Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

RESIKO DAN TINDAKAN BUNUH DIRI

DOSEN PEMBIMBING : Hamdana S.Kep, Ns, M. Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. JARNIATI (A.19.11.056)
2. JUSRIANI (A.19.11.057)
3. NURTASBI RAMADHANI (A.19.11.058)
4. OKTAPIANI SILPANI PUTRI (A.19.059)
5. WIWIK JUSNIATI (A.19.11.070)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBAA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KELAS DOMISILI SELAYAR
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mah Kuasa,berkat limpahan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Askep ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT RESIKO DAN TINDAKAN BUNUH DIRI”
Dalam penilisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan baik dalam pembuatan asuhan keperawatan ini. Namun berkat bimbingan dan
arahan serta bantuan berbagai pihak Asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :

1. Ibu Dr. Muriyati, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
2. Hamdana S.kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing institusi
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan moral maupun material,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penusunan makalah ini
4. Rekan – rekan mahasiswa/i yang telah memberikan bantuan dalam rangka penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulis Asuhan keperwatan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga keperawatan
pada khususnya dalam meningkatkan perawatan pada pasien.

Selayar,10 Maret 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................
A. DEFINISI...............................................................................................................................
B. ETIOLOGI.............................................................................................................................
C. PATOFISIOLOGI....................................................................................................................
D. TANDA DAN GEJALA............................................................................................................
E. KOMPLIKASI........................................................................................................................
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK................................................................................................
G. PENATALAKSANAAN MEDIS................................................................................................

H. PENCEGAHAN .................................................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... ..........

A. PENGKAJIAN........................................................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................................
C. INTERVENSI KEPERAWATAN...............................................................................................
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN..........................................................................................
E. EVALUASI............................................................................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................................
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................
B. SARAN.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar Belakang Makalah Kesehatan Jiwa II “ Resiko Bunuh Diri”, adalah sebagai
berikut ini :
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun
suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi,
penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline,
antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.
Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan
diantaranya adalah :
1. suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah
sakit jiwa.
2. Faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya
pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah,
kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.
3. Pengkajian suicideseharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah
sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen
lainnya.
4. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat
terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah
hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit. Oleh karena itu
suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang
cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko
terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya
dengan pendekatan proses keperawatanya.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah yang telah dibuat dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Resiko bunuh diri ?
2. Apa etiologi Resiko bunuh diri ?
3. Bagaimana patofisiologi bunuh diri?
4. Bagaimana Tanda dan gejala ?
5. Bagaimana komplikasi ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik ?
7. Bagaimana penatalaksanaan ?
8. Bagaimana pencegahan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Resiko bunuh diri
2. Untuk mengetahui etiologi Resiko bunuh diri
3. Untuk mengetahui patofisiologi bunuh diri
4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala
5. Untuk mengetahui komplikasi
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan
8. Untuk mengetahui pencegahan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bunuh Diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya
adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku
destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat
mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi
pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart
& Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus
harapan merupakan rentang adaptif maladaptive

B. Etiologi Bunuh Diri


Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. Interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukumanpada diri
sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut :

a. Genetic dan teori biologi


Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko buuh diri
b. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang
yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide
untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
c. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan
hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

C. Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siapmembunuh
diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai
rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya
dibagi menjadi 3 kategori:

1. Ancaman bunuh diri


Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebutmempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian
kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin
pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan
bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat
suatu masalah yang
menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).

D. Tanda dan Gejala


Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak
membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh
diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak
berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan
BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. Adapunpetunjuk
psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainanafektif, alkoholisme dan
penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja, dimensia dini/
status kekacauan mental pada lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru
berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan
pekerjaan baru dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,
kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan
kepribadian antisosial.

E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat
tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko
paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam
melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien
untuk mengulangi perbuatan tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau
intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi
cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,
koma, blokade jantung akhirnya meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan
syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak
dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok,
kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi
dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen
suicide.Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat
syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika
dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.

G. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan
darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan
terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan
urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial
tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan
bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat
dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan
gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga
gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro
konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
H. Pencegahan
Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan peringatan pada
keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis. Sehingga ada kemungkinan
untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang lebih baik. Pencegahan berskala besar
harus diarahkan untuk mengatasi isolasi sosial, rendahnya harga diri, dan pengurangan
kosumsi dan penyalahgunaan alkohol dan obat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan
alamat klien.
2. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.
3. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
4. Konsep Diri
a. Gambaran Diri: Klien biasanya merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
b. Identitas: Tanyakan pada klien apakah dia sudah, menikah atau belom, kalau
sudah menikah apakah sudah memiliki anakn
c. Peran Diri: Tanyakan pada klien apakah klien seorang kepala keluarga, ibu/ ibu
rumah tangga atau sebagai anak dari berapa bersaudara
d. Ideal Diri: Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien
akan melakukan apa untuk hidupnya selanjutnya, apakah lebih bersemangat atau
membuat lembaran baru.
e. Harga Diri: Tanyakan apakah Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan
jarang berinteraksi dengan orang lain.

6. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa ,ataukah
teman sekamar yg satu agama. Apakah Klien adalah orang yang kurang perduli
dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan lingkugannya, apakah klien
sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah ,apakah klien merupakan
orang yg jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain,
ataukah sangat sensitive.

B. Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri

C. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen, yaitu tujuan umum,
tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional. Tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah (P). Tujuan ini dapat dicapai jika tujuan khusus yang ditetapkan
telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E). Tujuan ini
merupakan rumusan kemampuan pasien yang harus dicapai. Pada umumnya kemampuan
ini terdiri atas tiga aspek, yaitu sebagai berikut (Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2015
dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa yang disebutkan oleh Stuart dan
Sundeen, 2002).
1. Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis
keperawatan.
2. Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
3. Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya akan kemampuan
menyelesaikan masalah.

D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan harus menggambarkan tindakan keperawatan yang mandiri,
serta kerja sama dengan pasien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim
kesehatan jiwa yang lain.
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu memvalidasi
apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini
(here and now). Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan.Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa
diimplementasikan.
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat
kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta
pasien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar
tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah
dilaksanakan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi proses atau
evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, dan (2) evaluasi
hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respons pasien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditetapkan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut.
S: respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A: analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi terhadap
masalah
yang ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut.
1. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah).
2. Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua tindakan
tetapi hasil belum memuaskan).
3. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada).
4. Rencana selesai jika tujuan sudah tercapai dan perlu mempertahankan keadaan
baru.
( Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2015 )
BAB 1V
PENUTUP

A. Simpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat mengerti dan
dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan asuhan keperawatannya.
Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Tikma, Rima , 2019 ; “ ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI”


https://id.scribd.com/document/423679664/ASUHAN-KEPERAWATAN-KLIEN-RESIKO-
BUNUH-DIRI-1-docx. Kamis, 10 Maret 2022
Sidess , 2014 ; “ASKEP RESIKO BUNUH DIRI
https://id.scribd.com/doc/249505095/Askep-resiko-bunuh-diri. Kamis, 10 Maret 2022

Anda mungkin juga menyukai