Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN KOMA HIPERGLIKEMIA

Dosen Pembimbing
Mega Arianti, S.Kep.,Ns., M.Kep
Di susun Oleh :

KELOMPOK 2 S1 KEPERAWATAN 7A
1. Agma Nusa Pratama 201802002
2. Ardi Kumala Dewi 201802009
3. Bella Anggita Dewi 201802012
4. Kristianus Sondorogo Sedu Hia 201802025
5. Nurul Khasanah 201802033
6. Salsabila Sonya Ramadhani 201802038
7. Wahyuni Ayu Prasasti 201802044

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunianya ,penyusun dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen Mega Arianti, S.Kep.,Ns., M.Kep yang mana berjudul: MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN KRITIS PADA GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN KOMA
HIPERGLIKEMIA
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada ;
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (epid) selaku ketua Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun
2.Mega Arianti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing serta,
3. kelompok 2 yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Karena itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian.

Madiun, 27 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………....1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………………………….3
1. Definisi ..............................................................................................................................3
2. Trend dam Issue ................................................................................................................3
3. Etiologi ..............................................................................................................................5
4. Klasifikasi ..........................................................................................................................6
5. Tanda dan Gejala................................................................................................................6
6. Patofisiologi........................................................................................................................7
7. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………..8

8. Pendidikan Kesehatan………………….………………………………………………... 9

9. Teori Asuhan Keperawatan.………….…………………………………………………10

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………..17


A.Kesimpulan.......................................................................................................................17
B.Saran.................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan kritis salah satu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan metodologi khusus berbentukpelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada klien/pasien yang mempunyai masalah
aktual atau resiko yang mengancam kehidupan. Hiperglikemia dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan kerusakan komponen penting tubuh yaitu sel beta pankreas.
Sel ini normalnya menghasilkan hormon insulin. Gangguan produksi homon ini
dapat menimbulkan kekacauan metabolisme gula dan lemak (Belladona, 2014).
Pada artikel yang dimuat dalam Journal of Biological Chemistry, Robertson
(2004), juga menegaskan bahwa hiperglikemia kronis dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah, retina, ginjal dan saraf. Krisis hiperglikemia
merupakan komplikasi akut yang dapat terjadi pada Diabetes Mellitus (DM),
baik tipe 1 maupun tipe 2. Keadaan tersebut merupakan komplikasi serius yang
mungkin terjadi sekalipun pada DM yang terkontrol baik. Krisis hiperglikemia dapat
terjadi dalam bentuk ketoasidosisdiabetik (KAD), status hiperosmolar hiperglikemik
(SHH) atau kondisi yang mempunyai elemen kedua keadaan diatas. KAD
adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan keton
yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat
dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi.
Insidensi KAD berdasarkan suatu penelitian yang dilakukan Watchtel, dkk
tahun (2006), population-based adalah antara4.6 sampai 8 kejadian per 1,000 pasien
diabetes. Adapun angka kejadian SHH < 1%.Pada penelitian retrospektif oleh
Wachtel dan kawan-kawan ditemukan bahwa dari 613 pasien yang diteliti, 22%
adalah pasien KAD, 45% SHH dan 33% merupakan campuran dari kedua keadaan
tersebut. Pada penelitian tersebut ternyata sepertiga dari mereka yang presentasi
kliniknya campuran KAD dan SHH, adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun.
tingkat kematian pasien dengan hiperglikemia hiperosmoler (SHH) masih tinggi
yaitu 15%. Prognosis keduanya lebih buruk pada usia ekstrim yang disertai koma
dan hipotensi. Untuk kasus SHH mortalitas berkisar antara 10% pada mereka yang
berusia < 75 tahun, 19% untuk mereka yang berusia 75 – 84 tahun, dan 35% pada
mereka yang berusia > 84 tahun. 40 % pasien yang tua yang mengalami krisis

1
hiperglikemik sebelumnya tidak didiagnosis sebagai diabetes (Venkatraman & singhi,
2006). Berdasarkan latar belakang di atas penyusun ingin membahas tentang asuhan
keperawatan kritis dengan Krisis atau koma Hiperglikemi

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari Koma Hiperglikemia?
2. Bagaimana trend dan isu perawatan kritis pada kasus koma Hiperglikemia?
3. Apakah penyebab kasus koma Hiperglikemia?
4. Apakah klasifikasi koma Hiperglikemia?
5. Apakah tanda dan gejala pada kasus koma Hiperglikemia?
6. Bagaimana patofisiologi pada kasus koma Hiperglikemia?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus koma Hiperglikemia?
8. Bagaimana pendidikan kesehatan kasus koma Hiperglikemia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan kasus koma Hiperglikemia?

C. Tujuan masalah
1 Mengetahui dan memahami pengertian dari Koma Hiperglikemia
2 Mengetahui dan memahami trend dan isu perawatan kritis pada kasus koma
Hiperglikemia
3 Mengetahui dan memahami penyebab kasus koma Hiperglikemia
4 Mengetahui dan memahami klasifikasi koma Hiperglikemia
5 Mengetahui dan memahami tanda dan gejala pada kasus koma Hiperglikemia
6 Mengetahui dan memahami patofisiologi pada kasus koma Hiperglikemia
7 Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada kasus koma
Hiperglikemia
8 Mengetahui dan memahami pendidikan kesehatan kasus koma Hiperglikemia
9 Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kasus koma Hiperglikemia

2
18
BAB II
TINJAUAN TEORI

1 Pengertian
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada
rentang kadar puasa normal 80-90 mg/dL darah, atau rentang non puasa sekitar 140-
160 mg/100 ml darah (Elizabeth J. Corwin, 2001). Hiperglikemia adalah suatu
keadaan abnormal dimana keadaan kadar glukosa dalam sarah ≤ 200 mg/dl (Standart
of Medical Care in Diabetes,2009:Smellzer & Bare, 2003: PERKENI, 2006)
Hiperglikemia adalah terdapatnya glukosa dengan kadar yang tinggi di dalam
darah (rentang normal kadar glukosa darah adalah 3,0 - 5,0 mmol/liter).
Hiperglikemia merupakan tanda yang biasanya menunjukkan penyakit diabetes
mellitus (Christine hancock 1999).
Kondisi hiperglikemia apabila tidak diatasi segera akan mengakibatkan koma
diabetes. Koma diabetes hiperglikemia merupakan kondisi dimana penderita diabetes
dengan peningkatan kadar glukosa darah lebih > 600 mg dl serta sampai kehilangan
kesadaran. Hal ini terjadi karena ketika kadar gul adarah terlalu tinggi. Kondisi ini
juga bisa terjadi pada pasien DKA. Semua kondisi ini dapat dialami pada penderita
DM Tipe 1 dan 2 (Agusyanti, 2014).
Hiperglikemia mengakibatkan komplikasi yang dinamakan HHS
( Hyperosmolar Hyperglycemis State) atau hiperglikemia non ketotik. Kondisi ini
ditandai dengan buang air kecil secara terus menerus dan dehidrasi parah sampai
penurunan kesadaran (Hudak, 2018).
Berdasarkan definisi para ahli maka dapat disimpulkan bahwa Hiperglikemia
adalah kondisi dimana penderita diabetes dengan peningkatan kadar glukosa darah
lebih > 600 mg dl serta sampai kehilangan kesadaran dan dapat menimbulkan
komplikasi HHS (Hyperosmolar Hyperglycemis State).

3
17
2 Trend dan isu
Menurut Ronal F. Clayton, (2021) mengemukakan bahwa trend dalam DM
hiperglikemia antara lain :
1) Perkembangan Terkini di bidang Terapi Farmakologis Diabetes Melitus
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penderita DM di seluruh
dunia, semakin pesat pula perkembangan di bidang terapi farmakologis DM.
Di satu sisi, perkembangan ini menyediakan harapan baru bagi penderita DM.
Di sisi lain, timbul banyak pertanyaan baru mengenai waktu dan cara
pemberian golongan obat terbaru itu. Terlepas dari ketersediaan sekian banyak
golongan obat antidiabetik oral (OAD) seperti metformin, sulfonylurea,
glitazon maupun insulin, mayoritas pasien gagal mencapai atau
mempertahankan control gula darah.
Guideline dari American Diabetes Association (ADA)
Merekomendasikan metformin sebagai obat antihiperlikemik lini pertama.
Begitu metformin gagal, di rekomendasikan penambahan OAD lain. Namun
kombinasi obat seringkali menimbulkan efek samping yang signifikan dan
menghambat intensifikasi terapi. Penambahan Berat Badan dan hipoklekemia
merupakan dua dari sekian banyak efek samping yang menghambat kemajuan
terapi pada penderita DM. Sesi symposium JDM pertama didedikasikan untuk
membahas perkembangan terbaru di bidang DM dengan tajuk “Cureennt an
Future Tretment in Managing Diabetes : GLP-1 analogue or insulin”
Analog GLP-1 merupakan kelas obat antidiabetik terbaru dengan cara
kerja yang menyerupai hormone endogen,yaitu glucagon-like peptide (GLP).
GLP sendiri merupakan salah satu jenis hormon saluran cerna yang bernama
inkretin. Kedua terapi berbasis inkretin ini memiliki sejumlah keunggulan
dibandingkan para pendahulunya. Manfaat golongan obat ini untuk
menurunkan HbA1C dan kadar glukosa darah yang signifikan.
2) Perkembangan penanggulangan penyakit Diabetes Melllitus di Indonesia
Perkembangan pencegahan primer di Indonesia telah dilaksanakan
oleh PT Merck Indonesia Tbk bekerja sama dengan Depkes RI dan organisasi
profesi (PERKENI) dan organisasi kemasyarakatan (PERSADI) dan PEDI)
yaitu program bertajuk Pandu Diabetes dengan simbol Titik Oranye.
Melakukan kegiatan antara lain memberikan informasi dan edukasi mengenai

184
diabetes dan pemeriksaan kadar gula darah secara gratis bagi sejuta orang.
Yang telah diluncurkan Menkes pada 15 maret 2003.
3) Prevalensi penyakit Diabetes melitus di Indonesia meningkat dari 6,9%
menjadi 8,5%.
a. ISSUE DM Hiperglikemia
Isu mutakhir tentang penyakit Diabetes Mellitus menurut Kemenkes, ( 2020 )
antara lain :
a. Adanya hubungan antara timbal balik antara periodontitis ( infeksi pada
mulut) dengan DM, keterlibatan dokter gigi dalam penanganan pasien DM
perlu di tingkatkan
b. Dokter gigi dituntut untuk lebih aktif memposisikan diri sebaga mitra
umum/dokter spesialis dalam penanganan pasien Diabetes.
c. Perlu adanya perlindungan kepada obat tradisional untuk penyakit DM agar
tetap asli dari tanaman obat dan tidak diberi tambahan obat zat kimia.
d. Perlu di pelajari lebih lanjut dengan mengadakan pendekatan kasus dengan
metode penelitian yang kusus pula mengapa penderita IDDM dapat bertahan
hidup selama 1 minggu tanpa insulin dengan melalui penggantian insulin
atau adaptasi
e. Studi yang dilakukan NICE SUGAR meyimmpulkan bahwa pasien dengan
koma hiperglikemia dirawat dengan metode konvensional lebih rendah
angka mortalitas yaitu dengan mempertahankan target glukosa darah kurang
atau sama dengan 180 mg/dl dibandingkan pasien dirawat metode intensif
yaitu dengan menjaga kadar glukosa darah 81 sampai 108 mg/dl.
f. Kadar gula darah yang tekontrol pada penderita hiperglikemi dapat
menurunkan derajad kegoyahan gigi sebesar 51,4%
g. Berbagai penelitian tentang pengobatan komplementer menggunakan bahan
aktif dari buah mengkudu atau yang lainnya untuk mengetahui efek terhadap
penurunan glukosa darah
h. Terampil menggunakan insulin melalui ASPIRE insulin termasuk salah satu
terapi kunci dalam penatalaksanaan DM. Tetapi tidak semua dokter baik
umummaupun spesualis menguasai teknik terapi insulin dengan baik maka
dari itu dibutuhkan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan memberi
terapi insulin

5
17
3. Etiologi
Penikatan kadar gula darah bisa disebabkan oleh banyak hal misalnya terlalu
banyak mengkonsumsi karbohidrat, tidak mengkonsumsi obat diabetes yang tidak
tepat dosisnya, bahkan dalam keadaan stress atau sakit juga dapat memicu
peningkatan kadar glukosa darah (Pakhetral et al, 2011).
Menurut Bilous dan Donnelly (2014) mengemukakan bahwa penyebab koma
hiperglikemi dibagi menjadi 2:

1) Insufisiensi insulin
a. DM, pankreatitis, pankreatektomi
b. Agen pharmakologic (phenitoin, thiazid, manitol, urea, steroid, obat
imunosupresif, diuretic)
2) Tindakan terapeutik
a. Dialisis peritoneal/HD
b. Pemberian makanan lewat sonde
c. Infus tinggi karbohidrat
d. Koma ini dapat terjadi pada pasien diabetes tergantung insulin yang telah
mendapat cukup insulin.
Menurut studi dari Zamri Aiwar tahun (2019), berbagai faktor yang dapat
memicu kenaikan gula darah sangat ekstrem :
1) Penyakit infeksi, seperti sepsis
2) Obat obat diuretik yang menurunkan toleransi gula dalam ttubuh atau
membuang cairan dari tubuh
3) Keadaan penyakit yang kronik seperti penyakit jantung, stroke, gangguan
fungsi ginjal
4) Usia lanjut diatas 65 tahun
4. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperglikemia menurut Frier,BM et al., (2004) dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Hiperglikemi Sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah dalam
level ≥126 mg/dl untuk gula darah puasa.

6
18
b. Hiperglikemia Berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula darah puasa
setelah terjadi selama beberapa periodic tanpa adanya hipoglikemik medication.
Pada hiperglikemia kronis sudah harus dilakukan tindakan dengan segera, karena
dapat meningkatan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal, kerusakan neurologi,
jantung, retina, ekstremitas dan diabetic neuropathy merupakan hasil dari
hiperglikemi jangka panjang.
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala koma hiperglikemi dr. Mikhael Yosia (2020):
a. Merasa haus berlebihan (dehidrasi).
b. Selalu buang air kecil. (poliuria)
c. Jika dilakukan tes darah hasilnya menunjukkan kadar gula darah yang tinggi
mencapai 600mg/dl
d. Tes urin juga bisa menunjukkan tingginya kadar gula darah.
e. Penurunan penglihatan
f. Kehilangan kesadaran
g. Muntah
h. Sulit bernapas
i. Kebingungan
j. Kelemahan
Koma hiperglikemi merupakan kondisi yang sangat berbahaya, dan bisa
menyebabkan kerusakan otak, jika tidak segera ditangani
6. Patofisiologi
Menurut Sulistyawati, N., & Nursalim, (2007), Hiperosmolar hiperglikemik
sindrom (HHS) mengambarkan kekurangan hormon insulin dan kelebihan
hormon glukagon, akibat dari faktor pencetus krisis hiperglikemik.
Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel,
sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon
glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa
plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi
hiperosmolar serum akan menarik cairan extraseluler ke dalam intra vaskular,
yang dapat menurunkan volume cairan extraselluler. Bila klien tidak merasakan
sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan.

7
17
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal,
sehingga timbul glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara
berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan
cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat.Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yag disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal
menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul
hiperosmolar hiperglikemik.Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan
menurunnya transport glukosa ke sel sel sehingga sel sel kekurangan makanan
dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan
untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.Kegagalan tubuh
mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia,
hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat.Disfungsi sistem
saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi
koma.Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat
mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral,
jantung.Hyperosmolaritas, hyperglikemik sindrom (HHS) suatu kelainan pemyakit
DM tipe 2 yang ditandai dengan defisiensi konsentrasi insulin yang relative,
namun cukup adekuat untuk menghambat terjadinya lipolisis dan
ketogenesis.Beberapa studi mengenai perbedaan respon hormone kontra regulator
pada KAD dan HHS memperlihatkan hasil bahwa pada HHS memiliki kadar insulin
yang cukup tinggi, dan konsentrasi asam lemak bebas,kortisol, hormon
pertumbuhan, dan glukagon yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien
KAD. Keduanya memiliki perbedaan. Pada HHS akan terjadi keadaan dehidrasi yang

8
18
lebih berat, kadar insulin yang cukup untuk mencegah lipolisis besar besaran dan
kadar hormon kontra regulator yang bervarias

7. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis hiperosmolar hiperglicemik sindrom (HHS) dapat ditegakkan dari klinis,
yaitu dengan melakukan pemeriksaan laboratorium antara lain dengan Hasil
laboratorium yang dapat ditemukan menurut Augusta L. Arifin (2016) adalah :
a. glukosa plasma darah (GDA) : lebih dari 600 mg/dL
b. Blood gas analisis (BGA) : pH arteri lebih dari 7,3 nilai normal (
c. serum elektrolit (SE): bikarbonat serum lebih dari 15 mEq/L, osmolalitas
serum lebih dari 320 mOsm/ kg , keton serum derajat ringan, kadar HC03 kurang
dari 20mEq/L.
d. kadar natrium serum cenderung menurun karena peubahan osmolaritas yang
terjadi terus menerus
e. urin : keton urin derajat ringan
8. Pendidikan kesehatan
Menurut PERKENI (2015), Kondisi kritis pada penderita diabetes mellitus
berupa hiperglikemia mencakup kondisi ketoasidosis diabetik (KAD) atau disebut
dengan koma diabeteik dan hyperosmolar hyperglycemic state yang merupakan
komplikasi akut yang serius. Secara klinis kondisi koma hypergligemia ditandai
dengan kondisi poliuria, polidipsi, mual dan muntah, pernapasan kusmaul dalam dan

179
lemah, dehidrasi, hipotensi sampai syok, kesadaran terganggu sampai koma dengan
cara :
a) Pemantauan glukosa mandiri sebanyak 2 kali sehari pada waktu pagi dan siang
hari.
b) Kontrol diet klien diabetes mellitus dianjutkan untuk mengikuti pola makan sehat
yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.
c) Kegiatan latihan fisik dilakukan sebanyak 3-5 kali dalam seminggu
d) Sebelum melakukan latihan fisik pasien dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kadar gula darah. Bila hasil 250 mg/dl dianjurkan untuk menunda
latihan fisik
penanganan Hiperglikemia adalah dengan menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1. Diet rendah gula
2. Terapi insulin
3. Hypoglicemic medication
Dalam penaganan kegawatdaruratan hiperglikemia krisis ketoasidosis
Diabetik berfokus pada ABCD dengan 4 komponen utama intervensi :
1 Penggantian cairan tubuh dan garam yang hilang.
2 Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati
dengan pemberian insulin.
3 Mengatasi stres sebagai pencetus KAD.
4 Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.

9. Konsep asuhan keperawatan kritis pada pasien koma hiperglikemia


A. Pengkajian Sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1) Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hiperglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain
sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2) Riwayat
a. ANC pada ibu hamil (Perinatal, Post natal ). Apakah memiliki riwayat DM
gestasional, penggunaan rokok dan obat obatan.
10
18
b. Imunisasi. Riwayat imunisasi yang lengkap akan menurunkan angka resiko
terkena penyakit endokrin seperi DM Hiperglikemia.
c. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
d. Pemakaian parenteral nutrition
e. Sepsis
f. Pemakaian Corticosteroid therapi
B. Pengkajian
1) Data subyektif :
a. Riwayat penyakit dahulu
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,
infeksi atau penyakit- penyakit akut lain, stress yang berhubungan
dengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi
lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat
antihiperglikemik oral.
2) Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat. Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia
dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas Letargi/disorientasi,
koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat DM akut, kebas dan kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.Tanda :
hipotensi,<90mmhg, nadi yangmenurun atau menignkat, disritmia, ,
distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung, keringat dingin.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
nyeri tekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri
( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia

17
11
berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,
bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda :
Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesi, gangguan penglihatan. Tanda : Disorientasi,
mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru,
masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma),
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah
meringis dengan palpitasi

h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
(takipneu)

i. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) Masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid,
diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar
glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam

12
18
pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa
darah
Hasil Pemeriksaan Laborat :
a. Darah lengkap :
HB : > 14 mg/dl.
leukosit : meningkat >10.000 ul pada keadaan infeksi
hematokrit : >55% nilai normal (40-50% pada perempuan dan 45-
55% pada laki-laki)
trombosit meningkat : >400.000 u/L
b. AGD :
Ph : lebih dari 7,3 (asidosis), paCO2 : <38 nilai normal (38-42 mmHg)
; HCO3 : <22 mEq/L
c. GDS : >600 mg/dl
d. Serum creatinin meningkat karena dehidrasi atau ada gangguan renal.
e. Osmolaritas serum lebih dari 350 mOsm/kg
f. Na menurun
g. Urine Lengkap : Glukosa Urin : ++, Keton
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan retensi insulin
2 Risiko syok ditandai dengan hipotensi
3 Hipovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi

13
17
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Intervensi


(tujuan dan kriteria hasil )
1 MASALAH : Ketidakstabilan kadar Managemen hiperglikemia
glukosa darah berhubungan dengan Obs :
retensi insulin 1. Identifikasi kemungkinan
TUJUAN: setelah dilakukan tindakan penyebab hiperglikemia
keperawatan selama 2 X 24 jam di 2. Monitor kadar glukosa darah
harapka-n kestabilan kadar glukosa darah 3. Monitor intake output cairan
meningkat Terapeutik:
KH : 1. Konsultasi dengan medis jika
1. Kesadaran meningkat memburuk
2. Mengantuk menurun Edukasi:
3. Kadar glukosa dalam darah 1. Ajarkan keluarga pasien dalam
membaik pengelolaan diabetes misal
4. Kadar glukosa dalam urin penggunaan insulin, tindakan
membaik medis, dll)
Data objektif mayor : Colaborasi :
-Kadar glukosa dalam darah/urin 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
tinggi 2. Kolaborasi pemberian insulin
Data subjektif mayor
Lelah atau lesu
Data objektif minor
- Jumlah urin meningkat
Data subjektif minor
- Rasa haus meningkat
- Mulut kering

2 hipovolemia Managemen hipovolemia


TUJUAN : setlah dilakuka tindakan Observasi :
keperawatan 3x24 jam diharapkan status 1. periksa tanda gejala
cairan membaik hipovolemia (mis.frekuensi
KH: nadi meningkat, nadi teraba
1. Kekuatan nadi membaik lemah, tekanan darah

14
18
2. Turgor kulit meningkat menurun, tekanan nadi
3. Outpun urin membaik menyempit, turgor kulit
Data objektif mayor menurun, dll).
- Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor intake dan output
- Nadi teraba lemah cairan
- Tekanan darah menurun Terapeutik :
- Turgor kulit menurun 1. Hitung kebutuhan cairan
- Hematokrit meningkat 2. Berikan posisi modified
Data objektif minor : trendelenburg
- Status mental berubah 3. Berikan asupan cairan oral
- Suhu tubuh meningkat Edukasi:
- Konsentrasi urin meningkat 1. Anjurkan memperbanyak
Data subjektif minor : asupan cairan oral
- Merasa lemah 2. Anjurkan menghindari
- Merasa haus perubahan posisi mendadak
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan
IV isotons (mis.Nacl, RL)
2. Kolaborasi pemberian IV
hipotonis (mis.glukosa 2,5%,
Nacl 0,4)
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis.albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
3 Risiko syok Pencegahan syok
TUJUAN : Setelah dilakukan tindakan Obs
keperawatan selama 2 x 24 jam 1. monitor status kardiopolmunal
diharapkan tingkat syok menurun (frekuensi nadi, napas, tekanan
KH: darah)
1. tingkat kesadaran meningkat 2. monitor status cairan
2. tekanan darah sistolik membaik 3. monitor status oksigenasi
3. tekanan darah diastolik membaik 4. monitor tingkat kesadaran dan

17
4. frekuensi nadi membaik respon pupil
faktor resiko ; Hipoksemia, hipotensi, terapeutik:
kekurangan volume cairan, 1. psang jalur IV
sepsis, hipoksia 2. jelaskan tanda gejala syok kepada
keluarga pasien
pemantauan cairan
obs :
1. monitor elastisitas kulit
2. monitor jumlah, konsistensi urin
3. monitor hasil pemeriksaan serum
(osmolaritas serum, hematokrit,
natrium kalium, BUN)
4. Monitor intake output cairan

BAB III 16

18
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Koma diabetes hiperglikemia merupakan kondisi dimana penderita diabetes
dengan peningkatan kadar glukosa darah lebih > 600 mg dl serta sampai
kehilangan kesadaran.
2. Trend DM Hiperglikemia (Ronal F. Clayton 2021) diantaranya adanya
Perkembangan Terkini di bidang Terapi Farmakologis Diabetes Melitus,
Perlu adanya perlindungan kepada obat tradisional untuk penyakit DM agar
tetap asli dari tanaman obat dan tidak diberi tambahan obat zat kimia,
Terampil menggunakan insulin melalui ASPIRE insulin termasuk salah satu
terapi kunci dalam penatalaksanaan DM
3. Penyebab koma hierglikemia adalah Insufisiensi insulin, tindakan terapeutik,
Keadaan penyakit yang kronik
4. Klasifikasi hiperglikemia ada sedang dan berat. Tanda gejala khas pada koma
hiperglikemia adalah hipovolemia(dehidrasi),Selalu buang air kecil.
(poliuria)Jika dilakukan tes darah hasilnya menunjukkan kadar gula darah
yang tinggi mencapai 600mg/dl
5. penatalaksanaan hiperglikemia: Diet rendah gula, Terapi insulin,
Hypoglicemic medication. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan
Pemantauan glukosa mandiri, Kontrol diet klien diabetes mellitus dianjutkan
untuk mengikuti pola makan sehat yang disesuaikan dengan kebutuhan klien
B. SARAN
Kasus hiperglikemi dapat memicu berbagai macam komplikasi, bahkan akan
mengakibatkan koma hiperglikemia yang mengancam nyawa, maka perawat
harus berperan aktif dalam memberikan edukasi pada pasien diabetes mellitus
dan keluarga sebagai support sistem untuk mencegah terjadinya hiperglikemik
dan perawat juga hendaknya meningkatkan pengetahuan dalam penanganan
pasien dengan hiperglikemik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada
pasien

DAFTAR PUSTAKA

17
Agusyanti
Ni Made Belladona
Agusyanti
Ni Made Belladona
Angel tasarane. (2021). Makalah Trend Issue Terkait Gangguan Sistem Endokrin.
Diakses pada tanggal 30 September 2021. Web site : https://pdfcoffe.com/makalah-
trend-issue-terkait-gangguan-sistem-endokrin--pdf-free.html

Belladona N.M., Agusyanti. (2014). Makalah Perawatan Pasien Kritis Krisis Hiperglikemi.
Diakses pada 27 September 2021. Web site : https://zdocs.tips/doc/hiperglikemia-
gadar-op0l47vwl8py

Hudak. (2018). Makalah keperawatan kritis hiperosmolar hiperglikemik sindrom.


Diakses pada tanggal 27 September 2021. Web site :https://pdfcoffee.com/makalah-
keperawatan-kritis-ii-hiperosmolar-hiperglikemik-sindrom-pdf-free.html

Poerwandasari. (2018). Makalah koma hiperglikemi, diakses pada 27 september 2021 web
site : http://docplayer.info/60813756-Makalah-koma-hiperglikemi.html

Robertson. (2004). Chronic oxidative stress as a central mechanism for glucose toxicity in
pancreatic islet beta cells in diabetes. Journal of Biological Chemistry, 279: 42351–4.
Diakses pada 22 oktober 2021 dari https://idoc.pub/documents/hiperglikemia-gadar-
2nv87kje8dlk

Shella. (2020). Waspadai Hiperglikemi Hiperosmolar Nonketotik bagi Penderita


Diabetes. Diakses pada tanggal 30 september 2021. Web site:
https://www.alodokter.com/waspadai-hiperglikemi-hiperosmolar-nonketotik-
bagi-penderita-diabetes

Sulistyawati, N., & Nursalim. (2007). Asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik. Id.scrib.com. diakses pada 26 oktober 2021
dari https//id.scribd.com/doc/131734216/MAKALAH-HHNK

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan. DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan. DPP PPNI.

18
Venkatraman & singhi. (2006). HYPERGLYCEMIC HYPEROSMOLAR. Diakses pada
22 OKTOBER 2021. Web site: (DOC) HYPERGLYCEMIC HYPEROSMOLAR |
otonan otonan - Academia.edu

Zamri Aiwar. (2019). DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HYPEROSMOLAR


HYPERGLYCEMIC STATE (HHS), Journal UNJA JMK, Vol 7 No 2, 151-160. Diakses
pada 22 oktober 2021 dari https://online-
journal.unja.ac.id/kedokteran/article/download/8017/4796

17

Anda mungkin juga menyukai