Pembimbing :
dr. Welly Salutondok, Sp.PD
Telah disetujui
Pada :
Jakarta,
Pembimbing,
HALAMAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
2.1 Definisi...............................................................................................................7
2.2 Epidemiologi......................................................................................................7
2.3 Etiologi...............................................................................................................8
2.4 Diagnosis............................................................................................................9
2.5 Patofisiologi.....................................................................................................10
2.7 Komplikasi.......................................................................................................19
2.8 Penatalaksanaan...............................................................................................21
BAB III KESIMPULAN........................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang
dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada diabetes
melitus tipe 1.
enyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak dengna Diabetes Melitus tipe
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko meningka
t dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episod
e KAD. Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan
yang menyertai, seperti : sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas,
5
pasien usia lanjut, kadar glukosa darah yang tinggi, uremia, kadar keasaman darah
yang rendah.
pada sistem respirasi benda keton menjadi resiko terjadinya gagal nafas.
Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap. M
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat
2.2 Epidemiologi
mortalitas pada anak dengan Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutam
a berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari seluruh
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko meni
ngkat dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami ep
isode KAD.
7
8
2.3 Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat
dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh:
jumlah sel darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
9
2.4 Diagnosis
mg/dL).
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa
hari menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri
menjadi penyebab utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang
hipotensi dan takikardi). Tanda lain adalah napas cepat dan dalam (Kussmaul)
10
2. Pernafasan cepat dan dalam ( Kussmaul )
2.5 Patofisiologi
terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam
sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya
insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau
penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya.
lipolisis akan menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian
11
diantaranya akan dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia,
kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi secara hebat,
akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik.
rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk
akan berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga
500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat
defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton
oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan
12
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
13
14
Pada keadaan normal kurang lebih 50 % glukosa yang dimakan
sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia.
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine
yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang
hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
15
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Glukosa
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian
lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang
diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien
dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 –
mg/dl.
2. Natrium
Untuk setiap 100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum
16
diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium
3. Kalium
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat
potasium.
4. Bikarbonat
pengukuran keton dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai
darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari pH 0,03 pada ABG.
Karena perbedaan ini relatif dapat diandalkan dan bukan dari signifikansi klinis,
17
hampir tidak ada alasan untuk melakukan lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2
pasang surut telah dilaporkan sebagai cara untuk menilai asidosis juga.
7. Keton.
ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
8. β-hidroksibutirat.
respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L
dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk
9. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi
10. Osmolalitas
dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma
biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H 2O. Jika osmolalitas kurang dari
> 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
11. Fosfor
18
13. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat
terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin
dan BUN serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami
insufisiensi renal.
Diabetic Hyperosmolar
(KAD) (HONK)
plasma
Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
19
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
terjadinya aterosklerosis.
2.7 Komplikasi
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila
tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik
20
akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa
4. Kelainan Jantung.
akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan
kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan
21
darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-
takanan darah.
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
4. Mencegah komplikasi,
Oksigenasi / ventilasi
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika pasien dengan kesadaran /
koma (GCS <8) mempertimbangkan intubasi dan ventilasi. Pada pasien tsb
muntah atau jika pasien telah muntah berulang. Airway, pernafasan dan tingkat
Circulation
22
Penggantian cairan
dehidrasi berat bisa berlanjut pada shock hipovolemik. Oleh sebab itu, cairan
Insulin paling efektif jika didahului dengan cairan awal dan penggantian elektrolit.
Defisit cairan tubuh 10% dari berat badan total maka lebih dari 6 liter cairan
koloid dan bisa digunakan jika pasien dalam syok hipovolemik. Normal saline
total defisit air tubuh harus diganti dalam 8 jam pertama dan 50% lain dalam 24
pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal, status mental dan
23
BAB III
KESIMPULAN
M akibat defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendap
h Insulin tidak diberikan dengan dosis yang kurang, keadaan sakit atau infeksi
pada DM, manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis
Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu
24
DAFTAR PUSTAKA
Hyperglycemic crises in patien ts with diabetes mellitus. American Diabetes
Association. Diabetes Carevol27 supplement1 2004, S94-S102.
Gaglia JL, Wyckoff J, Abrahamson MJ . Acute hyperglycemic cr isis in elderly.
Med Cli N Am 88: 1063-1084, 2004.
Sikhan. 2009. Ketoasidosis Diabetikum. http://id.shvoong.com. Diakses pada tanggal 17
November 2012.
Muhammad Faizi, Netty EP. FK UNAIR RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah tatalaksana
ketoasidosis diabetic. http://www.pediatric.com. Diakses pada tanggal 17
November 2012.
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management of
Diabetic Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.
Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal
17 November 2010.
Samijean Nordmark. Critical Care Nursing Handbook. http://books.google.co.id. Diakses
pada tanggal 17 November 2012
Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis DKA.
http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au. Diakses pada tanggal 17 November 2012.
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB, Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and the
hyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes Mellitus .
13th ed. Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994, p.738–770
25