Kelompok 6 :
Kelas 3B
COVER
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang
“Asuhan Keperawatan Hiperglikemia”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah
berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun penulis pun
menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia
biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf. Kritik dan saran
dari dosen pengajar maupun dari pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR ...................................................................................... 3
A. Pengertian ..................................................................................................... 3
B. Etiologi ......................................................................................................... 3
C. Klasifikasi .................................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinik ........................................................................................ 4
E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 5
F. Pathway ........................................................................................................ 7
G. Komplikasi ................................................................................................... 8
H. Penatalaksanaan ........................................................................................... 8
I. Masalah Keperawatan .................................................................................. 8
J. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 11
K. Tujuan dan Intervensi Keperawatan........................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 20
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 20
B. SARAN ...................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah suatu gangguan pada metabolisme
karbohidrat, lipid, dan protein dengan berbagai penyebab dan merupakan
suatu penyakit yang kronik. Seseorang dengan DM memiliki kadar
glukosa darah yang tinggi atau disebut hiperglikemia (National Instititues
of Health, 2014). Diabetes melitus terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu DM
tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 dikarakterisasi dengan
ketidakmampuan produksi in-sulin karena kerusakan sel pankreas akibat
reaksi autoimun (Diabetes UK, 2014), sedangkan DM tipe2 merupakan
penyakit yang melibatkan beberapa patofisiologi, termasuk gangguan
fungsi pulau Langer-hans dan resistensi insulin yang menghasilkan
gangguan toleransi glukosa dan produksi glukosa hepatik puasa yang
tinggi (World Health Organiza-tion, 2010).
Prevalensi DM diperkirakan pada orang dewasa berusia antara 20
sampai 79 tahun. Jumlah penderita DM pada tahun 2012 di seluruh dunia
mencapai 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95%
dan hanya 5% dari jumlah tersebut yang menderita DM tipe 1 (Diabetes
UK, 2014). Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah
penyandang DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China, dan India.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang DM
di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan
pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta
penyandang DM dengan tingkat prevalensi 14,7% untuk daerah urban dan
7,2% daerah rural. Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes DM di Indonesia dari
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030
(pdpersi, 2011).
1
Diabetes mellitus menyebabkan peningkatan insiden kesakitan dan
kematian di seluruh dunia akibat komplikasi hiperglikemia. Hiperglikemia
merangsang pelepasan superoksida (O2-) di tingkat mitokondria yang
merupakan pemicu awal timbulnya stresoksidatif pada penderita DM tipe
2. Komplikasi hiperglikemia jangka panjang berhubungan dengan risiko
trombosis, aterosklerosis, dan penyakit kardiovaskuler. Tujuh puluh
sampai delapan puluh persen penderita DM meninggal karena penyakit
vaskuler (Wahyuni, 2011).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hiperglikemia
2. Untuk mengetahui etiologi hiperglikemia
3. Untuk mengetahui klasifikasi hiperglikemia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik hiperglikemia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hiperglikemia
6. Untuk mengetahui patofisiologi hiperglikemia
7. Untuk mengetahui komplikasi hiperglikemia
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis hiperglikemia
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperglikemia
2
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hiperglikemi adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak
atau berlebihan yang artinya akan menjadi penyakit yang disebut diabetus
melitus yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormon
insulin akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar
menembus dinding sel. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi
dan polifogia serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur
(Nabyl, 2009).
Hiperglikemia yang tidak dikontrol secara terus menerus akan
berkembang menjadi penyakit diabetus melitus dan merupakan faktor
resiko untuk penyakit metabolik lainnya. Sebagian besar dewasa muda
usia 20 – 30 tahun dengan IMT > 23 kg/m2 mempunyai kadar glukosa
darah sesaat normal (Kasengke, 2015)
B. Etiologi
1. Predisposisi
a. Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands
b. Kerusakan sel Beta
c. Pengangkatan pankreas
d. Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis
dan tumor otak (khususnya yang berlokasi didekat pituitary
glands)
e. Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit
(tidak cukup)
f. Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel
tubuh tidak dapat merespon rangsangan dari insulin untuk
mengambil glukosa dalam darah
2. Presipitasi
a. Usia
3
b. Overweight
c. Hereditas (anggota keluarga yang memiliki riwayat
hiperglikemia)
d. Faktor imunologi (respon autoimun, dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing) (John,
Ratery et al,. 2009)
C. Klasifikasi
1. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula
darah dalam level >126 mg/dl untuk gula darah puasa.
2. Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk
gula darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa
adanya hypoglikemic medication. Pada hiperglikemia kronis sudah
harus dilakukan tindakan dengan segera, karena dapat
meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal, kerusakan
neurologi, jantung, retina, ekstremitas dan diabetic neuropathy
merupakan hasil dari hiperglikemi jangka panjang. (Frier, BM et
al,. 2004).
D. Manifestasi Klinik
1. Hiperglikemia sedang
Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang
bermakna, namun seseorang yang memiliki hiperglikemia akut
biasanya mengalami osmotik dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi
karena kontrol gula darah yang rendah.
2. Hiperglikemia berat
Pada hiperglikemia kronis, biasanya seseorang sudah memiliki
tanda gejala yang bermakna diantaranya (Jauch Chara K, et al,.
2007). :
4
a. Polyphagia (Peningkatan frekuensi makan karena sering
lapar)
b. Polydipsia (Peningkatan frekuensi minum karena sering
haus)
c. Polyuria (Peigkatan urinary)
d. Blurred vision (penglihatan kabur
e. Fatigue (sleepiness) (Kelelahan)
f. Weight loss (Kehilangan berat badan tanpa alasan)
g. Poor wound healing (Proses penyembuhan luka lama)
h. Dry mouth (Mulut kering)
i. Dry or itchy skin (Kulit kering atau gatal)
j. Tingling in feet or heels (Kesemutan pada ekstremitas)
k. Erectile dysfunction (Disfungsi ereksi)
l. Recurrent infections, external ear infections (swimmer's
ear) (Rentan terhadap infeksi)
m. Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)
n. Stupor (Kejang)
o. Coma (Koma)
p. Seizures (Pingsan)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/ dl, atau lebih
2. Aseton plasma: positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/ l
5. Elektrolit
a. Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
b. Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan selular),
selanjutnya akan menurun
c. Fosfor: lebih sering menurun
5
d. Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal
e. Glukosa darah arteri: menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik)
f. Trombosit darah: hematokrit mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi
g. Ureum kreatinin: mungkin meningkat atau normal
h. Insulin darah: mungkin menurun atau bahkan tidak ada
i. Urine: gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolitas mungkin
meningkat
6
F. Pathway
7
G. Komplikasi
Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani
dengan tepat. Ketoasidosis merupakan salah satu komplikasi dari
hiperglikemia jangka panjang dimana tanda gejalanya antara lain: nafas
pendek, nafas bau buah, mual muntah dan mulut kering. Selain
ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat meningkatkan komplikasi pada
gagal jantung dan ginjal. Jika hiperglikemia terjadi lama hal ini dapat
menyebabkan penurunan aliran darah terutama pada kaki dan terjadi
kerusakan saraf, sehingga kaki mudah mendapat luka dan sulit sembuh
(Gangren).
H. Penatalaksanaan
1. Olahraga (namun jika gula darah diatas 240 mg/dl dan ketika
diperiksa terdapat keton dalam urin maka olahraga harus
dihentikan)
2. Diet rendah gula
3. Terapi insulin
4. Hyperglicemic medication
I. Masalah Keperawatan
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
S: Defisiensi Insulin
Pasien mengatakan mual dan muntah
Pasien mengatakan nyeri abdomen
Pasien mengatakan rasa penuh secara Glukoneogenesis
tiba-tiba Nutrisi Kurang dari
1.
O: kebutuhan tubuh
Nafas bau aseton Pucat Hb rendah Lemak
Penurunan nafsu makan Diare
Bising usus berlebihan
Konjungtiva anemis Ketogenesis
8
Ketonemia
Mual
Muntah
Anoreksia
Defisiensi
S: Insulin
Pasien mengatakan
sering haus
Hiperglikemia
Pasien mengatakan sering buang air
kecil
O: Glikosuria
Keton dalam urin BUN Kekurangan volume
Poliuri
9
DO: Hiperglikemi
Difisit imunologi
Leukosit naik
Gangguan pada bagian tubuh Glikosuria
Aterosklerosis
Makrovaskuler
Ekstremitas
Gangren
Kerusakan integritas
kulit
S: hiperglikemi
Resiko
Pasien mengatakan sering haus
ketidakseimbangan
Pasien mengatakan sering buang air
4. tubulus renalis tdak dapat elektrolit
O:
menyerap semua glukosa
Disfungsi endokrin
Ketidak seimbangan cairan
10
(dehidrasi) glikosuria
Kehilangan :
- Sodium
- Cl
- Potasium
- Fosfat
Hiperglikemia
S:
Pasien mengatakan lelah
Pasien mengatakan tidak tertarik
Protein negatif tidak
dengan lingkungan
seimbang
Pasien mengatakan
kurang energi
konsentrasi polifagia
O:
Pasien tampak penurunan
Energi <
kemampuan
Kurang energi
Pasien tampak letih
Fatigue
J. Diagnosa Keperawatan
11
a. Penurunan nafsu makan
b. Faktor biologi
c. Faktor ekonomi
d. Ketidakmampuan mencerna makanan
e. Ketidakmampuan menyediakan nutrisi adekuat
f. Faktor psikologis
g. Faktor kepercayaan
h. Faktor sosial budaya
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara
aktif
3. Kelelahan b.d
a. Anemia, status penyakit, malnutrisi, kondisi fisik yang buruk
dan ganggguan tidur
b. Psikologis: cemas, depresi dan stress
c. Lingkungan: kelembaban, cahaya, kebisingan dan suhu
4. Kerusakan integritas kulit b.d
a. Internal
a). Perubahan status cairan
b). Perubahan pigmentasi
c). Perubahan turgor
d). Ketidakseimbangan nutrisi
e). Penurunan imun
f). Kerusakan sirkulasi
g). Kerusakan sensasi
b. Eksteral
a) Substansi kimia
b) Faktor usia
c) Hipertermi
d) Hipotermi
e) Faktor mekanik
f) Obat-obatan
12
g) Kelembapan
h) Immobilisasi
i) Radiasi
13
Hb menurun dapat memperburuk
4. Monitor Hb keadaan pasien pasien akan
terlihat lemah
Berikan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman dan
5. nyaman bersih meningkatkan selera makan
dan bersih dan menurunkan mual muntah
Mengetahui status distribusi nutrisi
6. Monitor turgor kulit
ke kulit
Mengetahui penyebab, frekuensi
7. Monitor mual dan muntah
mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan Pucat, kekeringan pada
8. dan konjungtiva mengindikasikan
kekeringan pada konjugtiva kurang nutrisi dan O2
Informasikan kepada pasien
dan
Kepatuhan terhadap diet mencegah
9. keluarga tentang pentingnya
komplikasi
mematuhi diet yang telah
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk
Hiperglikemia membutuhkan status
10. menentukan jumlah kalori
nutrisi yang adekuat
dan
nutrisi yang dibutuhkan
pasien
Kolaborasi dengan dokter
11. Menurunkan mual dan muntah
pemberian anti emetik
Jika pasien rawat inap, maka IV
12. Pertahankan IV line line dipertahankan untuk
membantu nutrisi pasien
14
2. Kurang volume cairan
NOC :
- Keseimbangan cairan
- Hidrasi
- Status nutrisi: Intake makanan dan cairan
NIC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam deficit
volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:
- Mempertahankan urin output
- Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal (TD
90/60 – 120/90
mmHg), (Nadi 60-100 x/mnt) dan (Suhu 36,50-36,50C)
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi elastisitas turgor kulit
baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus
berlebihan
- Elektrolit dalam batas normal
- Intake oral dan intravena adekuat
- pH urin dalam batas normal
15
Moitor intake dan output setiap 8 Mengetahui apakah keluaran dan
5.
jam masukan seimbang atau belum
6. Berikan cairan oral Meningkatkan asupan cairan
Pasien yang mengalami fatigue dan
harus bed rest total maka
7. Pasang kateter urin jika perlu
diperlukan kateter dan berguna
untuk kultur urin
Kolaborasi
-Meningkatkan status hidrasi
-Pemberian IV line
-Hindari kelebihan volume
8. -Jika tanda cairan berlebih
cairan
muncul memburuk
3. Kelelahan
NOC :
- Toleran aktivitas
- Energy conservation
- Status nutrisi: energi
NIC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kelelahan pasien
teratasi dengan kriteria:
- Kemampuan aktivitas adekuat
- Mempertahankan nutrisi adekuat
- Keseimbangan aktivitas dan istirahat
- Menggunakan teknik energi konservasi
- Mempertahankan interaksi sosial
- Mengidentifikasi faktor fisik dan psikologis yang
menyebabkan kelelahan
16
Intervensi
No. Rasional
NIC: Energy Management
Monitor dan catat pola dan jumlah Kurang istirahat dapat
1.
tidur pasien menyebabkan kelelahan
Meminimalkan ketidaknyamanan
Monitor lokasi ketidaknyamanan
2. agar pasien tetap dapat
selama beraktivitas
beraktivitas
Status nutrisi yang buruk dapat
3. Monitor intake nutrisi pasien menjadi pemicu penurunan energi
pasien
Mencegah aktivitas yang
Catat aktivitas yang dapat
4. berlebihan agar energi pasien
meningkatkan kelelahan
tidak habis
Instruksikan pasien untuk mencatat tanda
5. Mengetahui gejala kelelahan
dan gejala kelelahan
Tetap melakukan aktivitas namun
Anjurkan manajemen aktivitas
ringan agar tidak terjadi
6. untuk mencegah kelelahan
komplikasi intoleran aktivitas
17
NIC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
kerusakan integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil:
- Integritas kulit yang baik bisa diperthankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kuli dan
mencegah
terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi kulit, mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatanalami
- Menunjukkan proses penyembuhan
Intervensi
No. Rasional
NIC: Pressure Management
Mengetahui jenis kebutuhan nutrisi
1. Monitor status nutrisi pasien
pasien
Monitor kulit akan adanya
2. Kemerahan mengindikasikan iritasi
kemerahan
Monitor aktivitas dan mobilisasi Immobilisasi / bed rest total
3.
pasien menyebabkan dekubitus
Observasi luka: lokasi, dimensi,
Mengetahui keparahan dan
kedalaman luka, karakteristik,
4. tindakan apa yang akan dilakukan
warna cairan, granulasi, jaringan
oleh perawat
nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal
Kaji lingkungan yang dapat Menghindari resiko infeksi
5.
memperparah luka berulang
6. Cegah kontaminasi Menghindari infeksi
7. Anjurkan pasien untuk Menjaga agar kulit atau luka tidak
18
menggunakan pakaian yang tertekan
longgar
Oleskan lotion pada daerah yang
8. Memberikan kelembaban
tertekan
9. Membersihkan area luka Mencegah kontaminasi
Keluarga dapat memberikan
Ajarkan keluarga cara merawat
10. perawatan primer kepada pasien
luka
ketika pasien pulang dari RS
11. Lakukan teknik perawatan steril Mencegah kontaminasi
Kolaborasi
-Meminimalkan kontaminasi
12. -Antibiotik
-Menurunkan nyeri
- Analgesik
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hiperglikemi adalah kadar gula darah yang tinggi dengan nilai
lebih dari normal dikarenakan tubuh tidak memproduksi insulin atau
insulin tidak bekerja dengan baik. hiperglikemi dibagi menjadi dua yaitu
hiperglikemi sedang dan hiperglikemi berat. Ketoasidosis merupakan salah
satu komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang dimana tanda gejalanya
antara lain: nafas pendek, nafas bau buah, mual muntah dan mulut kering.
Selain ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat meningkatkan komplikasi
pada gagal jantung dan ginjal. Penatalaksanaan hiperglikemi yaitu dengan
olahraga, diet rendah gula, terapi insulin, dan hypoglicemic medication.
B. SARAN
1. Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien
sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu
mencegah kompleksitas masalah yang mungkin terjadi karena
kurangnya pemahaman terhadap masalah yang timbul akibat
hiperglikemi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi
mahasiswa saat melakukan asuhan keperawatan baik secara konsep
teori maupun teknik pengkajian fisik terfokus persistem terutama
sistem endokrin dan berorientasi pada masalah atau keluhan klien
khususnya klien dengan hiperglikemi mengingat kondisi klien yang
cukup kompleks.
20
DAFTAR PUSTAKA
21