DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 | KELAS 3 – C
Rizka Zuhriyana (G2A018110)
Rahmadina (G2A018113)
Mailatul VIvianingsih (G2A018111)
Dhiya Zalfa Qothrunnada (G2A018114)
Erika Siva Aulia (G2A018115)
Halwa Salsabila (G2A018116)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “KONSEP SEKSUALITAS,
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI”. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.
Adapun penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan program studi S1 Ilmu Keperawatan
semester 3 kelas 3C. Makalah ini menjelaskan tentang konsep, aspek, kesehatan,
dan karakteristik seksualitas serta konsep dan manifestasi stress dan adaptasi.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
untuk Ibu Ns. Eni Hidayati, S. Kep., M. Kep. Sp. Jiwa selaku dosen pembimbing
mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan.
Selain itu, kami juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan
banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi menjadi
lebih baik lagi. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap
pihak terutama para pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Adaptasi adalah proses penyamaran diri terhadap beban lingkungan agar
organisme dapat bertahan hidup (Sarafino, 2005). Maka perlu adaptasi dilakukan
agar individu tidak terlalu stress dalam menghadapi suatu perubahan. Untuk itu
maka perlu diketahui apa itu konsep stress dan adaptasi. Dalam makalah ini, akan
menguraikan tentang konsep seksualitas & konsep stress dan adaptasi.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun yujuan penulisan makalah ini, yakni:
Dapat menguraikan konsep seksualitas
Mengetahui tentang aspek seksualitas
Mengetahui tentang kesehatan seksualitas
Mengetahui tentang karakteristik kesehatan seksualitas
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas
Dapat menguraikan tentang konsep stres dan adaptasi
Mengetahui manifestasi stress
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stress
C. METODE PENULISAN
1. Pengumpulan Data dan Informasi
Data informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian
data melalui internet (e-book) dan disusun berdasarkan hasil studi dari
informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama
lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.
2. Diskusi
Mendapatkan pembahasan dari hasil membaca dan diskusi kelompok.
4
3. Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,tujuan
penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok
bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi
selanjutnya.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika
penulisan.
2. BAB II Konsep Dasar
Berisi mengenai definisi-definisi dan teori-teori yang menjadi dasar dalam
penulisan penelitian yang diambil dari berbagai sumber.
3. BAB III Kesimpulan
Dalam bab ini berisi simpulan dari pembahasan yang dibahas dalam makalah
ini dan saran dari kami terkait masalah promosi kesehatan.
4. Daftar Pustaka
Berisi tentang sumber-sumber yang penulis gunakan untuk menulis penelitian,
baik berupa literature dari internet, buku panduan, jurnal atau media lainnya.
5
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGKAJIAN TRNSCULTURAL
1. KONSEP SEKSUALITAS
a. Aspek Seksualitas
Seksualitas
6
pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan
bagaimana merekka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain
melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan
sanggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerak
tubuh, etiket, berpakaian, dan perbedaan kata (Denny dan Quadagno, 1992;
Zawid, 1994).
Seks Biologis
Aspek manusia yg secara genetik menentukan anatomi dan fisiologinya.
Tanda-tanda kelamin primer: menunjuk pada organ badan yang langsung
berperan dalam persetubuhan dan proses reproduksi. Wanita: rahim, saluran
telur, vagina, bibir kemaluan, klitoris. Sedangkan laki-laki: penis, testis,
skrotum. Tanda-tanda kelamin sekunder: tidak langsung berperan dalam
persetubuhan dan proses reproduksi. Wanita: panggul membesar, tumbuhnya
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan ketiak. Sedangkan laki-laki:
bahu membesar, berkumis, berjenggot, suara berat, dan tumbuhnya rambut
kemaluan dan ketiak.
Identitas gender
Perasaan yang ada dalam diri individu untuk menjadi pria dan wanita.
Feminim, lemah gemulai, berperasaan halus, cenderung mengalah, maskulin,
perkasa, pemberani, atau aktif.
Orientasi/identitas seksual
Kesukaan terhadap satu jenis kelamin atau lainnya
P W : heteroseksual
P P : homoseksual
W W : lesbianisme
P/WP/W : biseksual
7
Gender
Konstruksi sosial yg membedakan posisi dan peran pria dan wanita dalam
keluarga dan masyarakat (posisi: pria sebagai kepala keluarga dan wanita
sebagai istri/RT sedangkan peran: pria di sektor publik dan wanita di sektor
domestik) bukan bawaan lahir tetapi dibentuk oleh masyarakat dan budaya
sebagai konstruksi sosial yang selalu berubah-ubah dari aktu ke waktu, sangat
dipengaruhi oleh politik, budaya, kelas sosial, dan ras.
Elemen seksualitas
Biologis
Perkembangan awal respon seksual dewasa menopause.
Psikologis
Identitas gender peran gender orientasi seksual.
Sosio kultural
Peran pria dan wanita praktek seksual.
b. Kesehatan Seksualitas
Kesehatan reproduksi tidak hanya berarti terbebas dari penyakit atau
gangguan selama proses reproduksi, tetapi kondisi ketika proses reproduksi
tercapai dalam situasi kesehatan pisik, mental, dan sosial yang sempurna.
Studi kesehatan reproduksi mempelajari implikasi kesehatan dari bekerjanya
elemen-elemen seksual, yaitu tercapai atau tidak tercapainya seks sehat
(sexual health) dan reproduksi sehat (reproductive health). Artinya, bagaimana
atau seberapa jauh elemen-elemen seksual (seperti sexual drives,sexual
partnership, sexual enjoyment, dan sexual acts) yang bekerja dalam setting
sosial budaya tertentu menimbulkan implikasi kesehatan pada pelakunya di
atas disebut "setting sosial-budaya" karena sesungguhnya proses reproduksi
tidak sepenuhnya merupakan fenomena pisik (berfungsinya sistem reproduksi)
yang cukup dijelaskan secara medis atau klinis, tetapi juga merupakan proses
yang kecenderungannya dibentuk atau dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
dan budaya tertentu. Faktor-faktor tersebut membentuk makna subjektif
8
tentang seksualitas (sexual meanings), menciptakan pola berpasangan (sexual
partnership), membatasi dan mengarahkan pola hubungan seksual,
memperbesar atau memperkecil akses untuk mengalami gangguan kesehatan
reproduksi atau menerima pelayanan kesehatan reproduksi, dan sebagainya,
yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi, baik
dalam arti seksual maupun reproduksi itu sendiri. Agar lebih jelas dimensi
kesehatan dari kesehatan reproduksi, perlu dijelaskan secara lebih rinci dua
elemen kesehatan reproduksi, yaitu seks sehat dan reproduksi sehat.
Kondisi seksual dikatakan sehat jika terpenuhi hal-hal sebagai berikut.
1. Individu terbebas atau terlindung dari kemungkinan tertular penyakit
menular karena hubungan seks (Sexual Transmitting Disease,disingkat
STD).
2. Individu terlindung dari praktik-praktik yang berbahaya dan kekerasan
seksual.
3. Individu dapat mengontrol akses seksual orang lain terhadapnya.
4. Individu dapat memperoleh kenikmatan atau kepuasan seksual.
5. Individu dapat memperoleh informasi tentang seksualitas.
Gangguan kesehatan seksual terjadi jika terdapat hambatan atau masalah
pada salah satu atau lebih dari faktor-faktor di atas. Individu dapat tertular
STD, sakit, cacat, atau bahkan mati karena menggunakan obat-obat
perangsang, menjadi korban dari kekerasan seksual, mempunyai kemampuan
kontrol yang lemah terhadap akses seksual, gagal memperoleh kepuasan
seksual dari pasangannya, atau mempunyai akses yang rendah untuk
memperoleh informasi tentang seksualitas.
9
c. Kongruen antara seks biologis, identitas jender, dan perilaku peran
gender.
d. Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi) mengenai
kehidupan seksual yang dijalani dalam konteks personal dan etik
social.
e. Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi,
sentuhan, emosional dan cinta.
f. Kemampuan menerima pelayanan kesehatan seksual untuk mencegah
dan mengatasi semua masalah, dan gangguan seksual.
g. Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan peran gendernya.
h. Menghargai sistem yang berlaku.
i. Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain.
10
3. Peran dan Hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
memengaruhi kualitas hubungan seksualnya. Cinta dan rasa percaya
merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang
terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang
dicintai dan dipercayainya. Pengalaman dalam berhubungan seksual
seringkali ditentukan oleh dengan siapa individu tersebut berhubungan
seksual. Oleh karena itu, perlu megkaji dan memahami kualitas hubungan
seseorang, khususnya hubungan seksualnya.
4. Budaya, Nilai, dan Keyakinan
Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas, dapat
memengaruhi individu. Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu
tentang identitas dan perilaku seksual. Budaya juga turut berkontribusi
dalam menetukan lamanya berhubungan seksual, cara stimulasi seksual,
dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual.
5. Konsep Diri
Pandan individu terhadap dirinya mempunyai dampak langsung terhadap
seksualitas. Seseorang yang merasa tidak berdaya, tidak berguna, merasa
harga dirinya rendah, dan kurang percaya diri akan berdampak negatif
terhadap fungsi seksualitasnya.
6. Agama
Pandangan agam tertentu dapat memengaruhi kegiatan seksualitas
seseorang. Berbagai bentuk ekspresi eksual yang diluar kebiasaan,
dianggap sebagai suatu hal yang tidak wajar. Konsep keperawanan dapat
diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap sesuatu yang
berdosa bagi agama tertentu.
7. Etik
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lillis & Le Mone (1997)
tergantung kepada terbebasnya individu dari rasa bersalah dan ansietas.
Apa yang diyakini salah oleh seseorang, biisa saja wajar bagi orang lain.
Ada individu yang menganggap ekspresi seksual tertentu dianggap tidak
11
optimal. Sebenarnya, yang penting dipertimbangkan adalah rasa nyaman
terhadap pilihan ekspresi seksual yang sesuai, yang hanya bisa dicapai
apabila bebas dari rasa bersalah dan perasaan cemas dan berdosa.
a. Manifestasi Stress
Stress sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity.
12
Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda-beda untuk
setiap orang. Seseorang yang mengalami perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya, antara lain:
1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan.
2. Wajah tegang, dahi berkerut, mimic nampak serius, tidak santai, bicara
berat, sulit tersenyum dan tertawa, dan kulit muka kedutan (ticfacialis).
3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma.
4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit
(constriksi) sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah
tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa
dingin dan kesemutan.
5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.
6. Sering berkemih.
7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu
atau kaku bila digerakkan.
8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit
(dysmenorrhea).
9. Libido menurun atau bisa juga meningkat.
10. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
11. Tidak bisa tidur.
12. Sakit mental-histeris.
Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor
merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor
menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa
saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual,
atau kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2002).
13
a. Variabel dalam diri individu
Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin,
temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status
ekonomi.
b. Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara
umum, locus of control, kekebalan, ketahanan.
c. Variabel sosial-kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan
sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.
d. Hubungan dengan lingkungan sosial
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima
dan integrasi dalam hubungan interpersonal.
e. Strategi koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur
pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang
menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar.
14
Menurut Ardani (2013) ada dua strategi yang bisa digunakan untuk
menghadapi stres, yaitu :
a. Strategi menghadapi stres dalam perilaku.
2. Agresi.
3. Regresi
4. Menarik diri
5. Mengelak
Seorang yang mengalami stres terlalu lama, kuat dan terus menerus
maka iaakan cenderung mengelak. Contoh mengelak adalah mereka
melakukan perilaku tertentu secara berulang-ulang. Hal ini sebagai
15
pengelakkan diri dari masalah demi mengalahkan perhatian. Dalam usaha
mengelakkan diri, orang Amerika biasanya menggunakan alkohol, obat
penenang, heroin dan obat-obatan dari bahan kimia lainnya.
1. Represi
2. Menyangkal kenyataan
3. Fantasi
4. Rasionalisasi
16
5. Intelektualisasi
6. Pembentukan reaksi
7. Proyeksi
d. Macam-Macam Adaptasi
Adapun macam-macam adaptasi, yakni:
Adaptasi fisiologi
Adaptasi dapat berupa; penyesuaian atas tuntutan terhadap
perubahan fisik biologik misalnya bertambah besarnya otot-otot setelah
melakukan latihanyang terus menerus, bertambahnya kapasitas jantung, paru
setelah latihan dalam waktu yang lama (Rasmun, 2004). Proses penyesuaian tubuh
secara alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dari
berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak
17
seimbang. Ada dua adaptasi secara fisiologis yaitu apabila kejadiannya atau
proses adaptasi bersifat lokal disebut LAS (Local Adaptation Syndroma), akan
tetapi apabila reaksi lokal tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan gangguan
secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian seperti panas seluruh
tubuh, keadaan ini disebut GAS (General Adaptation Syndroma) (Hidayat, 2008).
Model gas menyatakan bahwa dalam keadaan stres, tubuh kita seperti jam dengan
sistem alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis (Sukmono, 2009).
Adaptasi Psikologis
Yaitu adaptasi yang terjadi berupa berubahnya sikap perilaku
individu oleh karena adanya upaya yang terus menerus dilakukan (Rasmun,
2004). Proses penyesuaian secara psikologis akibat stressor yang ada, dengan cara
memberikan mekanisme pertahanan diri dengan harapan dapat melindungi atau
bertahan dari serangan-serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Dan ada
dua cara mempertahankan diri dari berbagai stressor yaitu dengan cara melakukan
koping atau penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented) yang
dikenal dengan problem solving strategi dan ego oriented atau mekanisme
pertahanan diri (Hidayat, 2008).
Adaptasi Religius
Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku
yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan
agama yang dianutnya (Hidayat, 2008).
18
B. ANALISA PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN PEKA
BUDAYA
1. KONSEP SEKSUALITAS
a. Penguburan Plasenta
Dalam masyarakat jawa, plasenta dianggap sebagai ‘adik kandung’
sang bayi karena telah menemani bayi selama 9 bulan didalam rahim ibu.
Oleh karena itu, plasenta atu ari-ari harus dikubur dengan tata cara adat
jawa yang dianuti dengan benar.
b. Mengasingkan Ibu Melahirkan
Di Kalimantan, ada budaya yang meyakini bahwa seorang ibu yang
akan melahirkan akan diasingkan selama 2 sampai 3 bulan di hutan.
Mereka meyakini sang ibu bisa melahirkan secara mandiri untuk bertahan
hidup dengan ang bayi. Setelah lahir, sang ibu dan sang bayi dijemput.
Kemudian diadakan ritual membakar kemaluan sang ibu yang diyakini
agar cepat pulih.
19
BAB III
Konsep seksualitas
Para pemberi pelayanan kesehatan, termasuk perawat perlu dibekali
pengetahuan, keterampilan dan memiliki rasa nyaman ketika menjelaskan masalah
seksualitas para kliennya. Selain itu, para perawat membutuhkan pengetahuan
dasar tentang konsep seksualitas, fungsi seksual, dan beberapa isu atau masalah
seksualitas.
Keterampilan komunikasi yang adekuat, dan pengetahuan dalam melakuan
pemeriksaan atau mengkaji masalah seksualitas, kenyamanan personal dalam
mendiskusikan seksualitas, dan sikap perduli atau caring yang sensitif juga
diperlukan perawat dalam membantu mengatasi masalah seksualitas kliennya.
Selain itu, terdapat banyak nilai sosial, mitos, dan isu sosial di masyarakat seputar
seksualitas serta aspek religi, pengaruh budaya pada peran gender, dan keyakinan
berkenaan dengan orientasi seksual, iklim sosial dan lingkungan memengaruhi
sistem nilai personal setiap individu tentang konsep seksualitas.
Oleh karena itu, sampai saat ini pelayanan kesehatan dan keperawatan di
Indonesia memiliki standar pelayanan untuk mempromosikan kesehatan seksual
dan reproduksi khususnya untuk para perempuan.
20
Konsep stress dan adaptasi
Pada umumnya setiap pasien yang mengalami pengobata dirumah sakit,
tentu memiliki tingkatan stress dan juga kecemasan yang amat tinggi. Salah satu
peranan yang penting untuk menumbuhkan mental dan psikologis pasien adalah
dukungan moril dan spiritual baik oleh keluarga, dokter dan juga termasuk
perawat. Peran perawat dalam mengatasi stress untuk menghadapi seseorang yang
mengalami stress. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang perawat,
yakni:
1. Perawat harus mampu memfasilitasi pasien yang sedang mengaalami stress.
2. Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip managemen stress.
3. Perawat dapat menggunakan strategi.
Pemecahan masalah yang bertujuan mengurangi stress secara efektif untuk
jangka panjang serta dapat meningkatkan keyakinan diri dan kemampuan
dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang akan datang.
4. Perawat yang memiliki sikap yang andal.
Sebuah peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis kepada pasien
harus mampu untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat dan memuaskan, jujur, aman, tepat waktu, ketersediaan. Hal ini seorang
perawat mampu melayani setiap pasien sesuai dengan waktu yang diperlukan.
Pasien tidak menunggu lama dalam kebutuhannya seperti jadwal obat, jadwal
makanan, jadwal kebersihan, dan masih banyak lagi.
5. Perawat yang peka atau tanggap terhadap pasien.
Yaitu sebuah keinginan para perawat untuk membantu pasien dan memberikan
pelayanan itu dengan cepat tanggap terhadap kebutuhan konsumen, cepat
memperhatikan dan mengatasi kebutuhan-kebutuhannya.
6. Perawat yang peduli dengan kondisi pasien tanpa membedakan status.
Salah satu peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis adalah
dengan peduli terhadap kondisi pasien yang ditangani. Tidak semua pasien
memiliki riwayat penyakit yang sama dan tidak semua pasien berasal dari
21
kalangan mampu. Setidaknya perawat harus lebih peduli dan tidak bersikap
pilih kasih dalam pelayanan yang diberikan kepada pasien.
7. Perawat memiliki sikap sopan dan santun.
Dalam menangani pasien tentu harus memiliki modal sopan dan santun, hal
tersebut tercermin bagaimana seorang perawat dapat sabar, iklas, telaten, teliti
dan juga sopan dalam melayani pasien. Kebutuhan pasien secara psikologis
dapat terpenuhi dengan etika yang sopan santun.
8. Perawat memiliki sikap yang mudah empati.
Peran perawat dalam memberikan dukungan psikologis kepada pasien adalah
dengan memberikan kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi
yang baik. Mampu memberikan bentuk pelayanan berupa perhatian, melayani
dengan sikap yang ramah, tulus, mampu menampung setiap keluh kesah
pasien, serta berkomunikasi secara bersahabat, santun dan bertutur kata baik.
Dengan sikap empati dan simpati membuat pasien menjadi lebih tenang,
nyaman dan termotivasi.
9. Perawat yang memiliki sikap penuh kasih dan perhatian.
Salah satu dukungan moril dan psikologi seorang perawat kepada pasien
adalah dengan cara memberikan sikap penuh kasih dan perhatian. Sikap
perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa setiao pasien.
Hal ini tentu berdampak pada kenyamanan pasien, tidak membedakan setiap
pasien dari tingkat ekonomi, sosial, jabatan, suku, agama, apakah pasien
menggunakan asuransi maha atau oemerintah. Perawat seharusnya
menunjukkan sikap yang tulus menerima setiap pasien secara utuh dan
menjadikan merekan bagian keluarga dalam perawatan di Rumah Sakit.
10. Perawat mampu berkomunikasi, tanggung jawab dan kerjasama yang baik.
Peran perawat dalam memberikan dukungan psikologi kepada pasien dengan
memberikan etika dan sikap yang jujur, tekun dalam tugas serta
tanggungjawab, suka mencurahkan waktu dan perhatian, dan juga mampu
konsisten serta tepat dalam bertindak.
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seksualitas memiliki banyak aspek kehidupan dan diekspresikan melalui
beragam perilaku. Adapun hambatan atau masalah dalam seksualitas yakni
gangguan seksualitas. Seksualitas yang sehat dapat diketahui dengan beberapa hal
dan karateristiknya. Stress merupakan perubahan perilaku karena sesuatu yang
dianggap bahaya ancaman. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan stres. Hal itu
dapat diatasi dengan beberapa strategi. Sedangkan adapatasi adalah proses
penyesuaian diri terhadap beban lingkungan dan dapat dilakukan dengan
mengetahui macam-macam adaptasi.
B. SARAN
Pembuat makalah ini menyadari bahwa makalah diatas banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami pembuat makalah ini
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah tersebut .
23
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Masnun Dewani. 2016. Stres dan Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe
A dan B dalam Menyusun Skripsi di Fakults Keperawatan USU. USU.
Sumatera Utara.
Harahap, Indah Lestari. 2015. Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap
Dismenorea di SMA Raksana Medan. Skripsi. USU. Sumatera Utara.
24
Duri Kartika, Chlarasinta. 2015. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan
Stres Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Skripsi thesis. UMS.Surakarta.
25