KEPERAWATAN KOMUNITAS
KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENGATASI KLIEN YANG KOMPLAIN
DI SUSUN OLEH :
1. RAPTO AJI
2. DEDI KURNIAWAN
3. HADI NURWANTO
4. LIA PUTRI ANGGRAENI
5. YENI RAHMAWATI
6. DESTINA RATIH W
7. MERINTA CAHYA W
8. FATIA KUSUMA W
9. EKA WIDIASTUTI
10. SUKMAWATI
11. SITI MARDIANA
12. SRI HARTATI
13. ADE YENI
14. ERLINA
1
KATA PENGANTAR
Tegal, November2021
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4
A. Latar Belakang................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 5-9
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
Mengetahui teknik komunikasi terapeutik yang dapat mengatasi komplain
4
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN KOMPLAIN
Berdasarkan kamus bahasa Indonesia “keluhan” berasal dari kata keluh
yang berarti “terlahirnya perasaan susah”. Keluhan (complain) adalah sebuah
kata yang berkonotasi negatif bagi kedua pihak, baik bagi perusahaan
maupun bagi konsumen.Complain pada umumnya dipersepsikan sebagai
kesalahan, masalah, stres, frustasi,kemarahan, konflik, hukuman, tuntutan,
ganti rugi, dan sejenisnya. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional).
Menurut Rusadi (2004), keluhan merupakan ungkapan dari ketidakpuasan
yang dirasakan oleh konsumen. Keluhan pelanggan adalah hal yang tidak
dapat diabaikan karena dengan mengabaikan hal tersebut akan membuat
konsumen merasa tidak diperhatikan.
Komplain adalah bentuk ekspresi negatif yang dihasilkan dari
ketidaksesuaian antara kenyataan dan keinginan pasien. Pasien merasa puas
terhadap pelayanan yang diberikan oleh suatu rumah sakit akan terus
menggunakan produk pelayaan tersebut dan akan memberikan referensi
kepada orang yang mereka kenal. (Kaihatu, Baengs, & Indrianto, 2015).
5
III. SISTEM MANAJEMEN KOMPLAIN
Manajemen penanganan komplain yang efektif membutuhkan prosedure yang
jelas dan terstruktur dengan baik agar dapat menyelesaikan masalah serta
didukung oleh sumber daya dan infrastruktur yang memadai agar dapat
kinerja kerja yang memuaskan.
Karakteristik penilaian manajemen komplain yang efektif menurut Tjiptono
dan Anastasia (2003) adalah sebagai berikut :
1. Komitmen
Pihak manajemen dan semua anggota memiliki komitmen yang tinggi
untuk mendengarkan dan menyelesaikan masalah komplain dalam rangka
peningkatan produk dan jasa.
2. Vesible
Manajemen dapat memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada
pelanggan tentang prosedure penyampaian komplain dan pihk-pihak
yang dapat dihubungi.
3. Acessible
Menjamin bahwa pelanggan dapat menyampaikan komplain secara
bebas, mudah, dan murah.
4. Kesederhanaan
Prosedure komplain sederhana dan mudah dipahami pelanggan
5. Kecepatan
Komplain ditangani secepat mungkin. Rentang waktu penyelesaian yang
realistis.
6. Fairness, Setiap komplain mendapatkan perlakuan yang sama, adil, tanpa
membeda-bedakan.
7. Confidential, Menghargai dan menjaga keinginan dan privasi pelanggan.
8. Records, Data mengenai komplain disusun sedemikian rupa sehingga
memudahkan setiapupaya perbaikan yang berkesinambungan.
9. Sumber daya, Mengalokasikan sumber daya dan infrastruktur yang
memadai untuk pengembangan dan penyempurnaan sisitem penanganan
komplain termasuk pelatihan tenaga kerja.
6
10. Remedy
Pemecahan dan penyelesaian yang tepat (seperti permohonan maaf,
hadiah, ganti rugi)untuk setiap komplain ditetapkan dan diimplementasikan
secara konsekuen.
7
perawatan luka, sebelumnya apakah desi sering mengeluhkan
sesuatu di ibu. ?
Keluarga:”selama saya disini anak saya tidak mengeluhkan sesuatu
di saya, mungkin lebih jelasnya lagi mbak bisa langsung meriksa
keadaan anak saya.
Perawat: “ohh, baaik lah ibu kalau begitu saya akan langsung
memeriksa keadaan anak ibu sekarang dan tindakan perawatan
luka.
Perawat: sekarang saya akan melakukan tindakan perawatan luka,
apakah mbak desi bersedia?.”
Pasien: “iya saya bersedia mbak
Perawat: “baiklah saya akan menyiapkan alat-alatnya dahulu.”
8
Perawat;Benar sus pasien menjerit setelah saya buka perbannya,
tapi saya membukanya dengan perlahan”
Karu:Oohh begitu, sepertinya ibu salah paham bu, mungkin anak ibu
agak merasa sakit karena perbannya lengket, jadinya anak ibu
menjerit
Keluarga :”Tapi anak saya sampai menangis lho sus”
Karu:Iya bu saya paham, tapi perawat risty sudah melakukannya
dengan hati-hati”
Keluarga:”hmm baiklah, saya maafkan, tapi saya ingin perawat lain
yang mengganti balutan luka anak saya”
Karu:”Baiklah bu, saya akan memanggil perawat lain” Perawat
:”Mohon maaf bu atas ketidaknyamananya”
Keluarga:”(mengangguk)”
Karu:”Baiklah bu saya permisi, assalamualaikum” Perawat :”Saya
juga permisi bu, assalamualaikum”
Keluarga:”waalaikumsalam”
9
BAB III
PENUTUP
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang
perawat. Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yang
dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan
kepada klien. Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan
latihan dan pengasahan keterampilan berkomunikasi sehingga efek terapeutik
yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai.
10