TUGAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kegawatdaruratan Sistem
II oleh dosen Bapak Nandar Wirawan, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Puji dan syukur seraya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas
karunia, rahmat dan nikmat-Nyalah, penyusunan tugas yang berjudul “Kasus
Keperawatan Gawat Darurat Diabetes Melitus (Ketoasidosis Diabetikum Dan
Hyperglycaemic Hyperrosmolar Nonketotic Coma)” telah terselesaikan dengan
lancar dan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Bapak Nandar Wirawan, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen Mata Kuliah
Kegawatdaruratan Sistem II dan semua pihak yang telah memberikan bantuan,
arahan dan dorongan dalam menyelesaikan tugas ini.
Harapan penulis, semoga tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri, dan umumnya bagi parapembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
PEMBAHASAN
Ketoasidosis diabetikum
IV FD:
- Ganti ciran dengan D5 0,45 salin - Kontrol neurologi anak
- Tentukan dosis insulin. - Pertimbangakan : Manitol 1
- Petiksa elektrolit darah koreksi bila perlu g/kg BB dalam 20 menit
- Retriksi cairan 50%
c. Analisis Data
Data Meyimpang Etiologi Masalah Keperawatan
Do : Asupan insulin tidak Kekuranagan volume
- Mual dan muntah cukup, infeksi cairan
sejak 2 hari masuk
rumah sakit Sel beta pankreas/
- Pasien merasa lemah terganggu
- Sejak menderita sakit
gula, pasien sering Menurunya produksi
merasa haus, lapar insulin
dan sering buang air
kecil terutama pada Glukagon meningkat
malam hari
- bibir kering Hiperglikemia
Glukosuri
Diuresis osmotik
Poliurin
Dehidrasi
Kekurangan volume
cairan
Ds : Glukogen meningkat Ketidakseimbangan
Nn. D mengatakan nyeri nutrisi kurang dari
perut, nafsu makan Lipolisis meningkat kebutuhan tubuh
menurun, mual-muntah
bercampur maknan As. Lemak teroksidasi
berwarna hitam.
Do : Ketonemia
pH 7,20 (menurun)
Ketonuri
Ketoasidosis
pH menurun
Mual muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ds : Glukogen meningkat Ketidakefektipan pola
- pasien mengatakan nafas
sesak napas Lipolisis meningkat
Do :
- pasien datang dalam As. Lemak teroksidasi
keadaan sesak
- Pernafasan kusmaul Ketonemia
(+)
- pH : 7, 20 (menurun) Ketonuri
- PCO2 : 13 mmHg
(menurun) Ketoasidosis
- PO2 : 143 mmHg
(meningkat) Asidosis metabolik
- HCO3 : 5,1 (menurun)
- BE : -2,06 (menurun) CO2 meningkat
PCO2 meningkat
Ketidakefektifas pola
nafas
Ds : Ketidakseimbangan Kerusakan intergritas
- 1 bulan yang lalu, produksi insulin jaringan
pada bagian tumit
kaki kiri terluka Gula dalam darah tidak
kemudian dapat di bawa masuk
membengkak dan dalam sel
bernanah.
- Riwat DM (+) sejak Anabolisme protein
2007, DM tidak menurun
terkontrol.
- Pasien tidak teratur Kerusakan pada antibodi
mengkonsumsi
antidiabetik oral Kekebalan tubuh
Do : menurun
- Pada tumit kaki
bagian kiri ditemukan Neuropati sensori perifer
tanda-tanda inflamasi,
ada lubang diameter 1 Klien tidak merasa sakit
cm, bernanah dan di
balut dengan perban. Nekrosis luka
- Leukosit : 23.100/µl
(meningkat) Gangrene
- pH 7,20 (menurun)
Kerusakan integritas
jaringan
Do: Asupan insulin tidak Resiko Syok
- Pernafasan kusmaul cukup, infeksi
(+)
- TD 150/90 mmHg Sel beta pankreas/
- Nadi 89 x/menit terganggu
- HT : 36,2%
- Ca++ : 0,35 mmol/L Menurunya produksi
- pH 7,20 (menurun) insulin
- PCO2 : 13mmHg
(menurun) Glukagon meningkat
- PO2 : 143 mmHg
(meningkat) Hiperglikemia
- HCO3 : 5,1 (menurun)
- BE : -2,06 (menurun) Glukosuri
-
Diuresis osmotik
Poliurin
Dehidrasi
Resiko Syok
- Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik akibat hiperglikema, pengeluaran cairan
berlebihan: diare, muntah, pembatasan intake akibat mual,
kacau mental.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ganguan keseimbangan insulin,
makanan dan aktivitas jasmani.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
kompensasi asidosis metabolik.
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis
kerusakan jaringan (nekrosis luka gangrene).
5. Resiko Syok berhubungan dengan ketidakmampuan
elektrolit kedalm sel tubuh, hipovolemia.
- Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik akibat hiperglikema, pengeluaran cairan
berlebihan: diare, muntah, pembatasan intake akibat mual,
kacau mental.
Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/
atau intraselurer. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan
cairan saat tampa perubahan pada natrium.
Batasan karakteristik :
- Haus
- Kelemahan
- Membran mukosa kering
- Peningkatan hematokrit.
- Peningkatan konsentrasi urin
-
Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat 1. Membantu
tindakan keperawatan durasi/intensitas memperkirakan
selama 1x 24 jam mual, muntah dan pengurangan volume
pasien diharapkan berkemih berlebihan. total. Proses infeksi
kebutuhan cairan yang menyebabkan
pasien terpenuhi, demam dan status
dengan kriteria hasil : hipermetabolik
- TTV dalam batas meningkatkan
normal. pengeluaran cairan
- Pulse perifer dapat insensibel.
teraba. 2. Monitor vital sign 2. Hypovolemia dapat
- Turgor kulit dan dan perubahan dimanifestasikan oleh
capillary refill tekanan darah hipotensi dan takikardia.
baik. orthostatik. Hipovolemia berlebihan
- Keseimbangan urin dapat ditunjukkan
output. dengan penurunan TD
- Kadar elektrolit lebih dari 10 mmHg dari
normal. posisi berbaring ke
duduk atau berdiri.
3. Monitor perubahan 3. Pelepasan asam
respirasi: kussmaul, karbonat lewat respirasi
bau aceton. menghasilkan alkalosis
respiratorik
terkompensasi pada
ketoasidosis. Napas bau
aceton disebabkan
pemecahan asam keton
dan akan hilang bila
sudah terkoreksi.
4. Observasi kulaitas 4. Peningkatan beban nafas
nafas, penggunaan menunjukkan
otot asesori dan ketidakmampuan untuk
cyanosis. berkompensasi terhadap
asidosis.
5. Observasi ouput dan 5. Menggambarkan
kualitas urin. kemampuan kerja ginjal
dan keefektifan terapi.
6. Timbang BB. 6. Menunjukkan status
cairan dan keadekuatan
rehidrasi.
7. Pertahankan cairan
7. Mempertahankan hidrasi
2500 ml/hari jika
dan sirkulasi volume.
diindikasikan.
8. Ciptakan lingkungan
8. Mengurangi peningkatan
yang nyaman,
suhu yang menyebabkan
perhatikan perubahan
pengurangan cairan,
emosional.
perubahan emosional
menunjukkan penurunan
perfusi cerebral dan
hipoksia
9. Kekurangan cairan dan
9. Catat hal yang elektrolit mengubah
dilaporkan seperti motilitas lambung,
mual, nyeri abdomen, sering menimbulkan
muntah dan distensi muntah dan potensial
lambung. menimbulkan
kekurangan cairan &
elektrolit.
10. Obsevasi adanya 10. Pemberian cairan untuk
perasaan kelelahan perbaikan yang cepat
yang meningkat, mungkin sangat
edema, peningkatan berpotensi menimbulkan
BB, nadi tidak beban cairan dan GJK
teratur dan adanya
distensi pada
vaskuler
Kolaborasi: 11. Pemberian tergantung
11. Pemberian NS derajat kekurangan
dengan atau tanpa cairan dan respons
dextrosa pasien secara individual
2. Diagnosa 2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ganguan keseimbangan insulin,
makanan dan aktivitas jasmani
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik :
- Klien melaporkan masukan butrisi tidak adekuat,
kurang nafsu makan
- Penurnan berat badan, kelemahan, tonus otot buruk
4. Diagnosa 4
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis
kerusakan jaringan (nekrosis luka gangrene).
Definsi : kerusakan jaringan membran mukosa, kornea,
integumen, atau subkutan.
Batasan karakteristik :
- Kerusakan jaringan integumen
Tujuan/ kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Obsevasi luka : lokasi, 1. Perawatan luka yang
tindankan selama 2x24 dimensi, kedalam luka, tepat dengan
jam diharapkan jaringan nekrotik, memperhatikan
integritas jaringan tanda-tanda infeksi keaadaan luka.
pasien ada perbaikan lokal, formasi traktus
dengan kriteria hasil 2. Ajarkan keluarga 2. Keterlibatan keluarga
- Perfusi jaringan tentang luka dan sangat diperlukan
5. Diagnosa 5
Resiko Syok berhubungan dengan ketidakmampuan
elektrolit kedalm sel tubuh, hipovolemia.
Definisi : beresiko terhadap ketidakcukupan aliran darah
kejaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungi
seluler yang mengancam jiwa.
Batasa karakteristik :
- Hipovolemi
- Hipoksemia
- Hipoksia
- Infeksi
- Sepsis
- Sindrom resnpons inflamasi sistemik
Tujuan/ Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Pantau nilai 1. Untuk mengetahui
tindakan selama 1x 24 laboratorium : HB, perkembanan
jam syok pada pasien HT, AGD dan kesehatan pasien,
dapat di cegah dengan elektrolit. dan menentuka
kriteria hasil : tindakan
- Irama pernafasan selanjutnya.
dalam batas yang 2. Monitor tanda awal 2. Untuk mengethaui
diharapkan syok. pencegahan sebelum
- Natrium serum terjadinya syok
dalam batas normal berkelanjutan.
- Kalium serum 3. Lihat dan pelihara 3. Agar pasien tidak
dalam batas normal kepatenan jalan terjadi hipoksia, dan
- Kalsium serum nafas. mencukupi oksigen
dalam batas normal dalam darah.
- pH darah serum 4. Berikan cairan iv 4. Agar tidak tejadi
dalam batas normal atau oral yang tepat. dehidrasi berat pada
- Tekanan darah pasien.
dalam batas normal 5. Ajarkan keluarga dan 5. Keluarga membantu
- Hematrokrit dalam pasien tentang gejala dalam mempercepat
batas normal datangnya syok. penanganan yang
tepat untuk pasien.
6. Monitor fungsi renal 6. Agar memantau
(BUN, dan Cr lavel). pekermabnagn
fungsi ginjal dalam
keadaan baik.
7. Memantau faktor
7. Untuk mengetahui
penentu pengiriman
pekembangan
jaringan oksigen
kesehtan pasien agar
(PaO2, kadar HB
tidak terjadi
SaO2, CO).
komplikasi
selanjutnya.
8. Memonitor gejala
8. Untuk mengetahui
gagal pernafasan
penaganan yang
(PaO2, PaCO2,
tepat dalam
kelelahan otot
pelaksanaan
pernafasan.
intervensi
selanjutnya.
5.2. Diabetes Melitus Hiperglikemia Osmolalitas Non Ketoasidosis
A. Pengertian DM HONK
Hiperglikemia hiperosmolar koma nonketotik adalah komplikasi
metabolik akut lain dari diabetes tipe 2 yang lebih tua. Bukan karena
defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tnpa
ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600
mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, diuresis osmotik,
dan dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila
keadaan ini tidak segera ditangani . pengobatan HONK adalah rehidrasi,
pengantian elektrolit, dan insulin regular. Perbedaan utama HONK dan
KAD adalah pada HONK tidak terdapat ketosis. (Price & Willson,
2005).
B. Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin
glukoneogenesis hiperglikemia
Kekurangan
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi volume cairan
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik
Resiko Injury
C. Algoritma
Glicosuria
Osmotic diuresi
Kekurangan volume
cairan
DO : Osmotic Diuresis Kerusakan integritas
- luka daerah kaki kulit
kanan. Dehidrasi
- TD : 130/80 mmHg,
N : 80 x/menit, RR : Hemokonsentrasi
21 x/menit, GDS : 600
mg/dl Trombosis
- Pusing, sakit kepala,
kesemutan, kebas Ateroklerosis
kelemahan pada otot,
parestesia, Makrovaskuler
Ekstermitas
Gangren
Trombosis
Ateroklerosis
Mikrovaskuler
Retina
Retinopati diabetik
Gangguan penglihatan
Resiko cidera
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia,
mual, peningkatan metabolisme protein, lemak
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotic.
3. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status metabolik (neuropati perifer).
4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi
penglihatan
C. Intervensi Keeperawatan
1. Diagnosa 1
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia,
mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Timbang berat badan 1. Menentukan berat
tindakan selama 2xs4 jam setiap hari atau sesuai badan ideal.
pasien diharapkan dengan indikasi.
kebutuhan nutrisi pasien 2. Tentukan program 2. Memantau asupan
terpenuhi, dengan kriteria diet dan pola makan kalori yang masuk.
hasil : pasien dan
Pasien dapat mencerna bandingkan dengan
jumlah kalori atau makanan yang dapat
nutrien yang tepat dihabiskan pasien.
3. Menilai resiko
Berat badan stabil atau 3. Auskultasi bising
spasme usus.
penambahan ke arah usus, catat adanya
rentang biasanya nyeri abdomen /
perut kembung,
mual, muntahan
makanan yang belum
sempat dicerna,
pertahankan keadaan
puasa sesuai dengan
indikasi.
4. Menyeimbangkan
4. Berikan makanan
asupan cairan dan
cair yang
elektrolit yang tepat
mengandung zat
makanan (nutrien) untuk pasien.
dan elektrolit dengan
segera jika pasien
sudah dapat
mentoleransinya
melalui oral.
5. Libatkan keluarga 5. Keluarga dapat
pasien pada membantu
pencernaan makan menentukan pilihan
ini sesuai dengan diit yang sesuai
indikasi. untuk klien.
6. Observasi tanda- 6. Memantau agar
tanda hipoglikemia menurunkan
seperti perubahan penurunan gula
tingkat kesadaran, darah signifikan.
kulit lembab/dingin,
denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala.
7. Kolaborasi 7. Memantau kadar
melakukan gula darah sehingga
pemeriksaan gula ditentukan
darah. intervensi yang tepat
8. Kolaborasi 8. Untuk
pemberian penyeimbangan gula
pengobatan insulin. darah,
9. Kolaborasi dengan 9. Penentuan diet oleh
ahli diet. ahli gizi akan
memperbaiki proses
penyembuhan
dengan pola makan
yang adekuat
2. Diagnosa 2
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik.
Tujuan/ Hasil Kriteria Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda 1. Mendokumetasikan
tindakan selama 1x24 vital, catat adanya tanda vital mengecek
jam pasien diharapkan perubahan TD perkembangan tanda
kebutuhan cairan atau ortostatik. vital normal.
hidrasi pasien terpenuhi, 2. Pantau pola nafas 2. Memantau
dengan kriteria hasil : seperti adanya ketidakefektifan
Pasien menunjukkan pernafasan kusmaul. pola/jalan nafas.
hidrasi yang adekuat 3. Kaji frekuensi dan 3. Menilai kemampuan
dibuktikan oleh kualitas pernafasan, bernafas pasien.
tanda vital stabil, penggunaan otot bantu
nadi perifer dapat nafas.
diraba, turgor kulit 4. Kaji nadi perifer, 4. Menilai stabilisasi
dan pengisian kapiler pengisian kapiler, perifer.
baik, haluaran urin turgor kulit dan
tepat secara individu membran mukosa.
dan kadar elektrolit 5. Pertahankan untuk 5. Mempertahankan
dalam batas normal. memberikan cairan asupan cairan batas
paling sedikit 2500 toleransi.
ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi
jantung
6. Catat hal-hal seperti 6. Mengetahui ada
mual, muntah dan perubahan sistem
distensi lambung. pencernaan.
7. Observasi adanya 7. Memantau defisiensi
kelelahan yang metabolisme tubuh.
meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi
tidak teratur
8. Kolaborasi : berikan 8. Meningkatkan
terapi cairan normal kebutuhan cairan
salin dengan atau adekuat.
tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan
laboratorium (Ht,
BUN, Na, K)
3. Diagnosa 3
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Kaji luka, adanya 1. Mencegah infeksi.
tindakan selama 2x 24 epitelisasi, perubahan
jam pasien diharapkan warna, edema, dan
gangguan integritas kulit discharge, frekuensi
dapat berkurang atau ganti balut.
menunjukkan 2. Kaji tanda vital. 2. Mendokumetasikan
penyembuhan, dengan tanda vital mengecek
kriteria hasil : perkembangan tanda
Kondisi luka vital normal.
menunjukkan adanya 3. Kaji adanya nyeri. 3. Menilai nyeri
perbaikan jaringan 4. Lakukan perawatan 4. Memperbaiki keadaan
dan tidak terinfeksi luka. luka.
5. Kolaborasi pemberian 5. Menurunkan/
insulin dan medikasi. menormalkan glukosa
darah
6. Kolaborasi pemberian 6. Mencegah infeksi
antibiotik sesuai patogen
indikasi
4. Diagnosa 4
Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi
penglihatan
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Hindarkan lantai yang 1. Menghindari
tindakan selama 1x 24 licin. terjadinya cedera
jam pasien diharapkan 2. Gunakan bed yang 2. Bed yang rendah
tidak mengalami injury, rendah. meminimalisir pasien
dengan kriteria hasil : jatuh tanpa tekanan
- pasien dapat yang berat.
memenuhi 3. Orientasikan klien 3. Klien dapat
kebutuhannya tanpa dengan ruangan. mengetahui tempat
mengalami injury yang mengancam
keselamatannya.
4. Bantu klien dalam 4. R/membatu aktivitas
melakukan aktivitas klien.
sehari-hari.
5. Bantu pasien dalam 5. Meminimalisir
ambulasi atau dekubitus.
perubahan posisi.
2.6 Analisis Jurnal
A. Jurnal I
Menurut jurnal yang berjudul “Pemantauan Penderita Diabetes
Melitus oleh F.Y Widodo tahun 2014 Diabetes mellitus adalah
penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia, yang disebabkan
oleh karena gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau
keduanya. Hiperglikemia yang kronis akan mengakibatkan disfungsi
dan kerusakan berbagai organ, misalnya pada mata, ginjal, syaraf,
jantung, dan pembuluh darah. Jurnal ini membahas tentang
pemantauan penderita diabetes mellitus berdasakan pemeriksaan
laboratorium. Kadar glukosa darah pada keadaan pos-absorbsi
berkisar antara 4,5 – 5,5 mmol/l (80 – 100 mg/dl). Setelah makan
makanan yang mengandung tinggi karbohidrat, akan naik menjadi 6,5
– 7,2 mmol/l (120 – 130 mg/dl). Saat puasa, kadar glukosa darah turun
hingga 3,3 – 3,9 mmol/l (60 – 70 mg/dl) . Kontrol glikemik terhadap
komplikasi yaitu dapat digunakan kontrol/ pantau tekanan darah,
pemantauan profil lipid, pemantauan nefropati diabetes, pemantauan
retinopati, pemantauan neuropati, pemantauan ulkus, disfunfi ereksi,
dan perlemakan hati. Dapat disimpulkan tujuan dari pengobatan (baik
nonfarmakologis maupun farmakologis) dan pemantauan terus
menerus pada pendertia diabetes adalah :
1. Meningkatkan harapan hidup penderita dengan kualitas hidup
yang optimal, sehingga penderita tetap produktif, serta dapat
berfungsi dan berperan aktif dalam masyarakat.
2. Menekan komplikasi yang mungkin timbul.
3. Menekan biaya perawatan. Pemantauan yang harus dilakukan
terhadap penderita diabetes adalah:
a) Target untuk glukosa darah puasa antara 72 – 125 mg/dl, dan 2
jam setelah makan antara 90 – 180 mg/dl.
b) Kadar HbA1c / A1C < 6,5%
c) Tekanan darah <130/80mmHg.
d) Kadar kolesterol LDL < 100 mg/dl, kolesterol HDL > 40
mg/dl pada pria, dan > 50 mg/dl pada wanita, dan Trigliserida
< 150 mg/dl.
e) Albumin Kreatinin Ratio < 30 ug/mg kreatinin; eGFR > 60
ml/min.
f) Transaminase hati harus dalam batas normal.
g) Pemeriksaan mata dan neurologis berkala.
B. Jurnal II
Menurut jurnal “Hyperglycemic Cryses: Dybetic Ketoacidosis
(DKA), and Hyperglycemic Hyperosmolar State (HHS) oleh
Gosmanov AR, Gosmanova EO Kitabchi AE . Hyperglycemic Cryses:
Dybetic Ketoacidosis (DKA) dan hyperglycemic hyperosmolar State
(HHS) adalah komplikasi metabolik akut diabetes melitus yang dapat
terjadi pada pasien dengan diabetes multipel tipe 1 dan 2. Diagnosis
yang tepat waktu, evaluasi klinis dan biokimia yang komrehensif, dan
manajemen yang efektif adalah kunci keberhasilan resolusi KAD &
HHS. Komponen penting dari manajemen krisis hiperglikemik
termasuk koordinasi resusitasi cairan, terapi insulin, dan pergantian
terapi elektrolit bersama dengan pemantauan pasien terus menerus
menggunakan alat laboratorium yang tersedia untuk memprediksi
resolusi krisis hiperglikemik. Di DKA, ada perubahan berat
karbohidrat, protein, dan metabolisme lipid. Secara umum tubuh
digeser kedalam keadaan katabolik utama dengan pemecahan
simpanan glikogen, hidrolisis trigliserida, dari jaringan adiposa, dan
mobilisasi aminoacid dari otot. Pelepasan trigliserida dan asam amino
dari jaringan perifer akan menjadi subtrat untuk produksi glukosa dan
keton tubuh oleh hati. Produksi hiperglikemia dan keton tubuh
memainkan peran sentral dalam mengembangkan dekompensasi
metabolik ini.
Hiperglikemia pada DKA adalah hasil dari tiga kejadian :
peningkatan glukogenesis, peningkatan glikogenesis, dan penurunan
pemanfaatan glukosa oleh hati, otot dan lemak. Insulinopenia dan
peningkatan kadar kortisol juga menyebabkan pergeseran dari sintesis
protein menjadi proteolisis dengan peningkatan produksi asam amino
(alanin dan glutamin), yang selanjutnya menjadi substrat untuk
glukonegenesis. Selanjutnya glikogen diotot dikatabolisme menjadi
asam laktat melalui glikogenesis. Asam laktat diangkut ke hati dalam
siklus Cori dimana ia berfunfsi sebagai kerangka karbon untuk
glukoneogenesis. Peningkatan kadar glukagon, katekolamin, dan
kortisol dengan insulinopenia bersamaan merangsang enzim
gluconeogenic, terutama phospoenol pyruvate carboxykinase
(PEPCK). Penurunan kadar glukosa semakin dibesar-besarkan oleh
peningkatan kadar katekolamin dan FFA yang bersirkulasi.
C. Jurnal III
Menurut jurnal “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ketoasidosis Diabetik Berulang : Laporan Kasus Berbasis Bukti Oleh
Fabianto Santoso, Pradana Soewendo, Indah Suci Widyahening,
Wismandri Wisnu Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah suatu kondisi
gawat darurat yang merupakan komplikasi dari diabetes melitus
dengan tanda hiperglikemia, asidosis, dan ketosis. Kejadian KAD
berkisar antara 4 hingga 8 kasus untuk 1000 pasien diabetes dengan
angka kematian sebesar 0,5 hingga 7%. Didapatkan hasil dari
pencarian 3 literatur menemukan 3 artikel studi observasional. Pada
artikel pertama ditemukan pasien KAD berulang memiliki faktor
pencetus berupa ketidakpatuhan penggunaa insulin (78%), infeksi
(16%), penyakit non infeksi (3%), dan hal lainnya (3%). Hasil
penelitian kedua yang didapatkan tidak jauh berbeda (80%) pasien
tidak patuh dalam penggunaan isulin, (20%) faktor finansial, (5%)
pasien akibat masalah teknis. Artikel ke tiga menunjukan faktor
pencetus paling banyak karena KAD berulang pada pasien diabetes
melites tipe 1 dan 2 adalah infeksi dibandingkan dengan
ketidakpatuhan menggunakan insulin. Kesimpulan : artikel artikel
yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan ini tidak banyak kriteria
tingkat bukti yang cukup rendah. Berdasarkan artikel yang ada, faktor
pencetus tersering KAD berulang adalah ketidakpatuhan minum obat
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan salah satu komplikasi
akut DM akibat defisiensi hormon insulin yang tidak dikenal, dan bila
tidak mendapat pengobatan segera akan menyebabkan kematian. Ada tiga
gambaran klinis yang paling penting pada diabetes ketoasidosis yaitu,
dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis. Dehidrasi disebabkan
mekanisme ginjal dimana tubuh menjadi hiperglikemia, sehingga ginjal
mensekresikan menjadi poliuri. Kehilangan elektrolit merupakan
kompensasi dari defisiensi insulin, sedangkan asidosis adalah peningkatan
Ph diiringi oleh penumpukan benda keton dalam tubuh. Keadaan
ketoasidosis memerlukan banyak pengontolan dan pemantauan insulin dan
cairan elektrolit agar tidak terjadi komplikasi yang sulit ditanggulangi
Hiperosmolarnonketotik (HONK) adalah sindrom yang berkaitan
dengan kekurangan insulin secara relatif, paling sering terjadi pada
penderita NIDDM . Angka kematian HONK biasanya lebih tinggi
daripada diabetik ketoasidosis, karena pasien HONK kebanyakan usianya
tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Hiperosmolarnonketotik
(HONK) menggambarkan kekurangan hormon insulindan kelebihan
hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan
glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi penumpukan glukosa di plasma.
Peningkatan hormon glukagon ini menyebabka glykogenolisis yang dapat
yang akhirnya meningkatkan kadar glukosa dalam plasma. Peningkatan
glukosa menyebabkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan
menarik cairan intraseluler ke dalam intravaskular, yang menurunkan
volume cairan intraseluler.
3.2. Saran