”

Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal),
menyusun jadwal kegiatan harian cara ke dua.

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja


dan terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum bapak R, masih ingat nama saya” bagus
Ibapak,,ya saya shopie”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan
bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya pak”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, selain nafas dalam bapak dapat memukul kasur dan bantal.”“
Sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal atau marah, bapak langsung
kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan memukul bantal
dan kasur.Nah coba bapak lakukan memukul bantal dan kasur, ya
bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan
secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa
merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”“ Coba bapak sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih?
Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak.
Pukul berapa bapak mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3
sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya pak.“ sekarang bapak istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya
pak, kita akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara
yang baik. Sampai Jumpa!” Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa
marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal)
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi,
kerja dan terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum bapak R, masih ingat nama saya” bagus
bapak,,,ya saya sopie”, sesuai dengan janji saya 2 jam yang
lalu sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”“Coba saya lihat jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau
ditempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaiman
kalau 10 menit?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara bapak baik untuk mencegah
marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam
atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara
dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak
mengatakan penyebab marahnya karena makanan tidak tersedia,
rumah berantakan, Coba bapak minta sediakan makan dengan
baik:” pak, tolong sediakan makan dan bereskan rumah” Nanti
biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-
lain. Coba bapak praktekkan . Bagus pak. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan
bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak
bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak
praktekkan . Bagus pak.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan
orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’Saya jadi
ingin marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?’
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat
jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya
meminta obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya pak!”
“Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau dimana
pak? Disini lagi? Baik sampai nanti ya bapak …Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara fisik dan sosial/verbal, latihan beribadah dan
berdoa, buat jadwal latihan ibadah/ berdoa)

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja


dan terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum bapak R, masih ingat nama saya” Betul bapak
“Bagaiman pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaiman rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah
rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu
ditempat biasa?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 10 menit?”
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan! Bagus,
yang mana yang mau di coba?”“Nah, kalau bapak sedang marah
coba langsung duduk dan langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda
juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholat”.“ bapak bisa melakukan sholat
secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba bapak u sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang
mana? Coba sebutkan caranya?”
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang
kita pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak.
Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan
……(sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan
bila bapak sedang marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai
jadwal yang telah kita buat tadi”
“2 jam lagi kita ketemu ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju pak?”….Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu
pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna minum obat dan akibat
berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara teratur)
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja
dan terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum bapak R, masih ingat nama saya” bagus bapak,,,ya
saya sopie, “sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat
kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang
cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”“Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)
“bapak sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang bapak
minum? warnanya apa saja? Bagus, jam berapa bapak
minum?Bagus”“Obatnya ada 3 macam pak, yang warnanya oranye
namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya THP
agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum
3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti setelah
minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya
bapak bisa mengisap-isap es batu”.“Bila terasa berkunang-kunang, bapak
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak
obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama
obatnya sudah benar? Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi
apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita
masukkan waktu minum obat kedalam jadwal ya pak”.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
kita minum obat yang benar?”“Coba bapak sebutkan lagi jenis jenis
obat yang ibu minum! Bagaiman cara minum obat yang benar?”“Nah,
sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?
Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik, besok kita
ketemu lagi untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan
dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Selamat siang pak,
sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum
BAB III
TINJAUAN KASUS
Format Pengkajian Keperawatan Jiwa

Kasus : Tn. Fz dibawa keluarga pada tanggal 7 Januari 2020 ke


UGD RSJD Atma Husaha Mahakam Samarinda, karena
pasien gelisah, tidak mau makan, sulit tidur, dan berbicara
sendiri. Pasien jalan mondar-mandir dan mengamuk.
Keluarga mengatakan sejak 5 hari yang lalu pasien putus
minum obat. Pasien mengatakan mendengar bisikan-bisikan,
suara nya tidak jelas yang mengejeknya. Suara itu muncul
saat pasien sendirian dan melamun. Suara terdengar 4-5 kali
setiap hari.

Ruang Rawat : Belibis


Tanggal Dirawat : 7 Januari 2020
No RM : 2003.07.005
A. Identitas Klien
Nama : Tn. Fz
Umur : 45 th
Alamat : JL. AM. Sangaji gg.Virgo No.50 RT.58
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tgl Pengkajian : 7 Januari 2020
Dx Medis : Skizoprenia
B. Alasan Masuk dan Faktor Presipitasi
Tn. Fz dibawa keluarga pada tanggal 7 Januari 2020 ke UGD RSJD Atma
Husaha Mahakam Samarinda, karena pasien gelisah, tidak mau makan, sulit
tidur, dan berbicara sendiri. Pasien jalan mondar-mandir dan mengamuk.
Keluarga mengatakan sejak 5 hari yang lalu pasien putus minum obat. Pasien
mengatakan mendengar bisikan-bisikan, suara nya tidak jelas yang
mengejeknya. Suara itu muncul saat pasien sendirian dan melamun. Suara
terdengar 4-5 kali setiap hari.
C. Faktor Predisposisi
1.Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?

√ Ya

Tidak
Pasien mengatakan semenjak bercerai dengan istrinya tahun 2013 pasien sering
berbicara sendiri, komat kamit dan marah-marah. Pasien mendengar bisikan
bisikan seperti orang bergumam yang tidak jelas yang mengolok-olok dirinya.
Bisikan itu sering terdengar saat pasien sendirian dan melamun, muncul sekitar
4-5 kali sehari. Pasien sudah tiga kali dirawat di RSJD. Pasien menderita
penyakit jiwa sejak 2013 sebelum dirawat di RSJ pasien biasa berobat ke poli
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Pasien juga mengatakan bahwa
keluarganya, ibu, kakak yang pertama, kedua dan ketiga mengalami gangguan
jiwa. Terakhir dirawat tanggal 19 april 2019 karena pasien marah-marah dan
memukul orang.
D. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 128/83 mmHg HR : 88x/menit
S : 36,5° C RR : 20x/menit
2. Antropometri
BB : 68 kg TB : 170 cm
E. PSIKOSOSAL
1. Genogram Keterangan

Perempuan

: Laki-

laki

Meninggal

:
2. Konsep Diri
a. Citra Diri
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Saat ditanya
bagian tubuhnya yang paling disukai adalah wajahnya.
b. Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama, alamat, hobi). Pasien
mengatakan bahwa dia laki-laki, sehari-hari tidak bekerja. Sudah
menikah dan berpisah dengan isterinya. Anaknya 1 perempuan.
c. Peran Diri
Sebelum sakit dirumah pasien mempuyai tanggung jawab sebagai kepela
rumah tangga. Sejak berpisah dengan isterinya pasien sering marah-
marah dan akhirnya dia berhenti bekerja. Pasien dapat melakukan
pekerjaannya sendiri, saat di rumah pasien membantu saudaranya bersih-
bersih dan mencuci piring. Setelah dirawat di RSJ pasien tidak
melakukan aktivitas seperti dirumah
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarga
seperti dulu. Pasien juga mengatakan ingin segera sembuh dan tidak
ingin lagi marah-marah
e. Harga Diri
Pasien mengatakan merasa percaya diri dengan dirinya. Pasien juga
mengatakan mampu menjadi kepala keluarga yang baik dan bekerja
mencari penghasian. Pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan
harga dirinya.
3. Hubungan Sosial
Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah kakaknya
dan ibunya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Sebelum dirawat di RSJ sering bergaul dan amin catur dengan bapak-
bapak di sekitar rumahnya. Setelah dirwat di RSJ pasien tidak mau bergaul
dengan pasien lainnya karena alasannya malu dengan kondisinya, pasien
tampak sering menyendiri, kontak mata pasien kurang saat berinteraksi dan
pasien sering melamun.
a. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan merasa kehilangan setelah bercerai dengan isterinya.
4. Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit rajin sholat 5 waktu, setelah dirawat di
RSJ pasien tidak pernah beribadah.
F. Status Mental
1. Penampilan
√ Rapi
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Penampilan dalam cara berpakaian rapi dan sesuai, postur tubuh sedang,
rambut lurus, ekspresi wajah kadang serius saat bercerita, cara berjalan baik,
pasien saat duduk bersama teman-temanya terkadang hanya melamun.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras √ Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Pasien dalam berbicara intonasinya kurang jelas dan pelan, dalam
pembicaraan sesuai atau nyambung dengan pertanyaan, pasien terkadang
terdiam ditengah pembicaraan seperti mendengar sesuatu.
3. Aktivitas Motorik
Fleksibilitas serea TIK
Tegang Grimasem
Gelisah √ Tremor
Agitasi Kompulsif
Automatisma Common Automatisma
Negativisme
Pasien tampak mau melakukan aktivitas sehari-hari di RSJ secara mandiri,
saat berinteraksi tampak pasien mengerak-gerakkan tanganya, tangannya
tampak seperti mengepal.
Masalah Keperawatan : Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
4. Alam Perasaan
√ Sedih
Ketakutan
Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
Pasien mengatakan masih mendengar suara suara bisikan yang
menggangunya, pasien mengatakan terkadang merasa sedih dengan
keaadanyan sekarang, yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga seperti
dahulu.
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Saat di wawancari kadang pasien menunjukan ekspresi mendengar sesuatu,
respon emosional pasien sudah stabil, pasien tenang saat diakukan interaksi.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
√ Kontak mata kurang
Curiga
Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang di ajukan dengan sesuai/
baik, kontak mata dengan pasien perawat sedikit kurang, pasien cenderung
menatap kedepan padahal perawat ada di sampingnya, pembicaraan pasien
keheranan saat ditanyai, kadang pasien terdiam sebentar seperti mendengar
sesuatu.
7. Persepsi
Halusinasi/ilusi
√ Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidung
Pasien mengatakan sering mendengar bisikan suara saat pasien sendirian
atau saat melamun, isi suara tersebut yaitu mengolok-olok pasien, suara
tersebut kadang muncul kadang tidak, suara itu muncul lamanya biasa 3-5
detik, respon pasien untuk mengontrol halusinasinya tersebut hanya dengan
cara mondar-mandir dan bicara sendiri.
8. Proses Pikir
a. Isi Pikir
Obsesi Depersonalisasi √ Isolasi sosial
Phobia Ide yang terkait Pesimisme
Hipokondria Pikiran Magis Bunuh Diri
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar Pikir
Curiga Kontrol pikir

Pasien mengatakan tidak ada yang mengendalikan pikiranya. Pasien tidak


mampunyai pikiran yang aneh-aneh kalaupun sering mendengar suara atau
bisikan palsu.
b. Arus Pikir
Sirkumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Inkoheren Logorea

Perkataan pasien dapat dimengerti dengan baik oleh perawat, selama


interaksi berangsung dapat diketahui bahwa pembicaraan sudah terarah.
Tingkat Kesadaran
Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat
Pasien menyadari bahwa dirinya berada di RSJ, pasien mampu mengingat
nama temannya di RSJ yang sudah diajak berkenalan, orientasi waktu dan
tempat

9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabusi
Untuk Memori segera menjawab dengan baik tidak ada gangguan ingatan
dalam jangka panjang dan pendek untuk saat ini.
- Jangka panjang : Pasien mengatakan lahir tahun 1974
- Jangka pendek : Pasien mengatakan yang membawa kerumah sakit
adalah kakaknya.
- Jangka saat ini : Pasien masih ingat tadi pagi makan dengan nasi dan
sayur
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung secara sederhana
misalnya berhitung dari 1 sampai 10.
11. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Pasien mengatakan menyadari bahwa dirinya sakit dan dibawa ke RSJ
pasien mengatakan pasien sudah sembuh dan segera ingin pulang.

G. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Makanan disiapkan oleh perawat dirumah sakit pasien mau makan 3x sehari
1 porsi habis, pasien dapat makan sendiri.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1 hari sekali kalau dirumah, selama dirumah sakit pasien BAB
1kali sehari dan dapat dilakukan ditoilet dan BAK 4-5 x/hari dan dapat
dilakukan sendiri di toilet.
3. Mandi
Pasien mengatakan sehari mandi 2-3 x/hari dan dapat melakukan sendiri
dikamar mandi memakai sabun tetapi tidak handukan , gosok gigi 1kali
sehari dapat dilakukan sendiri dikamar mandi.
4. Berpakaian/berhias
Pasien mampu menggunakan baju sendiri, ganti pakaian 1 kali dalam 2 atau
3 hari sekali.
5. Istirahat Tidur
Pasien mengatakan tidur sekitar jam 21.00 wib & kadang-kadang terbangun
ditengah malam, serta gelisah karena sering mendengar suara bisikan.
6. Penggunaan obat
Pasien minum obat yang diberikan oleh perawat dan dimonitor oleh
perawat, pasien selalu meminum obatnya sampai habis, pasien mengatakan
mendapatkan obat sejumlah 6 tab ( 2 tab pagi dan 2 tablet sore)
7. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan ingin segera pulang, pasien mengatakan jika nanti sudah
pulang pasien akan ingin minum obat yag akan diberikan oleh rumah sakit,
pasien engatakan bila sudah keluar dari rumah sakit pasien tidak mau
dibawa ke RSJ.
8. Aktifitas dalam rumah
Pasien mengatakan di rumah melakukan pekerjaan rumah.
9. Aktifitas di luar Rumah
Pasien mengatakan tidak suka kegiatan diluar rumah.

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping saat ini pasien yaitu maladaptif, pasien menghindar dari
orang lain.
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan
√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, pasien tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain
J. Kurang pengetahuan tentang
Pasein mengatakan ada maslah dengan lingkungan, pasien tidak suka
berbicara dengan orang lain dan lebih suka di rumah.
K. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Depresi berat dengan gangguan psikotik
Terapi Medik : Clozapine 2 x 25 mg
Haldol 2 x 2,5 mg
THD 2 x 2 mg
ANALISA DATA

NO DATA FOKUS MASALAH


1. DS:
Pasien mengatakan sering mendengar Gangguan persepsi sensori:
bisikan suara saat ingin tidur isi suara halusinasi pendengaran
tersebut yaitu mengolok-olok dirinya,
suara tersebut kadang muncul kadang
tidak, suara itu muncul lamanya biasa
3-5 detik
DO:
Klien saat interaksi kadang diam
sendiri dan tatapan mata tidak fokus,
kadang bicara sendiri.
2. DS:
Pasien mengatakan tidak suka Isolasi sosial : menarik diri
bergaul, di rumah pasien sering
melamun, berdiam diri dan tidak mau
bergaul dengan orang lain.
DO:
Kontak mata kurang saat diajak
berinteraksi
3. DS:
Pasien mengatakan kadang saat Resiko mencederai diri, orang lain,
mendengar bisikan mengolok-olok dan lingkungan sekitar
dirinya rasanya ingin marah dan saat
tidak terkontrol langsung memukul
orang di sekitarnya.
DO:
-
Pohon Masalah

Akibat
Resiko menyiderai diri, orang lain dan
lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi


Core (Masalah Utama)

Isolasi sosial : menarik diri


Penyebab

Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi social : menarik diri
3. Resiko menyiderai diri orang lain dan lingkungan
INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA : NY.F
RUANG : PUNAI
NO. REG. :
NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
09/12/2019 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Management Halusinasi (I.09288)
Pendengaran selama 3X24 jam, Persepsi Sensori
1.1 Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi.
Membaik, Dengan Kriteria :
1.2 Monitor dan sesuaikan tingkat aktifitas dan stimulasi lingkungan.
- Verbalisasi mendengar bisikan
menurun. 1.3 Monitor isi halusinasi (mis : kekerasan atau membahayakan diri)

- Prilaku halusinasi cukup menurun. 1.4 Pertahankan lingkungan yang aman.

- Menarik diri menurun. 1.5 Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
(mis: Limit Setting)
- Melamun menurun
1.6 Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi.
- Curiga menurun.
1.7 Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi.
- Mondar mandir menurun
1.8 Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi.
- Respon sesuai stimulus membaik
1.9 Anjurkan berbicara pada orang yang dipercaya untuk memberi
- Konsentrasi cukup membaik.
dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi.
- Orientasi membaik.
1.10 Anjurkan melakukan distraksi (mis : mendengarkan music, melakukan
aktivitas dan teknik relaksasi)

NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI


09/12/2019 Isolasi Sosial : Perubahan status Mental Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Sosialisasi (I.13498)
(D.0121) selama 3X24 jam, Keterlibatan social
2.1 Indentifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain.
meningkat, Dengan Kriteria :
2.2 Indentifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain.
- Minat interaksi cukup meningkat
2.3 Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan.
- Minat terhadap aktivitas cukup
meningkat. 2.4 Motivasi kesadaran dalam mengembangkan suatu hubungan.

- Verbalisasi isolasi cukup menurun. 2.5 Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok.

- Perilaku menarik diri cukup menurun. 2.6 Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
- Afek murung atau sedih menurun.
2.7 Berikan umpan balik positip terhadap setiap peningkatan kemampuan.
- Kontak mata membaik.
2.8 Berikan umpan balik positip dalam perawatan diri.

2.9 Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

2.10 Anjurkan ikut serta kegiatan social dan kemasyarakatan.

2.11 Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain.

2.12 Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan, komunikasi.

2.13 Latih mengekspresikan marah dengan tepat.


NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI

09/12/2019 Risiko Perilaku Kekerasan : Halusinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
(D.0146) selama 3X24 jam, Kontrol diri
3.1 Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (benda tajam,
meningkat, Dengan Kriteria :
tali)
- Verbalisasi ancaman orang lain
3.2 Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan
menurun
misalnya pisau cukur.
- Verbalisasi umpatan menurun.
3.3 Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin.
- Perilaku menyerang menurun.
3.4 Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif.
- Perilaku melukai diri sendiri/orang
3.5 Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis:
lain menurun.
Relaksasi, bercerita)
- Perilaku merusak lingkungan sekitar
Promosi Koping (I.09312)
menurun.
3.6 Identifikasi kegiatan jangka panjang dan jangka pendek.
- Perilaku agresif/amuk menurun.
3.7 Identifikasi kemampuan yang dimiliki.
- Suara keras menurun.
3.8 Identifikasi pemahaman terhadap proses penyakit.
- Bicara keras menurun.
3.9 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

3.10 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

3.11 Latih penggunaan teknik relaksasi.


TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA :
RUANG :
NO. REG. :

NO TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI PARAF


JAM

09 / 12 / 2019 2.1,2.2. Melakukan BHSP (Bina hubungan saling S : Pasien mau menjawab salam
percaya), Komunikasi terapetik, memperkenalkan
11.00 O:
diri pada pasien
- Pasien mampu berinterkasi
dengan perawat.

- Pasien Kooperatif, mampu


menjawab pertanyaan.

- Pasien menunduk saat diajak


bicara.

12.00 S : Pasien mau menjawab salam


2.1,2.2. Melakukan BHSP (Bina hubungan saling
percaya), Komunikasi terapetik, memperkenalkan O :
diri pada pasien
- Pasien mampu berinterkasi
dengan perawat.

- Pasien mampu menjawab


salam dan mengingat nama
perawat.

- Pasien menunduk saat diajak


bicara.

14.00
1.1,1.2,1.3, Melakukan monitoring perilaku yang S : Pasien sering mendengar suara
mengindikasikan mengolok olok dirinya pada saat
halusinasi(Isi,waktu,frekuensi,situasi) malam atau suasana lagi sepi,
durasi 3-5 detik.

O:

- Pasien terkadang menyendiri.

14.30
S : Pasien mengatakan terganggu
1.7 Melakukan diskusi dengan pasien, mengenai
perasaan dan respon terhadap halusinasi dengan adanya suara yang ia
dengar (halusinasi)

O : Pasien dapat mengungkapkan


perasaanya pada perawat, pasien
kooperatif.
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA :
RUANG :
NO. REG. :

NO TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI PARAF


JAM

10 / 12 / 2019 2.7,2.8, Memberikan umpan balik terhadap S : Pasien mengatakan senang


peningkatan kemampuan diri.
08.00 O : Pasien mampu makan secara
mandiri bersama dengan pasien
lainnya.

S : Pasien mengatakan jika


1.8,1.9,1.10 Mengajarkan pasien cara mengontrol
09.00 mendengar suara suara ada dua
halusinasi
cara yang bias dilakukan, yang
pertama dengan menghardik dan
kedua dengan bercakap cakap.

O : Pasien mengikuti anjuran dari


perawat dan dapat menyebutkan
kembali. Pasien dapat
mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi

14.00
1.7 Melakukan diskusi dengan pasien, mengenai
S : Pasien mengatakan perasaanya
perasaan dan respon terhadap halusinasi
lebih baik setelah bercakap cakap

O : Pasien dapat mengungkapkan


perasaanya pada perawat, pasien
kooperatif.

14.30 3.1,3.2,3.3, Melakukan pengecekkan terhadap


benda yang berpotensi membahayakan S:
O : Tidak ditemukan benda
berbahaya dikamar pasien.
NO TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI PARAF
JAM

11 / 12 / 2019 2.7,2.8, Memberikan umpan balik terhadap S : Pasien mengatakan senang


peningkatan kemampuan diri.
08.00 O : Pasien mampu merawat diri
secara mandiri.

S : Pasien mengatakan jika


09.00 1.8,1.9,1.10 Mengajarkan pasien cara
mendengar suara suara bisa
mengontrol halusinasi
dialihkan dengan melakukan
kegiatan menyapu, mengepel,
membersihkan tempat tidur.

O : Pasien mengikuti anjuran dari


perawat dan dapat menyebutkan
kembali. Pasien dapat
mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi

10.00 1.7 Melakukan diskusi dengan pasien,


mengenai perasaan dan respon terhadap
S : Pasien mengatakan perasaanya
halusinasi lebih baik setelah bercakap cakap

O : Pasien dapat mengungkapkan


perasaanya pada perawat, pasien
kooperatif.
2.3,2.4 Memberikan motivasi kepada pasien
11.00 S : Pasien mengatakan sudah
untuk ikut berinteraksi dengan orang lain
mengenal nama teman
sekamarnya

14.30 S :Pasien mengatakan untuk


3.5 Memberikan latihan untuk kemarahan baik
mengurangi kemarahan dengan
secara verbal maupun non verbal.
berdiri dan menarik nafas dalam,
kedua dengan memukul bantal

O : Verbalisasi ancaman dan


umpatan tidak ada, kontak mata
(+), Suara pelan.

NO TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI PARAF


JAM

12 / 12 / 2019

08.00 1.7 Melakukan diskusi dengan pasien, S : Pasien mengatakan perasaanya

mengenai perasaan dan respon terhadap lebih baik setelah bercakap cakap

halusinasi O : Pasien dapat mengungkapkan


perasaanya pada perawat, pasien
kooperatif.

2.3,2.4 Memberikan motivasi kepada pasien


09.00 S : Pasien mengatakan sudah
untuk ikut berinteraksi dengan orang lain mengenal nama teman
sekamarnya

O:

S :Pasien mengatakan merasa


1.10. Melakukan TAK menggambar dengan
10.00 sangat senang
pasien
O : Pasien mampu
memperkenalkan dirinya, pasien
mampu menjelaskan gambarnya.
11.00 2.7,2.8, Memberikan umpan balik positif S : Pasien mengatakan senang

terhadap peningkatan kemampuan diri. O : Pasien mampu


mengekpresikan perasaannya
lewat gambar

NO TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


JAM

13 / 12 / 2019

08.00 1.7 Melakukan diskusi dengan pasien, mengenai S : Pasien mengatakan perasaanya

perasaan dan respon terhadap halusinasi lebih baik setelah bercakap cakap

O : Pasien dapat mengungkapkan


perasaanya pada perawat, pasien
kooperatif.

2.3,2.4 Memberikan motivasi kepada pasien untuk


ikut berinteraksi dengan orang lain
09.00 S : Pasien mengatakan sudah mengenal
nama teman sekamarnya
O:

S :Pasien mengatakan merasa sangat


senang
1.10. Melakukan TAK menggambar dengan pasien
O : Pasien mampu memperkenalkan
10.00
dirinya, pasien mampu menjelaskan
gambarnya.

S : Pasien mengatakan senang


2.7,2.8, Memberikan umpan balik positif terhadap
O : Pasien mampu mengekpresikan
peningkatan kemampuan diri.
perasaannya lewat gambar
11.00

EVALUASI

NAMA :
NO. REG. :
RUANG :
Tgl. Diagnosa CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Paraf
Keperawatan

KAMIS Diagnosa S : Pasien mengatakan jika mendengar suara suara ada dua cara yang
bisa dilakukan, Menghardik dan bercakap-cakap dengan perawat atau
12/12/2019 I
teman yang bersedia

O : Pasien kooperatip, kontak mata (+),


Respon pasien sesuai stimulus cukup baik’
Pasien dapat berkonsentrasi cukup baik, orientasi membaik
Melamun menurun, menari diri menurun.
A : Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Teratasi
- Prilaku halusinasi menurun
- Respon sesuai stimulus
P : Pertahankan Intervensi
1.10. Anjurkan melakukan distraksi mendengarkan music,
melakukan aktivitas dan teknik relaksasi.

Diagnosa

II
S : Pasien mengatakan perasaannya senang hari ini

O :Pasien mempunyai minat terhadap interaksi dan aktivitas cukup


meningkat
Afek murung/sedih menurun, kontak mata pasien membaik
Perilaku menarik diri cukup menurun
Pasien bersikap kooperatif dan bersedia berkenalan dengan
perawat
Pasien memberikan respon sesuai stimulus.
A :Masalah Isolasi Sosial Teratasi

- Minat interaksi cukup meningkat

- Minat terhadap aktivitas cukup meningkat


- Perilaku menarik diri cukup menurun

- Afek murung/sedih menurun.

P :Pertahankan Intervensi

2.9. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

2.10.Anjurkan ikut serta kegiatan social dan kemasyarakatan.

2.11.Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu diakses Oktober 2016.
Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Halusinasi. www.academia.edu diakses Oktober 2016

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan


Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.

Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi

Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan


Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati)
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang.
Lampiran

STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI

SP 1

“Selamat pagi, Assalamualaikum..bolehkah saya kenalan dengan ibu? Nama saya


Lilis Stiyani. Panggil saya Lilis. Saya mahasiswa keperawatan Unmuh Ponorogo.
Saya sedang praktek disini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00
WIB siang. Kalau boleh saya tau nama ibu siapa dan senang dipanggil siapa?”

“Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
atau tidak?”

“Apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu sebaiknya
kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang
selama ini ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya? Berapa lama kira-
kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit?
Bisa? Dimana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu? Atau mau dimana?”

“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu? Apakah ibu melihat sesuatu /orang/bayangan/makhluk? Seperti apa yang
kelihatan? Apakah terus menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-
waktu saja? Kapan paling sering ibu melihat sesuatu atau mendengar suara
tersebut? Berapa kali sehari ibu mengalaminya? Pada keadaan apa, apakah pada
waktu sendiri? Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang
ibu rasakan pada saat melihat sesuatu? Apa yang ibu lakukan saat melihat sesuatu
tersebut? Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara tersebut? Apakah dengan
cara itu suara dan bayangan tersebut hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara
untuk mencegah suara-suara atau bayangan supaya tidak muncul?

“ Ibu ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, minum obat dengan teratur. Ketiga, dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain. Keempat, melakukan kegiatan sesuai
jadwal. Bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya seperti ini, saat suara-suara itu muncul langsung ibu bilang pergi saya
tidak mau dengar..saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu di ulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu..bagus! coba lagi! Iya bagus ibu sudah bisa.”

“Bagaima perasaan ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak
dengan latihan tadi? Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang ibu
simpulkan pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara untuk mencegah suara
agar tidak muncul lagi. Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba
cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya?”
“ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang cara minum obat yang
teratur. Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalu besok jam 09.00 WIB,
bisa? Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya, apa masih disini
atau cari tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok. Assalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai