Disusun Oleh:
Kelompok 8
Frythariadini 2111313039
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Resiko Perilaku Kekerasan”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Keperawatan Psikiatri. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan para pembaca dan juga bagi penulis mengenai “Resiko Perilaku Kekerasan”.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................4
BAB II ...........................................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Klien dengan perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai diri sendiri dan individu lain yang tidak menginginkan tingkah laku tersebut yang
disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi (Kusumawati & Hartono,
2010). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendefinisikan kekerasan sebagai
penggunaan sengaja fisik kekuatan atau kekuasaan, terancam atau aktual, melawan diri
sendiri, orang lain atau terhadap kelompok atau komunitas yang baik menghasilkan atau
memiliki kemungkinan tinggi yang mengakibatkan cedera, kematian, kerugian psikologis,
malfungsi pembangunan atau kekurangan.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukaiatau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan
secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional,
marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual(merasa dirinya sangat berkuasa, tidak
bermoral). Perilaku kekerasan merupakansuatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia
akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).
4
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar resiko perilaku kekerasan ?
2. Apa saja etiologi resiko perilaku kekerasan ?
3. Apa saja tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan ?
4. Apa yang dimaksud rentang respon dari resiko perilaku kekerasan?
5. Apa saja pohon masalah dari resiko perilaku kekerasan?
6. Apa saja komplikasi dari resiko perilaku kekerasan?
7. Apa mekanisme koping dari pasien dengan resiko perilaku kekerasan?
8. Apa saja penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan?
9. Apa saja asuhan keperawatan teoritis pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan ?
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Ekspresi marah yang segera karena suatu
penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi
marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak
langsung. Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan
yang harus dicapai terhambat. (Depkes RI, 1996). Kemarahan yang ditekan atau pura-
pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
6
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. (Dermawan,
Deden,dkk, 2013).
7
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk merespon asertif dan
agresif
b) Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialitas.
b. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik.
Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan
lain-lain) maupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa
cinta, takut terhadap penyakit fisik, dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat
memicu perilaku kekerasan. (Dermawan, Deden, 2013).
Data subjektif :
Data objektif :
a. Muka merah
b. Mata melotot
c. Rahang dan bibir mengatup
d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal
8
e. Tampak mondar-mandir
f. Tampak bicara sendiri dan ketakutan
g. Tampak berbicara dengan suara tinggi
h. Tekanan darah meningkat
i. Frekuensi denyut nadi meningkat
j. Nafas pendek
(Kartika Sari Wijayaningsih, 2015)
Adaptif Maladaptif
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berperilaku pasif, asertif, dan
agresif/perilaku kekerasan.
Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan
yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan. Respon rasa marah bisa diekspresikan
secara eksternal (perilaku kekerasan) maupun internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstrukstif, menggunakan kata-kata
yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan
9
persaan lega, menurunkan ketegangan sehingga perasaan marah diekspresikan dengan
perilaku kekerasan biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian
tidak menyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan berkepanjangan
dan perilaku destruktif.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan marah dilakukan individu
seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marahnya sehingga
rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa
bermusuhan yang lama dan suatu saat akan menimbulkan perasaan destruktif yang
ditujukan kepada diri sendiri. (Dermawan, Deden, 2013).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
10
2.7 Mekanisme Resiko Perilaku Kekerasan
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (Stuart dan Sudden, 1998). Kemarahan merupakan
ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme
koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:
11
Antianxiaty dan sedative-hypnotics, obat-obatan ini mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam sering digunakan dalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak
direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk symptom depresi. Selanjutnya,
pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari benzodiapzepines, dapat
mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspiron obat anxiety, efektif dalam
mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini
ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala,
demensia, dan development disability.
1. Pengkajian Keperawatan
12
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
1. Identitas pasien
2. Alasan Masuk
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat di rumah
sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan meliputi ancaman terhadap fisik,
ancaman internal dan ancaman eksternal.
3. Riwayat
Penyakit sekarang Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor
yang memperberat kejadian seperti putus pengobatan, melukai orang lain, diri
sendiri maupun lingkungan.
4. Faktor Predisposisi
5. Faktor Presipitasi
6. Pemeriksaan Fisik
13
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan pasien.
7. Pengkajian Psikososial
Genogram Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi
keluarga dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuh.
Konsep diri
a) Gambaran diri
Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
tidak disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
b) Identitas diri
Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan pasien
terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan
posisinya.
c) Fungsi peran
Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompok masyarakat,
kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau perannya,
perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e) Harga diri
Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada
pasien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, 20 identitas diri
tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak
sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau penghargaan
orang lain.
Hubungan Sosial
14
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien, dan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, peran dalam kelompok, hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain.
Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.
8. Status Mental
1. Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah
ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian sesuai, cara berpakaian.
2. Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suara keras,
tinggi, menjerit atau berteriak.
3. Aktivitas motorik
Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan), kompulsif
(kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-otot wajah yang berubah-ubah
dan tidak terkontrol). Seperti menggepalkan tangan, merusak barang atau
benda, rahang mengatup.
4. Afek dan Emosi
a) Afek Biasanya klien labil, emosi cepat berubahrubah dan tidak sesuai,
emosi bertentangan dan berlawanan dengan stimulus
b) Emosi Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat, tidak aman
dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, bermusuhan,
mengamuk serta menuntut.
5. Interaksi selama wawancara
a) Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
b) Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan dengan spontan
c) Mudah tersinggung
d) Bermusuhan
e) Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
f) Curiga
6. Persepsi sensori
15
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penghidu.
7. Proses pikir
a) Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai pada tujuan.
b) Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada
tujuan.
c) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antara satu
kalimat dengan kalimat yang lain.
8. Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia selalu
menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkan pertemuan dengan
keluarga dekatnya.
9. Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak mengarah
pada tujuan)
10. Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat mengingat kejadian
b) Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat mengingat dalam
minggu terakhir
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidak mampu
berkonsentrasi.
12. Kemampuan penilaian
Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan penilaian terhadap
situasi, kemudian dibandingkan dengan yang seharusnya.
13. Daya litik diri
a) Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan pasien
menyangkal keadaan penyakitnya.
b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain atau
lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah
sekarang.
14. Kebutuhan makan dan mandi
a. Makan
16
Biasanya frekuensi makan, jumlah, variasi, macam dan cara makan,
observasi kemampuan pasien menyiapkan dan membersihkan alat
makan
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan pasien untuk Buang Air Besar (BAB) dan BAK,
pergi menggunakan WC
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi,
cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan pasien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian, observasi penampilan dadanan pasien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang,malam, persiapan
sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
h. Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam belanja untuk
keperluan sehari-hari.
j. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya
tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat
rumah tangga.
k. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi
dengan lingkungan.
17
2. Diagnosa Keperawatan
Dari data pengkajian subyektif dan obyektif yang didapatkan bahwa pasien sering
memperlihatkan mengancam secara fisik, verbal, emosional kepada orang lain atau
lingkungan sekitar, pasien termasuk kedalam diagnosa perilaku kekerasan sesuai
yang sudah dijelaskan. Data pengkajian dalam kasus ini menyimpulkan bahwa
perilaku pasien termasuk kepada golongan resiko perilaku kekerasan (Mukti,
2021)
3. Intervensi Keperawatan
Pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan dapat dilakukan dengan pemberian
teknik mengontrol perilaku kekerasan dengan pemberian
1) SP I cara fisik yaitu relaksasi tarik nafas dalam serta penyaluran energi
Latihan : Melakukan cara mengontrol amarah
a. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam
b. Pukul bantal.
2) SP II dengan pemberian obat
Bantu pasien mengotrol resiko perilaku kekerasan dengan minum obat secara
teratur.
3) SP III verbal atau social
Bantu pasien mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan menganjurkan
pasien berbicara yang baik bila sedang marah, dengan tiga cara :
- Meminta sesuatu dengan baik tanpa marah.
- Menolak sesuatu dengan baik.
- Mengungkapkan perasaan kesal
4) SP IV spiritual
Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan resiko perilaku kekerasan
dengan cara beribadah dan libatkan keluarga dalam proses pengendalian resiko
perilaku kekerasan.
18
Intervensi tersebut dilakukan kepada pasien lalu pasien diberikan jadwal
kegiatan sehari dalam upaya mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol
perilaku kekerasan pasien (Hasannah, 2019).
Tindakan keperawatan resiko perilaku kekerasan mengacu pada SP pasien
perilaku kekerasan sebagai berikut :
Tujuan
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab resiko prilaku kekerasan
2) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko perilaku kekerasan
3) Klien dapat menyebutkan jenis resiko perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Klien dapat menyebutkan akibat dari resiko perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Klien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol resiko perilaku
kekerasannya
6) Klien dapat mencegah/mengontrol resiko perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, social, dan denga terapi psikofarmaka (kelliat, 2013)
Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya
perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam
membina hubungan saling percaya adalah :
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabatan tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien
Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai 10 tujuan yang telah di
tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan utnuk menciptakan
19
saling percaya dan saling membantu, kemampuan melakukan teknik, psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistemis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi.
5. Evaluasi Keperawatan
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas maka dapat disimpulakan bahwa Resiko perilaku
kekerasan yakni kondisi dimana individu pernah atau mengalami riwayat mencederai dirinya
sendiri, orang lain ataupun lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual maupun lisan
karena individu tidak mampu mengendalikan atau mengontrol amarah secara konstruktif.
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Tristiadi Ardi. (2013). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Bandung: Karya Putra
Darwati.
Dermawan, Deden,dkk. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Efendi, Feri. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
22