Anda di halaman 1dari 6

TEKS ROLE PLAY KOMUNIKASI TEREPEUTIK PADA KLIEN YANG

KOMPLAIN

Mata Kuliah : Komunikasi dalam Keperawatan

Dosen : pak Aris Hartono M.kes

Kelas : Keperawatan 3A (kelompok 8)

Nama Kleompok : 1. Ardi Kumala Dewi (201802009) Sebagai Adik Klien

2. Nerilina Indah Sebagai Istri Klien

3. Reo Hadi S Sebagai Kepala Ruangan

4. Yulinda Andri I Sebagai Perawat Sari

Suatu malam di ruang Cempaka kelas utama RSU dr. Soeharno, dirawatlah pasien
stroke bernama tuan Tio, tuan Tio dirawat sudah 3 hari di rumah sakit tersebut, kebetulan
malam itu yang berjaga adalah perawat Sari, yang baru bekerja 1 bulan di rumah sakit
tersebut karena baru lulus dari jenjang pendidikannya. Berhubung malam itu sudah sangat
larut dan perawat Sari merasa kelelahan maka terjadilah kejadian yang tidak di inginkan.

A. Tahap Pra interaksi

Perawat Sari akan melakukan pemberian obat dan pengecekan infus pasien, sebelum
itu di perawat sari mempersiapkan alat-alatnya di ners station setelah semua siap maka
perawat sari melakukan tindakan.

Setelah melakukan tindakan pemberian obat pada seluruh pasien di ruang Cempaka,
perawat sari datang ke ruang utama kamar tersebut yaitu ruang bapak Tio untuk
membenarkan infus yang macet, dan disana hanya di tunggu oleh istri pasien yang berusia 30
tahun, karena belum waktunya jam jenguk dan anggota keluarga yang lain belum datang.

B. Tahap perkenalan

Sebelum membenarkan infus Tn Tio yang macet perawat sari memperkenalkan diri terlebih
dahulu.
Perawat Sari : “(mengetuk pintu) permisi, selamat malam?”

Istri pasien : “iya, selamat malam mbak”

Perawat sari : “saya perawat Sari bu, saya akan membenarkan infus pak tio ini macet
yaa?”

Istri pasien : “iya mbak, ini lo mbak infus suami saya macet, terus tanganya juga
bengkak mbak”

Perawat sari : “baik ibuk, saya lepas dulu ya infusnya? Dan saya pindah di tangan
yang satu agar tidak bengkak semakin besar”.

Istri pasien : “ iya mbak, di pindah saja”.

C. Tahap Kerja

Setelah mendapat persetujuan dari keluarga klien, akhirnya perawat sari mengganti infus
pasien ke tangan satunya, karena kesulitan memasang abocath, perawat Sari tidak
memperhatikan adanya udara dalam slang infus klien.

Perawat Sari : “(mulai mencari pembuluh darah pasien sambil bersiap menusukan
abokat) sebentar ya bapak, saya masukan jarumnya”.

Pasien : “(mengedipkan mata tanda setuju).

Perawat Sari : “sebentar ya bapak, sedikit lagi selesai (sudah memasukan abokat dan
menyambungkan infus set dengan abocath)”.

Istri klien : “ loh mbak, itu ada udaranya lo mbak di dalam selang? Katanya
berbahaya mbak? Apa tidak apa- apa itu tadi mbak?”

Perawat Sari : “iya to bu? (merasa bingung),, tidak apa- apalah bu, hanya 3 centi saja,,
tidak masalah”.

Istri klien : “nanti jika ada apa- apa bagaimana mbak?”

Perawat sari : “tidak- tidak bu, tenang saja (bersikap rada cuek karena keluarga klien
bertanya terus menerus)”

Istri klien : “ ya sudah mbak kalo tidak apa-apa, nanti kalau terjadi sesuatu saya
akan memanggil mbak lagi”
Perawat sari : “ baik ibu, saya permisi dahulu (keluar dari ruang tersebut)”.

D. Tahap terminasi

Dalam tahap ini setlah perawat sari melakukan tindakan pemasangan infus, perawat sari
meninggalkan ruangan Tn Tio dan berpamitan dengan keluarganya.

Ketika sudah tiba jam jenguknya, datanglah adik pasien yang kebetulan seorang dokter
umum di rumah sakit berbeda, dan istri pasien menceritakan apa yang terjadi selama dia
menemani pasien. Dan saat itu juga pasien mengalami syok anafilaksis.

Adik Pasien : “assalamuaikum kak,

Istri Klien : “waalaikumsalam dik, ayoo sini masuk dek”

Adik Pasien : “maaf kak baru sempet kesini, soalnya tadi masih agak banyak pasien
juga”

Istri Klien : “iyaa tidak apa-apa, ini tadi kakakmu tangannya bengkak dan infusnya
macet, trus tadi ada perawat yang datang lalu memberitahukan bahwa
tangannya bengkak dan infusnya perlu diganti tangan sebelahnya”

Adik pasien : “terus tadi perawatnya bilang apa aja kak ?

Istri Klien : “yaa tidak bilang apa-apa Cuma tadi waktu dia menginfus itu di selang
ada udaranya, sudah saya ingatkan tapi katanya tidak apa-apa gitu”

Adik pasien : “(melakukan tindakan dan menyuruh istri pasien untuk memanggil
perawat) kak tolong cepat panggilkan perawat yang bertugas malam ini,
jika perlu semua perawat yang ada di ners station”.

Istri pasien : “ baik sebentar (berlari menuju ners station). Mbak, mas, suami saya
syok ( memanggil perawat jaga dengan panik).

Perawat Sari : “ iya ibu, ada apa? Jangan panik ibuk, mohon bicara pelan- pelan”.

Istri pasien : “(panik) itu mbak, suami saya syok mbak,, nadinya sulit teraba, ini
bagaimana mas nafasnya juga tersengal- sengal”

Perawat Sari : “ baik ibuk, saya akan kesana, sebelumnya saya telfon dokter dulu”
Sesampainya di kamar ruang Tio, perawat Sari merasa kebingungan dengan kondisi
tuan Tio dan berfikir apa yang salah dengan tindakanya. Sebelum perawat Sari menyadari
kesalahanya, adik pasien meminta perawat Sari untuk menghubungi dokter.

Adik pasien : “mbak, cepet mbak panggilkan dokter spesialis kakak saya, bila tidak segera
di tangani nanti kakak saya semakin parah”.

Perawat sari : “iya mbak, tadi sudah di telfonkan oleh perawat jamal”.

Adik pasien : “ini perlu tindakan cepat lo mbak, kakak saya sudah syok seperti itu”

Perawat sari : “iya mbak, mohon maaf, tadi saya sudah telfon dokter”.

Karena keadaan malam hari dan dokter yang bertugas sulit di hubungi, maka pasien tio
akhirnya meninggal dunia. Dan terjadilah konflik yang lebih besar antara perawat Sari dan
keluarga pasien tio.

Istri pasien : “(panik) dik, periksa nadi mas tio dik, nadi mas tio sudah sulit diraba”

Adik pasien : “(memeriksa nadi) Ya Allah mas tiooooo”.

Istri pasien : “ada apa dik? Ada apa dengan mas tio?”

Adik pasien : “ kakak, mas tio sudah tidak ada kak (menangis). Cepat panggilkan
dokter ( menyuruh perawat sari).

Perawat sari : “ (masih dengan kondisi panik dan bingung) iya,, iya mbak (bergegas
pergi)”.

Perawat sari pergi ke nurse station untuk menelephone dokter pasien tio, namun tetap
tidak dapat di hubungi. Hingga jenazah tuan Tio telah di siapkan untuk di pulangkan pagi
harinya, dokter pasien Tio belum dapat dihubungi. Dan gugatan untuk perawat sari dari
keluarga pasien pun terjadi pada hari itu juga. Dan keluarga pasien tio datang ke ners station
ruang Cempaka.

Keesokan harinya Adik pasien dating kembali ke Rumah Sakit dan datang ke ruang
direktur rumah sakit untuk melaporkan tindakan perawat sari yang di anggap malpraktek, )

Adik pasien : “ saya mau melaporkan tindakan malpraktik dari salah satu perawat
ruang ini ke direktur rumah sakit ini, jika hal ni tidak segera di atasi saya
akan melaporkan ke jalur hukum (marah)”
Kepala ruang : “mohon maaf mbak, silahkan duduk dahulu, dan mari kita bicarakan
baik- baik mengenai masalah yangterjadi dengan salah satu anggota saya
(menenangkan)”

Adik pasien : “(duduk dengan kasar) begini buk, saya tidak terima dengan tindakan
yang dilakukan oleh anggota ibuk, saya menganggap tindakan anggota
anda adalah mal praktek, karena kakak saya sudah memperingatkan
bahwa ada udara di dalam selang infus kakak saya, tapi perawat itu
mengatakan tidak apa- apa,, dan sekarang kakak saya meninggal, saya
meminta keadilan bu”.

Kepala ruang : “(menenangkan) baik mbak, saya sudah memberi teguran kepada
anggota saya, dan dari pihak rumah sakit juga sudah melakukan
tindakan disiplin untuk perawat yang melakukan kesalahan”.

Adik pasien : “tapi saya menginginkan jalur hukum bu, ini sudah termasuk tindakan
mal praktik”

Kepala ruang : “ (menenangkan) sebagai kepala ruang, saya pribadi memohon maaf
sebesar- besarnya kepada keluarga mbak atas kesalahan yang di
lakukakan oleh anggota saya, dan untuk jalur hukum yang mbak
inginkan akan lebih baik jika mbak berbicara sendiri dengan perawat
sari yang malam itu bertugas, yang saat ini sedang berada di ruang
direktur”.

Adik klien : “(masih kecewa) tapi ibukan kepala ruangan ini bu, harusnya ibu itu
terus memantau seluruh aktifitas anggota ibu, agar tidak merugikan
klien seperti ini”

Kepala ruang : “iyaa mbak saya sebagai kepala ruangan disini minta maaf sekali”

Adik klien : “harusnya ibu itu mengkoordinir seluruh kinerja perawat diruangan ini
bu, yang dirawat itu manusia, makhluk hidup, bukan benda atau
barang”

Kepala ruang : “iyaa baik mbak saya akan lebih mendisiplikan seluruh anggota saya,
dan saya turut berbelasungakawa atas kejadian ini, dan perawat sari pun
sekarang dalam penanganan direktur Rumah Sakit mbak
Adik klien : “yaa terimakasih”

Dan akhirnya konflik pun berlanjut ke jalur hukum dan perawat Sari mendapat tindakan
disiplin dari rumah sakit dengan pemecatan.

Anda mungkin juga menyukai