Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing :

Amar Akbar, S.Kep.,Ns.,M.Kes.,PhD

Di susun oleh :
KELOMPOK 14

1. Dewi Kurniawati (201901151)


2. Oktavia Andika Putri (201901155)
3. Vara Yuniar (201901156)
4. Indri Nofita (201901153)
5. Siti Rismawati (201901152)
6. Ellanda Rama Dhani (201901154)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penuis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Klien Perilaku Kekerasan” dan dapat penulis selesaikan dengan baik
sebagai persyaratan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada Amar Akbar,S.Kep.,Ns.,M.Kes.,PhD selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Jiwa yang selalu memberikan masukan yang sangat positif.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan dan semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan ilmu
keperawatan pada umumnya.

Mojokerto, 2 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i


DAFTAR ISI ...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan ...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................3
A. Definisi...................................................................................................3
B. Proses Terjadinya Masalah....................................................................3
C. Rentang Respon Konsep Dini ...............................................................4
D. Etiologi...................................................................................................5
E. Rentang Respon Pathway......................................................................8
F. Tanda dan Gejala...................................................................................9
G. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................10
1. Pengkajian........................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan ...................................................................14
3. NCP (Rencana Keperawatan) .........................................................14
4. Implementasi....................................................................................20
5. Evaluasi ...........................................................................................23
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................23

A. Triggercase............................................................................................23
B. Terapi....................................................................................................24
C. Pengkajian.............................................................................................28
D. Pohon Masalah......................................................................................42
E. Diagnosis Keperawatan........................................................................43
F. Intervensi...............................................................................................44
G. Implementasi.........................................................................................45
H. Evaluasi ................................................................................................46

BAB IV SPTK.............................................................................................46

Laporan Pendahuluan (SP) Tindakan Keperawatan................................46

BAB V TAK................................................................................................58
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAKSP)............58
BAB VI PENUTUP.....................................................................................66
Kesimpulan............................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................67
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang, yang
ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara
fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000 dalam Yosep dan Sutini, 2016). Prevalensi perilaku
kekerasan di Indonesia mencapai 2,5 juta atau 60% yang terdiri dari pasien resiko perilaku
kekerasan.

Setiap tahunnya lebih dari 1,6 juta orang meninggal dunia akibat perilaku kekerasan, terutama
pada laki-laki yang berusia 15-44 tahun, sedangkan korban yang hidup mengalami trauma fisik,
seksual, reproduksi dan gangguan kesehatan mental. Indikator taraf kesehatan mental
masyarakat semakin memburuk (Hawari, 2012).

Hal tersebut akan berdampak besar bila tidak ditangani. Misalnya orang dengan perilaku
kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain maupun lingkungan.
Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan bahkan kematian (Keliat,2009).

Melihat hal tersebut perlu dilakukan peran perawat melalui tindakan keperawatan dalam
menghadapi pasien dengan perilaku kekerasan, yaitu dengan melakukan upaya kesehatan yang
meliputi upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Peran perawat dalam
upaya promotif yaitu meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa dengan memahami prinsip-
prinsip sehat jiwa.

Melalui aspek preventif yaitu dengan cara mengajarkan klien bersikap asertif terhadap orang
lain, menggunakan mekanisme koping yang efektif dan adanya dukungan keluarga. Dengan
upaya kuratif yaitu mengontrol marah dengan cara fisik, yaitu tarik nafas dalam dan memukul
bantal/kasur, menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, dengan cara verbal, kemudian
dengan cara spiritual dan peran perawat dalam upaya rehabilitatif adalah melakukan kontrol ke
pelayanan kesehatan secara rutin dan minum obat secara teratur, kemudian melakukan aktivitas
yang dapat mengontrol perilaku kekerasan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian perilaku kekerasan?
2. Apa tanda dan gejala klien dengan perilaku kekerasan?
3. Bagaimana proses terjadinya perilaku kekerasan?
4. Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus perilaku kekerasan?

C. Tujuan
1. Kita dapat mengetahui pengertian perilaku kekerasan
2. Kita dapat mengetahui tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Kita dapat mengetahui proses terjadinya perilaku kekerasan
4. Kita dapat mengetahui konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus perilaku
kekerasan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stresor yang dihadapi oleh
seseorang. yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri
sendiri maupun orang lain,secara verbal maupun non verbal,bertujuan untuk melukai
orang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000). Perilaku kekerasan merupakan
salah satu respons marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai
orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik
pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang
konstruktif dapat membuat perasaan lega. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
verbal dan fisik. Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih
merujuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasa disebut dengan
perasaan marah. Dengan kata lain kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul
sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu
(Sujono,2009)
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang
sebagai suatu tentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) di sisi lain. (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis dan dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan

B. Proses terjadinya masalah


Rentang Respon Marah
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang di
manifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk
komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami
kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia tidak setuju, tersinggung.
merasa tidak di anggap, merasa tidak di turut atau diremehkan".

C. Rentang respon Kehilangan dan Berduka


Rentang respon kemarahan individu di mulai dari respon normal (assertif) sampai pada
respon yang tidak normal (maladaptif).

Respon Adaptif Respon Maladatif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku Kekerasan

Keterangan:
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan
diri/respon melawan dan menentang sampai respon maladaptif yaitu agresif-kekerasan.
a.) Asertif: Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan orang lain dan ketenangan.
b.) Frustasi: Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative.
c.) Pasif: Perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan perasaan sebagai
suatu usaha dalam mempertahankan haknya.
d.) Agresif: Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai orang lain.
Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
e.) Kekerasan: Sering juga disebut dengan gaduh gelisah atau amuk. Prilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah
melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri atau hilang
kontrol.

D. Etiologi
Faktor-Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan
1. Faktor Predisposisi

A. Factor biologis

a) Neurologic factor

Beragam komponen dari sistem syaraf seperti synap, neurotransmitter, dendrite, axon
terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan
yang mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulasi
timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif.

b) Faktor Genetik

Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif.

c) Faktor Biokimia

Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak (epinephrin norepinephrin,


dopamin, asetilkolin, dan serotonin). Peningkatan hormone androgen dan norepinephrin
serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi
factor predisposisi terjadinya perilaku agresif

d) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang kuat.

B. Factor psikologis.

a) Teori Psikoanalisa;

Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang
(life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara
usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih saying dan pemenuhan kebutuhan air
susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah
dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungan.

b) Imitation, modeling, and information processing theory Menurut teori ini perilaku
kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan yang monolelir kekerasan. Adanya
contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan
individu meniru perilaku tersebut.

c) Learning theory

Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia


mengamati bagaimana respons ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati
bagaimana respons ibu saat marah atau sebaliknya. Ia juga belajar bahwa agresivitas
lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya
eksis dan patut untuk diperhitungkan.

d) Existensi theory (teori eksistensi) Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar
manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat di penuhi melalui perilaku konstruksi
maka individu akan memenuhi kebutuhan melalui perilaku destruktif.

C. Factor social cultural

a) Social environment theory (theory lingkungan) Lingkungan social akan mempengaruhi


sikap individu dalam mengekspresikan marah.budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku

kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.

b) Social learning theory (theory balajar social) Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung maupun melalui proses sosialisasi.

2. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan:

1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai
seorang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat, alkoholisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan keluarga.

3. Penilaian terhadap stressor


Penilaian stessor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari situasi stres bagi
individu. itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan respon sosial. Penilaian
adalah evaluasi tentang pentingnya sebuah peristiwa dalam kaitannya dengan
kesejahteraan seseorang. Stressor mengasumsikan makna, intensitas, dan pentingnya
sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik dan makna yang diberikan kepada orang
yang berisiko (Stuart & Laraia, 2005).

Respon perilaku adalah hasil dari respons emosional dan fisiologis, serta analisis kognitif
seseorang tentang situasi stres. Caplan (1981, dalam Stuart & Laraia, 2005)
menggambarkan empat fase dari respon perilaku individu untuk menghadapi stress, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stres atau memungkinkan individu untuk
melarikan diri dari itu.
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan eksternal dan setelah
mereka.
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan rangsangan emosional yang
tidak menyenangkan.
4) Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan masalah dan gejala sisa
dengan penyesuaian internal.

4. Sumber koping
Menurut Stuart & Laraia (2005), sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan
dan keterampilan, teknik defensif, dukungan sosial, dan motivasi. Hubungan antara
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini.
Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan energi, dukungan spiritual, keyakinan
positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan material,
dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar harapan dan
dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang paling buruk. Keterampilan
pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk mencari informasi, mengidentifikasi
masalah, menimbang alternatif, dan melaksanakan rencana tindakan, keterampilan sosial
memfasilitasi penyelesaian masalah yang melibatkan orang lain, meningkatkan
kemungkinan untuk mendapatkan kerjasama dan dukungan dari orang lain, dan
memberikan kontrol sosial individu yang lebih besar, akhirnya, aset materi berupa barang
dan jasa yang bisa dibeli dengan uang

5. Mekanisme koping
Menurut Stuart & Laraia (2005), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek
lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya


yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya. berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.

3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan. dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.

5) Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. pada


obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena la baru saja mendapat hukuman
dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengan temannya.

E. Rentang respon pathway


F. Tanda dan Gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
1.) Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang f. Postur tubuh kaku
f. Pandangan tajam
g. Mengatupkan rahang dengan kuat
h. Mengepalkan tangan
i. Jalan mondar-madir
2.) Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor e. Suara keras
e. Ketus
3.) Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4.) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5.) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6.) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7.) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
8.) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual

G. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana,
1998: 3).
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama panggilan, lalu dilanjut melakuka pengkajian dengan nama
klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan
sumber data yang didapat
2. Alasan masuk
Penyebabkan klien atau keluarga datang, apa yang menyebabkan klien melakukan
kekerasan, apa yang klien lakukan dirumah, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor predisposisi, faktor
presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya
riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan tekanan
darah meningkat, RR meningkat, nafas dangkat, muka memerah, tonus otot
meningkat, dan dilatasi pupil.
5. Psikososial
a.) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh. Pada klien perilaku
kekerasan perlu dikaji pola asuh keluarga dalam menghadapi klien.
b.) Konsep diri
a Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai. Klien dengan perilaku kekerasan mengenai gambaran dirinya
ialah pandangan tajam, tangan mengepal, muka memerah.
b Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap
status posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
Klien dengan PK biasanya identitas dirinya ialah moral yang kurang
karena menunjukkan pendendam, pemarah, dan bermusuhan
c Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan
yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut. Fungsi peran pada klien perilaku kekerasan terganggu
karena adanya perilaku yang menciderai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
d Ideal diri
Klien dengan PK jika kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan maka
ia cenderung menunjukkan amarahnya, serta untuk pengkajian
PK mengenai ideal diri harus dilakukan pengkajian yang berhubungan
dengan harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e Harga diri Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam
menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah melakukan kesalahan,
kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang yang penting dan
berharga. Harga diri yang dimiliki klien perilaku kekerasan ialah harga
diri rendah karena penyebab awal klien PK marah yang tidak bisa
menerima kenyataan dan memiliki sifat labil yang tidak terkontrol
beranggapan dirinya tidak berharga.
c.) Hubungan sosial
Hubungan social pada perilaku kekerasan terganggu karena adanya resiko
menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta memiliki amarah
yang tidak dapat terkontrol, selanjutnya dalam pengkajian dilakukan observasi
mengenai adanya hubungan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
d.) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.

6. Status mental
1. Penampilan Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
tidak rapi. penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian kurang, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis
klien (deficit perawatan diri). Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya
klien tidak mampu merawat penampilannya, biasanya penampilan tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
rambut kotor. rambut seperti tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning, kuku
panjang dan 2 hitam.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan cara bicara klien kasar, suara
tinggi, membentak, ketus, berbicara dengan kata-kata kotor.
3. Aktivitas motorik
Agresif, menyerang diri sendiri orang lain maupun menyerang objek yang ada
disekitarnya. Klien perilaku kekerasan terlihat tegang dan gelisah, muka
merah, jalan mondar-mandir.
4. Afek dan Emosi
Untuk klien perilaku kekerasan efek dan emosinya labil, emosi klien cepat
berubah-ubah cenderung mudah mengamuk, membanting barang-barang/
melukai diri sendiri, orang lain maupun objek sekitar, dan berteriak-teriak
5. Interaksi selama wawancara
Klien perilaku kekerasan selama interaksi wawancara biasanya mudah marah,
defensive bahwa pendapatnya paling benar, curiga, sinis, dan menolak dengan
kasar. Bermusuhan:dengan kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat
atau tidak ramah. Curiga dengan menunjukan sikap atau peran tidak percaya
kepada pewawancara atau orang lain.
6. Persepsi/Sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami persepsi sensori
sebagai penyebabnya.
7. Proses Pikir
a Proses pikir (arus dan bentuk pikir). Otistik (autisme): bentuk pemikiran
yang berupa fantasi atau lamunan untuk memuaskan keinginan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya. Hidup dalam
pikirannya sendiri, hanya memuaskan keinginannya tanpa peduli
sekitarnya, menandakan ada distorsi arus asosiasi dalam diri klien yang
dimanifestasikan dengan lamunan, fantasi, waham dan halusinasinya yang
cenderung menyenangkan dirinya.
b Isi pikir.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran curiga,
dan tidak percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak aman.
8. Tingkat Kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis. Terjadi disorientasi orang, tempat, dan
waktu. Klien perilaku kekerasan tingkat kesadarannya bingung sendiri untuk
menghadapi kenyataan dan mengalami kegelisahan.
9. Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih dapat mengingat kejadian jangka
pendek maupun panjang.
10. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari satu objek ke
objek lainnya. Klien selalu menatap penuh kecemasan tegang dan gelisahan.
11. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak mampu mengambil keputusan yang konstruktif
dan adaptif
12. Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya. Menyalahkan hal-hal
diluar dirinya yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang.
13. Mekanisme Koping
Klien dengan HDR menghadapi suatu permasalahan, apakah menggunakan
cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu
menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, dll
ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol,
merokok, reaksi lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau lainnya.

1. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan, antara
lain:
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku Kekerasan
3. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4. Gangguan Harga Diri: Harga Diri Rendah
5. Koping Individu tidak efektif

2. (NCP) Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan
Intervensi
Tujuan Kriteria Hasil

TUM 1 : 1. Klien mau membalas 1.1. Beri salam/panggil nama

Klien tidak salam a. Sebutkan nama perawat

mencederai diri 2. Klien mau menjabat b. Jelaskan maksud


tangan hubungan interaksi
TUK 1 :
3. Klien mau menyebutkan c. Buat kesepakatan kontrak
1. Klien dapat nama Bersama dan Jelaskan
membina 4. Klien mau tersenyum d. Beri rasa nyaman dan rasa
hubungan saling 5. Klien mau kontak mata empati
percaya 6. Klien mau mengetahui a. Lakukan kontak berupa
nama perawat sentuhan dan kontak mata
singkat tapi sering
TUK 2 : 1. Klien dapat 2.1 Berikan kesempatan untuk
Klien dapat mengungkapkan mengungkapkan

mengidentifikasi perasaannya perasaannya

penyebab perilaku 2. Klien dapat 2.2 Bantu klien untuk

kekerasan mengungkapkan penyebab mengungkapkan penyebab


perasaan jengkel/kesal perasaan jengkel/kesal
(dari diri sendiri)

TUK 3 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien


mengungkapkan perasaan mengungkapkan apa yang
jengkel/kesal dialami dan dirasakan saat
Klien dapat
2. Klien dapat marah/jengkel
mengidentifikasi
Menyimpulkan tanda dan 2. Observasi tanda dan gejala
tanda dan gejala
gejala jengkel/kesal yang perilaku kekerasan pada
perilaku kekerasan
dialaminya klien
3. Simpulkan bersama klien
tanda dan gejala
jengkel/kesal yang akan
dialami
TUK 4 1. Klien dapat 4.1 Anjurkan klien untuk

Klien dapat Mengungkapkan perilaku mengungkapkan perilaku


kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa
Mengidentifikasi
dilakukan dilakukan klien (verbal, pada
perilaku kekerasan
2. Klien dapat bermain peran orang lain, pada lingkungan
yang biasa
sesuai perilaku kekerasan dan pada diri sendiri)
dilakukan
yang biasa dilakukan 4.2 Bantu klien bermain peran
3. Klien dapat mengetahui sesuai dengan perilaku
cara yang biasa dilakukan kekerasan yang biasa
untuk menyelesaikan dilakukan
masalah 4.3 Bicarakan dengan klien,
apakah dengan cara yang
klien lakukan masalahnya
selesai
TUK 5 1. Klien dapat menjelaskan

Klien dapat akibat dari cara yang 5.1 Bicarakan akibat/kerugian dari
digunakan klien: cara yang digunakan klien
Mengidentifikasi
a. Akibat pada klien 5.2 Bersama klien menyimpulkan
akibat perilaku
sendiri akibat dari cara yang
kekerasan
b. Akibat pada orang lain dilakukan klien
c. Akibat pada lingkungan 5.3 Tanyakan kepada klien
“apakah ia ingin mempelajari
cara baru yang sehat”.
TUK 6 1. Klien dapat 6.1 diskusikan kegiatan fisik yang

Klien dapat menyebutkan contoh biasa dilakukan klien

mendemonstrasikan pencegahan perilaku 6.1.1

cara fisik untuk kekerasan secara fisik : beri pujian atas kegiatan fisik

mencegah perilaku a. tarik nafas dalam klien yang biasa dilakukan

kekerasan b. pukul kasur atau 6.1.2


bantal diskusikan dua cara fisik yang
c. kegiatan fisik lain paling mudah dilakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan,
yaitu : tarik nafas dalam dan
pukul kasur serta bantal
2. klien dapat 6.2 Diskusikan cara melakukan
mengidentifikasi cara nafas dalam bersama klien.
fisik untuk mencegah 6.2.1
perilaku kekerasan Beri contoh klien tentang cara
menarik nafas dalam
6.2.2
Minta klien mengikuti contoh
yang diberikan sebanyak 5
kali
6.2.3
Beri pujian yang positif atas
kemampuan klien
mendemonstrasikan cara
menarik nafas dalam
6.2.4
Tanyakan perasaan klien setelah
selesai
6.2.5
Anjurkan klien menggunakan cara
yang telah dipelajari saat
marah / jengkel
6.2.6
3. Klien mempunyai Lakukan hal yang sama dengan
jadwal untuk melatih 6.4 – 6.9 untuk latihan fisik
secara pencegahan fisik yang lain dipertemuan yang
yang telah dipelajari lain.
sebelumnya 6.3 Diskusikan dengan klien
mengenai frekuensi latihan
yang akan dilakukan sendiri
oleh klien
6.3.1
Susun jadwal kegiatan untuk
melatih cara yang telah
dipelajari
6.3.2
Klien mengevaluasi pelaksanaan
4. klien mengevaluasi latihan, cara pencegahan
kemampuan dalam perilaku kekerasan yang telah
melakukan cara fisik dilakukan dengan mengisi
sesuai jadwal yang jadwal kegiatan harian (self-
telah disusun. evaluation)
6.4 Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
6.4.1
berikan pujian atas keberhasilan
klien
6.4.2
Tanyakan kepada klien “apakah
kegiatan cara pencegahan
perilaku kekerasan dapat
mengurangi perasaan marah”.
TUK 7 7.1 Klien dapat menyebutkan 7.1.1 Diskusikan cara bicara yang

Klien dapat cara bicara (verbal) yang baik dengan klien


baik dalam mencegah 7.1.2 Beri contoh cara bicara
Mendemonstrasikan
perilaku kekerasan. yang baik :
cara sosial untuk
 Meminta dengan baik  Meminta dengan baik
mencegah perilaku
 Menolak dengan baik  Menolak dengan baik
kekerasan
 Mengungkapkan  Mengungkapkan perasaan
perasaan dengan baik dengan baik

7.2 Klien dapat A.2.1


mendemonstrasikan cara Meminta klien mengikuti contoh
verbal yang baik cara bicara yang baik.
 Meminta dengan baik
“saya minta uang untuk
beli makan”
 Menolak dengan baik
“Maaf, saya tidak bisa
melakukan karena ada
kegiatan lain”.
 Mengungkapkan
perasaan dengan baik
“Saya kesal karena
permintaan saya tidak
dikabulkan” disertai
dengan suara nada
rendah.
A.2.2
minta klien mengulang sendiri
A.2.3
Beri pujian atas keberhasilan
7.3 Klien mempunyai jadwal klien.
untuk melatih cara bicara 7.3.1
yang baik Diskusikan dengan klien tentang
waktu dan kondisi cara
bicara yang dapat dilatih di
ruangan, misalnya: meminta
obat, baju, dll; menolak
ajakan merokok, tidur tidak
tepat pada waktunya,
menceritakan kekesalan pada
perawat.
7.3.2
Susun jadwal kegiatan untuk
7.4 Klien melakukan evaluasi melatih cara yang telah
terhadap kemampuan cara dipelajari.
bicara yang sesuai dengan 7.4.1
jadwal yang telah disusun klien mengevaluasi pelaksanaan
latihan cara bicara yang baik
dengan mengisi jadwal
kegiatan (self-evaluation)
7.4.2
Validasi kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
7.4.3
Berikan pujian atas keberhasilan
klien
7.4.4
Tanyakan kepada klien
“Bagaimana perasaan bapak
setelah latihan bicara yang
baik? Apakah keinginan
marah berkurang?”

3. Intervensi Dan implementasi

DIAGNOSA Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan


dengan perilaku kekerasan/amuk
TUJUAN UMUM Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUJUAN Rencana Tindakan:
KHUSUS 1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut
Klien dapat nama dan jelaskan tujuan interaksi
membina hubungan 2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
saling percaya 3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5. Beri rasa aman dan sikap empati
6. Lakukan kontak singkat tapi sering
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
penyebab perilaku 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
kekerasan 3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan
klien dengan sikap tenang
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
tanda-tanda saat jengkel/kesal
perilaku kekerasan 2. Observasi tanda perilaku kekerasan
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami klien
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
perilaku kekerasan dilakukan
yang biasa 2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
dilakukan biasa dilakukan
3. Tanyakan: apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan
akibat perilaku 2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
kekerasan 3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru
cara konstruktif yang sehat
dalam berespon 2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
terhadap kemarahan 3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat
a. Secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolahraga,
memukul bantal/kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
b. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah atau
kesal/tersinggung
c. Secara sosial: lakukan dengan kelompok cara marah yang
sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan
d. Secara spiritual: berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran
Klien dapat Rencana Tindakan:
mendemonstrasikan 1. Bantu memilih cara yang paling tepat
cara mengontrol 2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
perilaku kekerasan 3. Bantu menstimulasikan cara yang telah dipilih
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
stimulasi
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat
jengkel/marah
6. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipilih
Klien dapat 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan
menggunakan obat keluarga
dengan benar 2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum
(sesuai program) obat tanpa seizin dokter
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu)
4. Anjurkan untuk membicarakan efek samping obat yang perlu
diperhatikan
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika
merasakan efek yang tidak menyenangkan
6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
Klien mendapat Rencana Tindakan:
dukungan dari 1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap
keluarga dalam keluarga selama ini
mengontrol 2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien
perilaku kekerasan 3. Jelaskan cara-cara merawat klien
a. Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif
b. Sikap tenang, bicara tenang, dan jelas
c. Membantu klien mengenal penyebab ia marah
4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
Klien mendapat Rencana Tindakan:
perlindungan dari 1. Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara rendah,
lingkungan untuk tunjukkan kepedulian
mengontrol 2. Lindungi agar klien tidak mencederai orang lain dan
perilaku kekerasan lingkungan
3. Jika tidak dapat diatasi, lakukan pembatasan gerak atau
pengekangan

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


A. SP 1 Pasien
- Membina hubungan saling percaya
- Identifikasi penyebab perasaan marah
- Tanda gejala yang di rasakan
- Perilaku kekerasan yang dilakukan

B. SP 2 Pasien:
-Evaluasi latihan nafas dalam
- Latihan cara fisik ke 2 : pukul kasur dan bantal
- Susun kegiatan harian cara ke dua
C. SP 3 Pasien
- Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
- Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
- Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

D. SP 4 Pasien
-Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisil dan sosial/ verbal
- Latihan sholat dan berdoa
E. SP 5 Pasien
- Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih
-Latih pasien minum obat dengan teratur dengan prinsip lima benar(benar nama pasien,
benar nama obar, benar cara minum obat,benar waktu minum obat, benar dosis obat) di
sertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
-Susun jadwal minum obat secara teratur
F. SP 1 Keluarga :
- Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
-Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan(Pneyebab, tanda gejala,
perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
-Diskusikan bersama keluarga kondisi kondisi pasien yang perlu segera di laporkan
kepada perawat.
4. Evaluasi
• Pasien mampu mengendalikan resiko perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas
dalam
• Pasien mampu mempraktekkan resiko perilaku kekerasan dengan pukul bantal ke
kedua
• Pasien mampu mengendalikan resiko perilaku kekerasan secara verbal
• Pasien mampu mempraktekkan resiko perilaku kekerasan secara spiritual
• Pasien mampu mempraktekkan resiko perilaku kekerasan dengan minum obat

BAB III
TINJAUAN KASUS
(ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGNA PERILAKU KEKERASAN)

A. TRIGGERCASE
Klien bernama Ny. S, 29 tahun, perempuan, Blora, Islam, SLTP, Swasta, diagnose F20.3.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 Mei 2013 pukul 09.00 WIB pengkajian diperoleh dari
anamnesa pasien, pemeriksaan fisik dan rekam medis. Klien pernah mengalami gangguan
jiwa sebelumnya dan dua kali ini dirawat dirumah sakit jiwa. Klien masuk rumah sakit jiwa
yang pertama pada tanggal 10 mei 2012 dan keluar dari rumah sakit 4 januari 2013
pengobatan berhasil dan yang kedua pada tanggal 27 april 2013. Klien pernah mengalami
aniaya fisik yang dilakukan suaminya. Anggota keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
seperti klien. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
dimusuhi adik suaminya karena keguguran, ditinggal pergi suaminya ke Kalimantan dan
proses cerai dan klien dihamili oleh suami adiknya serta pernah dipukuli oleh suami
adiknya. Klien setelah cerai tinggal dengan orang tuanya klien merasa malu dengan
keadaannya, klien lebih suka menyendiri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain. Klien
sering marah-marah, teriak-teriak, mondar-mandir dirumah. Klien merasa tidak dihargai
oleh masyarakat dikarenakan mengalami gangguan jiwa dan klien mengatakan malu serta
jengkel jika ngobrol dengan tetangga sehingga untuk sekedar berinteraksi klien enggan
melakukannya. Klien malu dengan tetangganya, klien jengkel dan malas berkomunikasi
dengan orang lain. Klien sering menyendiri, tidak mau bergaul, orang yang paling dekat
dengan klien adalah ibu kandungnya karena ibunya sangat perhatian dan sayang dengan
klien. Tetapi ayah dan saudaranya kurang memperhatikannya. Peran serta dalam kegiatan
masyarakat klien jarang terlibat dalam kegiatan masyarakat karena klien merasa tidak
dihargai oleh masyarakat. Klien terkesan tegang, gelisah, mondar-mandir dan pandangan
mata tajam. Klien sering bingung, ngeluyur membawa sabit. Klien mengatakan mudah
emosi dan sering marah-marah. Klien mengatakan malu bergaul dengan orang lain. Tidak
mau berkomunikasi. Klien merasa sebagai wanita yang tidak sempurna karena pernah
menikah tetapi cerai dan pernah keguguran.
B. TERAPI
 Terapi Individu
Dengan terapi individu ini diharapkan dapat terbina hubungan terstruktur antara klien
dengan perawat. Terapi ini dilakukan dengan menjalin hubungan yang terstruktur yang
terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Karena, dengan terapi
individu ini diharapkan tujuan-tujuan dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien
dapat sesuai dengan TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya sehingga,
tujuan-tujuan yang lain juga dengan mudah dicapai oleh perawat untuk klien. Disamping
itu terapi individu juga untuk mengembangkan pengetahuan tentang diri hal ini juga
sesuai dengan TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, TUK 3
Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan dan didorong
melakukan perubahan perilaku yang disfungsional. Dengan cara menggunakan
pendekatan terapeautik untuk menumbuhkan rasa percaya klien, dan klien bisa
mengungkapkan masalahnya tentang apa yang didengar untuk melakukan perilaku yang
adaptive.
 Terapi Perilaku
Terapi perilaku juga mampu diterapkan beberapa kasus di atas dengan beberapa teknik
dasar yang terdapat dalam terapi tersebut yaitu:
1. Role Model: memberi contoh perilaku adaptif ketika munculnya stressor yang di
anggap klien sebagai ancaman dan mempraktikkan dan meniru beberapa perilaku
adaptif. Hal ini sesuai dengan TUK 4 Klien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan dan TUK 6 Klien dapat mendemonstrasikan cara
fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Kondisioning Operan: perawat memberi penghargaan kepada klien atas perubahan
perilaku yang positif (diharapkan perilaku dapat dipertahankan dan ditigkatkan).
3. Pengendalian diri: dilatih belajar mengubah kata-kata negative agar dapat
mengendalikan diri. Klien bisa menurunkan tingkat stress. Sesuai dengan TUK 7
Klien dapat mendemonstrasikan cara social. Dalam TUK ini pasien diajarkan cara
berbicara yang baik missal: meminta dengan baik, menolak dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik.
 Terapi aversi: perilaku abnormal dirusak dengan memberikan pengalaman
ketidaknyamanan agar klien belajar tidak mengulangi perilaku demi menghindar
konsekuensi negative perilaku yang telah ditimbulkan. Dalam terapi ini juga sesuai
dengan TUK 5 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Dalam TUK ini
klien dijelaskan dan diberi pengalaman tentang akibat dari cara yang digunakan klien
seperti akibat pada klien sendiri, akibat pada orang lain, dan aibat pada lingkungan.
 Terapi Kognitif
Teknik kognitif. Dasar pikiran teknik kognitif adalah bahwa proses kognitif sangat
berpengaruh terhadap perilaku yang ditampakan oleh individu. Burns (1988)
mengungkapkan bahwa perasaan individu sering dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan
individu mengenai dirinya sendiri. Pikiran individu tersebut belum tentu merupakan
suatu pemikiran yang objektif mengenai keadaan yang dialami sebenarnya.
Penyimpangan proses kognitif oleh Burns (1988) juga disebut dengan distorsi kognitif.
Pemikiran Burns merupakan pengembangan dari pendapat Goldfried dan Davison
(1976) yang menyatakan bahwa reaksi emosional tidak menyenangkan yang dialami
individu dapat digunakan sebagai tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai dirinya
sendiri mungkin tidak rasional, untuk selanjutnya individu belajar membangun pikiran
yang objektif dan rasional terhadap peristiwa yang dialami. Sehingga dengan terapi
kognitif diharapkan klien mampu mengidentfikasikan secara tepat dan berpikiran postif
terhadap drinya sendiri.
 Terapi Spiritual
Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dan
tujuan hidupuntuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual
baik klien ataupun keluarga namun mempunyai ikatan lebih kepada hal yang bersifat
kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Hal ini
sesuai dengan TUK 8 Klien mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku
kekerasan. Ada beberapa hal yang diharapkan dapat dilakukan oleh klien setelah
dilakukan terapi spiritual diantaranya klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang
biasa dilakukan, klien dapat mendemonstrasikan sikap cara ibadah yang dipilih, klien
mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah.
 Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga, keluarga dibantu untuk menyelesaikan konflik dengan tidak
memarahi klien saat klien amuk, serta cara membatasi konflik dengan saling mendukung
dan menghilangkan stres klien, tidak menyalahkan klien melainkan keluarga
memberikan nasehat atau diskusi dengan klien untuk lebih sabar dalam mengendalikan
emosi. Hal tersebut juga sesuai dengan TUK 11 Klien mendapatkan dukungan keluarga
dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan.
 Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan (milieu therapy) adalah jenis terapi yang dilakukan dengan
melakukan modifikasi lingkungan sosial klien atau kelompok untuk meningkatkan
pengalaman kehidupan yang lebih positif dan adaptif. Terapi lingkunagn sangat
bermanfaat bagi klien yang menglami perilaku kekerasan yang dapat mempengaruhi
kehidupan klien atau keluarga sehari-hari. Dalam terapi lingkungan perawat dapat
melakukan beberapa hal yaitu membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain,
mempercayai orang lain, mendorong pasien untuk berkomunkasi tentang ide-ide,
perasaan, dan perilakunya secara terbuka, pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau
kemampuan yang baru, dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan mintanya
pada waktu yang luang, memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek
obat dan perilaku-perilaku yang menonjol atau menyimpang, serta mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul dari terapi tersebut. Terapi lingkungan juga dilakukan
sebab ada beberapa syarat lingkungan fisik pada pasien amuk sebagai berikut.

o Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.

o Pasien satu kamar, satu orang bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara
yang kuat dengan yang lemah.

o Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.

o Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protokol pengikat dan pengasingan
secara aman, serta protokol pelepasan pengikatan.

 Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan bentuk terapi dengan cara perawat berinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur. Dalam terapi ini diharapkan klien dapat meningkatkan
kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, mengubah perilaku maladaptive.
Hal ini juga sesuai dengan TUK 10 Klien dapat mengikuti TAK: Stimulasi Persepsi
pencegahan perilaku kekerasan.
 Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi aktifitas kelompok yang sesuai dengan kasus adalah terapi aktifitas kelompok
stimulasi persepsi (TAKSP) Asertive training. Secara definisi terapi aktifitas kelompok
merupakan terapi aktivitas kelompok dengan memberikan stimulasi kepada anggota
kelompok sehingga masing-masing anggota kelompok mempersepsikan terhadap
stimulus dengan menggunakan kemampuan dan daya nalarnya. Kelompok membahas
suatu issu yang berguna untuk perubahan perilakunya. Dengan menggunkan terapi
aktifitas kelompok stimulasi persepsi diharapkan klien dapat melakukan bebrapa hal:

o Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahann (sesuai dengan TUK 2)


o Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah, tanda dan gejala
marah (sesuai dengan TUK 3)
o Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (sesuai dengan TUK
4)
o Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan (sesuai dengan TUK 5)
o Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
(dengan latihan nafas dalam) sesuai dengan TUK 6)
C. PENGKAJIAN
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang rawat : Melati No.05 Tanggal dirawat/MRS : 21 Mei 2013

I. Identitas Klien

Nama : Ny S (P) Umur : 29 tahun Nomor CM :

II. Alasan Masuk

Keluhan Utama : Klien terkesan tegang, gelisah, mondar-mandir dan pandangan mata
tajam. Klien sering bingung, ngeluyur membawa sabit. Klien mengatakan mudah emosi dan
sering marah-marah. Klien mengatakan malu bergaul dengan orang lain. Tidak mau
berkomunikasi. Klien merasa sebagai wanita yang tidak sempurna karena pernah menikah
tetapi cerai dan pernah keguguran.

Faktor Precipitasi : Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu dimusuhi adik suaminya karena keguguran, ditinggal pergi suaminya ke Kalimantan
dan proses cerai dan klien dihamili oleh suami adiknya serta pernah dipukuli oleh suami
adiknya.

III. Faktor Predisposisi

1. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien pernah mengalami aniaya fisik yang dilakukan
suaminya. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
dimusuhi adik suaminya karena keguguran, ditinggal pergi suaminya kekalimantan dan
proses cerai dan klien dihamili oleh suami adiknya serta pernah dipukuli oleh suami
adiknya. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dua kali ini dirawat
dirumah sakit jiwa.

2. Pengobatan sebelumnya : Klien masuk rumah sakit jiwa yang pertama pada tanggal 10
mei 2012 dan keluar dari rumah sakit 4 januari 2013 pengobatan berhasil dan yang kedua
pada tanggal 27 april 2013.

3. Trauma :
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi

Aniaya Fisik Tahun Suami dan Klien -


suami adiknya
Aniaya seksual tahun Suami Klien -
adiknya

Penolakan tahun - - -

Kekerasan dalam keluarga tahun Suami dan klien -


suami adiknya
Tindakan kriminal tahun - - -

Lain – lain tahun - - -

Jelaskan No 1,2,3 : Klien merasa sebagai wanita yang tidak sempurna karena pernah menikah
tetapi cerai dan pernah keguguran.

Masalah Keperawatan :

O Perubahan pertumbuhan dan perkembangan Osindroma trauma perkosaan

O Berduka antisipasi O Risiko tinggi kekerasan

O Berduka disfungsional O lain –lain

O Respon pasca trauma

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? O Ada V Tidak ada

Bila ada : Hubungan keluarga : .....................................................

Gejala : .................................................................

Riwayat pengobatan : ..................................................

Masalah Keperawatan :

O koping keluarga tidak efektif :ketidakmampuan O Risiko Tinggi Kekerasan

O Koping keluarga tidak efektif : Kompromi O Lain-lain, jelaskan


5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?

Klien pernah mengalami aniaya fisik yang dilakukan suaminya. Klien mempunyai
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu dimusuhi adik suaminya karena
keguguran, ditinggal pergi suaminya kekalimantan dan proses cerai dan klien dihamili oleh
suami adiknya serta pernah dipukuli oleh suami adiknya. Klien pernah mengalami gangguan
jiwa sebelumnya dan dua kali ini dirawat dirumah sakit jiwa.

Masalah Keperawatan :

O Perubahan pertumbuhan dan perkembangan O Respon pasca trauma

O Berduka antisipasi O Sindroma trauma perkosaan

O Berduka disfungsional O Lain-lain, jelaskan...........

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda vital : TD : 140/100 mmHg N: 80x/mnt S: 37,4℃ P: 24x/mnt.

2. Ukuran : Berat Badan ( BB ) : 45 Kg. Tinggi Badan ( TB ) : 156 cm

3. Keluhan fisik : -

4. Pemeriksaan Fisik (Fokus)

5. Pola Kesehatan

Jelaskan : .................................................................................................................

............................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

O Risiko tinggi perubahan suhu tubuh O Perubahan perlindungan

O Defisit Volume cairan O Kerusakan integritas jaringan

O Perubahan Volume cairan O Perubahan membran mukosa oral

O Risiko tinggi terhadap infeksi O Kerusakan integritas kulit

O Perubahan nutrisi: <kebutuhan tubuh O Perubahan eliminasi feses

O Perubahan nutrisi : >kebutuhan tubuh O Perubahan pola eliminasi uri


O Perubahan nutrisi : Potensial > kebutuhan tubuh

O Lain – lain, jelaskan ................

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram :

KET:

: Klien : Perempuan

: Laki- laki

Jelaskan : Klien tinggal serumah dengan suami sebelum bercerai, setelah bercerai klien tinggal
ayah dan ibunya. Klien belum mempunyai anak karena pernah keguguran.dan ketiga anak laki-
lakinya. Klien adalah anak pertama dari dua bersaudara, ia memiliki adik perempua yang sudah
menikah dank lien pernah mengalami aniaya fisik dan dihamili oleh suami adiknya. Klien
sangat dekat dengan ibunya, namun tidak dengan sang ayah.

Masalah Keperawatan :

V Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan O koping keluarga tidak efektif :kompromi

O Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan O lain-lain, jelaskan ..........................

2. Konsep Diri

a. Gambaran diri : Klien merasa sebagai wanita yang tidak sempurna karena pernah
menikah tetapi cerai dan pernah keguguran.

b. Identitas diri : Klien mengatakan mudah emosi dan sering marah-marah. Klien
mengatakan malu bergaul dengan orang lain. Tidak mau berkomunikasi.

c. Peran : Klien merasa malu sebagai wanita yang tidak sempurna karena pernah menikah
tetapi cerai dan pernah keguguran.

d. Ideal diri : klien berharap bisa hidup bahagia dengan keluarga yang lengkap.
e. Harga diri : klien merasa malu, suka menyendiri dan tidak mau bekomunikasi dengan
orang lain. Klien merasa tidak dihargai oleh masyarakat karena gangguan jiwa yang
dialaminya. Klien malas berkomunikasi dan tidak mau bergaul dengan masyarakat sekitar.
Klien merasa sebagai seorang wanita yang tidak sempurna karena pernah menikah tetapi
cerai dan pernah keguguran.

Masalah Keperawatan :

O Pengabaian unilateral O Harga diri rendah kronik

O Gangguan citra tubuh V Harga diri rendah situasi

O Gangguan identitas diri O Lain-lain, jelaskan ....................

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : ibu klien

b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : klien jarang terlibat kegiatan masyarakat.

c. Hambatan dalam berhbungan dengan orang lain : Klien merasa tidak dihargai karena
gangguan jiwa yang dialaminya. Klien malas berkomunikasi dan tidak mau bergaul dengan
masyarakat sekitar.

Masalah Keperawatan :

O Kerusakan komunikasi O Isolasi sosial

V Kerusakan interaksi sosial O Lain-lain, jelaskan : ............................

4. Spiritual:

a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam dan yakin kepada Allah SWT

b. Kegiatan Ibadah : -

Masalah Keperawatan : O Disstress spiritual O Lain-lain, jelaskan ..........................

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan :

Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, makan, toilet training dan
pemakaian sarana prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan, apakh klien :
V Tidak rapi O Penggunaan pakaian tidak sesuai

O Cara berpakaian tidak seperti biasanyaO Lain-lain, jelaskan ...................

Jelaskan : Klien berpenampilan tidak rapi dan pakaian yang digunakan tidak sesuai.

Masalah Keperawatan :

O Sindroma defisit perawatan diri ( makan, mandi, toilet training, instrumentasi )

O Lain – lain, jelaskan, ...........................................................................................

2. Pembicaraan :

O Cepat V Keras OGagap OInkoherensi OApatis O lambat O Membisu

O Tidak mampu memulai pembicaraan OLain-lain,jelaskan. ...................................

Jelaskan : klien mudah emosi dan sering marah sehingga membuat klie ketika berbicara
nadanya keras

Masalah Keperawatan : O Kerusakan Komunikasi O Kerusakan kom.verbal

3. Aktifitas Motorik

O Lesu V Tegang V Gelisah O Agitasi TIK O Grimas O Tremor

O Kompulsif O Lain – lain, jelaskan : ...............................................................

Jelaskan : Klien terkesan tegang, gelisah, sering mondar – mandir dan pandangannya tajam

Masalah Keperawatan : O Risiko tinggi cidera OKerusakan mobilitas fisik

O Defisit aktivitas deversional/hiburan

4. Afek dan Emosi

a. Afek : O Datar O Tumpul V Labil O Tidak sesuai O Lain-lain, jelaskan ......

Jelaskan : klien mudah emosi

Masalah Keperawatan :

O Risiko tinggi cidera O Kerusakan komunikasi verbal


O Kerusakan komunikasi V Kerusakan interaksi sosial O Lain-lain, jelaskan...

b. Alam perasaan ( emosi ) : O Sedih O Ketakutan O Putus asa

O Kuatir O Gembira V Lain -lain, jelaskan

Jelaskan : klien mudah emosi dan sering marah - marah

Masalah keperawatan :

O Risiko tinggi cidera O Risiko diri menciderai diri V Risiko diri menganiaya diri O
Ansietas O Ketakutan O Isolasi sosial

O ketidakberdayaan ORisiko tinggi mutilasi diri OLain-lain,


jelaskan : ............................................

5. Interaksi selama wawancara : O Bermusuhan V Tidak kooperatif O Mudah


tersinggung O Kontak mata kurang O Defensif O Curiga O Lain-lain, Jelaskan :
klien malas berkomunikasi dan tidak mau bergaul

Masalah Keperawatan :

O Kerusakan komunikasi O Risiko tinggi penganiayaan diri

V Kerusakan interaksi sosial O Risiko tinggi mutilasi diri

O Isoalsi sosial O Risiko tinggi kekerasan

O Risiko membahayakan diri O Lain-lain, jelaskan......................................

6. Persepsi – Sensori :

Apakah ada gangguan : O ada V tidak ada

Halusinasi : OPendengaran OPenglihatan OPerabaan OPengecapan O Penghidu

Illusi : O ada V Tidak ada O lain-lain, jelaskan : ................................................

Jelaskan : klien tidak ada gangguan ilusi maupun halusinasi

Masalah Keperawatan : O Perubahan Persepsi Sensori ( pendengaran, penghilatan,


perabaan, pengecapan, ppenghidu ) O lain-lain, jelaskan :...............

7. Proses Pikir:

a. Proses Pikir ( Arus dan Bentuk Pikir ) :


O Sirkumtasial O Tangensial O Blocking O Kehilangan asosiasi

O Flight of idea O Pengulangan pembicaraan/perseverasi O lain-lain, jelaskan :


perseverasi yaitu pembicaraan yang berulang-ulang

Jelaskan :

b. Isi Pikir :

O Obsesi O Hipokondria O Depersonalisasi O Pikiran Magis O Ide terkait

Waham : O Agama O Somatik O Kebesaran O Curiga O Nihilistik O


Sisip pikir O Siar pikir O Kontrol Pikir O Lain –lain, jelaskan : .................

Jelaskan : .............................................................................................................

Masalah Keperawatan : O Perubahan proses pikir, jelaskan ..............................

8. Tingkat Kesadaran :

O Bingung O Sedasi O Stupor O Lain-lain, jelaskan ...................................

Adakah gangguan orientasi ( disorientasi ) : O Waktu O Orang O Tempat

Jelaskan : .......................................................................................................

Masalah Keperawatan : O Risiko tinggi cidera O Perubahan Proses pikir,


jelaskan ............O Lain-lain, jelaskan .................................................................

9. Memori :

O Ganggun daya ingat jangka panjang O Gangguan daya jangka menengah

O Gangguan daya ingat jangka pendek O Koafabulasi O Lain-lain, jelaskan...

Jelaskan : .............................................................................................................

Masalah Keperawatan : O Perubahan proses pikir, jelaskan .............................

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung :

O Mudah beralih V tidak mampu berkonsentrasi O tidak mampu berhitung sederhana


O Lain-lain, jelaskan ....................................................................
Jelaskan : klien selalu meminta pertanyaan untuk diulang dan tidak mampu
menjelaskan kembali pembicaraan yang sedang berlangsung

Masalah Keperawatan :

O Perubahan proses piker, jelaskan ………. O Isolasi social O Lain-lain, jelaskan


……………………………………………………………………….

11. Kemampuan penilaian :

V Gangguan ringan O gangguan bermakna O Lain –lain, jelaskan ..............

Jelaskan : klien dapat mengambil kepuusan yang sederhana sedangkan pada keputusan
yang berat klien membutuhkan bantuan orang lain

12. Daya tilik diri :

O mengingkari penyakit yang diderita O Menyalahkan hal-hal diluar dirinya V Lain-


lain, jelaskan menyalahkan diri sendiri

Jelaskan : klien menyalahkan dirinya sendiri atas kematian suaminya karena


kecelakaan

Masalah Keperawatan :

O Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik

O Perubahan proses pikir, jelaskan ................................................................

O Ketidakpatuhan O Lain-lain, jelaskan .....................................................

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG

a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan :


Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak

Makanan V

Keamanan V

Peawatan kesehatan V

Pakaian V
Transportasi V

Tempat tinggal V

Keuangan V

Lain-lain

Jelaskan : Klien perlu diingatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

Masalah Keperawatan :

V Perubahan pemeliharaan kesehatan O Perilaku mencari bantuan kesehatan

O Lain-lain, jelaskan ………………………………………………………….

b. Kegitan Hidup sehari-hari ( ADL ) :


a. Perawatan Diri :

Kegiatan hidup sehari- hari Bantuan Total Bantuan


Minimal

Mandi - -

Kebersihan - V

Makan - V

Buang air kecil / BAK - -

Buang air Besar / BAB - -

Ganti pakaian - -

Jelaskan : klien hanya perlu bantuan minimal dalam melakukan kebersihan dan makan
karena klien memerlukan dorongan dalam melakukan hal itu

Masalah Keperawatan :
O Perubahan pemeliharaan kesehatan O Sindroma deficit perawatan diri

O Perubahan eliminasi feses O Perubahan eliminasi urin

V Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah O Lain – lain

Jelaskan : ............................................................................................................

b. Nutrisi :

* Apakah anda puas dengan pola makan anda? O Puas V Tidak puas

Bila tidak puas, jelaskan : karena klien merasa tidak nafsu makan

* Apakah anda makan memisahkan diri ? V Ya OTidak

Bila ya, jelaskan : karena merasa ayah dan saudara kurang perhatian

* Frekuensi makan sehari : 1 X

* Nafsu makan : Menurun

* Berat Badan : O Meningkat V Menurun

BB saat ini : 45 Kg, BB terendah : 43 Kg, BB tertinggi : 47 Kg

Jelaskan : klien mengatakan tidak nafsu makan

Masalah keperawatan :

V Perubahan Nutrisi : < kebutuhan tubuh

O Perubahan Nutrisi : > kebutuhan tubuh

O Perubahan Nutrisi : potensial > kebutuhan tubuh

O Lain – lain, jelaskan .......................................................................................

c. Tidur :

* Apakah ada masalah tidur? O Tidak ada V Ada, jelaskan klien mengalami insomnia

* Apakah merasa segar setelah bangun tidur? OSegar V Tidak segar, jelaskan klien
merasa pusing saat bangun tidur

* Apakah ada kebiasaan tidur siang? O Ya, lamanya : ....jam, VTidak


* Apakah ada yang menolong anda mempermudah untuk tidur?

O Ada, jelaskan : .................... V Tidak ada

* Tidur malam jam : 23.30 bangun jam : 04.00 rata – rata tidur malam : 3-4 jam

* Apakah ada gangguan tidur? V Sulit untuk tidur O Bangun terlalu pagi

OSamnambulisme OTerbangun saat tidur Ogelisah saat tidur

OBerbicara saat tidur O Lain – lain, jelaskan : .........................................

Jelaskan : klien merasa sulit tidur karena teringat saat dianiaya oleh suami dan suami
adik ipar

Masalah Keperawatan : V Gangguan Pola Tidur, spesifiknya insomnia

c. Kemampuan klien dalam hal – hal berikut ini :


a. Mengantisipasi kehidupan sehari – hari : O Ya V Tidak
b. Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : V Ya O Tidak
c. Mengatur penggunaan obat : O Ya V Tidak
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan : O Ya V Tidak
Jelaskan : klien dapat mengmbil keputusan sederhana secara mandiri sedangkan
keputusan yang berat dia membutuhan bantuan otang lain

Masalah Keperawatan :

O Konflik pengambilan keputusan O Ketidakpatuhan

O Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik

O Lain-lain, jelaskan.............................

d. Klien memiliki sistem pendukung :


- Keluarga : V Ya O Tidak - Teman sejawad : O Ya O Tidak

- Terapis : O Ya O Tidak - Kelompok Sosial : O Ya O Tidak

Jelaskan : klien hanya memiliki sistem pendukungdari ibu nya saja


Masalah Keperawatan : O Perilaku mencari bantuan kesehatan O Lain –lain,
jelaskan ...............................

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?

V Ya/menikmati O Tidak menikmati, jelaskan ..................................................

Masalah keperawatan: O Defisit aktifitas devesional/hiburan O Lainya, jelaskan.

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif Mal adaptif

- Bicara dengan orang lain - Minum alkohol

- Mampu menyelesaikan - Reaksi lambat/berlebihan


masalah

- Tehnik relaksasi - Bekerja berlebihan

- Aktifitas konstruktif V Menghindar

- Olah raga - Menciderai diri

Lain – lain Lain – lain

Jelaskan : perilaku klien menuju ke perilaku mal adaptif

Masalah keperawatan :

O Kegiatan penyesuaian O Koping individu tidak efektif ( defensif )

V Koping individu tidak efektif ( menyangkal ) O lain – lain, jelaskan…

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

V Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya…………


O Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya klien malas berkomunikasi dan
tidak mau bergaul karena merasa tidak dihargai oleh masyarakat karena penyakit
gangguan jiwanya

O Masalah dengan pendidikan, spesifiknya ......................................................

O Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya .........................................................

O Masalah dengan perumahan, spesifiknya .....................................................

O Masalah dengan ekonomi, spesifiknya ..........................................................

O Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya .......................................

O Masalah lainya, spesifiknya ..........................................................................

Masalah Keperawatan :

Operubahan pemeliharaan kesehatan Oenuresis maturasi

Operubahan pada eliminasi urin Oketidakberdayaan

Operubahan pada eliminasi urin ( retensi uri ) Okeputusasaan

Operubahan pada eliminasi urin ( inkontinensia total ) O perubahan kinerja peran

Operubahan eliminasi urin(inkontinensia disfungsional) Osindroma stres relokasi

Operubahan eliminasi urin(inkontinensia refleks) O Perilaku mencari bantuan

Operubahan eliminasi urin(inkontinensia stres) Ogangguan konsep diri

O gangguan konsep diri ( Gg. Citra tubuh )

O gangguan konsep diri ( Gg. Identitas diri )

O gangguan konsep diri ( gg. Harga diri )

O gangguan konsep diri ( gg. Harga diri rendah kronik )

V gangguan konsep diri ( Gg. Harga diri rendah situasional )

O lain – lain, jelaskan ............................................................................................

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal?

O Penyakit/gangguan jiwa O sistem pendukung V faktor presipitasi O koping

O penyakit fisik O obat – obatan Olain-lain, jelaskan............................................

Jelaskan : faktor yang mempengaruhi klien saat ini adalah karena mendapat perlakuan
kekerasan dari suami dan suami adik ipar

Masalah Keperawatan :

O perilaku mencari bantuan kesehatan O penatalaksanaan terapeutik tidak efektif

O ketidakpuasan O kurang pengetahuan ( spesifiknya )........

XI. ASPEK MEDIS

Diagnosa medik : .......................................................................................................

Terapi medik : ...........................................................................................................

Masalah Keperawatan :

O efek terapi obat-obatan O efek terapi anti ansietas

O efek merugikan terapi anti depresi O efek terapi anti spikotik

O Masalah kolaboratif/potensial komplikasi: multisistem, spesifiknya.....................

D. POHON MASALAH
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

1. Subyektif : Perilaku Kekerasan

4. klien mengatakan malu serta jengkel jika


ngobrol dengan tetangga sehingga untuk
sekedar berinteraksi klien enggan
melakukannya
5. Klien mengatakan mudah emosi dan
sering marah-marah
Obyektif

1. Klien terkesan tegang


2. Klien sering marah – marah
3. Klien sering teriak – teriak
4. Gelisah, mondar-mandir
5. Pandangan mata tajam
6. Klien sering bingung, ngeluyur
membawa sabit.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan dorongan
marah ditandai dengan klien mudah emosi dan sering marah – marah, pandangan mata
tajam, tegang, dan sering bingung, ngeluyur membawa sabit.
F. INTERVENSI

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

DX KEP 1 TUM : NOC NIC 1. Mengetahui perasaan klien


Gangguan Perilaku Klien tidak Setelah dilakukan 1. Berikan kesempatan untuk serta menganjurkan
Kekerasan mencederai tindakan keperawatan mengungkapkan perasaannya pengekspresian perasaan
diri 2x24 jam diharapkan 2. Anjurkan klien untuk dapat memberikan dukungan
klien dengan kriteia mengungkapkan perilaku yang tepat
TUK : hasil kekerasan yang biasa dilakukan 2. Untuk menggali dan
Klien dapat  Dapat menahan diri klien (verbal, pada orang lain, engetahui hal hal apa saja
mencegah mencederai diri pada lingkungan dan pada diri yang biasa dilakuka klien
perilaku sendiri dan orang sendiri) 3. Membantu klien untuk
kekerasan pada lain 3. Dorong pasien untuk mempertimbangkan
dirinya ataupun  Klien dapat mengungkapkan secara verbal konsekuensi yang akan
orang lain. Baik mengetahui cara konsekuensi dari perubahan fisik diterima dari efek perubahan
secara fisik atau yang biasa dan emosi yang mempengaruhi fisik dan emosi klien
verbal dilakukan untuk konsep dirinya 4. Memfasilitasi klien untuk
menyelesaikan 4. Diskusikan kegiatan fisik yang mencegah perilaku kekerasan
masalah biasa dilakukan klien untuk dan menyalurkan kepada hal
(PPNI T. P., 2019) mencegah perilaku kekerasan, hal yang benar
yaitu: tarik nafas dalam dan 5. Keluarga adalah orang
pukul kasur serta bantal. terdekat klien yang
5. Tingkatkan peran peran serta berpengaruh besar terhadap
keluarga pada tiap tahap tahap perkembangan fisik dan
perawatan emosi klien
6. Ciptakan lingkungan psikososial 6. Lingkungan psikososial dapat
(Doenges, 2018) mendukung proses
keperawatan terhadap klien
(Doenges, 2018)
G. IMPELEMNTASI

Hari/Tgl Paraf dan


Dx Kep Tindakan Keperawatan
Jam Nama

1 Januari Gangguan Perilaku Kekerasan


1. Menganjurkan klien untuk mengekspresikan kesedihan, duka cita,
2022 rasa bersalah, dan ketakutan Memberi kesempatan klien untuk
07.00 mengungkapkan perasaannya
08.00 2. Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada
lingkungan dan pada diri sendiri)

09.00 3. Mendorong pasien untuk mengungkapkan secara verbal


konsekuensi dari perubahan fisik dan emosi yang mempengaruhi
konsep dirinya

4. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien untuk


11.00 mencegah perilaku kekerasan, yaitu: tarik nafas dalam dan pukul
kasur serta bantal.

12.00 5. Meningkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap tahap perawatan
N Hari/Tanggal DX KEP Evaluasi keperawatan
O
1. 1 Januari Gangguan perilaku S: Pasien mengatakan ia mudah emosi dan sering
2022 kekerasan marah marah. Dan malu bergaul dengan orang
lain.

O:
4. Klien sering marah marah
5. Klien sering berteriak
6. Klien selalu mondar mandir
7. Klien lebih suka menyendiri dari pada
berkomunikasi dengan orang lain.
8. Klien terkesan tegang
9. Klien terlihat gelisah
10. Klien terlihat bingung

A : Gangguan perilaku kekerasan

P : Lanjutkan intervensi 1-5

H. EVALUASI

BAB IV
SPTK

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


Nama : Dewi Kurniawati
Pertemuan : ke 1
Tanggal/hari : Kamis, 4 November 2021
Jam : 10:00 WIB
Proses keperawatan
Kondisi : Pandangan mata klien tampak tajam, dan wajah tampak tegang, klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir di ruang rawat. Saat marah klien selalu membanting
barang barang yang ada di sekitarnya
Diagnosa : Perilaku kekerasan
Tindakan keperawatan SP 1 :
- Membina hubungan saling percaya
- Identifikasi penyebab perasaan marah
- Tanda gejala yang di rasakan
- Perilaku kekerasan yang dilakukan
Fase orientasi
“selamat pagi pak, perkenalkan nama saya perawat dewi kurniawati. Saya perawat yang
dinas di ruang mawar. Hari ini saya dinas pagi dari pk 10:00-12:00 WIB. Nama bapak
siapa ?, biasanya di panggil siapa ?.
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Masih ada perasaan kesal ataumarah ?
“Baiklah kita akan berbincang bincang sekarang tentang perasaan marah bapak
“Berapa lama kita akan berbincang bincang ?” Bagaimana kalau 15 menit ?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang bincang pak ? Bagaimana kalau di taman
saja ?
Fase kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah ?, apakah sebelumnya bapak pernah marah ? Terus
penyebabnya apa ? Samakah dengan yang sekarang ? oo iya ada 2 penyebab marah bapak”
“ Pada saat penyebab marah itu ada misalnya bapak pulang ke rumah dan istri bapak belum
menyediakan makanan. Lalu apa yang bapak rasakan ?
“Apakah bapak merasakan kesal ingin marah kemudian dada bapak berdebar debar, mata
melotot , rahang mengatup rapat dan tangan menegepal ?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan ? o iya jadi bapak memukul istri bapak dan juga
memecahkan piring, apakah dengan cara itu makanan dapat terhidang ? iya, tentu tidak. Apa
kerugian cara yang bapak lakukan ? Betul , istri jadi sakit dan takut, piring piring pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik ? maukah bapak belajar cara
mengungkapkan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian ?
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan pak. Salah satunya dengan cara fisik. Jadi
melalui kegiatan fisik bisa di salurkan rasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu ?
“Begini pak, kalau tanda tanda tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik nafas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik hidung, lalu tahan,dan tiup melalui mulut.
Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukanya, bagaimana perasaan
bapak sekarang ?
“ Nah sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu waktu rasa
marah itu muncul bapak bisa melakukanya.”
Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang bincang tentang kemarahan bapak ?
“ Coba selama saya tidak ada , ingat ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang
bapak lakukan kalau marah dan jangan lupa latihan nafas dalamnya ya pak..
‘Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak ,mau nafas dalam ?
Jam berapa saja pak ?”
“Baik , dilanjutkan nanti siang ya pak , nanti di gantikan oleh teman saya, terimakasih pak
“selamat pagi”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


Nama : Siti Rismawati
Pertemuan ke : 2
Tanggal/hari : Kamis, 4 November 2021
Jam : 12:00 wib
Proses keperawatan
Kondisi : Klien menyebutkan penyebab marahnya karena keinginanya tidak terpenuhi dan
dilecehkan. Klien marah dengan membanting bantingkan barang yang ada di dekatnya. Klien
bercerita dengan suara keras dan bersemangat. Pandangan mata klien tampak tajam dan
tampak tegan
Diagnosa : Perilaku kekerasan
Tindakan keperawatan SP 2 :
-Evaluasi latihan nafas dalam
- Latihan cara fisik ke 2 : pukul kasur dan bantal
- Susun kegiatan harian cara ke dua
Fase orientasi
“Selamat sore pak perkenalkan nama saya perawat Siti Rismawati , saya yang berjaga di
ruang mawar pada sore ini . Hari ini saya dinas dari jam 12:00 sampai jam 18:00. Nama
bapak siapa ? dan biasa di panggil siapa ?
“ Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah yang membuat bapak marah ?
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
yang ke dua, apakah bapak bersedia?
“Untuk waktunya sekitar 20 menit”
“Untuk tempatnya dimana pak? Apakah di taman saja?
Fase kerja
“Sebelumya kita ulangi untuk cara pertama”. “Baiklah bagus sekali pak.
“Sekarang langsung saja kita lanjut saja cara yang ke 2 yaitu melampiaskan kemarahan
melalui bantal dan kasur. “ dimana kamar bapak ? jadi kalau bapa kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.
Nah, coba lakukan pukul kasur dan pukul bantal. Ya bagus sekali pak.
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Dan jangan lupa
merapikan tempat tidurnya.
Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan menyalurkan perasaan marah tadi ?
“Ada berapa cara yang sudah bapak lakukan tadi, coba sebutkan? Ya bagus sekali pak”
“sekarang kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari hari bapak , bagimana kalau jam
05.00 pagi setelah bagun tidur?. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu waktu gunakan
kedua cara tadi ya pak.
“baiklah pak besok pagi kita lanjutkan lagi dengan teman saya. Baiklah saya pamit dulu
Wasslamualaikum

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


Nama : Indri Novita
Pertemuan : ke 3
Hari : Jumat, 5 November 2021
Jam : 10:00 WIB
Proses keperawatan
Kondisi : Klien sudah berlatih cara menyalurkan marah dengan memukul kasur dan bantal.
Suara pasien masih keras. Pandangan mata tajam dan mata tegang.
Diagnosa : Perilaku kekerasan
Tindakan keperawatan SP3 :
-Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
- Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
- Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Fase orientasi
“Selamat pagi pak perkenalkan nama saya perawat Indri Nofita . Saya berjaga pada ruang
mawar hari ini. Saya dinas jam pagi dari pk 10:00-12:00. Nama bapak siapa ? Biasa di
panggil siapa ?
“Baiklah sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah, apakah bapak bersedia ?
“Untuk waltunya sekitar 15 menit ya pak.
“Untuk tempatnya di mana pak? Atau di taman saja ?
Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah di
salurkan melalui tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal, dan sudah lega,maka kita
bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak.
• Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
mengunakkan kata kata yang kasar.
• Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukanya,
katakan” maaf saya tidak bisa melakukanya karena saya ada pekerjaan”. Coba bapak
praktekan . bagus sekali pak
• Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan”saya jadi ingin marah akibat perkataanmu itu”. Coba lakukan
pak. Ya bagus sekali pak
Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap cakap tentang cara mengontrol marah
dengan nada bicara yang baik? “ coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah
kita pelajari .
“Bagus sekali pak, sekarang kita masukkan ke jadwal latihan bapak, berapa kali sehari bapak
mau latihan bicara yang baik ?
“Coba sekarang masukkan dalam jadwal latihan sehari hari , memisalnya menimta
obat ,uang dan lain lain. Bagus nanti do coba ya pak
“Baiklah pak nanti dilanjutkan latihanya dengan teman saya ya pak, saya pamit dulu ya pak
wasslamuaikum
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
Nama : Ellanda Rama Dhani
Pertemuan ke : 4
Tanggal/hari : Jumat 5 November 2021
Jam : 12:00 wib
Proses keperawatan
Kondisi : Klien sudah berlatih mengungkapkan marah dengan menolak yang baik, meminta
dengan baik dan mengungkapkan perasaan dengan baik . Wajah sudah tidak tegang tapi
suara masih keras.
Diagnosa : Perilaku kekerasan.
Tindakan keperawatan SP4 :
-Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisil dan sosial/ verbal
- Latihan sholat dan berdoa
Fase pra interaksi
“Selamat sore pak , perkenalkan nama saya perawat ellanda rama dhani . saya menjaga
ruangan mawar pada sore hari ini. Saya dinas dari pk 12:00-18:00.Nama bapak siapa ? biasa
di panggil apa ?
Baiklah sekarang kita latihan dengan cara lain yaitu menecegah rasa marah dengan ibadah,
apakah bapak bersedia ?
“Untuk waktunya sekitar 20 menit pak
Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan.Baik
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan
“ Coba bapak sebutkan apa saja sholat lima waktu itu ? bagus . Coba sebutkan caranya.
Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap cakap tentang cara meredakan kemarahan
dengan sholat ?
“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang sudah kita pelajari ? Bagus.
“Sekarang kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak
“Coba sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapakmerasa marah ?
“Setelah ini bapak coba sholat sesuai dengan jadwal yang kita buat
“Baiklah pak untuk latihanya di lanjutkan besok ya pak , dengan teman saya. Baik pak saya
pamit dulu wassalamualaikum

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


Nama : Oktavia Andika Putri
Pertemuan : ke 5
Tanggal/hari : Sabtu 6 November 2021
Jam : 10:00
Proses keperawatan
Kondisi : Klien sudah berlatih mengendalikan marah dengan tarik nafas dalam, mengambil
air wudhu dan sholat.
Diagnosa : perilaku kekerasan
Tindakan keperawatan SP 5 :
-Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih
-Latih pasien minum obat dengan teratur dengan prinsip lima benar(benar nama pasien,
benar nama obar, benar cara minum obat,benar waktu minum obat, benar dosis obat) di sertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
-Susun jadwal minum obat secara teratur
Fase orientasi
“Selamat pagi pak , perkenalkan nama saya perawat nery . saya menjaga ruangan mawar
pada pagi hari ini. Saya dinas dari pk 10:00-12:00.Nama bapak siapa ? biasa di panggil
apa ?
Baiklah sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat dengan benar untuk
mengontrol rasa marah
“Untuk tempatnya di mana pak ? apakah di taman saja?
“Untuk waktunya sekitar 20 menit pak
Fase kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?
“Berapa macam obat yang bapak minum ? warnanya apa saja ? Jam berapa bapak minum?
“Obatnya ada 3 macam pak , yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran
tenang, yang putih namanya THP, agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasiya
bapak bisa mengisap isap es batu
“Bila terasa mata berkunang kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu
“Nanti bila sampai rumah sebelum minum obat sebiknya di lihat labelnya dahulu apakah
nama bapak tertulis di situ, berapa dosis yang harus di minum, jam berapa saja yang harus di
minun, dan juga baca nama obatnya apakah sudah benar
“Jangan pernah berhenti minum obat sebelum konsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat
terjadi kekambuhan.
“Sekarang kita masukkan dulu waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak...
Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap cakap tentang tata cara minum obat yang benar
?
“ Nah sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari ? Sekarang kita
tambahkan jadwal kegiatanya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan dengan teratur
ya...
“Baik pak, besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana perkembangan bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah , Saya permisi dulu pak
wassalamualaikum....

Strategi Perencanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


Keluarga
Nama : Vara Yuniar
Pertemuan ke : 1
Tanggal/hari : Sabtu 1 Januari 2022
Jam : 10:00
Proses keperawatan
Kondisi : Pasien sudah berlatih mengendalikan marah dengan tarik nafas dalam, berbicara
yang baik, mengambil air wudhu dan sholat , klien sudah tidak marah lagi diruangan,
keluarga mengunjungi klien dan terihat ketakutan bertemu klien.
Diagnosa : perilaku kekerasan
Tindakan keperawatan SP 1 keluarga
-Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
-Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan(Pneyebab, tanda gejala, perilaku
yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
-Diskusikan bersama keluarga kondisi kondisi pasien yang perlu segera di laporkan kepada
perawat.
Fase orientasi
“Perkenalkan bu nama saya perawat adam, saya perawat dari ruang mawar yang merawat
bapak(pasien). Nama ibuk siapa ?
“Bisa kita berbincang bincang tentang masalah yang ibu hadapi ?
“untuk waktunya sekitar 30 menit ya bu...
“ Untuk tempatnya di mana bu ? di taman saja ya....
Fase kerja
“Bu, apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat bapak? Baik bu saya akan coba jelakan
tentang cara merawat bapak dan hal hal yang perlu di perhatikan.
“Bu, Marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak di salurkan dengan benar akan
membahyakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
“ Penyebab suami ibu marah yaitu merasa di rendahkan dan keinginanya tdiak terpenuhi.
“Bila nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah artinya suami
ibu marah, dan biasanya seteleah itu akan melampiaskan dengan cara membanting benda
yang ada di sampingnya .
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang , bicara lembut tapi tegas , dan jangan
lupa jaga jarak, dan jauhkan benda benda dari sekitar bapak.
“Bila bapak masih ngamuk dan marah segera bawa ke puskesmas atau rsj terdekat
sebelumnya diikat dulu(ajarkan pada keluarga pasien). Janganlupa minta tolong kepada
orang lain ya bu, untuk alasan mengikatnya agar bapa tidak menciderai diri sendiri dan orang
lain dan lingkungan
“Nah, selain itu ibu juga mengingatkan jadwal latihan cara mengontrol marah yang di buat
secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur
“Kalau bapak melakukanya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu...
Fase terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap cakap tentang cara merawat bapak ?
“ Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal yang telah di buat oleh bapak ya bu...
“Baiklah bu kita akan bertemu besok tetapi dengan teman saya ya...
“ Baik bu kalau ibu sudah jelas saya pamit dulu wassalamualaikum....
BAB V
TAK

Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAKSP) Asertive Training


pada klien Perilaku Kekerasan

A. Topik
Perilaku Kekerasan
B. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah)
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
5. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik (dengan latihan nafas dalam)
6. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
7. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
8. Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur
C. Landasan Teori
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah Sakit Jiwa.
Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan
oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul
anggota keluarga atau orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah
merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan
oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan. Dengan terapy stimulasi persepsi, klien dilatih
mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah dialami. Kemampuan
persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif, sehingga
mampu untuk membantu klien dengan perilaku kekerasan dalam mengendalikan amarah.
D. Klien
 Kriteria
 Klien yang tidak terlalu gelisah.
 klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
 Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil.
 Klien  tenang dan kooperatif.
 Kondisi fisik dalam keadaan baik.
 Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas.
 Klien yang dapat memegang alat tulis.
 Klien yang panca inderanya masih memungkinkan
 Proses seleksi 
3. Berdasarkan observasi klien sehari-hari
4. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai
prilaku klien sehari-hari
5. Hasil diskusi kelompok
6. Berdasarkan asuhan keperawatan
7. Adanya kesepakatan dengan klien
E. Pengorganisasian
 Waktu
6. Hari/tanggal :
7. Jam :
8. Acara : menit
1 Pembukaan : menit
2 Perkenalan pada klien : menit
3 Perkenalan TAK : menit
4 Persiapan : menit
5 Pelaksanaan : menit
6 Penutup : menit
9. Tempat : Aula
10. Jumlah pasien : 4-6 orang
 Tim terapis
D. Leader:
Bertugas:
7 Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
8 Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
9 Menetapkan jalannya tata tertib
10 Menjelaskan tujuan diskusi
11 Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut .
12 Kontrak waktu
A. Menyimpulkan hasil kegiatan
B. Menutup acara
E. Co leader
Bertugas:
13 Mendampingi leader jika terjadi bloking
14 Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
15 Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
F. Fasilitator
Bertugas:
16 Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
17 Mendampingi peserta TAK
18 Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
19 Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
G. Observer
Bertugas:
20 Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir
21 Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
22 Mengobservasi perilaku pasien
H. Anggota
Bertugas: Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
 Metode dan media
 Metode
 Dinamika kelompok
 Diskusi dan tanya jawab
 Permainan
 Alat:
 Kertas
 Spidol
 Buku catatan dan pulpen
 Jadwal kegiatan klien
 Bola
 Setting
- Terapis dan klien duduk bersama
- Ruangan nyaman dan tenang.

Co leader Leader

Pasien
Pasien

Pasien
Pasien

Fasilitator Fasilitator

Pasien Pasien

Observer
F. Proses Pelaksanaan
7. Persiapan
b. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
c. Membuat kontrak dengan klien
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
8. Orientasi
6 Salam terapeutik ·
 Salam dari terapis kepada klien
 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
7 Evaluasi validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan
8 Kontrak
2. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus
minta izin pada terapis
3. Menjelaskan aturan main berikut.
22.1 Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin pada terapis.
22.2 Lama kegiatan 45 menit.
22.3 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
9. Tahap kerja
- Leader membacakan aturan permainan:
5 Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan
musik.
6 Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang
bola berarti, ia harus menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang pernah dilakukan,
akibat, serta mempraktekkan cara mengontrol PK dengan latihan fisik
(cara nafas dalam)
 Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap
berjoget saat musik berhenti.
 Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku
kekerasan
7 Tanyakan pengalaman tiap klien
8 Tulis di kertas
- Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
H. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab  (tanda dan
gejala)
I. Tulis di kertas
- Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri
sendiri)
1. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2. Tulis di kertas
- Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan
4.) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
5.) Tulis di papan tulis di kertas
- Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara fisik (latihan nafas dalam)
- Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.
- Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
- Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.
- Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai
jawaban klien tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan
akibat perilaku kekerasan. Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran
serta klien dalam pelaksanaan TAK serta memberi motivasi pada klien untuk
meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara mengontrol perilaku
kemarahan.
- Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
10. Tahap Terminasi
 Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. ·
b. Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif
 Tindak Lanjut
4. Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta
akibat perilaku kekerasan
5. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku
kekerasan dan akibat yang belum diceritakan
 Kontrak yang akan datang
- Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan
- Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah
mengetahui perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan
dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1 TAK Stimulasi Perilaku Kekerasan Kemampuan Psikologi

No Nama klien Penyebab Memberi tanggapan tentang


perilaku Tanda dan Perilaku Akibat
kekerasan gejala perilaku kekerasan perilaku
kekerasan kekerasan
1.
2.
3.
4.
5.
Petunjuk:

 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
 Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan. Beri tanda + jika mampu dan
beri tanda - jika tidak mampu.

b. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku kekerasan.Klien
mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang),
mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan
yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah
sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang,
yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis.Perilaku kekerasan dapat
menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain maupun lingkungan. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan bahkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dalami, E. (2009). Asuhan Keperawatan Jika Dengan Masalah Psikososial. Jakarta: Trans
Info Media.

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Kozier, Erb & Olivieri. (1991). Fundamental of Nursing Concepts, Process & Practice,
volume III. Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Redwood City California

Marthoccio, Bernita C. (----). Sakaratul Maut, Maut & Ditinggal Maut dalam buku
Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Unit I. Terj.
Yayasan IAPK Pajajaran Bandung.

Anda mungkin juga menyukai