STROKE HEMORAGIK
Disusun Oleh :
Jaclintus Mario Krisno
2265050125
Pembimbing :
dr. Marijanty Learny, Sp.S
Disusun Oleh:
Jaclintus Mario Krisno
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
2265050125
…………………………………
Pembimbing:
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat, dan anugerahNya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul “Stroke Hemoragik” dengan baik.
Penulisan referat ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Saraf di Departemen Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu.
Saya menyadari bahwa tanpa arahan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, referat ini
tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Marijanty Learny, Sp.S selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk
membimbing dengan sabar, memberikan arahan dan masukan sehingga referat ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan
penulisan ini.
Saya berharap semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke menempati peringkat pertama dan sangat penting dari semua kasus penyakit
neurologi pada orang dewasa. Stroke terdiri dari dua kategori, yaitu iskemik dan hemoragik.
Pada kondisi stroke iskemik, terjadi oklusi dari pembuluh darah serebral dan menyebabkan
infark pada serebri. Sedangkan stroke hemoragik dibagi menjadi dua yaitu karena
intraserebral hemoragik atau subarachnoid hemoragik.1
Pada stroke hemoragik, perdarahan dapat terjadi langsung pada parenkim otak.
Mekanisme terjadinya perdarahan bersumber dari kebocoran arteri intraserebral kecil yang
rusak akibat hipertensi kronik. Stroke hemoragik lebih jarang terjadi dibandingkan stroke
iskemik (stroke karena trombosis atau emboli) ; suatu penelitian epidemiologi menyebutkan
hanya sekitar 8-18 % stroke merupakan hemoragik. Meskipun demikian, stroke hemoragik
berhubungan dengan tingginya angka mortalitas dibandingkan stroke iskemik.2,3,4
Kecenderungan prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan wawancara menunjukkan
kenaikan dari 8,3 per mil tahun 2007 menjadi 12,1 per mil. Terlihat kecenderungan menurun
yang cukup berarti di dua provinsi yaitu Kepulauan Riau dan Aceh, provinsi lainnya
cenderung meningkat.5
Gambar 1. Kecenderungan prevalensi stroke permil pada usia ≥ 15 tahun menurut provinsi
pada tahun 2007 dan 2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Epidemiologi
Berdasarkan data World Health Organization, persentase stroke pada populasi
Kaukasia yaitu 80% untuk stroke iskemik, 10%-15% stroke hemoragik tipe perdarahan
intraserebral (ICH), dan 5% stroke hemoragik tipe perdarahan subarachnoid (SAH). Studi
dari negara- negara Asia menyatakan bahwa proporsi perdarahan intraserebral (ICH) lebih
tinggi dibandingkan Kaukasia yaitu berkisar 20%-30%.6 Kecenderungan prevalensi stroke di
Indonesia berdasarkan wawancara menunjukkan kenaikan dari 8,3 per mil tahun 2007
menjadi 12,1 per mil. Terlihat kecenderungan menurun yang cukup berarti di dua provinsi
yaitu Kepulauan Riau dan Aceh, provinsi lainnya cenderung meningkat.5
II.5 Patofisiologi9
1. Perdarahan Intraserebral (ICH)
Perdarahan intraserebral (ICH) menggambarkan perdarahan intrakranial yang
terjadi langsung pada parenkim otak. Hal ini terutama disebabkan oleh hipertensi
kronis dan perubahan degeneratif pada arteri serebral. Dalam beberapa dekade
terakhir, dengan meningkatnya kesadaran akan kebutuhan untuk mengendalikan
tekanan darah, proporsi perdarahan yang disebabkan oleh penyebab selain hipertensi,
terutama antikoagulan, telah meningkat pesat sehingga lebih dari setengah perdarahan
terjadi pada individu normotensif, dan perdarahan lebih sering timbul di lokasi yang
tidak khas untuk hipertensi. Ekstravasasi darah ke dalam substansi otak membentuk
massa melingkar atau oval yang mengganggu jaringan dan volumenya dapat
bertambah jika pendarahan berlanjut. Jaringan otak yang berdekatan terdistorsi dan
terkompresi. Jika perdarahannya besar, struktur garis tengah (midline) bergeser ke sisi
berlawanan dari cranium dan pusat pengaktifan retikuler dan pernapasan terganggu,
yang dapat menyebabkan koma dan kematian.1
Hipertensi kronis dapat mengarah pada vaskulopati hipertensi, yang
menyebabkan perubahan degeneratif mikroskopik di dinding pembuluh kecil hingga
menengah, yang dikenal sebagai lipohyalinosis. Pada amiloid angiopati ditandai oleh
pengendapan amyloid-beta peptide di dinding pembuluh darah leptomeningeal dan
kortikal. Meskipun mekanisme yang mendasari akumulasi amiloid masih belum
diketahui, konsekuensi terakhirnya adalah perubahan degeneratif pada dinding
pembuluh yang ditandai dengan hilangnya sel otot polos, penebalan dinding,
penyempitan lumen, pembentukan mikroaneurisma, dan mikro hemoragik. Setelah
pecahnya pembuluh darah awal, hematoma menyebabkan cedera mekanis langsung
pada parenkim otak. Edema perihematoma berkembang dalam 3 jam pertama dari
onset gejala dan puncaknya antara 10 dan 20 hari. Selanjutnya, produk darah dan
plasma menengahi proses cedera sekunder, termasuk respons inflamasi, aktivasi
kaskade koagulasi, dan deposisi besi dari degradasi hemoglobin. Akhirnya, hematoma
dapat terus berkembang hingga 38% pasien selama 24 jam pertama.
II.7 Diagnosis13
1. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan saat pasien dicurigai stroke saat masuk ke unit
gawat darurat:
- Elektrokardiogram (EKG)
- Pencitraan: CT Scan Non Kontras atau MRI
- Pemeriksaan laboratorium darah, meliputi:
a. Hematologi rutin
b. Gula darah sewaktu
c. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
d. Activated Partial Thrombin Time (APTT)
e. Prothrombin Time (PT)
f. Profil lipid
g. C-Reactive Protein (CRP)
h. Laju Endap Darah
i. Pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim jantung (troponin / CKMB),
serum elektrolit, analisis hepatik, dan pemeriksaan elektrolit
j. Pemeriksaan tambahan yang disesuaikan dengan indikasi (sebagian
dapat dapat dilakukan diruang rawat) meliputi ekokardiografi
(transthoracic clan atau transesophageal), foto rontgen dada, saturasi
oksigen dan analisis gas darah, pungsi lumbal jika dicurigai adanya
perdarahan subaraknoid dan CT scan tidak ditemukan adanya
perdarahan, EEG jika dicurigai adanya kejang, dan skrining
toksikologi (alkohol, kecanduan obat)
Pembacaan:
Skor > 1 → Stroke Hemoragik
Skor < 1 → Stroke Non Hemoragik
Skor antara -1 dan 1 → Borderline
3. National Institute of Health Stroke Scale
II.9 Komplikasi
1. Perdarahan Intraserebral15
- Edema perihematoma dengan peningkatan TIK
- Perluasan perdarahan
- Perdarahan intraventrikuler disertai hidrosefalus
- Kejang
- Demam
- Infeksi
- Defisit neurologis
2. Perdarahan Subarachnoid2,8,16
- Perdarahan ulang (hari pertama 15%, satu bulan pertama 40%, setelah 6 bulan
3% pertahun)
- Iskemia serebral (immediate/delayed); karena peningkatan tekanan
intrakranial dan tekanan perfusi serebral yang berkurang
- Hidrosefalus
- Defisit neurologis
- Kejang
- Hiponatremia atau hipomagnesemia
II.10 Prognosis
5. Prosedur/Operasi
a. Penanganan dan pemantauan tekanan intrakranial
- Pasien dengan skor GCS <8, dengan tanda klinis herniasi
transtentorial,atau dengan perdarahan intraventrikuler yang luas atau
hidrosefalus, dapat dipertimbangkan untuk penanganan dan
pemantauan tekanan intrakranial. Tekanan perfusi otak 50-70 mmHg
dapat dipertahankan tergantung pada status autoregulasi otak.
- Drainase ventrikular sebagai tatalaksana hidrosefalus dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
b. Evakuasi hematom
- Pasien dengan perburukan neurologis, kompresi batang otak,
hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel sebaiknya menjalani operasi
evakuasi bekuan darah secepatnya
- Pada pasien dengan bekuan darah di lobus > 30 ml dan terdapat di 1
cm dari permukaan, evakuasi perdarahan intrakranial supratentorial
dengan kraniotomi standar dipertimbangkan
6. Rehabilitasi dan pemulihan
Rehabilitasi secara multidisiplin dilakukan untuk menangani kecacatan yang
serius dan kompleks akibat perdarahan intrakranial. Rehabilitasi dapat dilakukan
sedini mungkin dan berlanjut di sarana rehabilitasi komunitas, agar tercapai
koordinasi yang baik dari perawatan berbasis RS dan perawatan berbasis rumah
(home care)
1. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor’s Principles of Neurology.
10th edition. McGraw Hill Education;2014.
2. Liebeskind DS, Schraga ED, O’Connor RE, Huff JS, Kirshner HS, Krause RS, et al.
Hemorrhagic Stroke. Accessed; July 25th 2017. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1916662-overview#a3.
3. Feigin VL, Lawes CM, Bennett DA, Anderson CS. Stroke epidemiology: a review of
population-based studies of incidence, prevalence, and case-fatality in the late 20th
century. Lancet Neurol. 2003 Jan. 2(1):43-53.
4. Broderick J, Connolly S, Feldmann E, Hanley D, Kase C, Krieger D, et al. Guidelines
for the management of spontaneous intracerebral hemorrhage in adults: 2007 update:
a guideline from the American Heart Association/American Stroke Association
Stroke Council, High Blood Pressure Research Council, and the Quality of Care and
Outcomes in Research Interdisciplinary Working Group. Circulation. 2007 Oct 16.
116(16):e391-413.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Available from:
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
6. Truelsen T, Begg S, Mathers C. The global burden of cerebrovascular disease. 2000.
7. Drislane FW, Benatar M, Chang BS, Acosta J, Taruli A, Caplan LR. Blueprints
Neurology. 3rd edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2009.
8. Lemonick DM. Subarachnoid hemorrhage: state of the artery. American Journal of
Clinical Medicine. 2010.
9. Caceres JA, Goldstein JN. Intracranial Hemorrhage. Emerg Med Clin North Am.
2012. August; 30(3): 771-794.
10. Magistris F, Bazak S, Martin J. Intracerebral Hemorrhage: Pathophysiology,
Diagnosis and Management. McMaster University Medical Journal Vol 10 No 1.
Available from:
https://pdfs.semanticscholar.org/dd6e/3f675e5f91884-115c3df2c48d53de4e284af.pdf
11. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview. Access on: July 26, 2017.
12. MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Accessed; July 25 2017. Available from:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html
13. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Guideline
Stroke 2011. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta,
2011.
14. Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan perdarahan
intraserebral supratentorial dari infark. Accessed; July 24 2017. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1670347/
15. Balami JS, Buchan AM. Complication of intracerebral hemorrhage. Lancet Neurol.
2012 Jan;11(1):101-18. doi: 10.1016/S1474-4422(11)70264-2.
16. Al-shahi R, White PM, Davenport RJ, Lindsay KW. Clinical Review: Subarachnoid
Hemorrhage. British Med J. Vol 333. 2006.