OLEH :
ERY WARDHANA
NANIK SETIYOWATI
TARSIUS EMEN ASTOBUDI
Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas penyusunan Laporan
dengan judul Risiko perilaku kekerasan sesuai dengan waktu yang sudah disediakan.
Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan
Jiwa.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh
intansi yang terkait di dalamnya;
1. Ketua Program Studi Ners Sarjana Terapan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Preceptor Akademik dan Preseptor Klinik yang telah banyak memberikan
bimbingan selama praktik Stase Keperawatan Jiwa di RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda.
3. Teman-teman seperjuangan Ners Angkatan ke II kelas Balikpapan.
Kami menyadari bahwa dalam Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kelompok harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Kelompok VI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 1
D. Manfaat ................................................................................................. 1
LAMPIRAN ................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi
Pelaksanaan 1 pada Kasus risiko perilaku kekerasan?
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis makalah
dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih mengerti
tentang Risiko perilaku kekerasan dan masalah keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi
perilaku kekerasan meliputi:
a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresif
dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan citra
diri (Nuraenah, 2012: 30).
b) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran
eksternal (Nuraenah, 2012: 31).
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua
aspek ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko
Prabowo, 2014: hal 142).
3) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya
pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai
kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai
perubahan, serta mengelola konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014:
hal 143).
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
3) Lingkungan: panas, padat dan bising.
3. Tanda dan gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kkekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)
b. Muka merah dan tegang
c. Mata melotot atau pandangan tajam
d. Tangan mengepal
e. Rahang mengatup
4. Rentang Respon
Respon adaptif ResponMaladaptif
a. Respon adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).
5. Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagai
menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
a. Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait
masalah, kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternatife,
kemampuan mengungkapkan/konfrontasi perasaan marah., tidak semangat
untuk menyelesaikan masalah, kemampuan mempertahankan hubungan
interpersonal, mempunyai pegetahuan dalam pemecahan masalah secara
asertif, intelegensi kurang dalam menghadapi stressor., identitas ego tidak
adekuat.
b. Sosial Support meliputi : dukungan dari keluarga dan masyarakat,
keterlibatan atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai
budaya
c. Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau
barang yang biasa dijadikan asset, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
d. Positive Belief meliputi : distress spiritua, adanya motivasi, penilaian
terhadap pelayanan kesehatan.
6. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat
unutk suatu dorongan yang megalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan
akibat rasa amarah (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya(Mukhripah
Damaiyanti, 2012: hal 103).
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk kedalam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal
103).
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika.dengan melebih
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai
rintangan misalnya sesorangan yang tertarik pada teman suaminya,akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat (Mukhripah Damaiyanti,
2012: hal 103).
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja
mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding
kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 104).
7. Pohon Masalah
effect
Perilaku Kekerasan
Core problem
Halusinasi
Penyebab
C. DiagnosaKeperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal),
menyusun jadwal kegiatan harian cara ke dua.
√ Ya
Tidak
Pasien mengatakan semenjak bercerai dengan istrinya tahun 2013 pasien sering
berbicara sendiri, komat kamit dan marah-marah. Pasien mendengar bisikan
bisikan seperti orang bergumam yang tidak jelas yang mengolok-olok dirinya.
Bisikan itu sering terdengar saat pasien sendirian dan melamun, muncul sekitar
4-5 kali sehari. Pasien sudah tiga kali dirawat di RSJD. Pasien menderita
penyakit jiwa sejak 2013 sebelum dirawat di RSJ pasien biasa berobat ke poli
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Pasien juga mengatakan bahwa
keluarganya, ibu, kakak yang pertama, kedua dan ketiga mengalami gangguan
jiwa. Terakhir dirawat tanggal 19 april 2019 karena pasien marah-marah dan
memukul orang.
D. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 128/83 mmHg HR : 88x/menit
S : 36,5° C RR : 20x/menit
2. Antropometri
BB : 68 kg TB : 170 cm
E. PSIKOSOSAL
1. Genogram Keterangan
Perempuan
: Laki-
laki
Meninggal
:
2. Konsep Diri
a. Citra Diri
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Saat ditanya
bagian tubuhnya yang paling disukai adalah wajahnya.
b. Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama, alamat, hobi). Pasien
mengatakan bahwa dia laki-laki, sehari-hari tidak bekerja. Sudah
menikah dan berpisah dengan isterinya. Anaknya 1 perempuan.
c. Peran Diri
Sebelum sakit dirumah pasien mempuyai tanggung jawab sebagai kepela
rumah tangga. Sejak berpisah dengan isterinya pasien sering marah-
marah dan akhirnya dia berhenti bekerja. Pasien dapat melakukan
pekerjaannya sendiri, saat di rumah pasien membantu saudaranya bersih-
bersih dan mencuci piring. Setelah dirawat di RSJ pasien tidak
melakukan aktivitas seperti dirumah
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarga
seperti dulu. Pasien juga mengatakan ingin segera sembuh dan tidak
ingin lagi marah-marah
e. Harga Diri
Pasien mengatakan merasa percaya diri dengan dirinya. Pasien juga
mengatakan mampu menjadi kepala keluarga yang baik dan bekerja
mencari penghasian. Pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan
harga dirinya.
3. Hubungan Sosial
Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah kakaknya
dan ibunya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Sebelum dirawat di RSJ sering bergaul dan amin catur dengan bapak-
bapak di sekitar rumahnya. Setelah dirwat di RSJ pasien tidak mau bergaul
dengan pasien lainnya karena alasannya malu dengan kondisinya, pasien
tampak sering menyendiri, kontak mata pasien kurang saat berinteraksi dan
pasien sering melamun.
a. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan merasa kehilangan setelah bercerai dengan isterinya.
4. Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit rajin sholat 5 waktu, setelah dirawat di
RSJ pasien tidak pernah beribadah.
F. Status Mental
1. Penampilan
√ Rapi
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Penampilan dalam cara berpakaian rapi dan sesuai, postur tubuh sedang,
rambut lurus, ekspresi wajah kadang serius saat bercerita, cara berjalan baik,
pasien saat duduk bersama teman-temanya terkadang hanya melamun.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras √ Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Pasien dalam berbicara intonasinya kurang jelas dan pelan, dalam
pembicaraan sesuai atau nyambung dengan pertanyaan, pasien terkadang
terdiam ditengah pembicaraan seperti mendengar sesuatu.
3. Aktivitas Motorik
Fleksibilitas serea TIK
Tegang Grimasem
Gelisah √ Tremor
Agitasi Kompulsif
Automatisma Common Automatisma
Negativisme
Pasien tampak mau melakukan aktivitas sehari-hari di RSJ secara mandiri,
saat berinteraksi tampak pasien mengerak-gerakkan tanganya, tangannya
tampak seperti mengepal.
Masalah Keperawatan : Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
4. Alam Perasaan
√ Sedih
Ketakutan
Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
Pasien mengatakan masih mendengar suara suara bisikan yang
menggangunya, pasien mengatakan terkadang merasa sedih dengan
keaadanyan sekarang, yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga seperti
dahulu.
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Saat di wawancari kadang pasien menunjukan ekspresi mendengar sesuatu,
respon emosional pasien sudah stabil, pasien tenang saat diakukan interaksi.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
√ Kontak mata kurang
Curiga
Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang di ajukan dengan sesuai/
baik, kontak mata dengan pasien perawat sedikit kurang, pasien cenderung
menatap kedepan padahal perawat ada di sampingnya, pembicaraan pasien
keheranan saat ditanyai, kadang pasien terdiam sebentar seperti mendengar
sesuatu.
7. Persepsi
Halusinasi/ilusi
√ Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidung
Pasien mengatakan sering mendengar bisikan suara saat pasien sendirian
atau saat melamun, isi suara tersebut yaitu mengolok-olok pasien, suara
tersebut kadang muncul kadang tidak, suara itu muncul lamanya biasa 3-5
detik, respon pasien untuk mengontrol halusinasinya tersebut hanya dengan
cara mondar-mandir dan bicara sendiri.
8. Proses Pikir
a. Isi Pikir
Obsesi Depersonalisasi √ Isolasi sosial
Phobia Ide yang terkait Pesimisme
Hipokondria Pikiran Magis Bunuh Diri
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar Pikir
Curiga Kontrol pikir
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabusi
Untuk Memori segera menjawab dengan baik tidak ada gangguan ingatan
dalam jangka panjang dan pendek untuk saat ini.
- Jangka panjang : Pasien mengatakan lahir tahun 1974
- Jangka pendek : Pasien mengatakan yang membawa kerumah sakit
adalah kakaknya.
- Jangka saat ini : Pasien masih ingat tadi pagi makan dengan nasi dan
sayur
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung secara sederhana
misalnya berhitung dari 1 sampai 10.
11. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Pasien mengatakan menyadari bahwa dirinya sakit dan dibawa ke RSJ
pasien mengatakan pasien sudah sembuh dan segera ingin pulang.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping saat ini pasien yaitu maladaptif, pasien menghindar dari
orang lain.
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan
√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, pasien tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain
J. Kurang pengetahuan tentang
Pasein mengatakan ada maslah dengan lingkungan, pasien tidak suka
berbicara dengan orang lain dan lebih suka di rumah.
K. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Depresi berat dengan gangguan psikotik
Terapi Medik : Clozapine 2 x 25 mg
Haldol 2 x 2,5 mg
THD 2 x 2 mg
ANALISA DATA
Akibat
Resiko menyiderai diri, orang lain dan
lingkungan
NAMA : NY.F
RUANG : PUNAI
NO. REG. :
NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
09/12/2019 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Management Halusinasi (I.09288)
Pendengaran selama 3X24 jam, Persepsi Sensori
1.1 Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi.
Membaik, Dengan Kriteria :
1.2 Monitor dan sesuaikan tingkat aktifitas dan stimulasi lingkungan.
- Verbalisasi mendengar bisikan
menurun. 1.3 Monitor isi halusinasi (mis : kekerasan atau membahayakan diri)
- Menarik diri menurun. 1.5 Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
(mis: Limit Setting)
- Melamun menurun
1.6 Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi.
- Curiga menurun.
1.7 Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi.
- Mondar mandir menurun
1.8 Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi.
- Respon sesuai stimulus membaik
1.9 Anjurkan berbicara pada orang yang dipercaya untuk memberi
- Konsentrasi cukup membaik.
dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi.
- Orientasi membaik.
1.10 Anjurkan melakukan distraksi (mis : mendengarkan music, melakukan
aktivitas dan teknik relaksasi)
- Verbalisasi isolasi cukup menurun. 2.5 Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok.
- Perilaku menarik diri cukup menurun. 2.6 Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
- Afek murung atau sedih menurun.
2.7 Berikan umpan balik positip terhadap setiap peningkatan kemampuan.
- Kontak mata membaik.
2.8 Berikan umpan balik positip dalam perawatan diri.
09/12/2019 Risiko Perilaku Kekerasan : Halusinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
(D.0146) selama 3X24 jam, Kontrol diri
3.1 Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (benda tajam,
meningkat, Dengan Kriteria :
tali)
- Verbalisasi ancaman orang lain
3.2 Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan
menurun
misalnya pisau cukur.
- Verbalisasi umpatan menurun.
3.3 Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin.
- Perilaku menyerang menurun.
3.4 Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif.
- Perilaku melukai diri sendiri/orang
3.5 Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis:
lain menurun.
Relaksasi, bercerita)
- Perilaku merusak lingkungan sekitar
Promosi Koping (I.09312)
menurun.
3.6 Identifikasi kegiatan jangka panjang dan jangka pendek.
- Perilaku agresif/amuk menurun.
3.7 Identifikasi kemampuan yang dimiliki.
- Suara keras menurun.
3.8 Identifikasi pemahaman terhadap proses penyakit.
- Bicara keras menurun.
3.9 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
NAMA :
RUANG :
NO. REG. :
09 / 12 / 2019 2.1,2.2. Melakukan BHSP (Bina hubungan saling S : Pasien mau menjawab salam
percaya), Komunikasi terapetik, memperkenalkan
11.00 O:
diri pada pasien
- Pasien mampu berinterkasi
dengan perawat.
14.00
1.1,1.2,1.3, Melakukan monitoring perilaku yang S : Pasien sering mendengar suara
mengindikasikan mengolok olok dirinya pada saat
halusinasi(Isi,waktu,frekuensi,situasi) malam atau suasana lagi sepi,
durasi 3-5 detik.
O:
14.30
S : Pasien mengatakan terganggu
1.7 Melakukan diskusi dengan pasien, mengenai
perasaan dan respon terhadap halusinasi dengan adanya suara yang ia
dengar (halusinasi)
NAMA :
RUANG :
NO. REG. :
14.00
1.7 Melakukan diskusi dengan pasien, mengenai
S : Pasien mengatakan perasaanya
perasaan dan respon terhadap halusinasi
lebih baik setelah bercakap cakap
12 / 12 / 2019
mengenai perasaan dan respon terhadap lebih baik setelah bercakap cakap
O:
13 / 12 / 2019
08.00 1.7 Melakukan diskusi dengan pasien, mengenai S : Pasien mengatakan perasaanya
perasaan dan respon terhadap halusinasi lebih baik setelah bercakap cakap
EVALUASI
NAMA :
NO. REG. :
RUANG :
Tgl. Diagnosa CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Paraf
Keperawatan
KAMIS Diagnosa S : Pasien mengatakan jika mendengar suara suara ada dua cara yang
bisa dilakukan, Menghardik dan bercakap-cakap dengan perawat atau
12/12/2019 I
teman yang bersedia
Diagnosa
II
S : Pasien mengatakan perasaannya senang hari ini
P :Pertahankan Intervensi
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi
SP 1
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
atau tidak?”
“Apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu sebaiknya
kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang
selama ini ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya? Berapa lama kira-
kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit?
Bisa? Dimana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu? Atau mau dimana?”
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu? Apakah ibu melihat sesuatu /orang/bayangan/makhluk? Seperti apa yang
kelihatan? Apakah terus menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-
waktu saja? Kapan paling sering ibu melihat sesuatu atau mendengar suara
tersebut? Berapa kali sehari ibu mengalaminya? Pada keadaan apa, apakah pada
waktu sendiri? Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang
ibu rasakan pada saat melihat sesuatu? Apa yang ibu lakukan saat melihat sesuatu
tersebut? Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara tersebut? Apakah dengan
cara itu suara dan bayangan tersebut hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara
untuk mencegah suara-suara atau bayangan supaya tidak muncul?
“ Ibu ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, minum obat dengan teratur. Ketiga, dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain. Keempat, melakukan kegiatan sesuai
jadwal. Bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya seperti ini, saat suara-suara itu muncul langsung ibu bilang pergi saya
tidak mau dengar..saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu di ulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu..bagus! coba lagi! Iya bagus ibu sudah bisa.”
“Bagaima perasaan ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak
dengan latihan tadi? Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang ibu
simpulkan pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara untuk mencegah suara
agar tidak muncul lagi. Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba
cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya?”
“ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang cara minum obat yang
teratur. Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalu besok jam 09.00 WIB,
bisa? Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya, apa masih disini
atau cari tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok. Assalamualaikum.”