Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN
MK: KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
DOSEN PENGAMPUH: Ns Echa Efendi Siswanto Amir S.Kep

Disusun Oleh:
1. Angga Firmansyah Ibrahm
2. Claudia Marsyanda Nakulo

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Asuhan Keperawatan yang berjudul PERILAKU
KESEHATAN ini disusun untuk memenuhi tugas mata Keperawatan
Kesehatan Jiwa tahun akademik 2021/2022. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi, dan
doa, makalah ini tidak akan terwujud. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih kepada Ns Echa Efendi Siswanti Amir S.Kep selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa yang telah membimbing dalam kegiatan
belajar mengajar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya
khususnya mahasiswa keperawatan dan masyarakat umum.
Akhir kata kami menyadari makalah ini masih banyak kesalahan,
baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung didalam makalah
ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................................
BAB II Tinjauan Teoritis..................................................................................................
A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan..................................................................................
B. Definisi............................................................................................................................
C. Rentan Respon Marah.....................................................................................................
D. Etiologi...........................................................................................................................
E. Tanda dan Gejala.............................................................................................................
F. Pohon Masalah................................................................................................................
G. Komplikasi......................................................................................................................
H. Mekanisme Koping.........................................................................................................
I. Penatalaksanaan Medis....................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................
A. Pengkajian.......................................................................................................................
B. Analisa Data....................................................................................................................
C. Daftar Masalah Keperawatan..........................................................................................
D. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................
E. Rencana Tindakan Keperawatan.....................................................................................
F. Implementasi dan Evaluasi..............................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali
luput dari perhatian dan merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama di negara-negara maju dan berkembang. Meskipun gangguan jiwa itu tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun
masalah tersebut dapat menyebabkan ketidakmampuan baik secara individu
maupun secara kelompok yang akan menghambat pembangunan karena dianggap
tidak produktif dan tidak efesien (Hawari, 2009).
Meskipun penderita gangguan jiwa belum bisa disembuhkan 100%, tetapi
para penderita gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan diperlakukan
secara manusiawi. UU RI No. 18 Tahun 2014 Bab I Pasal 3 Tentang Kesehatan
Jiwa telah dijelaskan bahwa upaya kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap
orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan
yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat
mengganggu kesehatatan jiwa (Kemenkes, 2014).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI (2012),
gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara
tidak hanya di Indonesia saja. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya
gangguan jiwa psikotik/skizofrenia saja tetapi kecemasan, depresi dan
penggunaan Narkoba Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) juga menjadi
masalah gangguan jiwa. Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita
gangguan jiwa cukup banyak diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan
psikosis/skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1.728 orang.
Gangguan jiwa menunjukkan tanda/gejala seperti: waham, halusinasi,
marah-marah. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku
seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan. (AH,
Yusuf, dkk 2015). Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita

4
gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang
menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya
tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu
tidak mendapatkan perawatan. (Kemenkes RI, 2012).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan.
2. ujuan khusus
a. Menggambarkan pengkajian dengan perilaku kekerasan
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan dengan perilaku kekerasan
c. Menggambarkan perencanaan keperawatan dengan perilaku kekerasan
d. Menggambarkan implementasi keperawatan dengan perilaku kekerasan
e. Menggambarkan evaluasi keperawatan dengan perilaku kekerasan
f. Menggambarkan hasil asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan
g. Menggambarkan dokumentasi asuhan keperawatan yang diberikan dengan
perilaku kekerasan

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


Konsep dasar keperawatan jiwa pada perilaku kekerasan meliputi:
defenisi, teori, rentang respon, factor predisposisi, factor presipitasi, mekanisme
terjadinya perilaku agresi, gejala marah, mekanisme koping pada perilaku
kekerasan dan asuhan keperawatan jiwa perilaku kekerasan yang terdiri dari 5
tahap proses asuhan keperawatan.(Muhith, Abdul, 2015)

B. Defenisi
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive
behavior) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan
atau menyakiti orang lain, termasuk kepada hewan atau benda-benda. Ada
perbedaan antara agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun perasaan dengan
agresi sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan,
kekecewaan perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah yang dapat
membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan atau
menghukum yang berupa tindakan menyerang orang lain (assault), agresivitas
terhadap diri sendiri (self aggression) serta penyalahgunaan narkoba (drugs
abuse). Untuk melupakan persoalan hingga tindakan bunuh diri juga merupakan
suatu bentuk perilaku agresi. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. (Muhith, Abdul, 2015). Berdasarkan defenisi ini, maka perilaku
kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku secara verbal dan fisik. Sedangkan
marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu
perangkat perasaan marah (Stuart dan Sudden, 1995).
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Ekspresi marah yang
segera karena suatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena

6
secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering
diekspresikan secara tidak langsung. Marah adalah pengalaman emosi yang kuat
dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat. (Depkes RI,
1996). Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk
yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan. (Dermawan, Deden,dkk, 2013).

C. Rentang Respon Marah

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Violence


(Ermawati Dalami, dkk 2014)

Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berperilaku pasif, asertif, dan
agresif/perilaku kekerasan.
a. Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau
menyakiti orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan pada
individu.
b. Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan dengan
tujuan menghindari suatu ancaman nyata.

7
c. Agresif/perilaku kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat
tinggi atau ketakutan (panik).

Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan. Respon rasa marah bisa
diekspresikan secara eksternal (perilaku kekerasan) maupun internal (depresi dan
penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstrukstif, menggunakan kata-
kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan
memberikan persaan lega, menurunkan ketegangan sehingga perasaan marah
diekspresikan dengan perilaku kekerasan biasanya dilakukan individu karena ia
merasa kuat. Cara demikian tidak menyelesaikan masalah, bahkan dapat
menimbulkan kemarahan berkepanjangan dan perilaku destruktif.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan marah dilakukan
individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marahnya
sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan
rasa bermusuhan yang lama dan suatu saat akan menimbulkan perasaan destruktif
yang ditujukan kepada diri sendiri. (Dermawan, Deden, 2013).

D. Etiologi
1. Faktor Presisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.
a. Faktor biologis
1. Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebakan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2. Psychosomatic Theory (teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal

8
ini system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1. Frustration Aggression Theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat
mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi
akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung
3. Eksistensial Theory (Teory Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku
destruktif.
c. Faktor sosiokultural
1. Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk merespon asertif dan agresif
2. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialitas.

2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu
bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,
kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam (putus hubungan dengan
orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik, dan

9
lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan. (Dermawan, Deden, 2013).

E. Tanda Dan Gejala


Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya antara lain:
Data subjektif:
a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.
b. Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar,
rasa tercekik, dada terasa sekal dan bingung
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
Data objektif
a. Muka merah
b. Mata melotot
c. Rahang dan bibir mengatup
d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal
e. Tampak mondar-mandir
f. Tampak bicara sendiri dan ketakutan
g. Tampak berbicara dengan suara tinggi
h. Tekanan darah meningkat
i. Frekuensi denyut nadi meningkat
j. Nafas pendek
(Kartika Sari Wijayaningsih, 2015)

F. Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri sendiri, dan orang lain

2.
Perilaku Kekerasan Gangguan persepsi
sensori: halusinasi
10 pendengaran
Regiment terapeutik Harga diri rendah Isolasi sosial:
inefektif kronis menarik diri

Koping keluarga Berduka


tidak efektif disfungsional

(Fitria, Nita 2010)

G. Komplikasi
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart dan Sudden,
1998). Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi: menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengalami suatu
dorongan, penyaluran ke arah lain. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada objek lain meremas adonan kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan
akibat rasa marah.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain, mengenal kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang

11
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu dan
mencumbunya
c. Represi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci kepada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil, membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik
dan dikutuk oleh Tuhan sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya
ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bisa diekspresikan
dengan berlebih-lebihan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman-teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada objek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun yang marah karena ia baru saja
mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya,
mulai bermain perang-perangan dengan teman-temannya. (Muhith, Abdul,
2015).

I. Penatalaksanaan Medis
Antianxiaty dan sedative-hypnotics, obat-obatan ini mengendalikan agitasi
yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam sering digunakan
dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena dapat
menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk symptom
depresi. Selanjutnya, pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari
benzodiapzepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspiron
obat anxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan
dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku

12
agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala, demensia, dan development
disability.
Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsive dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan
trazodone, efektif untuk menghilangkan agresitivitas yang berhubungan dengan
cedera kepala dan gangguan mental organic. Mood Stabilizer penelitian
menunjukkan bahwa pemberian lithium efektif untuk agresif karena manic. Pada
beberapa kasus, pemberiannya untuk menurunkan perilaku agresif yang
disebabkan oleh gangguan lain seperti RM, cedera kepala, skizofrenia, gangguan
kepribadian. Pada klien dengan epilepsy lobus temporal, bisa meningkatkan
perilaku agresif. Pemberian carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif
pada klien dengan kelainan (electroencephalograms).
Antipsyhoyic, obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan
perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi atau perilaku psikotik
lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu, namun diberikan hanya untuk
1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan. Medikasi lainnya, banyak kasus
menunjukkan bahwa pemberian naltrexone (antagonis opiat) dapat menurunkan
perilaku mencederai diri. Betablockers seperti propanolol dapat menurunkan
perilaku kekerasan pada anak dan pada klien dengan gangguan mental organic.
(Muhith, Abdul, 2015).

a. Faktor sosiokultural
1. Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk merespon asertif dan agresif
2. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialitas.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Desa Lau Damak Pekan Bahorok
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pengkajian :
Sumber Data : Klien, keluarga dan status klien

2. Alasan Masuk
Klien dibawa ke Puskesmas karena bicara-bicara sendiri, mengurung diri,
mendengar suara yang menyuruhnya memukul dirinya sendiri dan membenturkan
kepala ke dinding, memukul istri, susah tidur, merusak dan melempar-lempar
barang.

3. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami ganguan jiwa di masalalu  Ya - Tidak
2. Pengobatan sebelumnya - Berhasil  Kurang berhasil - Tdk
berhasil
Klien pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu, sudah pernah
dibawa berobat namun pengobatannya kurang berhasil karena klien tidak teratur
minum obat di rumah. Dan klien datang kembali berobat ke Puskesmas pada
bulan Mei 2019. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Dalam keluarga hanya klien yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan: Regiment terapeutik inefektif

14
4. Fisik
1. Tanda vital: TD:120/70 mmHg HR: 80x/i
Temp: 360c RR: 20x/i
2. Ukur: TB : 160 cm BB: 64 kg
3. Klien tidak memiliki keluhan tentang fisiknya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
5. Psikososial
Genogram

Keterangan :

: laki -laki

: prempuan

: klien laki-laki

: keluarga laki-laki yang meninggal

: keluarga perempuan yang meninggal

Klien mengatakan anak ke empat dari lima bersaudara, klien sudah menikah dan
mempunyai 4 orang anak dan tinggal serumah dengan istri dan ke empat anaknya.

6. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien menyukai bentuk tubuhnya dan tidak ada yang istimewa
b. Identitas
Klien anak ke empat dari lima bersaudara
c. Peran

15
Klien berperan sebagai suami dan ayah untuk anak-anaknya
d. Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh
e. Harga diri
Klien merasa dirinya tidak berharga karena tidak bisa bekerja
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
7. Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam hidup klien adalah istri dan anak. Klien tidak
pernah ikut dalam kegiatan kelompok di masyarakat. Penyakit klien menyebabkan
klien lebih memilih menyendiri.

8. Spiritual
Klien beragama Islam dan klien menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa

9. Status Mental
a. Penampilan
- Tidak Rapi - Penggunaan pakai tidak sesuai - Cara berpakaian
tidak seperti biasanya
Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai fungsinya dan tidak terbalik.
b. Pembicaraan
- Cepat  Keras  Gagap - Inkhoren - Apatis

- Lambat - Membisu - Tidak mampu memulai pembicaraan


Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema
yang dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
c. Aktivitas Motorik
- Lesu - Tegang  Gelisa  Agitasi - Tremor

Klien tampak gelisah dan bingun, terkadang mondar-mandir


d. Alam perasaan
 Sedih - Ketakutan - Putus asah - Khawatir

16
Alam perasaan klien saat ini sedih karena merasa tidak berguna karena sakit
yang dialaminya
e. Afek
- Datar - Tumpul  Labil - Tidak sesuai
Labil karena klien mudah marah, mudah emosi bila ditanya tentang
masalahnya secara berulang-ulang.
Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien dapat diajak kerja sama dengan perawat dan kontak
mata sepenuhnya.
g. Persepsi
 Pendengaran - Penglihatan - Perabaan - Pengecapan

Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul


dirinya sendiri
Masalah Keperawatan: Halusinasi pendengaran
h. Proses pikir
Selama wawancara klien dapat menjawab pertanyaan secara lancar dan
sesuai.
i. Isi pikir
- Obsesi - Fobia - Hipokondria - Depresionalisasi
Klien mengatakan tidak ada perasaan curiga kepada orang lain.

j. Tingkat kesadaran
Klien sadar penuh (compos mentis) dan konsentrasi saat sedang di
wawancarai.
k. Memori
- Gangguan ingat jangka panjang - Gangguang ingat jangka pendek

- Gangguan daya ingat saat ini

17
Klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu dan sekarang (saat dibawa
ke Puskesmas dan diantar oleh keluarga dan klien dapat mengingat nama
perawat saat berkenalan).
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
- Mudah beralih - Tidak mampu kosentrasi - Tidak mampu
menghitung sedrhana
Klien mampu konsentrasi dan dapat berhitung secara sederhana
m. Kemampuan penilaian
- Gangguan ringan - Gangguan bermakna
Klien mampu mengambil keputusan yang mana baik dan buruk
n. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang dideritanya

10. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
- Bantuan minimal - Bantuan maksimal

2. BAB/BAK

- Bantuan minimal - Bantuan total

Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti
biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang dan malam. Klien BAB 1x sehari dan
BAK kurang lebih 5x sehari, dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,
menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik. Klien tidak mengetahui
tentang pemakaian obat-obatan, klien mandi 2x sehari dengan mandiri.

11. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien merasa terasingkan diantara keluarga dan lingkungan karena
penyakit yang dialami klien saat ini.

18
Masalah dengan dukungan lingkungan: sebelum dibawa ke Puskesmas
klien mau mengikuti kegiatan di lingkungan, namun orang-orang tidak menerima
kehadirannya karena emosinya yang tidak terkendali.
Masalah Keperawatan: Menarik diri, isolasi sosial

B. Analisa Data
No Analisa Data Masalah
1 DS: Resiko perilaku
- Klien mengatakan mendengar suara-suara kekerasan
yang menyuruhnya untuk memukul dirinya
sendiri
- Keluarga klien mengatakan pernah
membenturkan kepalanya ke dinding
- Klien mengatakan saat marah tidak bisa
mengontrol emosinya
- Klien mengatakan pernah memukul istrinya
- Keuarga mengatakan di rumah klien sering
merusak dan melempar-lempar barang.
DO:
- Wajah klien tampak tegang
- Wajah memerah
- Tangan mengepal
- Pandangan mata tajam
2 DS: Gangguan persepsi
- Klien mengatakan mendengar suara-suara sensori: halusinasi
yang menyuruhnya untuk memukul dirinya pendengaran
sendiri
DO:
- Klien tampak berbicara sendiri
3 DS: Isolasi sosial: Menarik
- Klien mengatakan malas berinteraksi

19
dengan orang-orang di sekitarnya Diri
- Klien mengatakan lebih senang hidup
menyendiri
- Keluarga mengatakan sewaktu di rumah
klien sering mengurung diri di kamar
DO:
- Klien tampak menyendiri
- Klien sering mengurung diri di kamar
4 DS: Gangguan Konsep
- Klien mengatakan bahwa dirinya tidak Diri: Harga Diri
berguna karena sakit Rendah
DO:
- Klien tampak sedih
- Wajah klien tampak murung
5 DO : Penatalaksanaan
- Klien mengatakan saat di rumah tidak Regiment Terapeutik
teratur minum obat Inefektif
DS:
- Obat yang diberikan tidak diminum teratur
oleh klien
- Penyakit klien kambuh lagi
- Klien kembali berobat ke Puskesmas

C. Aspek Medik
Diagnosis Medik: Skizofrenia paranoid Perilaku Kekerasan
Therapy Medik:
Clozapine 1x1
Trihexypenidil 2mg 2x1
Risperidone 2mg 2x1

20
D. Daftar Masalah Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Isolasi sosial: Menarik Diri
4. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
5. Penatalaksanaan Regiment Terapeutik Inefektif

E. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah


Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan

21
F. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi Pendengaran
Penatalaksanaan Regiment
Teraupetik inefektif
Isolasi Sosial: Menarik diri

Gangguan Konsep diri: Harga Diri Rendah

22
F. Rencana Tindakan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Resiko mencederai Tujuan Keperawatan: 1. Klien 1. Bina hubungan saling  Kepercayaan
diri sendiri, orang Klien dapat menunjukkan percaya dengan dari klien
lain dan lingkungan mengontrol atau tanda-tanda menggunakan prinsip merupakan hal
berhubungan dengan mengendalikan percaya kepada komunikasi teraupetik yang mutlak
perilaku kekerasan perilaku kekerasan perawat  Sapa klien dengan ramah serta akan
 Ekspresi wajah baik verbal maupun memudahkan
Tujuan Khusus: bersahabat nonverbal dalam
- Klien dapat  Menunjukkan  Perkenalkan nama melakukan
membina hubungan rasa senang lengkap, nama pendekatan dan
saling percaya  Ada kontak panggilan, dan tujuan tindakan
- Klien dapat mata perawat berkenalan keperawatan
mengenal perilaku  Mau berjabat  Tanyakan nama lengkap kepada klien
kekerasan yang tangan dan nama panggilan  Menentukan
dilakukannya yang disukai klien mekanisme
 Mau
- Klien dapat  Buat kontrak yang jelas koping yang
menyebutkan
mengidentifikasi dimiliki klien
nama  Tunjukkan sikap jujur

23
tanda-tanda perilaku  Mau duduk dan menepati janji setiap dalam
kekerasan berdampingan kali berinteraksi menghadapi
- Klien dapat dengan perawat  Tunjukkan sikap empati masalah serta
mengidentifikasi  Bersedia dan menerima apa sebagai
perilaku kekerasan mengungkapkan adanya langkah awal
yang pernah masalah yang  Beri perhatian kepada dalam
dilakukan dihadapi klien dan masalah yang menyusun
- Klien dapat 2. Klien dihadapi klien strategi
mengidentifikasi menceritakan  Dengarkan dengan berikutnya
perilaku kekerasan penyebab perilaku penuh perhatian  Melihat
yang pernah kekerasan yang 2. Bantu klien mekanisme
dilakukan dilakukannya: mengungkapkan perasaan koping klien
- Klien dapat  Menceritakan marahnya: dalam
mengidentifikasi penyebab  Motivasi klien untuk menyelesaikan
akibat perilaku perasaan menceritakan penyebab masalah yang
kekerasan jengkel/marah, rasa kesal atau dihadapi
- Klien dapat baik dari diri jengkelnya  Membantu
mengidentifikasi sendiri maupun  Dengarkan tanpa klien melihat
cara konstruktif lingkungannya menyela atau memberi dampak yang

24
dalam 3. Klien penilaian setiap ditimbulkan
mengungkapkan menceritakan ungkapan perasaan klien akibat perilaku
kemarahan tanda-tanda saat 3. Bantu klien kekerasan yang
- Klien dapat terjadi perilaku mengungkapkan tanda- dilakukan klien
mendemonstrasikan kekerasan. tanda perilaku kekerasan  Menurunkan
cara mengontrol  Tanda sosial: yang dialaminya: perilaku
perilaku kekerasan bermusuhan  Motivasi klien untuk destruktif yang
- Klien mendapatkan yang dialami menceritakan kondisi akan
dukungan dari saat terjadi fisik saat perilaku mencederai
keluarga untuk perilaku kekerasan terjadi klien dan
mengontrol perilaku kekerasan  Motivasi klien lingkungan
kekerasan  Tanda menceritakan kondisi sekitar
- Klien menggunakan emosional: emosionalnya saat terjadi  Keinginan
obat sesuai program perasaan marah, perilaku kekerasan untuk marah
yang telah jengkel dan  Motivasi klien tidak tahu
ditetapkan bicara kasar menceritakan hubungan kapan
 Tanda fisik: dengan orang lain saat munculnya,
mata merah, terjadi perilaku serta siapa
tangan yang akan

25
mengepal, kekerasan memicunya
ekspresi tegang 4. Diskusikan dengan klien  Meningkatkan
dan lain-lain perilaku kekerasan yang kepercayaan
4. Klien menjelaskan dilakukannya selama ini: diri klien serta,
 Jenis-jenis  Motivasi klien untuk asertifitas klien
ekspresi menceritakan jenis-jenis saat
kemarahan yang tindak kekerasan yang marah/jengkel
selama ini selama ini pernah  Meningkatkan
dilakukannya dilakukannya asertifitas klien
 Perasaan saat  Motivasi klien untuk dalam
melakukan menceritakan perasaan menghadapi
kekerasan setelah tindakan tersebut marah
 Efektivitas cara  Diskusikan apakah  Keluarga
yang dipakai dengan tindakan tersebut merupakan
dalam masalah yang dialami system
menyelesaikan dapat teratasi pendukung
masalah 5. Diskusikan dengan klien utama bagi
5. Klien menjelaskan akibat negatif yang klien
akibat tindakannya dilakukan kepada/pada:  Menyukseskan

26
bagi:  Diri sendiri program
 Diri sendiri  Orang lain pengobatan
 Orang lain  Lingkungan klien

 Lingkungan 6. Diskusikan dengan klien:


6. Klien menjelaskan  Apakah klien mau
cara yang sehat mempelajari cara baru
untuk untuk mengungkapkan
mengungkapkan marah yang sehat
marah  Jelaskan berbagai
7. Klien alternatif pilihan untuk
memperagakan mengungkapkan
cara mengontrol kekerasan yang diketahui
perilaku kekerasan: klien
 Fisik: tarik  Jelaskan cara-cara sehat
napas dalam- untuk mengungkapkan
dalam, marah:
memukul Cara fisik: napas dalam,
bantal/kasur pukul bantal atau kasur,
 Verbal:

27
mengungkap olahraga
kan perasaan Cara verbal:
kesal/jengkel Mengungkapkan bahwa
kepada orang dirinya sedang kesal
lain tanpa kepada orang lain
menyakiti Cara sosial: Latihan
 Spiritual: asertif dengan orang lain
berdoa sesuai Cara spiritual:
agam sholat/berdoa, zikir,
8. Keluarga: meditasi dan lain-lain
 Menjelaskan 7. Diskusikan cara yang akan
cara merawat dipilih dan anjurkan klien
klien dengan memilih cara yang
perilaku memungkinkan untuk
kekerasan mengungkapkan kemarahan
 Mengungkap 8. Latih klien memperagakan
kan perasaan cara yang dipilih:
puas dalam  Peragakan cara yang
dipilih

28
merawat klien  Jelaskan manfaat cara
9. Klien menjelaskan tersebut
 Manfaat minum  Anjurkan klien
obat menirukan peragaan
 Kerugian tidak yang sudah dilakukan
minum obat  Beri penguatan kepada
 Nama obat klien, perbaiki cara yang
 Bentuk dan masih belum sempurna
warna obat 9. Anjurkan klien
 Dosis yang menggunakan cara yang
diberikan sudah dilatih saat
 Waktu marah/jengkel
pemakaian 10. Diskusikan pentingnya

 Cara pemakaian peran dan dukungan

 Efek yang keluarga sebagai

dirasakan pendukung klien untuk


mengatasi perilaku
 Klien
kekerasan
menggunakan
11. Diskusikan potensi keluarga
obat sesuai

29
program untuk membantu klien
mengatasi perilaku
kekerasan
12. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan cara
merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat
dilakukan oleh keluarga
13. Peragakan cara merawat
klien
14. Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan ulang
15. Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan
16. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatih
17. Jelaskan kepada klien
 Manfaat minum obat

30
 Kerugian tidak minum
obat
 Nama obat
 Bentuk dan warna obat
 Dosis yang diberikan
 Waktu pemakaian
 Cara pemakaian
 Efek yang dirasakan
18. Anjurkan klien
 Meminta dan
menggunakan obat tepat
waktu
 Melapor kepada
perawat/dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa
 Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien

31
menggunakan obat

32
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari / tanggal : Jumat 30 September 2022


Ruangan : Ruangan Melati
Nama klien : Tn. A
Umur : 50 Tahun

A. Prsedur
1. Kondisiklien
DS :
- Klien mengatakan mudah marah, cepat tersinggung, jengkel / kesal

DO :
- Mata klien tampak merah dan melotot
- Wajah klien tampak tegang
- Nada suara klien terdengar tinggi
- Klien tampak berdebat
- Klien tampak memukul dan melukai orang lain
- Sering mengeluarkan ancaman
- Klien tampak merusak lingkungan

2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan Keperawatan

a. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

33
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
 Klien Dapat Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
 Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan
 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Klien dapat mengidentifikasi cara konstruksi dalam
mengungkapkan kemarahan
  Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasaan
4. Tindakan Keperawatan
 Bina Hubungan saling percaya
 Identifikasi penyebab perilaku kekerasan
 Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
 Identifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
 Identifikasi akibat perilaku kekerasan
 Bantu klien memperaktekan latihan cara mengontrol fisik
 Anjurkan klien memasukkan kegiatannya dalm jadwal harian

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1 Pasien
Fase Orientasi
Selamat paga Pak, perkenalkan nama saya Angga Ibrahim, panggil saya
angga saya perawat yang dinas di ruangan ini. Hari ini saya dinas dari jam
7 pagi sampai jam 2 siang. Saya yang akan merawat Bapak, selama bapak
di rumah sakit ini Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?

34
Berapa lama Bapak mau berbincang dengan saya? Bagai mana kalau 30
menit?
Fase Kerja
“Apa yang menyababkan Bapak A marah? Terus Penyebabnya apa?
Samakah dengan sekarang?
“ Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, bagaimana
kalau kita belajar salah satu cara dulu?”
“Begini Pak kalau tanda-tanda marah tada sudah bapak A rasakan, Bapak
berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan
perlahan-lahan melalui mulit seperti mengeluarkan rasa marah di ualang
selama 5x ya pak”
“Bagaimana Perasaanya Pak?”
Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan Bapak A setelah bincang-bincang dengan saya?
“Jadi Pak coba selama saya tidak ada
“Sekerang kita buat jadwal latihannya ya Pak, berapa kali sehari bapa mau
latihan Napas dalam?”
“Baik bagaimana 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah mengendalikan marah.”
“Tempatnya di sini saja ya Pak”?
“Selamat Pagi”.
SP 2
Fase Orientasi
“Selamat Siang Pak A, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Baik, sekarang kita akan belajar mengendalikan perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”.
“Mau berapa lama?. Bagaimana kalau 20 menit?”
“Dimana Kita bicara?
Fase Kerja

35
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal
selain napas dalam Bapak dapat memukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
Bapak?
“Nah coba sekarang Bapak lakukan pukul kasur dan bantal”
“Ya sekali lagi Pak
“Kekesalan lampiaskan ke kasur dan bantal”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi”?
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?
Nah Bagus”
“Mari kita msukan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari Bapak. Pukul
berapa Bapak mau memprktikan memukul bantal?
“Oh oke baiklah besok jam 10 pagi, kita ketemu lagi kita akan latihan cara
mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai jumpa”
SP 3
Fase Orientasi
“selamat pagi Pak, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita
bertemu lagi. Bagaimana Pak sudah dilakukan teknik napas dalam dan
pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?
“Oh bagus. Bagaimana kalau sekarang kita lakukan cara bicara yang baik
untuk mencegah marah”?
“Dimana kita berbincang-bincang?. Bagaiman kalu di halaman depan
saja?” Bisa kita berbincang-bincang 30 menitan?
Fase Kerja
“Baiklah sekarang kita latihan cara bicara yang baik”
“Kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah ada tiga
caranya Pak”

36
“Baiklah yang pertama meminta dengan cara baik tanpa marah dengan
nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Coba
baik minta uang dengan baik katakan “Bu, saya perlu uang untuk
membelih the.” Coba Bapak Praktikan “Yah bagus Pak”
“Yang kedua menolak dengan baik, jika ada yang menyruh dan Bapak
tidak ingin pergi katakan “maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan.” Coba Bapak praktekan. Bagus Pak
“Yang Ketiga Mengngkapkan perasaan keseal, jika ada perkataan orang
lain yang membuat kesal, Bapak dapat mengatakan”saya tidak ingin marah
karena perkataanmu itu.” Coba Praktekkan. Nah Bagus”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengendalikan marah dengan bicara yang baik?”
“Coba Bapak sebutkan lagu cara bicara yang baik yang kita pelajari tadi!
Bagus sekali! Sekarang mari kita memasukan dalam jadwal. Berapa kali
sehari baik mau latihan bicara dengan baik?
“Ok nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasah marah
Bapak, Yaitu dengancara beribadah Bapak setuju? Mau dimana Pak? ?
Baik sampai nanti ya!”
SP 4
Fase Orientasi
“Selamat siang Pak, susuai janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“ Bagaimana Pak sudah sering latihan cara merdedakan marah yang saya
sudah ajari” Ok baiklah
“Bagaimana sekarang kita latihan cara lain untuk mecegah marah dengan
cara beribadah?
“Bagaiman Kalau kita langsung ke mushola aja untuk latihan nya”
Fase Kerja
“Coba Bapak ceritakan ke saya ibadah yang bisa Bapak Lakukan”
“Baik yang mana yang mau di coba Pak?”

37
“Baiklah Mari kita lakukan”
Fase Terminasi
“Bagai mana perasaan Bapak setelah kita melakukan Prakek merdhkan
marah dengan cara beribadah Pak?”
“Baiklah pak seteleh ini jika Bapak ada perasaan mara Bapak bisa coba
beribadah untuk meghilangkan rasa mara”
“Baiklah Pak Waktunya sudah selasai saya ijin pamit yaa!!!

38
.

39
Implementasi dan Evaluasi Pada Pasien Perilaku Kekerasan
No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1. Senin, Resiko Sp 1 S:
27 Mei 2019 mencederai Fase orientasi - Klien mengatakan sudah mengerti
diri sendiri, P: Selamat pagi Pak cara mengungkapkan rasa marah
orang lain K: Pagi mantri dengan cara fisik: relaksasi napas
dan P: perkenalkan nama saya Angga Ibrahim, panggil dalam
lingkungan saya angga saya perawat yang dinas di ruangan ini. - Kasien mengatakan perasaanya lebih
Hari ini saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 tenang dan rileks setelah
siang. Saya yang akan merawat Bapak, selama memperagakan cara yang telah dilatih
bapak di rumah sakit ini O:
Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa? - Klien menunjukkan tanda-tanda
K: Nama saya Bapak A percaya kepada perawat
P: Berapa lama Bapak mau berbincang dengan - Ekspresi wajah klien bersahabat
saya? - Ada kontak mata
K: Terserah anda - Klien mau berjabat tangan dan mau
P:Bagaimana kalau 30 menit? menyebutkan nama
K: Baiklah bisa - Klien mau duduk berdampingan

40
Fase Kerja dengan perawat
P: Apa yang menyababkan Bapak A marah? - Klien mau mengungkapkan masalah
K: Banyak yang dihadapi
P: Terus Penyebabnya apa? - Klien mau menceritakan penyebab
K: Saya tidak ada kerjaan perasaan marah
P: Pak Ada beberapa cara fisik untuk - Klien mau menceritakan kembali cara
mengendalikan rasa marah, bagaimana kalau kita yang dilakukan untuk mengungkap
belajar salah satu cara dulu?” rasa kesal atau marah secara sehat
K: Baiklah sesuai dengan cara yang telah diajari
P: Begini Pak kalau tanda-tanda marah tada sudah perawat
bapak A rasakan, Bapak berdiri, lalu tarik nafas dari - Klien mengungkapkan perasaanya
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan- setelah memperagakan cara yang
lahan melalui mulit seperti mengeluarkan rasa telah diajarkan
marah di ualang selama 5x ya pak” coba Bpk - Klien mau mendiskusikan kontrak
parktekan yang jelas dengan perawat (lokasi dan
K: Baik saya akan mencobanya waktu)
P: Bagaimana Perasaanya Pak?”
K: Perasaan mara saya sedikit berkurang A:
Masalah teratasi, klien mampu

41
Fase Terminasi mengungkapkan rasa kesal atau marah
P: Bagaimana perasaan Bapak A setelah bincang- dengan cara yang telah diajari perawat
bincang dengan saya? tentang mengungkapkan rasa kesal atau
K: Perasaan saya jauh lebih nyaman dara marah dengan cara sehat dan baik yaitu
sebelumnya cara pertama, cara fisik.
P: Jadi Pak coba selama saya tidak ada coba Bapak
praktekan secara mandiri
K: Baik
P: Sekerang kita buat jadwal latihannya ya Pak,
P:
berapa kali sehari bapa mau latihan Napas dalam?”
Intervensi dilanjutkan / Lanjutkan SP 2
K: Dua kali sehari aja
P: Baik bagaimana 2 jam lagi saya datang dan kita
latihan cara yang lain untuk mencegah
mengendalikan marah.”
K: Baik bisa
P: Tempatnya di sini saja ya Pak”?
K: Iya saya nyaman kalau disini
P: Baiklah Selamat Pagi”.
S:

42
Sp 2 - Klien mengatakan sudah mengerti
Fase Orientasi cara mengungkapkan rasa marah
P: Selamat Siang Pak A, sesuai dengan janji saya dengan memukul dengan bantal
dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” - Pasien mengatakan perasaanya lebih
K: Siang mantri bertemu lagi tenang dan rileks setelah
P: Baik, sekarang kita akan belajar mengendalikan memperagakan cara yang telah dilatih
perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara O:
yang kedua”. - Klien menunjukkan tanda-tanda
K: Baik mantri percaya kepada perawat
P: Mau berapa lama?. - Ekspresi wajah klien bersahabat
K: Terserah mantri - Ada kontak mata
P: Bagaimana kalau 20 menit?” - Klien mau berjabat tangan dan mau
K: Ya baik bisa menyebutkan nama
P: Dimana Kita bicara? - Klien mau duduk berdampingan
K: Ditempat tidur saja kali ini saya ingin ditempat dengan perawat
tidur - Klien mau mengungkapkan masalah
P: Ok baiklah yang dihadapi
Fase Kerja - Klien mau menceritakan penyebab
P: Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan perasaan marah

43
muncul perasaan kesal selain napas dalam Bapak - Klien mau menceritakan kembali cara
dapat memukul kasur dan bantal”. yang dilakukan untuk mengungkap
K: Bagaiman caranya? rasa kesal atau marah secara sehat
P: Nah Sekarang mari kita latihan memukul kasur sesuai dengan cara yang telah diajari
dan bantal. perawat
Nah coba sekarang Bapak lakukan pukul kasur dan - Klien mengungkapkan perasaanya
bantal” setelah memperagakan cara yang
K: Oke saya akan mencobanya telah diajarkan
P: Ya sekali lagi Pak - Klien mau mendiskusikan kontrak
Kekesalan lampiaskan ke kasur dan bantal” yang jelas dengan perawat (lokasi dan
K: Baiklah saya akan mencoba sekali lagi waktu)
Fase Terminasi
P: Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cara A:
menyalurkan marah tadi”? Masalah teratasi, klien mampu
K: Perasaan saya semakin lega mengungkapkan rasa kesal atau marah
P: Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba dengan cara yang telah diajari perawat
bapak sebutkan lagi? tentang mengungkapkan rasa kesal atau
K: Ada dua yang petama cara relaksasi nafas dan marah dengan cara sehat dan baik yaitu
kedua cara teknik memukul dengan bantal dengan cara memukul diri dengan

44
P: Nah Bagus” Mari kita msukan ke dalam jadwal bantal
kegiatan sehari-hari Bapak. Pukul berapa Bapak
mau memprktikan memukul bantal?
K: Pukul 7 pagi dan 3 sore aja
P: Oh oke baiklah besok jam 10 pagi, kita ketemu
P:
lagi kita akan latihan cara mengendalikan marah
Intervensi dilanjutkan / Lanjutkan SP 3
dengan belajar bicara yang baik. Sampai jumpa”
K: Iya sampai jumpa

-
Sp 3 S:
Fase Orientasi
- Klien mengatakan sudah mengerti
P: Selamat pagi Pak, sesuai dengan janji saya
cara mengungkapkan rasa marah
kemarin, sekarang kita bertemu lagi.
dengan cara berbicara baik
K: Pagi senang bertemu anda lagi
- Pasien mengatakan perasaanya lebih
P: Bagaimana Pak sudah dilakukan teknik napas

45
dalam dan pukul kasur bantal? tenang dan rileks setelah
K: Ya sudah memperagakan cara yang telah dilatih
P: Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan O:
secara teratur? - Klien menunjukkan tanda-tanda
K: Perasaan saya suduh jauh membaik jikalau percaya kepada perawat
sayamerasa marah - Ekspresi wajah klien bersahabat
P:Oh bagus. Bagaimana kalau sekarang kita - Ada kontak mata
lakukan cara bicara yang baik untuk mencegah - Klien mau berjabat tangan dan mau
marah”? menyebutkan nama
K: Baiklah saya setuju - Klien mau duduk berdampingan
P: Dimana kita berbincang-bincang?. Bagaiman dengan perawat
kalu di halaman depan saja?” - Klien mau mengungkapkan masalah
K: Yah ide yang bagus yang dihadapi
P: Bisa kita berbincang-bincang 30 menitan? - Klien mau menceritakan penyebab
K: Iya bisa perasaan marah
Fase Kerja - Klien mau menceritakan kembali cara
P: Baiklah sekarang kita latihan cara bicara yang yang dilakukan untuk mengungkap
baik” rasa kesal atau marah secara sehat
Kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita sesuai dengan cara yang telah diajari

46
marah ada tiga caranya Pak” perawat
K: Apa saja itu? - Klien mengungkapkan perasaanya
P: Baiklah yang pertama meminta dengan cara baik setelah memperagakan cara yang
tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta telah diajarkan
tidak menggunakan kata-kata kasar. Coba baik - Klien mau mendiskusikan kontrak
minta uang dengan baik katakan “Bu, saya perlu yang jelas dengan perawat (lokasi dan
uang untuk membelih the.” Coba Bapak Praktikan waktu)
K: Bu saya perlu uang untuk membelih teh
P: Yah bagus Pak” A:
P: Yang kedua menolak dengan baik, jika ada yang Masalah teratasi, klien mampu
menyruh dan Bapak tidak ingin pergi katakan mengontrol rasa marah dengan cara
“maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang bercerita dengan baik
ada kerjaan.” Coba Bapak praktekan.
K: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan.
P: Bagus Pak
P:
P: Yang Ketiga Mengngkapkan perasaan keseal,
Intervensi dilanjutkan / Lanjutkan SP 4
jika ada perkataan orang lain yang membuat kesal,
Bapak dapat mengatakan”saya tidak ingin marah

47
karena perkataanmu itu.” Coba Praktekkan.
K: Saya tidak ingin marah karena perkataan mu itu
P: Nah Bagus”
Fase Terminasi
P: Bagaimana perasaan Bapak setelah kita
bercakap-cakap tentang cara mengendalikan marah
dengan bicara yang baik?”
K: Saya merasa bahagia bisa mengetahui cara
mengendalikan amarah dengan bicara baik.
P: Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik
yang kita pelajari tadi!
K: Yang pertama Bu saya perlu uang untuk
membelih teh yang kedua maaf saya tidak bisa
melakukan kerena sedang ada pekerjaan yang
ketiga saya tidak ingin marah dengan perkataanmu
itu
P: Bagus sekali!
P: Ok nanti kita akan membicarakan cara lain untuk
mengatasi rasah marah Bapak, Yaitu dengancara

48
beribadah Bapak setuju?
K: Ya saya setuju
P: Mau dimana Pak?
K: Mantri aja yang tentukan
P: Baik sampai nanti ya

Sp 4 S:
Fase Orientasi
- Klien mengatakan sudah mengerti

P: Selamat siang Pak, cara mengungkapkan rasa marah

K: Selamat siang dengan cara beribadah/baca Qur’an

P: susuai janji saya dua jam yang lalu sekarang saya - Pasien mengatakan perasaanya lebih
datang lagi” Bagaimana Pak sudah sering latihan tenang setelah baca Qur’an

cara merdedakan marah yang saya sudah ajari” O:

K: Iya sudah - Klien menunjukkan tanda-tanda

P: Ok baiklah Bagaimana sekarang kita latihan cara percaya kepada perawat

lain untuk mecegah marah dengan cara beribadah? - Ekspresi wajah klien bersahabat
- Ada kontak mata

49
K: Oke ayo - Klien mau berjabat tangan dan mau
P: Bagaiman Kalau kita langsung ke mushola aja menyebutkan nama
untuk latihan nya” - Klien mau duduk berdampingan
K: Yah ide yang sangat bagus dengan perawat
Fase Kerja - Klien mau mengungkapkan masalah
P: Coba Bapak ceritakan ke saya ibadah yang bisa yang dihadapi
Bapak Lakukan” - Klien mau menceritakan penyebab
K: Saya bisa sholat dan baca al-Quran perasaan marah
P: Baik yang mana yang mau di coba Pak?” - Klien mau menceritakan kembali cara
K: Baca Qur’an saja yang dilakukan untuk mengungkap
P: Baiklah Mari kita lakukan” rasa kesal atau marah secara sehat
Fase Terminasi sesuai dengan cara yang telah diajari
P: Bagai mana perasaan Bapak setelah kita perawat
melakukan Prakek merdhkan marah dengan cara
mengaji Pak?”
K: saya merasa tenang dan tidak ada rasa marah
yang saya rasakan A:
P: Baiklah pak seteleh ini jika Bapak ada perasaan Masalah teratasi, klien mampu
mara Bapak bisa coba beribadah untuk mengontrol rasa marah dengan cara

50
meghilangkan rasa mara” beribadah/ membaca Qur’an
K: Baik pasti akan saya lakukan
P: Baiklah Pak Waktunya sudah selasai saya ijin
pamit yaa!!!
K: Iyaa terimakasi ya mantri angga
P:
Intervensi dihentikan/masalah teratasi

51
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan ditemukan data bahwa klien
mengalami gejala-gejala perilaku kekerasan: halusinasi pendengaran. Klien
mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
dirinya sendiri, klien berbicara bicara sendiri, klien mengalami isolasi sosial
menarik diri, klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang-orang di
sekitarnya, klien mengatakan lebih senang hidup menyendiri, klien tampak
menyendiri, klien sering mengurung diri di kamar, klien mengalami
gangguan konsep diri: harga diri rendah, klien mengatakan bahwa dirinya
tidak berguna karena sakit, klien tampak sedih dan murung.
2. Diagnosa keperawatan meliputi: Perilaku Kekerasan, Gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran, Isolasi sosial: Menarik Diri, Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah, Penatalaksanaan Regiment Terapeutik
Inefektif.
3. Intervensi/Implementasi, penulis fokus pada masalah utama yaitu perilaku
kekerasan. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien perilaku kekerasan
4. Evaluasi, diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengungkapkan rasa marah yang dialaminya serta dampak pada penurunan
gejala perilaku kekerasan yang dialami

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pelaksanaan 1 s/d 4 pada klien dengan perilaku kekerasan sehingga
dapat mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan

42
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa keperawatan
sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien-pasien yang mengalami perilaku kekerasan

43
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Tristiadi Ardi, (2013). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa; Bandung: Karya
Putra Darwati.

Dermawan, Deden,dkk, (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa; penerbit Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Efendi, Feri, (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik


Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Faija & Sidik Abubakar, (2012). Penerapan Strategi Pelaksanaan Keperawatan


Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di Ruang Merpati RS Ernadi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

Fitria, Nita, (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan; Jakarta: Salemba Medika.

Fitria,Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) ; penerbit
Salemba Medika, Jakarta.

Hawari, Dadang, (2009). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia,


FKUI : Jakarta.

Herdiansyah, Haris, (2013). Wawancara, Observasi, Dan Fokus Groups Sebagai


Instrumen Penggalian Data Kualitatif; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Hidayat A Azis, (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan; Jakarta:


Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna & Akemat, (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok; Jakarta: EGC.

Muhith, Abdul, (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa; Penerbit CV Andi


Offset,Yogyakarta.

Trimelia, (2011). Asuhan keperawatan klien halusinasi; Penerbit CV.Trans Info


Media,Jakarta.

Wijayaningsih, (2015). Praktik klinik keperawatan jiwa; Penerbit CV.Trans Info


Media,Jakarta.

44
Yusuf, AH dkk, (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa; Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.

45

Anda mungkin juga menyukai