Anda di halaman 1dari 14

SISTEM INTERVENSI JIWA RAGA

RELAKSASI DAN PERNAFASAN DALAM-DALAM

DISUSUN OLEH :

MA’ARIFAH NIM : P00220217021


MEIDA ANDRIANI SAPUTRI LALU NIM : P00220217022
KAMARUDIN NIM : P0 0220217020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

T.A.2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan
mengerti tentang “Sistem intervens jiwa raga Thnik Relaksasi dan Pernafasan Dalam Asuhan.”.
penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing.
Penyusunan makalah ini kita ketahui belum sempurna. Oleh karena itu semua kritik dan
saran dan pendapat akan di terima dengan terbuka.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

DISUSUN OLEH : ........................................................................................................................................ i


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALU ..................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEBAHASAN............................................................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Marah Dan Prilaku Kekerasan ...................................................................................... 3
1. Pengertian Marah dan Perilaku Kekerasan ................................................................................... 3
2. Tanda Dan Gejala ............................................................................................................................. 3
3. Rantang Respon ................................................................................................................................ 4
B. Konsep Nafas Dalam ............................................................................................................................ 5
1. Pengertian Relaksasi ......................................................................................................................... 5
2. Terapi Teknik Relaksasi Pernafasan dalam ...................................................................................... 5
3. Prosedur Relaksasi Nafas Dalam : .................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 10
B. Saran ................................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat jiwa menurut WHO adalah karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseibangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan pribadinya (Ade,2011). Menurut
departemen kesehatan Indonesia (DEPKES RI,2008), sehat jiwa adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup roduktifsecara sosial dan ekonomi serta
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur fisik,mental, dan sosial.

kesehatan jiwa menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan memperhatinkan.
Menurut Rosdahi (Kusumawati dan Hartono, 2010 ) kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa
seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam
pengendalian diri, serta terbebas dari stress yang serius.

Gangguan mental adalah bentuk gangguan dan kekacawan fungsi mental atau kesehatan
mental yang disebabkan oleh kegaggalan mereksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan terhadap stimulus eksternal dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan
fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, suatu organ, atau sistim kejiwaan/mental
(kartini kartono dalam erlinafsiah 2010).

Skizofrenia menurut maramis adalah suatu pisikosa fungsiaonal dengan gangguan utama
pada proses pikiran serta disharmonisasi antara prosese pikir, efek,atau emosi, kemampuan
dan pisikomotor disertai distorsi kenyataan terutama karena waham dan halusinasi.
Sikzofrenia berasal dari kata “sikzo” yang berarti retakan atau pecah (split), dan “frenia” yang
berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah
orang yang mengalami keretakan kepribadian (splitting of personality). Keretakan
kepribadian pada seseorang adalah prilaku yang menyimpang, misalnya cemas yang
berlebihan sehingga menimbulkan kekerasan pada orang lain (Hawari,2001 dalam jurnal
Erviana dan Arif, 2008).

Penggolongan gangguan jiwa sangat beraneka ragam menuru para ahli berbeda-beda dalam
pengelompokannya. Menurut Damiyanti (2010) dalam jurnal Afdansia dan Welly (2012),

1
prilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
(Stuartdan Sundeen dalam Nita Fitria, 2010). Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi
yang merupakan campuran perasaan furstasi dan benci atau marah. Hal ini didasari kadaan
emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita
yang dapat diproyeksikan kelingkungan (Patricia D. Barry dalam Yosep 2010).

Menurut Marasmis, bahwa terapi yang dapat dilakukan meliputi: psikoterapi individual,
pisikoterapi kelompok, psikoterapi analitis, terapi seni kreatif, terapi seni kreatif, terapi
prilaku dan terapi kerja (Wiramihardja(2004) dalam jurnal Erviana dan Arif, 2008).

Salah satu bentuk terapi perilaku adalah dengan tehnik relaksasi. Merupakan upaya untuk
mengendurkan tegangan, pertama-tama jasmaniah yang ada pada akhirnya mengakibatkan
mengendurnya ketegangan, jiwa Wiramihardja (2004). Cara relaksasi dapat bersifat
respiratoris yaitu dengan mengatur mekanisme atau aktifitas pernafasan atau otot dilakukan
dengan tempo atau irama intesitas yang lebih lambat. Keteraturan dalam bernafas khususnya
dengan irama yang tepat, akan menyebabkan sikap mental dan badan akan rileks. Pelatihan
otot akan menyebabkan otot makin lentur dan menerima situasi yang merangsang luapan
emosi tanpa mebuatnya kaku (Erviana dan Arif, 2008).

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui apakah teknik relaksasi mempunyai pengaruh terhadap perubahan status
mental pada klien skizofrenia atau gangguan jiwa

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan status mental klien
skizofrenia

2
BAB II

PEBAHASAN

A. Konsep Dasar Marah Dan Prilaku Kekerasan

1. Pengertian Marah dan Perilaku Kekerasan


Marah merupakan persaan jengkel seseorang yang timbul karena respon terhadap
kecemasan terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi, emosi yang sering muncul dalam
diri sendiri sering diungkapkan seperti sedih, kecewa, marah, benci, perasaan dendam
atau ancman yang memancing amarah yang dapat menimbulkan suatu prilaku kekerasan
sebagai cara untuk menyerang orang lain yang dirasakan atau dianggap sebagai ancaman
(Muhith Abdul, 2015).

Prilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Stuart dan Sundeen 1995, dalam Fitria 2010).

Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari
setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat
diproyeksikan kelingkungan, kedalam diri atau secara distruktif (Patricia D. Barry dalam
Yosep 2010).

2. Tanda Dan Gejala


Prilaku kekerasan menurut (Fitria, 2010) :
a. Fisik: mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotr, berbicara dengan nada
keras,kasar,ketus.
c. Prilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif

3
d. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi ,menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebar, mereehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keraguan-raguan, tidak bermoral,
dan kreativitas terhambat.
g. Sosial: enarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,dan sendirian.
h. Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

3. Rantang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif furstasi pasif agresif kekerasan

Gambar Rentang Respon Marah (Yosep,2010)

Keterangan

a. Asertif : induvidu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
b. Frustasi : induvidu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
menemukan alternative.
c. Pasif : induvidu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif : prilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol.
e. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta kehilangan control.

4
B. Konsep Nafas Dalam

1. Pengertian Relaksasi
Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi tindakan internal
individu. Contoh relaksasi yaitu biofeedback, yoga, meditasi, latihan relaksasai progresif
(Carpenito,2000). Relaksasi adalah status hilang dari tegangan dari otot rangka dimana
individu mencapai melalui tehnik yang disengaja (Carpenito,2000), dalam jurnal Erviana
dan Arif, 2008)
Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal
individu. Carpenito, (2000) menyebutkan contohnya teknik relaksasi yaitu biofeedback,
yoga, meditasi, latihan relaksasi progresif. Relaksasi adalah status hilang dari tegangan
dari otot rangka dimana teknik ini didasari bahwa tubuh bereaksi terhadap kecemasan
dengan merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot.
Teknik yang dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku kekerasan diantaranya teknik
relaksasi. Alasannya adalah jiwa melakukan kegiatan dalam kondisi dan situasi yang
relaks, maka hasil dan prosesnya akan optimal. Relaksasi merupakan upaya untuk
mengndurkan ketegangan jasmaniah, yang pada akhirnya mengendurkan ketegangan
jiwa. Salah satu cara terapi relaksasi adalah bersifat respiratoris, yaitu dengan mengatur
aktivitas nafas. Pelatihan relaksasi pernafasan dilakukan dengan mengatur mekanisme
pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas yang lebih lambat dan dalam.
Keteraturan dalam bernaps, menyebabkan sikap mental dan beban yang relaks sehingga
menyebabkan otot lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi
tanpa membuat kaku (Wiramiharja, 2007,hlm.132 dalam jurnal Nanniy dan Sujarwo
2010).nafas daalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal
(diafragma) dan purse lips breathing (Asmadi, 2008).

2. Terapi Teknik Relaksasi Pernafasan dalam


Relaksasi nafas dalam merupakan upaya untuk mengendurkan ketegangan jiwa. Salah
satu cara terapi relaksasi nafas adalah besifat respiratoris yaitu dengan mengatur aktivitas
bernafas. Latihan relaksasi pernafasan dilakukan dengan mengatur mekanisme pernafasan
baik tempo atau irama dan intensitas yang lebih lambat atau dalam. Keteraturan dalam
bernafas, menyebabkan sikap mental badan yang rileks sehingga menyebabkan otot

5
lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa membuatnya
kaku. Teknik yang dapat dilakukan untuk mengurangi prilaku kekerasan diantaranya
adalah menggunakan teknik relaksasi nafas dalam, alasannya adalah jika melakukan
kegiatan dalam kondisi dan situasi yang rileks, maka hasil dan prosesnya akan ptimal.
(Wiramihardja, 2007).
Teknik relaksasi nafas dalam tidak saja menyebabkan menyenangkan pikiran saja.
Tetapi relaksasi nafas dalam juga dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk berkontrasi, kemampuan untuk mengontrol diri, untuk enurunkan tingkat
emosi dan depresi (Handoyo, 2005).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seigmen dan Snow (1996), pada
remaja akhir di Meryland mengungkapkan bahwa umumnya terdapat tiga ekspresi marah
yang mungkin muncul :
a. anger-out : yaitu marah yang muncul secara spontan dan cepat yang biasanya
ditandai dengan teriak
b. anger-in : yaitu kemarahan yang cenderung dirasakan sendiri tanpa
mengungkapkannya biasa disalurkan dengan imajinasi
c. mood incongruent speech : yaitu mengungkapkan kemarahan dengan suara pelan
dan lembut
Teknik relaksasi nafas dalam adalah sebuah teknik yang telah lama diperkenalkan
dapat dipakai untuk menciptakan ketenangan, mengurangi tekanan supaya klien merasa
nyaman, dina dkk,2009. Menurut Kustanti dan Widodo (2008) dalam jurnal Sujarwo
(2010) menunjukkan bahwa ada pengaruh tehknik relaksasi yang berhubungan dengan
pasien prilaku kekerasan, salah satunya adalah keterampilan relaksasi nafas dalam.
Menurut Widyastuti (2004) dalam jurnal Nanny (2010) teknik relaksasi tidak hanya
menyebabkan efek yang menenangkan fisik tetapi juga menenangkan pikiran. Oleh
karena itu teknik relaksasi seperti nafas dalam dapat membantu mengatasi stress. Teknik
nafas dalam juga dapat memberikan individu control diri ketika terjadi rasa ketidak
nyamanan atau cemas, stress fisik, dan emosi yang disebabkan oleh kecemasan,
pelaksanaan teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien kooperatif (Abdul, 2007).
Disni perawat dapat mengemplementasikan berbagai intervensi untuk mengontrol sifat
marah, emosi dan prilaku agresif pada pasien. Dalam hal ini perawat mengajarkan kepada

6
pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, dengan cara nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagai mana menghembuskam nafas secara perlahan-lahan.
Dari berbagai intervensi yang dilakukan oleh perawat salah satunya adalah dengan teknik
relaksasi nafas dalam karena relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,memberikan perasaan tenang,
mengurangi stress fisik maupun emosional. Relaksasi nafas dalam merangsang tubuh
melepaskan opioid endogen yaitu berupa senyawa endorphin dan enkefalin yang dapat
memerkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan,
menurunkan agresifitas dalam hubungan antara manusia, meningkatkan semangat, daya
tahan, dan kreatifitas (Smeltzer dan Bare, 2002).

3. Prosedur Relaksasi Nafas Dalam :


Prosedur relaksasi nafas dalam dilaksanakan sebagai berikut (Asmadi,2008) :
a. atur posisi yang nyaman
b. fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
c. tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
d. tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung sampai 3 selama
inspirasi
e. hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips breating) secara perlahan

7
Prosedur Pelaksanaan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
A. Pengertaian
Teknik relaksasi nafas dalam tidak saja menyebabkan menyenangkan pikiran saja.
Tetapi relaksasi nafas dalam juga dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk berkontrasi, kemampuan untuk mengontrol diri, untuk enurunkan
tingkat emosi dan depresi (Handoyo, 2005).
B. Tujuan
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa ketegangan otot yang menyebaban
amarah timbul.
C.Tahap prainteraksi
1. membaca status pasien
2. mencuci tangan
3. menyiapkan alat
D. Tahap orientasi
1. memberikan salam terapiotik
2. memperkenakan diri
3. validasi kondisi pasien
4. menjaga privasi pasien
5. menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
E. Tahap kerja
1. berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada yang kurang jelas
2. atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3. instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga raongga paru bersi udara
4. anjurkan kepada pasien untuk menahan nafas selama 3 detik
5. instruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara membiarkannya
keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu bersamaan minta pasien
untuk memusatkan perhatian betapa nikmat rasanya.
6. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-2
menit)

8
7. Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan secara
perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki, menuju
keparu-paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
8. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang
mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan
rasakan kehangatannya
9. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila amarah timbul
kembali
10. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara
mandiri (Prihardjo, 2003).
F. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan biak
4. Cuci tangan
G.Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien
3. Paraf dan nama perawat

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknik relaksasi nafas dalam adalah sebuah teknik yang telah lama diperkenalkan dapat
dipakai untuk menciptakan ketenangan, mengurangi tekanan supaya klien merasa nyaman,
dina dkk,2009. Menurut Kustanti dan Widodo (2008) dalam jurnal Sujarwo (2010)
menunjukkan bahwa ada pengaruh tehknik relaksasi yang berhubungan dengan pasien prilaku
kekerasan, salah satunya adalah keterampilan relaksasi nafas dalam. Menurut Widyastuti
(2004) dalam jurnal Nanny (2010) teknik relaksasi tidak hanya menyebabkan efek yang
menenangkan fisik tetapi juga menenangkan pikiran. Oleh karena itu teknik relaksasi seperti
nafas dalam dapat membantu mengatasi stress. Teknik nafas dalam juga dapat memberikan
individu control diri ketika terjadi rasa ketidak nyamanan atau cemas, stress fisik, dan emosi
yang disebabkan oleh kecemasan, pelaksanaan teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien
kooperatif (Abdul, 2007).

B. Saran
Kenyataan empirik membuktikan bahwa relaksasi efektif untuk perubahan status mental
klien skizofrenia.untuk itu disarankan kepada instansi terkait untum mensosialisasikan
penggunaan relaksasi progresif sebgai salah satu alternative untuk pemberian terapi pada
klien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Teknik Prosedur Keperawatan Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar klien.
Penerbit buku : Salemba Medika. Jakarta.

Ana Fuji Rahayu, 2013. Studi kasus Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Prilaku
Kekerasan,http://digilip.stikeskusumahusada.ac.id/gdl.php?mod=browserdanop=readdanid=
01-gdl-sugiartip-0220 diakses pada tanggal 5 april 2014.

Direja, Ade Herma Surya,2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku : Nuha Mdika

Ermawati Dalami, S.kp. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku : Trans Info
Media. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai