OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS B-13B
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan
salah satu tugas dari Keperawatan Kritis.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai
bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga
semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa
terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.
Denpasar, 17 November 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………..2
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ………………………………………………………………...48
4.2 Saran …………………………………………………………………….48
ii
BAB I
PENDAHULUAN
diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang
dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada diabetes melitus
tipe 1.
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak dengna Diabetes
Melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama berhubungan dengan edema serebri yang
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko meningkat
dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episode
KAD. Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang
menyertai, seperti : sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasien
usia lanjut, kadar glukosa darah yang tinggi, uremia, kadar keasaman darah yang
rendah.
1
Sedangkan ketosis menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh, pada
(KAD)?
1.3 Tujuan
diabetikum (KAD)
(KAD)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
dan ketosis yang terlihat terutama pada pasien dengan diabetes tipe-1. (Samijean
Nordmark, 2008)
2.1.2 Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali
adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan
pencegahan ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati
3
1. Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa
jumlah sel darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari
infeksi.
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa
hari menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut
penyebab utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang dengan sendirinya
Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus), dehidrasi dan
takikardi). Tanda lain adalah napas cepat dan dalam (Kussmaul) yang merupakan
napasnya.
4
3. Dehidrasi ( tekanan turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering )
8. Demam, infeksi, muntah, dan nyeri perut (Dr. MHD. Syahputra. Diabetic
ketosidosis. http://www.library.usu.ac.id )
2.1.4 Patofisiologi
jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila
hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh
akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi
perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya
sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian
diabetik (KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin.
(KAD) adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan
insulin.
5
akan menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya
magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi terjadi bila terjadi secara hebat, akan
menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis
metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi
(peranfasan Kussmaul).
air dan elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan
yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq
natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat defisiensi insulin
yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan
6
gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut.
Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton
sampai 40 % diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraselluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga
7
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran
dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan
yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi
penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau
asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha
mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita
berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera
diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price, 1995).
8
2.1.5 PATHWAY
1
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Ketoasidosis Diabetikum (Kad)
1. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin
1
memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada
derajat dehidrasi. Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan
dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar
glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak
500 mg/dl.
2. Natrium.
100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar
1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah
yang sesuai.
3. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan.
EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
4. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-
7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.
Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat
asidosis.
2
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran
Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada tingkat gas darah vena pada pasien
dengan KAD adalah lebih rendah dari pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan ini relatif
dapat diandalkan dan bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan untuk
melakukan lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan sebagai cara
7. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat
8. β-hidroksibutirat.
terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal, dan
tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
9. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran
10. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8.
Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya memiliki
3
osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini,
11. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis),
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada
dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang
terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes
ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah
kondisi stress.
4
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
aterosklerosis.
Tujuan penatalaksanaan :
4. Mencegah komplikasi,
Oksigenasi / ventilasi
5
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika pasien dengan
kesadaran/koma (GCS <8) mempertimbangkan intubasi dan ventilasi. Pada pasien tsb
sementara saluran napas dapat dipertahankan oleh penyisipan Guedel's saluran napas.
Pasang oksigen melalui masker Hudson atau non-rebreather masker jika ditunjukkan.
Masukkan tabung nasogastrik dan biarkan drainase jika pasien muntah atau jika pasien
telah muntah berulang. Airway, pernafasan dan tingkat kesadaran harus dimonitor di
2. Circulation
Penggantian cairan
Sirkulasi adalah prioritas kedua. DKA pada pasien yang menderita dehidrasi berat
bisa berlanjut pada shock hipovolemik. Oleh sebab itu, cairan pengganti harus dimulai
resistensi terhadap insulin. Terapi Insulin paling efektif jika didahului dengan cairan awal
dan penggantian elektrolit. Defisit cairan tubuh 10% dari berat badan total maka lebih dari
6 liter cairan mungkin harus diganti. Resusitasi cairan segera bertujuan untuk
kristaloid, koloid dan bisa digunakan jika pasien dalam syok hipovolemik. Normal saline
(NaCl 0,9%) yang paling sesuai. Idealnya 50% dari total defisit air tubuh harus diganti
dalam 8 jam pertama dan 50% lain dalam 24 jam berikutnya. Hati-hati pemantauan status
hemodinamik secara teliti (pada pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal,
6
status mental dan keseimbangan cairan diperlukan untuk menghindari overload cairan.
1. Pengkajian Primer
1) Airway
2) Breathing
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat,
4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau
sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup
a. Awarnes :A
b. Respon bicara :V
c. Respon nyeri :P
7
d. Tidak ada respon :U
5) Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi
a. Pengkajian Sekunder
a) Anamnesis :
Riwayat DM
Poliuria, Polidipsi
b) Pemeriksan Fisik :
Data subyektif
Riwayat penyakit sebelumnya
8
mungkin klien telah menderita penyakit sejak beberapa lama dengan atau tanpa
neurologis serta infeksi atau adanya luka dapat memperberat kondisi klinis.
Riwayat penyakit keluarga
gejala tidak selalu muncul pada setiap keturunan atau timbul sejak kecil
Status metabolic
Intake makanan yang kurang dari kebutuhan kalori, infeksi atau penyakit-penyakit
akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan
atau terapi lain yang mempengaruhi glukosa darah, penghentian insulin atau obat anti
hiperglikemik oral.
Data Obyektif :
Aktivitas / Istirahat
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi
/disorientasi, koma
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, DM akut, kebas dan kesemutan pada ekstremitas,
9
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada,
disritmia, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung.
Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Eliminasi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi),
abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
Nutrisi/Cairan
masukan glukosa/karbohidrat.
Neurosensori
10
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
gangguan penglihatan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma),
Nyeri/kenyamanan
Pernapasan
Keamanan
Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) masalah impoten pada pria, kesulitan
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
11
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat
darah.
2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : - Stres fisik dan Pola nafas tidak
emosional,Infeksi, Menolak
DO: efektif (D.0005)
terapi insulin atau penghentian
- timbulnya pernapasan yang sulit dan / ↓
Difiensi insulin
atau tak teratur
↓
-Pola napas abnormal ( mis : Peningkatan enzyme kontra
insulin(kortisol,glucagon)
takipneu,bradipneu,hiperventilasi,kussm
↓
aul,Cheyne-stokes Peningkatan gluconeogenesis
dihati
- Pernapasan cuping hidung
↓
-Dispneu Peningkatan glukosa darah
↓
Peningkatan pembentukan
badan keton
↓
Asidosis metabolic
↓
Peningkatan pernapasan
↓
Pola napas tidak efektif
12
takikardi, bunyi jantung normal pada Penurunan difusi terfalutasi
glukosa
tahap dini, disritmia, kulit dan membran
↓
mukosa pucat, dingin, Hiperglikemi
↓
- Poliuria, Poliphagi,lemas,
Peningkatan vikositas darah
-Adanya koma atau penurunan ↓
Peningkatan rasa haus
kesadaran dengan sebab tidak diketahui
↓
- Kulit kering/bersisik, turgor jelek, Polidipsi
↓
kekakuan/distensi abdomen, muntah,
Gangguan keseimbangan
pembesaran tiroid (peningkatan cairan
kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah),
3. Diagnosa Keperawatan
13
a. Pola napas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan
ditandai dengan timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, pola napas
nadi meningkat, nadi terasa lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine meningkat, merasa
lemah,mengeluh haus, pengisisan vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh
pancreas ditandai dengan mengantuk, pusing, kadar gukosa dalam darah / urin
rendah, kadar glukosa dalam darah / urin tinggi, lelah atau lesu, palpitasi, mengeluh
14
4. Nursing Care Planning
15
-Membran mukosa kering 2. Berikan asupan cairan oral
-Volume urine meningkat Edukasi
Gejala dan Tanda Minor 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Subyektif : 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
- Merasa lemah mendadak
-Mengeluh Haus Kolaborasi
Obyektif : 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
-Pengisisan vena menurun ( NaCl,RL)
-Status mental berubah 2. Kolaborasi pemberian cairan hipotonis
-Suhu tubuh meningkat ( glikosa 2,5 %, NaCl 0,4 %)
-Konsentrasi urine meningkat 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
-Berat badan turun tiba-tiba ( albumin,plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
2 Pola Nafas tidak efektif (D.0005 Pola napas ( L.01004 ) Pemantauan Respirasi ( l.01014)
Definisi : inspirasi dan/atau Ekspektasi membaik Tindakan
ekspirasi yang tidak memberikan Kriteria hasil Observasi
ventilasi adekuat -Ventilasi semenit meningkat 1. Monitor frekwensi, irama,, kedalaman dan
Katagori : Fisiologis -Kapasitas vital meningkat upaya napas
Subkatagori : Respirasi -Dispneu menurun 2. Monitor pola napas ( seperti bradipneu,
16
Gejala dan tanda mayor -Penggunaan otot bantu pernapasan takipneu, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
Subyektif : menurun stokes)
Dispneu -Pernapasana cuping hidung 3. Auskultasi bunyi napas
Obyektif : menurun 4. Monitor saturasi oksigen
-Pernapasan yang sulit dan / atau Frekwensi naps membaik 5. Monitor nilai AGD
tak teratur Therapeutik
-Pola napas abnormal (mis, 1. Atur interval pematauan respirasi sesuai
takipneu,bradipneu,hiperventilas kondisi pasien
i,kussmaul, Cheyne-stokes) 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
-Pernapasan cuping hidung Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,jika perlu
3 Ketidakstabilan kadar glukosa Kestabilan Kadar Glukosa Darah Manajemen Hiperglikemia ( l.03115)
darah (D.0027) ( L.03022 ) Tindakan
Definisi : Variasi kadar glukosa Ekspektasi : meningkat Observasi
darah naik/turun dari rentang Kriteria Hasil 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
normal -Kesadaran meningkat hiperglikemia
Katagori : Fisiologis -Mengantuk menurun 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan
Subkatagori : Nutrisi dan cairan -Pusing menurun kebutuhan insulin meningkat
17
Gejala dan tanda mayor -Lelah/lesu menurun 3. Monitor kadar glukosa darah,jika perlu
Subyektif : -Keluhan lapar menurun 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia ( mis:
-Mengantuk -Gemetar menurun polyuria,polidipsi,polifagia,kelemahan,malais
-Pusing -Berkeringat menurun e,pandangan kabur,sakit kepala)
-Lelah atau lesu -Mulut kering Menurun 5. Monitor intake dan output cairan
Obyektif : -Rasa haus menurun 6. Monitor keton urune,kadar Analisa gas
-Kadar glikosa dalam darah / -Kadar glukosa dalam darah darah ,elektrolit, tekana darah ortostatik dan
urin rendah membaik frekwensi nadi
- Kadar glikosa dalam darah / -Kadar glukosa dalam urine Terapeutik
urin tinggi membaik 1. Berikan asupan cairan oral
Gejala dan tanda minor -Jumlah urine membaik 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
Subyektif : gejala hiperglikemia tetap ada atau
-mengeluh lapar memburuk
Obyektif : Edukasi
-Gemetar 1. Anjurkan menghindari olah raga saat kadar
-Kesadaran menurun glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
-Berkeringat 2. Anjurkan monitor kadar glukosabdarah
secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olah
raga
18
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian
keton urine,jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes ( mis :
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan
bnatuan professional Kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin,jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV,jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium
Managemen Hipoglikemia ( l.03115 )
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
2. Identifikasi kemungkinan penyebab
hipoglikemia
Therapeutik
1. Berkan karbohidrat sederhana
2. Berikan glucagon,jika perlu
3. Berikan karbohidrat kompleks dan protein
19
sesuai diet
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Pertahankan akses IV,jika perlu
6. Hubungi layanan medis,jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana
setiap saat
2. Anjurkan memakai identitas darurat yang
tepat
3. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
4. Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan
diabetes tentang penyesuaian program
pengobatan
5. Jelaskan interaksi antara diet, insulin/ agen
oral,dan olah raga
6. Ajarlkan pengelolaan hipoglikemia ( mis :
tanda dan gejala, factor resiko,dan
pengobatan hipoglikemia)
7. Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah
hipoglikemia ( mis : mengurangi insulin/
20
agen oral dan /atau meningkatkan asupan
mkanan untuk berolahraga
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dextrose,jika perlu
2. Kolaborasi pemberian glucagon,jika perlu
21
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas pasien
Nama pasien : Tn WD
No RM : 080888
Usia : 39
Status Perkawinan : belum menikah
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Alamat : Jl. Wibisana X
Sumber biaya : BPJS
Tgl masuk RS : 15/11/2021
Diagnosa medis : KAD (Ketoasidosis Metabolik)
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny SD
Umur : 43
Hubungan dgn pasien : kakak
Pendidikan : D3
Alamat : Jl.Wibisana X
II. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama :
Pasien mengatakan lemas
b. Riwayat kesehatan sekarang :
22
Setelah dilakukan pengkajian oleh perawat pada jam 13:00 tgl 15/11/21, Klien
mengatakan lemas, lemas bertambah pada saat beraktivitas dan berkurang pada saat
duduk, lemas disertai dengan BAK terus menerus, haus terus menerus, dan badan
terasa panas, dan nafas terasa agak berat,nadi lemah dan cepat, pernapasan kussmaul
dan hiperventilasi
c. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien mengatakan belum pernah masuk ke RS dan tidak ada riwayat alergi
tidak pernah operasi. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dari ibu
kandungnya.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
1. Support system dari keluarga, lingkungan dan fasilitas kesehatan
Klien mengatakan dukungan keluarga baik dan rekan kerja selalu mendukung
untuk sehat
2. Komunikasi terdiri dari pola interaksi sosial sebelum dan saat sakit
Komunikasi saat sakit dan sebelum sakit pasien baik tidak ada perubahan hanya
tempat yang membedakan.
3. Sistem kepercayaan
Selama sakit klien selalu berdoa dan percaya bahwa penyakitnya akan sembuh
walalupun susah untuk dihilangkan.
f. Lingkungan:
1. Rumah : bersih karena di bersihkan tiap hari dan jauh dari polusi
2. Tempat kerja : bersih dan jauh dari polusi
g. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit
Kebiasaan Sebelum Masuk RS Di RS
1. Pola nutrisi
a. Asupan Oral Oral
b. Frekuensi Makan 3 kali/hari 3 kali/hari
23
c. Nafsu makan Baik Baik
d. Makan tambahan Makanan ringan Sayuran
e. Makanan alergi Tidak ada Tidak ada
f. Perubahan BB dalam 3 Tetap 64 kg Tetap 64 kg
bulan terakhir
2. Pola Cairan
a. Asupan cairan Oral oral
parenteral
b. Jenis Air putih Air putih dan NaCl
c. Frekuensi 9-10 gelas/hari 0,9%
7-8 gelas/hari dan
d. volume 1.800-2.000 cc 60cc/jam
1.400-1.600 cc,
1440 cc/hari
3. Pola eliminasi
BAK
a. Frekuensi + 2 jam sekali Memakai
kondom kateter
b. Jumlah output 1.600cc/hari 2.400 cc/hari
c. Warna Kekuningan kuning pekat
d. Bau Amoniak Amoniak
e. keluhan Tidak ada Balance cairan
BAB
a. frekuensi 1 kali/hari Belum BAB
b. warna Kehijauan Tidak
c. bau Khas Tidak
d. konsistensi Lunak Tidak
e. keluhan Tidak ada Tidak
f. penggunaan obat pencahar Tidak Tidak
24
4. Insensible water loss 26 cc/hari 26 cc/hari
5. Pola Personal hygiene
a. Mandi 2 kali/hari Hanya di lap
b. Oral hygiene
Frekuensi 2 kali perhari 2 kali perhari
Waktu Pagi dan Pagi dan sore
c. Cuci rambut malam Tidak
2 hari sekali
6. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur 8 jam 12 jam
b. Waktu
Siang 1 jam 4 jam
Malam 7 jam 8 jam
c. Kebiasaan sebelum tidur
Penggunaan obat tidur
Kegiatan lain Tidak Tidak
25
d. Keluhan dalam beraktivitas Tidak ada Pemasangan
e. Olahraga terapi
Jenis Futsal Tidak
Frekuensi Seminggu 2 Tidak
kali
f. Keterbatasan dalam hal :
Mandi Tidak Iya
b. Minuman keras
Frekuensi Tidak Tidak
Tidak Tidak
Jumlah
Tidak Tidak
Lama pemakaian
Tidak Ya
c. Ketergantungan obat
Genogram Tn WD
26
Ket :
laki - laki
Perempuan
Dengan DM
Nadi : 99x/menit
RR : 30x/menit
Suhu : 37,5° C
TB / BB : 170 cm/65 kg
1. Kepala : Bentuk simetris tidak terdapat lesi tidak ada benjolan dan tidak ada
27
3. Mata : Mata simetris, alis merata tidak rontok, bola mata baik, pupil dilatasi
baik konjungtiva anemis, penglihatan baik, lapang pandang normal dan pasien
5. Hidung : simetris tidak ada sekresi cairan. Tidak ada polip. Tidak ada nyeri
cuping hidung
6. Mulut : membran mukosa kering, warna coklat, tidak ada stomatitis karies
7. Leher : tidak ada peningkatan jvp, tidak sakit saat menelan, ROM baik dapat
memutar 180 derajat. Tidak ada peningkatan kelenjar getah bening, terlihat otot
8. Dada : bentuk simetris ada retraksi otot dada, benjolan pembekalan tidak
9. Abdomen : bentuk cembung tidak ada bekas luka tidak asites, tidak ada
10. General : klien bak terus tidak ada nyeri dan terpasang condom kateter
11. Ekstremitas : tidak ada edema. Rom baik kekuatan otot 5/5 5/5 tidak ada
praktik atau krepitasi tidak ada ganggren atau luka dekubitus, turgor jelek CRT
28
IV. Pemeriksaan dan Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Laboratorium (GDS)
2. Penatalaksanaan medis:
a. Tehnik Invasive
1) Infus 2 line
2) Condom kateter
b. Obat obatan
2) Bicnat 3x1
4) NaCL 60cc/jam
29
5) Asam folat 1x1
V. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Pasien mengatakan asupan insulin tidak cukup Hipovolemia
lemas disertai dengan BAK ↓ ( D.0023 )
terus menerus, haus terus sel beta pancreas rusak/
menerus terganggu
DO : ↓
Bibir kering Penurunan produksi insulin
CRT lebih dari 2 detik ↓
meningkat ↓
30
GCS 15 (M4 V5 E6) Penurunan produksi insulin
Dispneu ↓
pernapasan ↓
hidung ↓
( hiperventilasi ) meningkat
↓
Asam lemak teroksidasi
↓
Ketonemia
↓
Ketonaturi
↓
Ketoasidosis
↓
Asidosis metabolism
↓
CO2 meningkat
pCO2 meningkat
↓
nafas cepat dan dalam
pola nafas tidak efektif
31
DS : Pasien mengatakan Difiensi insulin Ketidakstabilan
↓
lemas kadar glukosa darah
Peningkatan enzim kontra
DO : insulin(kortisol,glucagon)
-Memiliki riwayat penyakit ↓
Penurunan penggunaan
diabetes melitus dari ibu
glukosa
kandungnya. ↓
Ketidakstabilan kadar
- Jam tidur bertambah dari 8
glukosa darah
jam menjadi 12 jam
-Hasil GDS
1). Jam 02:43 : 109 mg/dL
2). Jam 03:10 : 104 mg/dL
32
frekwensi nadi meningkat, nadi terasa lemah, turgor kulit menurun, volume
kandungnya, jam tidur bertambah dari 8 jam menjadi 12 jam, hasil GDS
33
3.3 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
34
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
35
2. Berikan
asupan cairan oral
-Volume urine meningkat membaik Edukasi
Gejala dan Tanda Minor -Membran mukosa membaik 3. Anjurkan
Subyektif : -Turgor kulit membaik memperbanyak
- Merasa lemah asupan cairan oral
-Mengeluh Haus 4. Anjurkan
Obyektif : menghindari
-Suhu tubuh meningkat perubahan posisi
-Konsentrasi urine mendadak
meningkat
Kolaborasi
5. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis ( NaCl,RL)
6. Kolaborasi
pemberian cairan
hipotonis ( glikosa
2,5 %, NaCl 0,4 %)
7. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid
( albumin,plasmanate
)
Kolaborasi pemberian
produk darah
36
3. Ketidaksta Manajemen Hiperglikemia
bilan kadar Kestabilan Kadar Glukosa ( l.03115)
glukosa Darah Tindakan
darah ( L.03022 ) Observasi
(D.0027) Ekspektasi : meningkat 1. Identifikasi kemungkinan
Definisi : Kriteria Hasil penyebab hiperglikemia
Variasi kadar -Mengantuk menurun 2. Identifikasi situasi yang
glukosa -Pusing menurun menyebabkan kebutuhan
darah -Lelah/lesu menurun insulin meningkat
naik/turun -Berkeringat menurun 3. Monitor kadar glukosa
dari rentang -Mulut kering Menurun darah,jika perlu
normal -Rasa haus menurun 4. Monitor tanda dan gejala
Katagori : -Kadar glukosa dalam darah hiperglikemia ( mis:
Fisiologis membaik polyuria,polidipsi,polifagia,kele
Subkatago -Jumlah urine membaik mahan,malaise,pandangan
ri : Nutrisi kabur,sakit kepala)
dan cairan 5. Monitor intake dan output
Gejala cairan
dan tanda 6. Monitor keton urune,kadar
mayor Analisa gas darah ,elektrolit,
Subyektif tekana darah ortostatik dan
: frekwensi nadi
- Terapeutik
Mengantuk 1. Berikan asupan cairan oral
-Pusing 2. Konsultasi dengan medis jika
-Lelah tanda dan gejala hiperglikemia
atau lesu tetap ada atau memburuk
Obyektif : Edukasi
37
Gejala 1. Anjurkan menghindari olah
dan tanda raga saat kadar glukosa darah
minor lebih dari 250 mg/dl
Subyektif 2. Anjurkan monitor kadar
: glukosabdarah secara mandiri
Obyektif : 3. Anjurkan kepatuhan terhadap
- diet dan olah raga
Berkeringat 4. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine,jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes
( mis : penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bnatuan professional Kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin,jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV,jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium
a. Implementasi Keperawatan
N Tgl / Jam Diagnosa Implementasi Respon
o
38
2021 2 dan upaya napas dada terasa agak berat
- Memonitor intake dan output cairan ,sudah minum air putih
13.20
-Mengauskultasi bunyi napas O : pasien tampak
-Memonitor saturasi oksigen bernapas cuping hidung,
-Menjelaskan tujuan dan prosedur Pernafasan kusmaul,
pemantauan dispneu,penggunaan otot
-Menginformasikan hasil pemantauan bantu pernapasan,pasien
menghabiskan minumnya
setengah gelas
-Memakai kondom
kateter 2.400 cc/hari
-Bunyi napas vesikuler
-Saturasi PaO2 95 %
-Pasien dan keluarga
-Melakukan kolaborasi pemberian cairan kooperastif
14.00
1,2 melalui IV - infus terpasang
ditangan kanan, aliran
infus lancer, tidak ada
tanda-tanda alergi
39
S : 37,5 °C
RR : 30x/mnt
TD : 100/60 mmHg
SpO2 : 97 %
Kulit kering bersisik,
warna pucat, tidak
terdapat sianosis
40
-Memonitor tanda dan gejala O : pasien tidak muntah
18.00 hiperglikemia ( mis: tapi masih sedikit mual.
-kateter terpasang cairan
polyuria,polidipsi,polifagia,kelemahan,m
1500 dari jam 07.00 s/d
alaise,pandangan kabur,sakit kepala) 18.00 wita
41
b. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/ No Dx Evaluasi
Jam
1 17 2 S : Pasien mengatakan nafas sudah tidak terasa berat
November
O : Pasien tampak lemah
2021
Pukul 13.00 S : 36 C
N : 80x/mnt
RR : 19x/mnt
TD : 110/80 mmHg
SpO2 : 99 %
42
= 560– 512,5
= +47,5
43
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
asidosis, dan ketosis yang terlihat terutama pada pasien dengan diabetes tipe-
kurang dari 24 jam. Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata
biasanya terjadi beberapa hari menjelang KAD, dan sering disertai mual-
muntah dan nyeri perut. Ketoasidosis terjadi bila tubuh sangat kekurangan
maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan
menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita koma.
4.1 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
45