Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

PERAN DAN PERILAKU PASIEN

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4 ( Kelas 3C )

1. Izal Aji Subhakti (G2A018131)


2. Anandea Pramudya P (G2A018132)
3. Grandisa Wikan A (G2A018133)
4. Bella Udiyani (G2A018134)
5. Fika Zahrun N (G2A018135)
6. Arnauly Nurvega S (G2A018136)

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mutu
pelayanan kesehatan memerlukan peran aktif pasien, keluarga atau orang
lain yang menemani atau merawat pasien (carers) dan masyarakat (untuk
selanjutnya disebut pasien masyarakat). Pasien dapat melakukan banyak
peran penting ketika menerima pelayanan kesehatan. Pasien dapat
berperan untuk membantu menemukan diagnosis yang akurat,
memutuskan pengobatan yang dipilih, menetapkan dokter atau rumah sakit
yang kompeten, memastikan monitoring dan kepatuhan pengobatan, serta
mengidentifikasi efek samping dan melakukan tindakan segera yang tepat
bila terjadi efek samping (Vincent & Coulter, 2002).
Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan dirumah sakit
dalam keadaan sehat maupun sakit (Wijono, 1999). Secara umum, peran
aktif pasien-masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan klinis sangat
diharapkan, berbagai faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi pasien
serta berbagai faktor penghambat dari sisi profesi kesehatan.
Faktor pasien yang mempengaruhi partisipasinya antara lain
penerimaan terhadap peran pasien yang baru, tingkat kesadaran akan
kesehatan, pengetahuan, keyakinan akan kemampuannya, jenis keputusan,
keluaran klinis, jenis penyakit dan komorbiditas, usia, jenis kelamin,
tingkat social ekonomi, penggunaan kedokteran alternatif dan spesialisasi
profesi kesehatannya. Sedangkan faktor yang dapat menjadi penghambat
bagi profesi kesehatan untuk mendorong partisipasi pasien adalah
keinginan untuk memegang kendali, waktu untuk memberikan edukasi dan
merespon pasien, jenis penyakit, kepercayaan, dan kurangnya pelatihan
yang mendorong partisipasi pasien.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahu pengkajian transkultural
2. Untuk mengetahui pengertian peran pasien
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peran
4. Untuk mengetahui pengertian perilaku pasien
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasien
6. Untuk mengetahui peran dan perilaku perawat terhadap pasien

C. Metode Penulisan
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku
maupun informasi di internet.
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara berdiskusi secara langsung
bersama teman–teman yang mengetahui tentang informasi yang di
perlukan.

D. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan, metode dan


sistematika penulisan.

Bab II tentang konsep dasar berisi tentang pengkajian transcultural,


pengertian peran pasien, faktor-faktor yang mempengaruhi peran,
pengertian perilaku pasien, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pasien, peran dan perilaku perawat terhadap pasien.

Bab III Penutup berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengkajian Transkultural
a. Pandangan social/budaya tentang penyakit
Dalam sosiologi terdapat perbedaan pandangan antara
desease dan illness. Menurut Conread dan Kern (1994) , disease
adalah merupakan gejala fisiologi yang mempengaruhi tubuh.
Sedangkan illness adalah gejala sosial yang menyertai atau
mengelilingi disease. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit
merupakan produk dari budaya (Geest).
b. Konstruksi social mengenai penyakit
Conread dan Kern (1994) menjelaskan bahwa penyakit
merupakan konstruksi budaya. Contohnya adalah perempuan
sebagai mahluk lemah dan tidak rasional yang terkungkung oleh
faktor khas keperempuanan sepertiorgan reproduksi dan keadaan
jiwa mereka, kecendrungan untuk mengkonstruksikan sindrom
premenstruasi dan menopause sebagai gangguan kesehatan yang
memerlukan terapi khusus.
c. Persepsi sehat sakit
Persepsi masyarakat tentang kejadian penyakit berbeda
antara daerah yang satu dengan lainnya, karena tergantung dari
kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Hal ini dapat turun
dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Contoh persepsi masyarakat tentang penyakit Malaria.
Masyarakat Papua; makanan pokoknya adalah sagu yang tumbuh
di daerah rawa-rawa dan tidak jauh dari situ ada hutam lebat.
Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang
melanggar ketentuan. Pelanggaran dapat berupa menebang,
membabat hutan untuk tanah pertanian dan lain-lain akan diganjar
hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil
dan muntah. Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau
sakit tidak selalu bersifat obyektif, karena itu petugas kesehatan
harus berusaha semaksimal mungkin menerapkan kriteria medis
secara obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosa
kondisi fisik individu.

B. Peran Pasien
Dalam kehidupan bermasyarakat, peran merupakan
konsekuensi dari status seseorang. Bila dalam masyarakat ada orang
yang berstatus sebagai perawat, dokter, bidan, atau pasien, maka
terhadap individu-individu tersebut diharapkan muncul perilaku yang
sesuai dengan statusnya masing-masing.
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang
diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya (Asmadi,
2008). Menurut Ralf Dahrendrof (dalam Veeger, 1993), peran
dimaknai sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap
yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan
tindakan si pemegang status atau kedudukan sosial.
Peran pasien adalah :
1. Menjaga komunikasi yang baik dengan perawat dan tenaga
kesehatan yang lain.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab sebagai pasien.
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa atas setiap
tindakan.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

1. Peranan sakit
Orang yang berpenyakit (Having a disease) dan orang yang
sakit (Having a illness) adalah dua hal yang berbeda. Berpenyakit
adalah suatu kondisi patologis yang objektif, sedangkan sakit
adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat sakit.
Dua orang atau lebih secara patologis menderita suatu jenis
penyakit yang sama. Bias jadi orang kesatu merasa lebih sakit dari
yang lain, dan bahkan orang yang satunya lagi tidak merasakan
sakit sama sekali. Hal ini disebabkan karena evaluasi atau persepsi
mereka yang berbeda tentang sakit.
Orang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan
berubahnya peranan orang tersebut didalam masyarakat.
Sedangkan orang yang sakit akan menyebabkan perubahan
peranannya didalam masyarakat maupun didalam lingkungan
keluarga. Jelasnya, orang yang sakit memasuki posisi baru, dan
posisi baru ini menurut suatu peranan yang baru pula.
Peranan sakit menurut Sudibyo Supardi (2005), yaitu :
a. Sakit sebagai upaya untuk menghindari tekanan
Contoh : Sebuah keluarga miskin tinggal rumah sempit
yang kumuh. Suatu hari datang adik-adik suaminya ikut
tinggal bersamanya untuk mencari pekerjaan. Istri merasa
wajib memberi makan dan tempat tidur yang layak bagi
mereka. Namun bersama dengan itu, sang istri merasakan
keterbatasan uang dan ruang gerak dan dituntut untuk lebih
memperhatikan anaknya. Lalu kemudian ia terbaring sakit
dirumahnya. Atas anjuran saudara-saudaranya maka adik-adik
suaminya pindah dan istrinya sembuh kembali. Melalui peran
sakit istri, maka keluarga tersebut dapat terhindar dari
ketegangan yang dapat merusak keluarga.
b. Sakit sebagai upaya untuk mendapat perhatian
Masyarakat menekankan pentingnya orang sakit mendapat
perhatian khusus, tempat khusus, makanan khusus, dan
sebagainya. Bagi orang yang merasa kesepian atau tidak yakin
atas penerimaan orang lain akan dirinya, maka salah satu cara
pelepasannya dilakukan dengan melalui peran sakit.
c. Sakit sebagai kesempatan untuk istirahat
Masyarakat menekankan pentingnya orang sakit mendapat
perhatian khusus, tempat khusus, makanan khusus, dan
sebagainya. Bagi orang yang merasa kesepian atau tidak yakin
atas penerimaan orang lain akan dirinya, maka salah satu cara
pelepasannya dilakukan dengan melalui peran sakit
d. Sakit sebagai alasan kegagalan pribadi
Peran sakit juga digunakan sebagai alasan ketidakmampuan
menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan, upaya
menghindari tanggung jawab atau pembenaran diri.
e. Sakit sebagai Penghapus dosa
Masyarakat tertentu percaya bahwa sakit merupakan akibat
dari dosa yang dilakukan sebelumnya. Sakit merupakan
hukuman Tuhan untuk menghapus dosa yang telah dibuat
hamba-Nya. Melalui peran sakit, Tuhan memberi kesempatan
pada seseorang untuk menyesali dosa yang diperbuatnya.
f. Sakit untuk mendapatkan alat tukar
Contoh : Karyawan yang mendapat penggantian ongkos
berobat, sering mengumpulkan obat melalui peran sakit.
Setelah mendapatkan sejumlah obat berikut aturan pakainya,
ia menyimpan obat tersebut untuk digunakan sebagai alat
tukar dengan berbagai keperluannya.

2. Faktor yang memengaruhi tingkah laku sakit, peranan sakit,


peranan pasien
a. Internal
1) Presepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang
dialami.
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala
tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.
Misalnya: Tukang Kayu yang menderita sakit punggung,
jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari
bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula
mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang
takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan
cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2) Asal atau jenis penyakit.
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan
berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh
dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari
pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung
lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi
diseluruh dimensi yang ada.
b. Eksternal
1) Gejala yang dapat dilihat.
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat
mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan
pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari
pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan,
karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala
bibir pecah-pecah yang dialaminya.
2) Ekonomi.
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya
ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit
yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari
pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya.
3) Kelompok social
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali
ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi
terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan
Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok
sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan
pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian
mereka mendiskusikannya dengan temannya masing-
masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong
mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu
dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny.B mungkin
akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak
perlu diperiksakan ke dokter.
4) Kemudahan akses terhadap sistem pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat
pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan
mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari
pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih
suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak
membutuhkan prosedur yang rumit.
5) Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi
atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan.
6) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan
sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit,
dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu
memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

C. Perilaku Pasien

Perilaku manusia merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan


oleh manusia, baik dilihat secara tidak langsung maupun langsung oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2010).
1. Perilaku sakit
Perilaku sakit (illness behaviour) mencakup respon seseorang
terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan
tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan
sebagainya. Sedangkan perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
dari segi sosiologi, orang sakit ( mempunyai peran yang mencakup
hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit
(obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit
sendiri maupun orang lain (terutama keluarga), yang selanjutnya
disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan
atau penyembuhan penyakit yang layak
c. Mengetahui hak dan kewajiban orang sakit
1) Hak-hak orang sakit
a) Bebas dari segala tanggung jawab sosial
yang normal,
b) Mengklaim bantuan atau perawatan kepada
orang lain
2) Kewajiban orang sakit
a) Kewajiban untuk sembuh dari penyakitnya
b) Mencari pengakuan, nasihat-nasihat, dan kerja
sama dengan para ahli (dalam hal ini petugas
kesehatan) yang ada didalam masyarakat.

Mechanics dalam Wolinsky (1980) melakukan pendekatan


social untuk mempelajari perilaku sakit. Pendekatan ini dihubungkan
dengan teori konsep diri, definisi situasi, efek dari anggota grup dalam
kesehatan dan efek birokrasi.
Teori ini menekankan pada dua factor, yaitu :
a. Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau
penyakit
b. Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit
tersebut.

Suchman (1965) yang memberikan batasan perilaku sakit


sebagai tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa
sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu. Suchman
menganalisa pola proses pencarian pengobatan dari segi individu
atau petugas kesehatan. Menurutnya, ada 5 macam reaksi dalam
proses mencari pengobatan, antara lain:

1) Shopping, yaitu proses mencari alternatif sumber pengobatan


guna menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa
dan pengobatan sesuai dengan harapan.
2) Fragmentation, yaitu proses pengobatan oleh beberapa
fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama
3) Procrastination, yaitu proses penundaan pencarian
pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan
4) Self medication, yaitu pengobatan sendiri dengan
menggunakan berbagi macam ramuan atau obat-obatan yang
dinilai tepat baginya
5) Discontinuity, yaitu penghentian proses pengobatan

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku


manusia yaitu : faktor predisposisi (predisposing factor), faktor
pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing
factor) (Notoatmodjo, 2003; Green, 2000).

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu:

a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui
proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek
tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku
yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng
(Sunaryo, 2004; Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan
mencakup di dalam domain kognitif yang mempunyai enam
tingkatan, yaitu :
1) Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali
(recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang
dipelajari.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasi materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama yang lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi- formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian
itu, didasarkan atas suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang tersedia.
7) Sikap
Sikap merupakan respon tertutup individu terhadap suatu
stimulus atau obyek, baik yang bersifat dari dalam maupun
luar, sehingga gejalanya tidak dapat dilihat secara
langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap yang realitas
menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus
tertentu (Sunaryo,2004; Purwanto, 1999). Tingkatan respon
adalah menerima (receiving), merespon (responding),
menghargai (valuing) dan bertanggung jawab (responsible)
(Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).
8) Kepercayaan
Keyakinan seseorang terhadap satu hal tertentu akan
mempengaruhi perilaku individu dalam menghadapi suatu
penyakit yang mempengaruhi kesehatannya (Green, 2000).
9) Nilai-nilai
Norma yang berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat pada diri
seseorang (Green, 2000).
10) Persepsi
Persepsi merupakan proses pengorganisasian, terhadap
suatu rangsang yang diterima oleh individu sehingga
merupakan sesuatu yang mempunyai arti dan menyeluruh
dalam diri individu. Individu yang mempunyai persepsi
yang baik tentang sesuatu cenderung akan berperilaku
sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Sunaryo, 2004;
Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor pendukung (enabling factors)


Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini
dapat menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu
perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik (Green,
2000). Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada
hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu
perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor
pemungkin (Khairudin, 2010).

Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) merupakan


penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan
sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan penilaian
yang baik akan memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan
negatif seseorang akan menjadi hambatan proses terbentuknya
perilaku.

D. Peran dan Perilaku perawat terhadap pasien

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang


mempunyai suatu paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat
komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. 
Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat tetap (constant) (Kusnanto, 2003).
Friskarini dan Manalu (2009) menyatakan bahwa peran tenaga kesehatan
dalam memberikan informasi terkait kondisi pasien dan pengobatannya
sangat penting untuk memotivasi pasien untuk sembuh. Peran perawat
meliputi :
a. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan
agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian
dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Peranan ini
umumnya dilaksanakan oleh para pelaksana keperawatan, baik
itu dari puskesmas sampai dengan tingkat rumah sakit.
b. Peran Perawat sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi
dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan
dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran Perawat sebagai Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
Biasanya bila dalam lingkungan rumah sakit diberikan sewaktu
pasien akan pulang sehingga diharapkan pasien dapat
menjalankan pola hidup sehat dan juga menjaga kesehatannya.
d. Peran Perawat sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam rumah sakit
ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya dijalankan oleh
perawat sruktural atau kepala ruangan dan setingkatnya.
e. Peran Perawat sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan
lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Sehingga perawat tidak bisa menjalankan peranan ini bila tidak
bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.
f. Peran Perawat sebagai Konsultan
Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan dan biasanya
diberikan oleh para perawat senior dalam suatu lahan pelayanan
perawatan.
g. Peran Perawat sebagai Pembaharuan
Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja
sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan. Biasanya dilakukan
oleh perawat dalam level struktural.
Adapun Perilaku perawat terhadap klien salah satunya peduli
(caring). Perilaku Peduli sangatlah penting untuk keperawatan.
Perilaku peduli juga sangat penting untuk tumbuh kembang,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup
manusia. Perilaku Peduli (caring) mengandung 3 hal yang tidak dapat
dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan
ikhlas. Perilaku peduli (Caring) juga merupakan sikap peduli,
menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian
dan mempelajari kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan secara sederhana tidak
hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana,
karena perilaku peduli merupakan kepedulian untuk mencapai
perawatan yang lebih baik, perilaku peduli bertujuan dan berfungsi
membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap
orang yang berbeda pada satu tempat, maka kinerja perawat
khususnya pada perilaku peduli menjadi sangat penting dalam
mempengaruhi  kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di
rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra
institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan
pasien dan mutu pelayanan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Ralf Dahrendrof (dalam Veeger, 1993), peran dimaknai
sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan
oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang
status atau kedudukan sosial.
Peran pasien adalah :
1. Menjaga komunikasi yang baik dengan perawat dan tenaga
kesehatan yang lain.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab sebagai Pasien.
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Rumah Sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa atas setiap
tindakan.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Ada dua faktor yang mempengaruhi peran yaitu faktor yang


pertama adalah faktor Internal yaitu persepsi individu terhadap gejala dan
sifat sakit yang dialami dan juga asal atau jenis penyakit. Faktor yang
kedua adalah faktor Eksternal yaitu gejala yang dapat dilihat, Ekonomi,
Kelompok social, Kemudahan akses terhadap sistem pelayanan, Dukungan
Sosial dan Latar belakang budaya.

Perilaku manusia merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh


manusia, baik dilihat secara tidak langsung maupun langsung oleh pihak
luar (Notoatmodjo, 2010). Perilaku sakit (illness behaviour) mencakup
respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,
dan sebagainya. Sedangkan perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
dari segi sosiologi, orang sakit ( mempunyai peran yang mencakup hak-
hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun
orang lain (terutama keluarga), yang selanjutnya disebut perilaku peran
orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi:

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan


b. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau
penyembuhan penyakit yang layak
c. Mengetahui hak dan kewajiban orang sakit

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku manusia


yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin
(enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor)
(Notoatmodjo,2003; Green, 2000).
Friskarini dan Manalu (2010) menyatakan bahwa peran tenaga
kesehatan dalam memberikan informasi terkait kondisi pasien dan
pengobatannya sangat penting untuk memotivasi pasien untuk sembuh.
Peran perawat meliputi Peran Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan, Peran Perawat sebagai advokat klien, Peran Perawat sebagai
Edukator, Peran Perawat sebagai koordinator, Peran Perawat sebagai
kolaborator, Peran Perawat sebagai Konsultan, Peran Perawat sebagai
Pembaharuan. Adapun Perilaku perawat terhadap klien salah satunya
peduli (caring). Perilaku Peduli (caring) mengandung 3 hal yang tidak
dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan
ikhlas. Perilaku peduli (caring) juga merupakan sikap peduli, menghormati
dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari
kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak.
perilaku peduli bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial,
pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu
tempat, maka kinerja perawat khususnya pada perilaku peduli menjadi
sangat penting dalam mempengaruhi  kualitas pelayanan dan kepuasan
pasien yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu
pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Conread,Peter & Rochelle Kern.(1994).The social and cultural meanings of
illness. The Sociology of Health and Illness.
Green, L.W., & Kreuter, M.W.(2000).Health promotion planning an educational
and environmental approach.(2nd ed).Mountain View: Mayfield
Publishing Company.
Kusnanto.(2003).Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:EGC
Notoatmodjo,S.(2003).Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar.Jakarta
: PT. Rhineka Cipta
Purwanto, Heri.(1999). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC
Sahat P Manalu H dan Friskarini K,(2009. Peran dan Perilaku Tenaga Kesehatan
terhadap Program TB Paru (Studi Kualitatif di Kabupaten Tangerang
Banten Tahun 2009). Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi
Kesehatan Balitbang Depkes RI.Jakarta.
Suchman, E.A.(1965). Social Patterns of Illness and Medical Care. USA 
Sudibyo, Supardi.(2005).Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Resep Di Apotek
Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih.Jakarta.
Sunaryo.(2004).Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC
Sunarto, Kamanto.(2014).Pengantar Sosiologi. Jakarta:Penerbit Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Veeger, KJ.(1993).Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan
Individual Masyarakat Sosiologi.Jakarta:Gramedia
Notoatmodjo S.(2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wijono, D.(1999).Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan.Airlangga University
Press.Surabaya.
Vincent, C.A. & Coulter, A.(2000).Patient safety:what about the patient?.Quality
& Safety in Health Care,11(1),76-80.
Wolinsky, Fredric D.(1980). The Sociology of Health: Principles, Professions,and
Issues.Boston-Toronto: Little, Brown, and Company.

Anda mungkin juga menyukai