EDWIN SAPUTRO
G3A017176
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen)
lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan
irreversible (Smeltzer and Bare, 2002; Lewis, et al, 2011). Pasien gagal
kejadian gagal ginjal di dunia secara global mencapai lebih dari 500 juta
mencapai 1,5 juta orang. (Beverly & Akhemona, 2012; Collins A.J, 2008).
2
prevalensi gagal ginjal diperkirakan 400/1 juta penduduk dan angka
penderita gagal ginjal di Indonesia sekitar 150 ribu orang dan yang
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau pasien
dengan penyakit ginjal stadium terminal (End Stage Renal Disease) yang
pembuluh darah (AV Shunt atau Femoral) sebagai sarana untuk menghubungkan
antara sirkulasi vaskular dan mesin dialisa selama proses HD (Daugirdas, Blake
psikologis berupa kecemasan dan fisik berupa rasa nyeri akibat insersi jarum
menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit dan juga pembuluh darah. Keadaan
3
kalium. Substansi tersebut menyebabkan nociceptor bereaksi, apabila nociceptor
mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls saraf yang akan dibawa oleh
serabut saraf perifer Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. IX, No. 2,
September 2016 52 hingga transmisi saraf berakhir di pusat otak, maka individu
akan mempersepsikan nyeri pada area kanulasi (Perry & Potter, 2006).
memiliki fungsi, seperti pada nyeri kronik (Carpenito, 2007). Respon nyeri
uataupun actual. Pengkajian yang teliti dan tepat diperlukan untuk mengetahui
skala nyeri agar dapat diatasi dengan tindakan yang tepat (D’Arcy, 2007).
Numerical Rating Scale adalah suatu alat ukur yang meminta pasien
untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala
numeral dari 0 – 10. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 berarti “severe pain”
(nyeri hebat). Menurut Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR,
1992) menyatakan bahwa skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji
didapatkan data bahwa 100% pasien merasakan nyeri saat kanulasi (inlet-
outlet) akses femoral walaupun sudah lebih dari 3 kali tindakan HD. Hasil
4
kanulasi HD dengan skala nyeri pada akses outlet berada pada rentang 4-5
dengan nilai rata-rata 4,67 dan skala nyeri saat akses inlet pada rentang 6-7
dan panas (aplikasi panas dan dingin), teknik relaksasi dan distraksi,
5
kanulasi intravena (Movahendi, Rostami, Salsali, Kelkhaee & Moradi,
antara ibu jari dan jari telunjuk pada daerah kontralateral tindakan kanulasi
HD, efektif untuk mengontrol nyeri saat kanulasi HD dengan nilai P 0,001
B. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
6
BAB II
KONSEP DASAR
kerusakan pada filtrasi dan sekresi ginjal akan berujung pada gagal ginjal
kronik atau disebut chronic kidney disease (CKD). Chronic kidney disease
berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen)
lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persistren
berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen
lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan
7
cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang
akhirnya mencapai puncak dari sindrom klinis disebut uremia (Whaley &
Wong, 2002).
Gagal ginjal kronis suatu penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
B. ETIOLOGI
amiloidosis.
8
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.
C. PATOFISIOLOGI
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
9
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
Klasifikasi
serum meningkat.
mL/menit/1,73m2
29mL/menit/1,73m2
10
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance
72 x creatini serum
D. MANIFESTASI KLINIK
a. Gangguan kardiovaskuler
b. Gannguan Pulmoner
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
ammonia.
11
d. Gangguan muskuloskeletal
e. Gangguan Integumen
dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
hipokalsemia.
h. System hematologi
12
E. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
b. Dialysis
- Peritoneal dialysis
Dialysis )
- Hemodialisis
ke jantung )
c. Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
13
F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DASAR
Umum
a. Airway
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk
mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut
b. Breathing
1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
2) Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi
oksigen
c. Circulation
1) Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill,
sianosis pada kuku, bibir)
2) Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek
terhadap cahaya
3) Monitoring tanda – tanda vital
4) Pemberian cairan dan elektrolit
5) Monitoring intake dan output
14
2. Patways Keperawatan
Anemia
GFR
GGK
Tekanan kapiler
Sindrom uremia Produksi Hb
Volume interstisial
Gg keseimbangan asam Urokom tertimbun di kulit Suplai nutrisi dalam darah
basa Perpospatemia Edema
Perubahan warna kulit Gangguan nutrisi
Produksi asam Pruritis Pre load
lambung naik
Oksihemoglobulin
Kerusakan integritas kulit Bebanjantung
Mual/muntah anemia
Kaliper paru naik
Ketidakseimbangan Keletihan
Edema paru
nurtisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan pertukaran gas
Nyeri
16
3. Diagnosa Keperawatan
4. Fokus Intervensi
Intervensi:
- Timbang BB harian
17
- Kaji edema perifer dan distensi vena leher
normal
Intervensi:
18
beristirahat secara cukup dan mampu melakuakan kembali
Intervensi:
dapat ditoleransi
Intervensi:
19
- Pertahankan linen bebas dari lipatan
intervensi:
- Pantau TTV
- Gunakan tehnik cuci tangan yang baik dan ajarkan pada pasien
tentang gagal ginjal, batasan diet dan cairan dan rencana kontrol,
20
Intervensi:
G. NYERI
1. PENGERTIAN NYERI
Pain); awitan yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
21
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung hingga
2. FISIOLOGIS NYERI
1. Resepsi
impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut syaraf perifer serabut
syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis yaitu,
22
2. Persepsi
area otak, termasuk korteks sensori dan korteks asosiasi (dikedua lobus
berakhir didalam pusat otak yang lebih tinggi, maka individu akan
3. Reaksi
A. Respon Fisiologis
rate
- Diaphoresis
23
- Peningkatan kekuatan otot
- Dilatasi pupil
- Muka pucat
- Otot mengeras
- Penurunan hr dan bp
mendengkur)
nyeri).
24
3. ETIOLOGI NYERI
1. Trauma
Chemis (zat kimia yang bersifat asam dan basa serta iritasi dan korosif
lainnya)
Elektris (listrik)
saluran tubuh
4. KLASIFIKASI NYERI
25
Klien tapak gelisah dan cemas Klien tampak depresi dan menarik
diri
terkilir, keseleo.
26
7 : Sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan
sadarkan diri akibat rasa nyeri yang sangat luar biasa seperi pada
kelompok yaitu:
27
3. Skala nyeri 7 - 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga
aktivitas mandiri.
28
VAS merupakan metode pengukuran intensitas nyeri yang sensitif,
murah dan mudah dibuat, VAS lebih sensitif dan lebih akurat dalam
dapat digunakan untuk mengukur semua jenis nyeri namun VAS juga
pengukuran.
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata yang
29
sepanjang garis. Kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan
tingkat nyeri di urutkan dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak
tertahankan.
mewakili nyeri yang paling ekstrim. NRS ditandai dengan garis angka
30
BAB III
TELAAH JURNAL
A. JUDUL
HEMODIALISIS
B. PENELITI
C. TEMPAT PENELLITIAN
D. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan desain “Pre Test and Post
Test Group Design”. Pada penelitian ini yang menjadi populasi target
pemberian kompres, responden dilakukan pre test (diukur skala nyeri saat
31
perlakuan pertama diberi kompres dingin selama 3 menit, lalu dilakukan
bahwa nilai rata-rata nyeri responden saat kanulasi inlet akses femoral HD
tanpa intervensi 6,45 dengan nilai tengah 7, skala nyeri terendah 4 dan
kanulasi hemodialisis.
NURSING PRACTICE
jaringan yang bersifat potensial uataupun actual. Pengkajian yang teliti dan
32
tepat diperlukan untuk mengetahui skala nyeri agar dapat diatasi dengan
nyeri, maka akan timbul impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf
perifer hingga transmisi saraf berakhir di pusat otak, maka individu akan
33
G. JUSTIFIKASI
Kanulasi femoral
Nociceptor bereaksi
Impuls ke otak
Persepsi nyeri
Nyeri akut
Kompres dingin
dilakukan
menit.
6. Kaji skala nyeri klien saat dilakukan inlet akses femoral menggunakan
34
BAB IV
A. PENGKAJIAN FOKUS
Nama : Tn. W
Umur : 51 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
No. RM : 466480
1. Keluhan utama
35
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pemeriksaan fisik
Tn. W
Px fisik Hasil
TD 140/90
N 90
RR 24
BB 77
Mesocepal, tidak ada nyeri
Kepala
kepala.
Rambut pendek, kulit kepala
bersih, distribusi rambut merata,
Rambut
rambut hitam sedikit putih, tidak
mudah dicabut.
Pupil isokor,
Tekanan intraokuler : tidak ada
nyri tekan
Mata
Konjungtiva anemis
Mata kanan mengalami
kebutaan akibat diabetes
Tidak ada peningkatan vena
Leher
jugularis
Hidung Tidak ada polip
Telinga Tidak ada impaksi serumen
Mulut Mukosa bibir kering
I : Napas cepat RR 24x/mnt.
Pengembangan dada simetris,
tidak ada pegeon chest, barell
chest.
Dada
P : suara sonor.
P : tidak ada nyeri tekan, taktil
fremitus positif
36
A : suara napas vesikuler.
tidak ada suara napas tambahan
6. Riwayat Psikososial
37
7.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hematologi
Kimia Klinik
Radiologi
dupleks
38
Analisa data
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
39
C. PATWAYS KEPERAWATAN KASUS
GFR
Tekanan kapiler
Tekanan interstisiel
Edema
CPO
RAA
Hemodialisa
Kanulasi Femoral
40
Kerusakan lapisan kulit dan pembuluh darah
Nociceptor bereaksi
Impuls ke otak
Persepsi nyeri
Nyeri akut
D. FOKUS INTERVENSI
41
Implementasi Keperawatan
42
Evaluasi
1 Senin 14 S :
- Klien mengatakan nyeri saat dilakukan
januari penusukan, nyeri dirasakan dengan skala
7, nyeri seperti ngenyut sampai kekepala,
2019 nyeri hilang setelah 1 menit
O:
- Klien tampak menahan nyeri
- Klien tampak tegang
- Klien tampak tegang menahan nhyeri
saat penusukan inlet access femoral
- Vital Sign : TD : 150/100 mmHg
- N: 87x/menit, RR: 23x/menit, S: 36,6oC
43
Implemestasi
44
- Mengajarkan teknik relaksasi
S:
- Klien mengatakan
sudah melakukan
tarik napas dalam
O:
- klien tampak
melakukan tarik
napas dalam saat
dilakukan inlet
access femoral
Evaluasi
2 Kamis S:
- Klien mengatakan tidak nyeri saat
17 dilakukan penusukan, skala nyeri 0
januari O:
- Klien tampak tidak menahan nyeri
2019 - Klien tampak tenang dan terdiam
- Klien tampak rileks seperti biasa saat
penusukan inlet access femoral
- Vital Sign : TD : 160/90 mmHg
- N: 84x/menit, RR: 21x/menit, S: 36,3oC
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Berikan kompres dingin pada area yang
akan di kanulasi (inlet accsess femoral)
- Kaji nyeri, lokasi karakteristik, durasi
dan frekuensi
- Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
- Observasi Vital Sign
- Ajarkan teknik relaksasi
45
Imlementasi
46
penusukan inlet
access femoral
Evaluasi
3 Senin 21 S :
- Klien mengatakan tidak nyeri saat
januari dilakukan penusukan, skala nyeri 0
O:
2019 - Klien tampak tidak menahan nyeri
- Klien tampak tenang tidak merasakan
nyeri sama sekali
- Klien tampak rileks seperti biasa saat
penusukan inlet access femoral
- Vital Sign : TD : 140/100 mmHg
- N: 86x/menit, RR: 21x/menit, S: 36,5oC
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan intervensi
- Berikan kompres dingin pada area yang
akan di kanulasi (inlet accsess femoral)
- Kaji nyeri, lokasi karakteristik, durasi
dan frekuensi
- Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
- Observasi Vital Sign
- Ajarkan teknik relaksasi
47
BAB V
A. Identitas Klien
Nama : Tn. W
Umur : 51 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
No. RM :466480
B. Data Fokus
48
hilang setelah 1 menit
Do :
- Klien tampak menahan
nyeri saat dilakukan
pemasangan inlet access
femoral tanpa dilakukan
kompres dingin
- Raut wajah tegang
ketika dilakukan
pemasangan inlet access
femoral tanpa kompres
dingin
DIAPLIKASIKAN
49
5. Melakukan pemasangan inlet access femoral pada bagian yang telah
dikompres dingin
dikompres dingin
50
BAB VI
A. Hasil
Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua Pertemuan Ketiga
Ds : Ds : Ds :
- Klien - Klien - Klien
mengatakan mengatakan mengatakan
nyeri saat tidak nyeri tidak nyeri
dilakukan sama sekali saat sama sekali saat
penusukan inlet dilakukan dilakukan
access femoral.. penusukan inlet penusukan inlet
access femoral. access femoral.
- Nyeri dirasakan
dengan skala 7, - Klien - Klien
nyeri seperti mengatakan mengatakan
ngenyut sampai skala nyeri 0 saat skala nyeri 0 saat
ke kepala, perih, dilakukan dilakukan
nyeri hilang penusukan jarum penusukan jarum
setelah 2 menit. pada area pada area
femoral femoral
Do :
Do : Do :
- Klien tampak
meringis - Klien tampak - Klien tampak
menahan nyeri tenang tidak terdiam tidak
saat dilakukan merasakan apa- merasakan apa-
penusukan apa, tidak ada apa, tidak ada
jarum inlet tanda-tanda tanda-tanda
access femoral raut wajah raut wajah
menahan nyeri menahan nyeri
saat dilakukan saat dilakukan
penusukan penusukan
jarum inlet jarum inlet
acces femoral acces femoral
51
B. Pembahasan
Hasil dari penggunaan kompres dingin pada Tn. W di ruang
pemasangan inlet femoral access klien mersakan nyeri dengan skala NRS
saat dilakukan pemsangan inlet acces femoral didapatkan hasil skala nyeri
skala nyeri pada saat dilakukan tindakan pemasangan inlet femoral access
52
BAB VII
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kompres dingin merupakan bentuk metode intervensi keperawatan
pemasangan inlet access femoral pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik
B. SARAN
Bagi Tenaga Kesehatan Perawat
Hemodialisa.
53
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberi pelayanan kesehatan dan
menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antar tim kesehatan maupun
kompres dingin pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang akan dilakukan
Bagi Penulis
Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang akan
pengalaman, wawasan dalam penurunan skala nyeri pada pasien yang akan
hemodialisa.
54
DAFTAR PUSTAKA
diagnostik. Jakarta.
MediAction.
Smeltzer, S., & Bare, B. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
55