Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA

DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Kelompok 4
 Taufik Dwi Andrianto
 Elina Fitasari

 Yecce Ratuarat
TEORI SOSIAL BUDAYA DAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN
Teori sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam
psikologi yang terlihat pada kontribusi penting bahwa masyarakat
membuat untuk perkembangan individu. Teori ini menekankan
interaksi antara orang-orang mengembangkan dan budaya di mana
mereka tinggal. Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil
karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka
kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986).
KEBUDAYAAN ADA 3 WUJUD YAITU :

1.Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,


gagasan, nilai-nilai dan norma-norma.
Merupakan wujud dari ide kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak
dapat diraba atau difoto. Letaknya ada di dalm pikiran warga
masyarakat di mana kebudayaan bersan gkutan itu hidup.
Dikenal den gan adat istiadat atau sering berada dalam karangan
dan buku-bukuu hasil karya para penulis warga masyarakat
bersangkutan.
2.Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas
tindakan berpola dari manusia dari masyarakat.

Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-


manusia yang berinteraksi, berhubungan, bergaul yang
berdasarkan adat tata kelaku an. Sistem sosial itu bersifat
konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa
diobservasi, difoto dan didokumentasi.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia
Merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas,
perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya
paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti
candi, komputer, dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya
manusia seperti candi, komputer, pabrik baja, kapal, batik
sampai kancing baju dsb.
3 CARA MELAKUKAN PENDEKATAN SOCIAL BUDAYA TERHADAP
PRAKTIK KEPERAWATAN/ASUHAN KEPERAWATAN

1. Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan.
2. Negosiasi budaya
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
3. Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih.
ASUHAN KEPERAWATAN/PRAKTIK KEPERAWATAN DALAM SOCIAL BUDAYA

A. Pengkajian

Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

1. Faktor teknologi ( technological factors)


2. Faktor agama ( Religius factors)
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and social factors)
4. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
5. Faktor ekonomi (economical factors)
6. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
7. Faktor pendidikan (educational factors
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga
diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi dan Implementasi dalam keperawatan transkultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
Intervensi adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
Implementasi adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien.
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural yaitu :
1. Cultural care preservation/maintenance
- Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi
- Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
- Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2. Cultural care accomodation/negotiation
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
3. Cultual care repartening/reconstruction
- Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
- Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
- Gunakan pihak ketiga bila perlu
- Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
- Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
D. EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai
dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH TERHADAP
STATUS KESEHATAN DAN PERILAKU KESEHATAN

a. Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan


Mencakup perilaku-perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang
berdampak menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pencegahan penyakit serta
penyembuhan dari penyakit yang dijalankan dengan sengaja atas dasar
pengetahuan dan kepercayaan bagi diri yang bersangkutan, atau orang-orang
lain, atau suatu kelompok sosial.
b. Perilaku sadar yang merugikan kesehatan
Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar atau diketahui tetapi
tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula di kalangan orang
berpendidikan atau profesional, atau secara umum pada masyarakat-
masyarakat yang sudah maju. Kebiasaan merokok (termasuk
kalangan ibu hamil), pengabaian pola makanan sehat sesuai dengan
kondisi biomedis, ketidakteraturan dalam pemeriksanaan kondisi
kehamilan, alkoholisme, pencemaran lingkungan, suisida, infantisida,
pengguguran kandungan, perkelahian, peperangan dan sebagainya
C. Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan
Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena
penanggulangannya merupakan salah satu tujuan utama berbagai program
pembangunan kesehatan masyarakat, misalnya pencegahan penyakit dan
promosi kesehatan kalangan pasangan usia subur, pada ibu hamil, dan anak-
anak Balita pada berbagai masyarakat pedesaan dan lapisan sosial bawah di
kota-kota
d. Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa dasar pengetahuan
manfaat biomedis umum yang terkait, seseorang atau sekelompok orang dapat
menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang secara langsung atau tidak
langsung memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.
Dalam berbagai model penyakit, faktor sosial berperan menghasilkan unsur
penyebab peyakit atau memperbesar peluang orang untuk kontak dengan kuman (agen)
penyakit.
- Faktor sosial dapat mempengaruhi konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan
perilaku seksual. Namun faktor sosial tersebut tidak berperan dalam etiologi penyakit
karena timbulnya penyakit pada seseorang ada mekanismenya tersendiri.
- Stres atau ketegangan sosial mengakibatkan reaksi tubuh tidak dapat menyesuaikan
sehingga menimbulkan penyakit.
- Bagi orang yang berpendidikan rendah maka peningkatan penghasilan bekaitan
dengan kemungkinan menderita rematik arthritis. Akan tetapi angka rematik lebih
tinggi pada mereka yang berpenghasilan rendah di antara mereka yang berpendidikan
tinggi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai