Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Rilia Iriani, M.Si.
Dr. Syahmani, M.Si.
Rahmat Eko Sanjaya, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Handi Al Fakhri (1910120210019)
Risma Ariyanti (1910120220003)
Sekar Hafizhah (1910120220027)
Syaiful Islami (1910120310001)
Kelompok 2
Kelas A1/2019
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Hipoglikemia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metabolisme dan Informasi Genetika.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan,
bantuan, dan semangat dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Hj. Rilia Iriani, M.Si., Bapak Dr. Syahmani,
M.Si., dan Bapak Rahmat Eko Sanjaya, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Metabolisme dan Informasi Genetika serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak
dijumpai kekurangan. Segala saran dan kritik membangun dari pembaca sangat
bermanfaat untuk penyempurnaannya.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glukosa atau gula darah adalah suber energy bagi tubuh. Selain
diproduksi secara alami oleh hati, glukosa juga dapat ditemukan pada makanan
yang mengandung karbohidrat, seperti roti, nasi, kentang, dan yougurt. Apabila
kadar gula darah rendah maka akan mengakibatkan tubuh kekurangan energi
untuk beraktivitas. Kadar gula darah rendah ini sering disebut dengan
hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam plasma
darah yang menunjukkan nilai kurang dari 3,9 mmol/l (70 mg/dl) dan merupakan
komplikasi akut DM yang seringkali terjadi secara berulang (Cryer, 2005).
Penyebab hipoglikemia diantaranya regimen insulin yang tidak fisiologis,
overdosis insulin atau sulfonilurea atau preparat oral yang berlebihan, tidak
makan, tidak mengkonsumsi makanan yang telah direncanakan, aktifitas fisik
yang berat, penyakit ginjal stadium akhir, penyakit hati stadium akhir, konsumsi
alkohol, kegagalan organ (hepar jantung dan renal), dan malturasi.
Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi yang dihadapi oleh penderita
diabetes melitus. Tidak seperti nefropati diabetik ataupun retinopati diabetik
yang berlangsung secara kronis, hipoglikemia dapat terjadi secara akut dan tiba-
tiba dan dapat mengancam nyawa.2 Hal tersebut disebabkan karena glukosa
adalah satu-satunya sumber energi otak dan hanya dapat diperoleh dari sirkulasi
darah karena jaringan otak tidak memiliki cadangan glukosa. Kadar gula darah
yang rendah pada kondisi hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan sel-sel
otak. Kondisi inilah yang menyebabkan hipoglikemia memiliki efek yang fatal
bagi penyandang diabetes melitus, di mana 2% – 4% kematian penderita diabetes
melitus disebabkan oleh hipoglikemia. Oleh karena itu berdasarkan uraian
diatas, pada makalah ini akan membahas terkait pengertian, penyebab, cara
mencegah dan mengatasi, serta hubungan hipoglikemia dengan sistem
metabolisme.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipoglikemia?
2. Apa penyebab terjadinya hipoglikemia?
3. Bagaimana cara mencegah dan mengatasi hipoglikemia?
4. Bagaimana hubungan hipoglikemia dengan sistem metabolisme?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hepoglikemia
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hipoglikemia
3. Untuk mengetahui cara mencegah dan mengatasi hipoglikemia
4. Untuk mengetahui hubungan hipoglikemia dengan sistem metabolisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah episode ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam
plasma darah yang menunjukkan nilai kurang dari 3,9 mmol/l (70 mg/dl) dan
merupakan komplikasi akut DM yang seringkali terjadi secara berulang (Cryer,
2005). Ada sedikit variasi nilai kadar gluksa darah dalam mendefinisikan
hipoglikemia. Menurut Smeltzer et al (2010) hipoglikemia terjadi ketika kadar
glukosa kurang dari 50-60 mg/dl, menurut Wiliams & Hopper (2007) < 50
mg/dl, Dunning (2009) < 54 mg/dl dan Ferry (2013) <= 70 mg/d. Sedangkan
berdasarkan American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia,
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan banyak riset tentang hipoglikemia,
nilai <= 70 mg/dl adalah nilai rujukan yang sekarang digunakan untuk
mendefinisikan hipoglikemia (ADA, 2005).
Hipoglikemia membutuhkan penanganan dengan cepat dan tepat sehingga
tidak berdampak merusak organ utama manusia terutama otak. Penurunan kadar
glukosa di bawah nilai < 55 mg/dl akan berdampak secara akut pada fungsi otak
karena otak sangat tergantung dengan glukosa dan otak tidak mampu
menyimpan cadangan glukosa untuk proses metabolismenya. Sel otak akan
mengalami iskemia apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6
menit, serta akan menimbulkan kerusakan otak yang bersifat irreversible jika
lebih dari 10 menit (Sutawardana, Yulia, & Waluyo, 2016).
Hipoglikemia sering dialami oleh pasien DM tipe 1, diikuti oleh pasien
DM tipe 2 yang diterapi dengan insulin dan sulfonilurea. Hipoglikemia
merupakan efek samping yang paling umum dari penggunaan insulin dan
sulfonilurea pada terapi DM, terkait mekanisme aksi dari obat tersebut, yaitu
mencegah kenaikan glukosa darah daripada menurunkan konsentrasi glukosa.
Metformin, pioglitazone, inhibitor DPP- 4, acarbose, inhibitor SLGT-2 and
analog GLP-1 yang diresepkan tanpa insulin atau insulin sekretagog
(sulfonylurea/ glinide) jarang menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia
3
ditemukan sebagai hambatan utama dalam mencapai kepuasan jangka panjang
kontrol glikemik dan menjadi komplikasi yang ditakuti dari terapi DM.
Hipoglikemi pada orang DM dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
pemberian dosis insulin yang berlebih, perhitungan dosis insulin yang tidak
sesuai dengan intake makanan, penggunaan obat hipoglikemi oral jenis
sulfonilurea sebagai obat untuk menstimulasi produksi insulin tubuh, makan
terlalu sedikit atau terlewatkan waktu makan, dan aktivitas fisik yang berlebih
(Phillips, 2009).
B. Penyebab Hipoglikemia
Sutawardana, Yulia, & Waluyo (2016) didalam penelitianya yang
melakukan wawancara terhadap penyandang diabetes melitus bahwa
berdasarkan ungkapan partisipan saat mengalami kondisi hipoglikemia, terdapat
tiga kategori yang menunjukkan penyebab hipoglikemia, yaitu: tidak makan
menjadi penyebab hipoglikemia, kesalahan waktu minum obat dan keyakinan
yang salah tentang kegunaan obat. Salah satu hal tersebut diperkuat oleh
penelitian Rusdi (2020) yang menyebutkan kurangnya asupan makanan
diketahui merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipoglikemia.
4
Dilansir dari situs alodokter.com Willy (2019) menjelaskan bahwa
Hipoglikemia terjadi ketika kadar gula darah turun drastis. Kondisi ini lebih
sering dialami oleh penderita diabetes akibat:
Penggunaan insulin atau obat diabetes yang melebihi dosis atau tidak teratur.
Pola makan yang tidak baik, seperti makan terlalu sedikit, kekurangan
karbohidrat karena diet rendah karbohidrat, atau menunda makan.
Aktivitas fisik atau olahraga berlebihan, tanpa makan yang cukup.
Konsumsi minuman beralkohol berlebihan.
Meski jarang terjadi, hipoglikemia juga bisa terjadi pada orang yang
tidak menderita diabetes. Penyebabnya antara lain:
Kekurangan hormon yang mengatur keseimbangan gula dalam darah.
Kekurangan nutrisi, misalnya akibat penyakit anoreksia nervosa.
Produksi insulin yang berlebihan, misalnya akibat tumor di kelenjar pankreas
(insulinoma).
Seseorang juga berisiko mengalami hipoglikemia bila memiliki kondisi
di bawah ini:
Sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penurun gula darah,
antimalaria, antibiotik, antiaritmia, atau obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS).
Pernah menjalani operasi pengecilan lambung.
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Sedang menderita hepatitis, gangguan ginjal, malaria, atau sepsis.
5
gula/100mL susu) dapat meningkatkan kadar gula darah dan mencegah
hipoglikemia.
c. Melakukan pemantauan kadar gula darah secara mandiri untuk
mengendalikan kadar gula darah secara optimal.
d. Penggunaan madu bersama dengan serbuk biji gorek tidak dapat
menurunkan kadar glukosa darah, namun madu sangat potensial dalam
menjaga kadar glukosa darah sehingga mampu mencegah terjadinya
hipoglikemia
e. Makan makanan manis, kontrol rutin di Puskesmas/Rumah Sakit,
penggunaan insulin sesuai petunjuk dokter, makan teratur 3 kali sehari.
6
status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas
latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapatkan
komplikasi Diabetes dapat dikurangi.
e. Penggunaan obat atau intervensi farmakologis. Dalam melakukan
intervensi farmakologis perlu diperhatikan titik kerja obat sesuai dengan
macam-macam penyebab terjadinya hiperglikemia. Pada keadaan
kegawatan tertentu (Ketoasidosis, diabetes dengan infeksi, stres),
pengelolaan farmakologis dapat langsung diberikan, umumnya
dibutuhkan insulin. Keadaan seperti ini memerlukan perawatan di
rumah sakit.
7
pankreas. Penggunaan obat-obatan (insulin dan golongan sulfonilurea, serta
obat-obatan non diabetes) merupakan penyebab tersering terjadinya
hipoglikemia pada pasien non diabetes.
Metabolisme karbohidrat dan Diabetes Mellitus merupakan dua mata
rantai yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan hormon insulin menjelaskan
keterkaitan metabolisme karbohidrat dengan Diabetes Mellitus. Akibatnya,
penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada metabolisme
karbohidrat. Fungsi utama dari metabolisme karbohidrat adalah untuk
menghasilkan energi dalam bentuk senyawa yang mengandung ikatan fosfat
yang tinggi. Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan gen yang
mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang
suatu proses metabolisme.
Insulin adalah hormon utama dalam regulasi metabolisme karbohidrat
dan lemak didalam tubuh manusia. Insulin berfungsi sebagai alat transpor
glukosa kedalam sel-sel yang terdapat pada hati, otot dan jaringan lemak
sehingga sel tersebut dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Saat
ini berbagai jenis insulin telah digunakan secara luas untuk penanganan pasien
diabetes. Jenis insulin tersebut adalah human insulin yang terdiri dari short
acting, intermediate acting dan premix insulin. Jenis insulin yang lain adalah
Insulin analog yang terbagi atas rapid acting, long acting, ultra long acting dan
premix insulin.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hipoglikemia adalah episode ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam
plasma darah yang menunjukkan nilai kurang dari 3,9 mmol/l (70 mg/dl)
dan merupakan komplikasi akut DM yang seringkali terjadi secara berulang
2. Penyebab Hipoglikemia salah satunya adalah kekurangan hormon yang
mengatur keseimbangan gula dalam darah, Kekurangan nutrisi, misalnya
akibat penyakit anoreksia nervosa. Produksi insulin yang berlebihan,
misalnya akibat tumor di kelenjar pankreas.
3. Cara mencegah Hipoglikemia adalah makan dengan aktivitas biasa yang
kita lakukan, jangan minum minuman keras, dan selalu memantau kadar
gula darah. Cara mengatasinya mengonsumsi makanan atau minuman
dengan kandungan gula yang tinggi, kegiatan jasmani yang teratur, dan
Penggunaan obat atau intervensi farmakologis.
4. Metabolisme karbohidrat dan Diabetes Mellitus merupakan dua mata rantai
yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan hormon insulin menjelaskan
keterkaitan metabolisme karbohidrat dengan Diabetes Mellitus. Akibatnya,
penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada metabolisme
karbohidrat.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah
itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
Kaban, R. K. Skrining dan Tata Laksana Awal Hipoglikemia pada Neonatus untuk
Mencegah Komplikasi. Kegawatan pada Bayi dan Anak, 77.
10
Rusdi, M. S. (2020). Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus. Journal Syifa
Sciences and Clinical Research (JSSCR), 2(2), 83-90.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner &
suddarth's textbook of medical-surgical nursing (12th ed.). Philadelphia:
Wolters Kluwer Health.
Wiliams, L.S., & Hopper, P.D. (2007). Understanding medical surgical nursing
(3th ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company.
11