Oleh:
Nama :Tri Agustina Wulandari
Nim :191210020
Prodi :D3 Keperawatan
Dengan ini saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini,
namun bagaimanapun makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat saya butuhkan dan akan saya terima den-
gan senang hati.
Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi kita semua, terutama bagi adik-adik
tingkat. Dan apabila ada kesalahan dan kata kata yang kurang berkenan, saya selaku
penyusun mohon maaf yang sebesar besarnya.
9 April 2021
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB 11 PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Pengertian....................................................................................................................6
2.2 Etiologi........................................................................................................................7
2.3 Patofisiologi.................................................................................................................8
2.4 Diagnosis.....................................................................................................................9
2.5 Komplikasi..................................................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan.........................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
Ketoasidosis diabetikum dan hiperkglogemik di dasarkan oleh adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh:
1. Insulin diberikan dengan dosis yang kurang atau Penghentian insulin. Proses kejadian
KAD pada pasien dengan pompa insulin lebih cepat bila dibadingkan dengan pasien
yang menghentikan satu dosis insulin depokonvensional (subkutan).
2. Keadaan sakit atau infeksi pada DM, contohnya : pneumonia, kolestisitis, iskemia
usus dan apendisitis.Keadaan sakit dan infeksi akan menyertai resistensi insulin. Seba-
gai respon terhadap stres fisik (atau emosional), terjadi peningkatan hormon– hormon
”stres” yaitu glukagon, epinefrin, norepinefrin, kotrisol dan hormon pertumbuhan.
Hormon – hormon ini akan menigkatakan produksi glukosa oleh hati dan meng-
ganggu penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta lemak dengan cara melawan
kerja insulin. Jika kadar insulin tidak meningkatkan dalam keadaan sakit atau infeksi,
maka hipergikemia yang terjadi dapat berlanjut menjadi ketoasidosis diabetik.
3. Terdapat pada orang yang menderita diabetes oleh adanya stresor yang meningkatkan
kebutuhan akan insulin, ini dapat terjadi jika diabetes tidak terkontrol karena ketidak-
mampuan untuk menjalani terapi yang telah ditentukan. Stressor lain yang dapat
mencetuskan diabetic ketoasidosis adalah pembedahan, trauma, terapi dengan steroid
dan emosional.
4. Disebabkan ketika terjadinyaa keseimbangan asam-basa di dalam tubuh terganggu, se-
hingga kadar asam menjadi sangat tinggi.
5. Penggunaan obat-obat terlarang dan megkomsumsi alkohol yang berlebihan
2.3 Patofisiologi
2.4 Diagnosis
Langkah pertama yang harus diambil pada pasien KAD atau Hiperglokemik
terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti terutama memper-
hatikan ptensi jalan napas,status mental, dan status hidrasi. Meskipun gejala
penyakit DM yang tidak terkontrol mungkin tampak dalam beberapa hari, tetapi pe-
rubahan metabolik yang khas terjadi biasanya tampak dalam waktu jangka pendek
kurang dari 24 jam. Pada umumnya penyakit DM akan nampak pada seluruh gejala
yang dapat tampak berkembang lebih akut dan pasien dapat tampak menjadi KAD
tanpa gejala atau tanda KAD sebelumnya. Gambaran klinis klasik termasuk riwayat
poliuria, polidipsia, dan polifagia, penurunan berat badan, muntah, sakit perut, de-
hidrasi, lemah, clouding of sensoria, dan akhirnya koma. Pemeriksaan klinis terma-
suk turgor kulit yang menurun, respirasi Kussmaul, takikardia, hipotensi, perubahan
status mental, syok, dan koma. Lebih dari 25% pasien KAD menjadi muntah-muntah
yang tampak seperti kopi.Perhatian lebih harus diberikan untuk pasien dengan
hipotermia karena menunjukkan prognosis yang lebih buruk. Demikian pula pasien
dengan abdominal pain,karena gejala ini dapat merupakan akibat atau sebuahndikasi
dari pencetusnya, khususnya pada pasienmuda.
2.5 Komplikasi
Edema serebral, yang terjadi ~0,3-1,0% pada KAD anak, jarang ditemukan
pada pasien dewasa. Kondisi ini terasosiasi dengan tingkat mortalitas 20-40% dan
merupakan penyebab 57-87% kematian dari KAD pada anak-anak. Sejumlah
mekanisme sudah diajukan, antara lain serebral iskemia/hipoksia, peningkatan dari
mediator inflamasi, peningkatan aliran darah serebral, gangguan transpor ion di
membran sel, dan perpindahan cairan dari ekstraselular dan intraselular yang cepat
menyebabkan perubahan osmolalitas. Pencegahan serebral edema, antara lain
menghindari terapi hidrasi yang berlebihan dan menurunkan osmolaritas plasma
dengan cepat, penurunan gradual dari serum glukosa, dan menjaga kadar serum
glukosa antara 250-300 mg/dL sampai osmolalitas serum pasien kembali normal
dan status mental membaik. biasanya tetap diberikan dengan tujuan mengurangi
efek berbahaya dari asidosis, terutama ketika terdapat kondisi ventilator fatique dan
instabilitas hemodinamik, walaupun pemberian bikarbonat tidak menunjukkan
adanya peningkatan stabilitas hemodinamik ataupun tingkat kelangsungan hidup
2.6 Penatalaksanaan
Yang harus dilakukan oleh Nakes kepada pasien yang menagalami penyakit KAD
dan Hiperklogemik yaitu:
1. Oksigenasi (Ventilasi)
Jalan napas dan pernafasan merupakan prioritas pertama. Jika penderita
datang dengan penurunan kesadaran atau koma (GCS <8), pertimbangkan pe-
masangan intubasi dan ventilator. Berikan oksigen melalui masker non-re-
brething jika ada indikasi. Masukan selang nasogastrik dan lepaskan ujung
yang terbuka jika penderita tampak ngantuk atau mual.
2. Penggantian Cairan (Rehidrasi)
Sirkulasi merupakan prioritas kedua setelah oksigenasi. Penderita KAD
mengalami dehidrasi yang berat dan dapat terjatuh ke dalam syok
hipovolemik. Resusitasi cairan akan menurunkan hiperglikemia,
hiperosmolalitas, hormon kontra-regulasi, terutama dalam jam-jam pertama,
sehingga menurunkan resistansi terhadap insulin. Oleh karena itu, terapi
insulin paling efektif jika didahului oleh penggantian cairan dan elektrolit.
Dua jalur intravena atau sebuah kateter vena sentral perlu dipasang untuk
rehidrasi. Resusitasi cairan secara cepat bertujuan untuk mengganti volume
intravaskular dan memperbaiki perfusi ginjal dengan cairan kristaloid,
meskipun koloid dapat digunakan jika penderita mengalami syok
hipovolemik.
3. Terapi Insulin
Insulin subkutan merupakan alternatif yang efektif selain insulin intravena
bagi penderita KAD yang tidak komplikatif. Sebuah meta analisis mendukung
pemberian subkutan insulin kerja-cepat, seperti lispro (bolus 0,3 unit/ kgBB,
kemudian 0,1 unit/kgBB/jam).13 Ketoasidosis diabetik dikatakan membaik
jika kadar glukosa stabil di bawah 200 mg/dL, pH >7,3, dan kadar bikarbonat
≥18 mEq/L. Ketika target ini tercapai dan cairan dapat diberikan per oral,
maka penderita dapat dimulai pemberian insulin intermediate- atau long-acting
dan insulin short- atau rapid-acting subkutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Bila sudah terjadi gejala penyakit tersebut , disarankan untuk periksa langsung ke
Rumah Sakit atau ke Klinik, supaya segera diketahui penyebabnya dan mendapat
penanganan yang tepat.
2. Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga pengertian
masyarakat tentang diabetes mellitus akan bertambah.
3. Mengerti serta menyadari tentang seluk beluk penyakit diabetes mellitus dan
Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini sangat perlu
agar tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Febrianto Dicky, Hindiati Esti 2021.Tata Laksana Ketoasidosis Diabetik pada Penderita Ga-
gal Jantung.Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.8(1).47-49. http://www.jurnalpenyakit-
dalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/273 (di akses pada tanggal 9 April 2021 Pukul
19:17 WIB)