DISUSUN OLEH:
Kelompok 4 ( Kelas 3C )
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mutu
pelayanan kesehatan memerlukan peran aktif pasien, keluarga atau orang
lain yang menemani atau merawat pasien (carers) dan masyarakat (untuk
selanjutnya disebut pasien masyarakat). Pasien dapat melakukan banyak
peran penting ketika menerima pelayanan kesehatan. Pasien dapat
berperan untuk membantu menemukan diagnosis yang akurat,
memutuskan pengobatan yang dipilih, menetapkan dokter atau rumah sakit
yang kompeten, memastikan monitoring dan kepatuhan pengobatan, serta
mengidentifikasi efek samping dan melakukan tindakan segera yang tepat
bila terjadi efek samping (Vincent & Coulter, 2002).
Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan dirumah sakit
dalam keadaan sehat maupun sakit (Wijono, 1999). Secara umum, peran
aktif pasien-masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan klinis sangat
diharapkan, berbagai faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi pasien
serta berbagai faktor penghambat dari sisi profesi kesehatan.
Faktor pasien yang mempengaruhi partisipasinya antara lain
penerimaan terhadap peran pasien yang baru, tingkat kesadaran akan
kesehatan, pengetahuan, keyakinan akan kemampuannya, jenis keputusan,
keluaran klinis, jenis penyakit dan komorbiditas, usia, jenis kelamin,
tingkat social ekonomi, penggunaan kedokteran alternatif dan spesialisasi
profesi kesehatannya. Sedangkan faktor yang dapat menjadi penghambat
bagi profesi kesehatan untuk mendorong partisipasi pasien adalah
keinginan untuk memegang kendali, waktu untuk memberikan edukasi dan
merespon pasien, jenis penyakit, kepercayaan, dan kurangnya pelatihan
yang mendorong partisipasi pasien.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahu pengkajian transkultural
2. Untuk mengetahui pengertian peran pasien
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peran
4. Untuk mengetahui pengertian perilaku pasien
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasien
6. Untuk mengetahui peran dan perilaku perawat terhadap pasien
C. Metode Penulisan
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku
maupun informasi di internet.
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara berdiskusi secara langsung
bersama teman–teman yang mengetahui tentang informasi yang di
perlukan.
D. Sistematika Penulisan
TINJAUAN TEORI
A. Pengkajian Transkultural
a. Pandangan social/budaya tentang penyakit
Dalam sosiologi terdapat perbedaan pandangan antara
desease dan illness. Menurut Conread dan Kern (1994) , disease
adalah merupakan gejala fisiologi yang mempengaruhi tubuh.
Sedangkan illness adalah gejala sosial yang menyertai atau
mengelilingi disease. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit
merupakan produk dari budaya (Geest).
b. Konstruksi social mengenai penyakit
Conread dan Kern (1994) menjelaskan bahwa penyakit
merupakan konstruksi budaya. Contohnya adalah perempuan
sebagai mahluk lemah dan tidak rasional yang terkungkung oleh
faktor khas keperempuanan sepertiorgan reproduksi dan keadaan
jiwa mereka, kecendrungan untuk mengkonstruksikan sindrom
premenstruasi dan menopause sebagai gangguan kesehatan yang
memerlukan terapi khusus.
c. Persepsi sehat sakit
Persepsi masyarakat tentang kejadian penyakit berbeda
antara daerah yang satu dengan lainnya, karena tergantung dari
kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Hal ini dapat turun
dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Contoh persepsi masyarakat tentang penyakit Malaria.
Masyarakat Papua; makanan pokoknya adalah sagu yang tumbuh
di daerah rawa-rawa dan tidak jauh dari situ ada hutam lebat.
Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang
melanggar ketentuan. Pelanggaran dapat berupa menebang,
membabat hutan untuk tanah pertanian dan lain-lain akan diganjar
hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil
dan muntah. Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau
sakit tidak selalu bersifat obyektif, karena itu petugas kesehatan
harus berusaha semaksimal mungkin menerapkan kriteria medis
secara obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosa
kondisi fisik individu.
B. Peran Pasien
Dalam kehidupan bermasyarakat, peran merupakan
konsekuensi dari status seseorang. Bila dalam masyarakat ada orang
yang berstatus sebagai perawat, dokter, bidan, atau pasien, maka
terhadap individu-individu tersebut diharapkan muncul perilaku yang
sesuai dengan statusnya masing-masing.
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang
diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya (Asmadi,
2008). Menurut Ralf Dahrendrof (dalam Veeger, 1993), peran
dimaknai sebagai satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap
yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan
tindakan si pemegang status atau kedudukan sosial.
Peran pasien adalah :
1. Menjaga komunikasi yang baik dengan perawat dan tenaga
kesehatan yang lain.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab sebagai pasien.
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa atas setiap
tindakan.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
1. Peranan sakit
Orang yang berpenyakit (Having a disease) dan orang yang
sakit (Having a illness) adalah dua hal yang berbeda. Berpenyakit
adalah suatu kondisi patologis yang objektif, sedangkan sakit
adalah evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat sakit.
Dua orang atau lebih secara patologis menderita suatu jenis
penyakit yang sama. Bias jadi orang kesatu merasa lebih sakit dari
yang lain, dan bahkan orang yang satunya lagi tidak merasakan
sakit sama sekali. Hal ini disebabkan karena evaluasi atau persepsi
mereka yang berbeda tentang sakit.
Orang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan
berubahnya peranan orang tersebut didalam masyarakat.
Sedangkan orang yang sakit akan menyebabkan perubahan
peranannya didalam masyarakat maupun didalam lingkungan
keluarga. Jelasnya, orang yang sakit memasuki posisi baru, dan
posisi baru ini menurut suatu peranan yang baru pula.
Peranan sakit menurut Sudibyo Supardi (2005), yaitu :
a. Sakit sebagai upaya untuk menghindari tekanan
Contoh : Sebuah keluarga miskin tinggal rumah sempit
yang kumuh. Suatu hari datang adik-adik suaminya ikut
tinggal bersamanya untuk mencari pekerjaan. Istri merasa
wajib memberi makan dan tempat tidur yang layak bagi
mereka. Namun bersama dengan itu, sang istri merasakan
keterbatasan uang dan ruang gerak dan dituntut untuk lebih
memperhatikan anaknya. Lalu kemudian ia terbaring sakit
dirumahnya. Atas anjuran saudara-saudaranya maka adik-adik
suaminya pindah dan istrinya sembuh kembali. Melalui peran
sakit istri, maka keluarga tersebut dapat terhindar dari
ketegangan yang dapat merusak keluarga.
b. Sakit sebagai upaya untuk mendapat perhatian
Masyarakat menekankan pentingnya orang sakit mendapat
perhatian khusus, tempat khusus, makanan khusus, dan
sebagainya. Bagi orang yang merasa kesepian atau tidak yakin
atas penerimaan orang lain akan dirinya, maka salah satu cara
pelepasannya dilakukan dengan melalui peran sakit.
c. Sakit sebagai kesempatan untuk istirahat
Masyarakat menekankan pentingnya orang sakit mendapat
perhatian khusus, tempat khusus, makanan khusus, dan
sebagainya. Bagi orang yang merasa kesepian atau tidak yakin
atas penerimaan orang lain akan dirinya, maka salah satu cara
pelepasannya dilakukan dengan melalui peran sakit
d. Sakit sebagai alasan kegagalan pribadi
Peran sakit juga digunakan sebagai alasan ketidakmampuan
menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan, upaya
menghindari tanggung jawab atau pembenaran diri.
e. Sakit sebagai Penghapus dosa
Masyarakat tertentu percaya bahwa sakit merupakan akibat
dari dosa yang dilakukan sebelumnya. Sakit merupakan
hukuman Tuhan untuk menghapus dosa yang telah dibuat
hamba-Nya. Melalui peran sakit, Tuhan memberi kesempatan
pada seseorang untuk menyesali dosa yang diperbuatnya.
f. Sakit untuk mendapatkan alat tukar
Contoh : Karyawan yang mendapat penggantian ongkos
berobat, sering mengumpulkan obat melalui peran sakit.
Setelah mendapatkan sejumlah obat berikut aturan pakainya,
ia menyimpan obat tersebut untuk digunakan sebagai alat
tukar dengan berbagai keperluannya.
C. Perilaku Pasien
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui
proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek
tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku
yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng
(Sunaryo, 2004; Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan
mencakup di dalam domain kognitif yang mempunyai enam
tingkatan, yaitu :
1) Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali
(recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang
dipelajari.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasi materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama yang lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi- formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian
itu, didasarkan atas suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang tersedia.
7) Sikap
Sikap merupakan respon tertutup individu terhadap suatu
stimulus atau obyek, baik yang bersifat dari dalam maupun
luar, sehingga gejalanya tidak dapat dilihat secara
langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap yang realitas
menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus
tertentu (Sunaryo,2004; Purwanto, 1999). Tingkatan respon
adalah menerima (receiving), merespon (responding),
menghargai (valuing) dan bertanggung jawab (responsible)
(Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).
8) Kepercayaan
Keyakinan seseorang terhadap satu hal tertentu akan
mempengaruhi perilaku individu dalam menghadapi suatu
penyakit yang mempengaruhi kesehatannya (Green, 2000).
9) Nilai-nilai
Norma yang berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat pada diri
seseorang (Green, 2000).
10) Persepsi
Persepsi merupakan proses pengorganisasian, terhadap
suatu rangsang yang diterima oleh individu sehingga
merupakan sesuatu yang mempunyai arti dan menyeluruh
dalam diri individu. Individu yang mempunyai persepsi
yang baik tentang sesuatu cenderung akan berperilaku
sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Sunaryo, 2004;
Notoatmodjo, 2003).