D DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA
DARAH BERHUBUNGAN DENGAN HIPOGLIKEMI DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
DISUSUN OLEH :
Nama NIM
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
penggunaan insulin, dan kurangnya pengetahuan pasien mengenai
penyakitnya juga menjadi penyebab ketidakstabilan kadar glukosa darah
penderita DM tipe II (Smelltzer & Bare, 2002)
Berdasarkan permasalahan dari latar belakang di atas, kami
tertarik untuk mengambil kasus tentang gambaran Asuhan Keperawatan pada
Tn. D Dengan Masalah Keperawatan Utama Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah Berhubungan Dengan Hipoglikemi Di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Dr. Soedirman kebumen.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambarkan Asuhan Keperawatan pada Tn. D Dengan Masalah
Keperawatan Utama Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan
Dengan Hipoglikemi Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dr.
Soedirman kebumen.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data objektif dan data subjektif pada pasien dengan
masalah keperawatan utama ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan hipoglikemi di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Dr. Soedirman kebumen.
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan pada
pasien dengan masalah keperawatan utama ketidakstabilan kadar glukosa
darah.
c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah
keperawatan utama ketidakstabilan kadar glukosa darah.
d. Mengidentifikasi tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
keperawatan utama ketidakstabilan kadar glukosa darah.
e. Mengidentifikasi evaluasi pada pasien dengan masalah keperawatan
utama ketidakstabilan kadar glukosa darah.
2
C. MANFAAT
1. Diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembuat asuhan keperawatan
dan pembaca mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
keperawatan utama ketidakstabilan kadar glukosa darah.
2. Diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatan asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah keperawatan utama ketidakstabilan kadar
glukosa darah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIPOGLIKEMI
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan penurunan konsentrasi glukosa serum
dengan atau tanpa adanya gejala sistem autonom dan neuroglikopenia. (Yale et
al, 2018).
Menurut Yale et Al (2018) dan Paluchamy (2019), tingkat keparahan
hipoglikemia pada pasien DM dikategorikan sebagai berikut :
Ringan Rentang glukosa darah adalah 54 - 70 mg/dl. Terdapat gejala
autonom, yaitu tremor, palpitasi, gugup, takikardi, berkeringat,
dan rasa lapar. Pasien dapat mengobati sendiri.
Sedang Rentang glukosa darah adalah 40 - 54 mg/dl.Terdapat gejala
autonom dan neuroglikopenia, seperti bingung, rasa marah,
kesulitan konsenterasi, sakit kepala, lupa, mati rasa pada bibir
dan lidah, kesulitan bicara, mengantuk dan pandangan kabur.
Pasien dapat mengobati sendiri.
Berat Glukosa darah kurang dari 40 mg/dl. Terjadi kerusakan sistem
saraf pusat, dengan gejala perubahan emosi, kejang, stupor, atau
penurunan kesadaran. Pasien membutuhkan bantuan orang lain
untuk pemberian karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya.
Bisa terjadi ketidaksadaran pasien.
B. ETIOLOGI
Menurut JBS-IP (2018) Hipoglikemia terjadi karena ketidakseimbangan antara
suplai glukosa, penggunaan glukosa dan level insulin. Faktor risiko kejadian
hipoglikemia pada pasien DM sering berkaitan dengan penggunaan insulin atau
insulin sekretagog (sulfonilurea/glinid) yang kurang tepat, diantaranya :
1. Dosis insulin dan insulin sekretagog (sulfonilurea/glinid) yang berlebihan,
salah aturan pakai atau salah jenis insulin.
4
2. Intake glukosa berkurang, bisa disebabkan oleh lupa makan atau puasa.
3. Penggunaan glukosa yang meningkat (pada saat dan sehabis olahraga)
4. Produksi glukosa endogen berkurang (pada saat konsumsi alkohol)
5. Sensitivitas insulin meningkat (pada saat tengah malam, berat badan turun,
kesehatan membaik dan pada saat peningkatan kontrol glikemik).
6. Penurunan bersihan insulin (pada kasus gagal ginjal)
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Gejala dan tanda hipoglikemia tidaklah spesifik antar individu. Hipoglikemia
ditegakkan dengan adanya Whipple,s Triad. Gejala hipoglikemia dikategorikan
menjadi neuroglikopenia, yaitu gejala yang berhubungan langsung terhadap
otak apabila terjadi kekurangan glukosa darah.Otak sangat bergantung terhadap
suplai yang berkelanjutan dari glukosa darah sebagai bahan bakar metabolisme
dan support kognitif. Jika level glukosa darah menurun maka disfungsi kognitif
tidak bisa terelakan. Gejala hipoglikemia kedua, adalah autonom, yaitu gejala
yang terjadi sebagai akibat dari aktivasi sistem simpato-adrenal sehingga
terjadi perubahan persepsi fisiologi. Menurut PERKENI (2015) dan Yale et al
(2018), gejala dan tanda hipoglikemia adalah sebagai berikut :
Tanda Gejala
Autonom Gemetar, palpitasi, Pucat, takikardia, widened
berkeringat, gelisah, lapar, pulse pressure
mual, kesemutan paresthesia,
palpitasi, Tremulousness
Neuroglikopenia Kesulitan konsentrasi, Cortical-blindness,
bingung, Lemah, lesu, hipotermia, kejang,
dizziness, Pandangan kabur, koma/kehilangan
pusing, perubahan sikap, kesadaran
gangguan kognitif,
pandangan kabur, diplopia
5
D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl. agar
dapat memberi sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa dari
berbagai sumber seperti : pemasukan makanan, pemecahan glikogen,
glukoneogenesis memacu terjadinya respon insulin. Orang sehat akan segera
memproduksi Hormon insulin untuk menurunkan kembali kadar gula darah ke
level yang normal. Pada orang Diabetes Melitus, terjadi defisiensi Insulin,
sehingga Glukosa tidak bisa dimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di
pembuluh darah sehingga menimbulkan Hiperglikemia. Untuk menurunkan
kadar gula darah biasanya diberikan Insulin, namun karena dosis yang kurang
tepat bisa menimbulkan penurunan glukosa darah yang cepat. Efek dari
penurunan glukosa darah , bisa timbul Hipoglikemia, dengan gejala yang
ringan sampai berat. Gejala Hipoglikemia Ringan, ketika kadar glukosa darah
menurun,sistem syaraf simpatis akan terangsang. Terjadi pelimpahan adrenalin
ke dalam darah menyebabkan gejala : respirasi, tremor, takhikardia, palpitasi,
gelisah dan rasa lapar.Pada Hipoglikemia Sedang, penurunan kadar glukosa
darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar dengan
baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem syaraf pusat mencakup
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio, penurunan
daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan. Pada Hipoglikemia Berat, fungsi sistem syaraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikemia yang diderita, gejalnya : Disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur, kehilangan kesadaran. Terjadi
hipoglikemia bila serum glukosa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan. Sistem saraf sangat sensitif terhadap penurunan kadar glukosa serum,
karena glukosa merupakan sumber energi utama. Otak tidak dapat
menggunakan sumber energi lain( ketone, lemak ) kecuali glukosa. Sebagai
konsekuensi penurunan kadar glukosa, maka akan mempengaruhi aktivitas
sistem saraf. Dalam keadaan normal, penurunan glukosa serum karena aktivitas
6
hormon insulin secara akut, akan merangsang sekresi hormon glukagon dan
epinephrin yang dapat menignkatkan glukosa darah.
Sekresi hormon glukagon pada penderita IDDM mengalami gangguan,
sehingga tidak dapat menaikkan kadar gula darah. Peran hormon glukagon
disuntikkan akan digantikan oleh hormon epinephrine untuk meningkatkan
gula darah, dengan cara menaikkan produksi glukosa hepar dan menghambat
sekresi hormon insulin. Tetapi pada penderita IDDM sekresi epinephrine juga
menurun, sebagai akibat adanya gangguan saraf autonom.
7
PATHWAY HIPOGLIKEMI
penuaan, keturunan,infeksi ,gaya hidup, kehamilan ,obesitas
produksi insulin
glukosa
DIABETES MELITUS
hipoglikemia
glukosa darah
dalam otak respon otak respon vegetative
kortek serebri
Peningkatan adrenalin dlm
penurunan
kurang suplai energi <50mg/dl) darah
kesadaran
kekaburan yang di rasakan takikardia ,pucat ,gemetar
Depresi sistem oleh kepala sulit
pusat pernafasan konsentrasi /berfikir
gemetar penurunan perfusi
tidak sadar ,stupor jaringan perifer
pola nafas ,kejang ,koma
tidak efektif
resiko perfusi
serebral tidak
efektif
8
E. MASALAH KEPERAWATAN LAIN YANG MUNCUL
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Hipoglikemi
2. Resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai
energi ke otak
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hipoglikemi
Kriteria hasil:
a. Kesadaran meningkat
b. Tanda gejala hipoglikemi menurun
c. GDS meningkat
Intervensi: Managemen hipoglikemia
a. Observasi : identifikasi tanda gejala hipoglikemi dan penyabab
b. Terapeutik : pertahankan kepatenan jalan nafas dan pemberian O2,
pertahankan akses IV melalui pemberian cairan infus.
c. Edukasi : anjurkan kadar glukosa darah dan perawatan mandiri
untuk mencegah hipoglikemi terulang
d. Kolaborasi : kolaborasi pemberian obat-obatan untuk memperbaiki
kondisi hipoglikemi
2. Resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai
energi ke otak
Kriteria hasil:
a. Kesadaran meningkat
b. Kognitif meningkat
c. Demam menurun
Intervensi: Manajemen Penigkatan Intracranial
a. Observasi : monitor tanda gejala peningkatan TIK (Tekanan Darah
meningkat, tekanan nadi meningkat, pola nafas ireguler, kesadaran
menurun), observasi status pernafasan
9
b. Terapeutic : berikan posisi semifowler, pertahankan suhu tubuh normal
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Kriteria hasil:
a. Dispneu menurun
b. Frekuansi nafas membaik
Intervensi: Manajemen jalan napas
a. Observasi : monitor pola nafas
b. Terapeutik : posisikan semi fowler, berikan oksigenasi
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
10
11
Kepala : bentuk oval ,rambut beruban ,kulit kepala
bersih ,lembab, tidak ada luka /jejas
P: timpani
Ekstremitas : (atas) lengkap kakan kiri ,tidak ada kelainan ,aktivitas motorik
baik ,terpadang infus D 10% 500 ml ,20 tpm di tangan
kanan
PROGRAM TERAPI
Tanggal/Jam : Sabtu, 6 Maret 2021
12
Pantoprazole 4 ml Untuk mengurangi produksi asam lambung
4. mencegah tukak lambung
O2 nasal kanul 5l Memenuhi kebutuhan oksigen agar adekuat
5. serta menormalkan tanda2 vital
13
ANALISA DATA
Ds : Hipoglikemi Ketidakstabilan
kadar glukosa
- Keluarga mengatakan pasien tiba2 jatuh menyender darah
di ruang tamu satu hari sebelum masuk RS
- Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat
diabetes
Do :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
14
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX
- Citicolin 2mlx 2
- Pantoprazole 4ml
2. Setelah dilakukan tindakan selama 1x2 jam Manajemen tekanan Manajemen tekanan
diharapkan masalah keperawatan dapat intracranial ( I 06194) intracranial (I.06194)
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Observasi : a. Observasi:
Perfusi serebral (L. 02014) - Monitor tanda - Mencegah
gejala terjadinya
Tingkat kesadaran meningkat A:2 T:4 peningkatan TIK peningkatan TIK
(tekanan darah yang diukur
Kognitif A:3 T:4 meningkat, melalui status
tekanan nadi tanda vital
meningkat, pola - Mengobsernasi
nafas ireguler, status pernafasan
15
kesadaran dalam rentang
menurun) normal
- Monitor status b. Terapeutik:
pernafasan - Untuk
b. Terapeutik : memperbaiki
- Berikan posisi status pernafasan
semifowler - Untuk
- Pertahankan suhu mengobservasi
normal suhu dalam
rentang normal
Beri Tanda Centang (√) pada kotak yang tersedia !"#$%&$ '(&)&$ '*+*"#,#%#) -#.#" /
0102
16
IMPLEMENTASI
- TD : 160/74 mmHg
- N : 100x/menit
- RR : 26 x/menit
- S : 36,4 oC
- SpO2 : 94%
- GDS : 32 mg/dl
1. Pemasangan IVFD D 10% 500ml 20 Ds : -
tmp
Do :
2. Pemasangan O2 nasal kanul
5L/menit - Pasien masih tampak
mengerang.
3. Pemberian obat : - Pasien diatur posisi
semifowler 45o
- Citicolin 2ml x 2 - Terpasang infus D 10% 500ml
20 tpm IV cath No.20 + sampel
- Pantorazole 4ml
darah
22.20 - Dentrose 40% 2 flash - SpO2 : 99%
- Obat masuk per bolus
1. Cek GDS ke 2 Ds : Pasien mengatakan kondisinya
membaik, bersedia melakukan
2. Mengajurkan untuk melakukan anjuran
monitor kadar gula darah serta
perawatan mandiri untuk mencegah Do :
hipoglikemi terulang
- Pasien tampak kesadarannya
membaik
- Pasien sudah lebih kooperatif
23.15 - Pasien bersedia dicek GDS
- GDS : 107 mg/dl
Beri Tanda Centang (√) pada kotak yang tersedia !"#$%&$ '(&)&$ '*+*"#,#%#) -#.#" /
0102
17
EVALUASI
6/3/2021 O:
Jam 23 15 WIB
Perawat
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut Herman (2010) dalam Rusdi (2020), Batas kosentrasi glukosa darah
berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi
glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin memegang
peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi
glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-
hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang
diproduksi oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama
terhadap hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan
juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.
Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian
hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula
meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi
penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah.
19
Terjadi hipoglikemia bila serum glukosa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan. Sistem saraf sangat sensitif terhadap penurunan kadar glukosa serum,
karena glukosa merupakan sumber energi utama. Otak tidak dapat menggunakan
sumber energi lain ( ketone, lemak ) kecuali glukosa. Sebagai konsekuensi
penurunan kadar glukosa, maka akan mempengaruhi aktivitas sistem saraf. Oleh
karena itu pasien hipoglikemi juga beresiko mengalami ketidakefektivan perfusi
jaringan serebral (Yale et al, 2018).
Cryer PE (2008) dalam Yale etal (2018), tujuan terapi hipoglikemia adalah
mengembalikan dengan cepat level glukosa darah ke rentang normal, mengurangi
atau meniadakan risiko injuri dan gejala. Namun, terapi hipoglikemia harus
memperhatikan dan menghindari overtreatment yang bisa menjadikan pasien
hiperglikemia dan peningkatan berat badan. Ketika diperlukan, pengukuran
glukosa darah dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya hipoglikemia (khususnya
ketika terdapat kemungkinan pasien tersebut dalam pengaruh alkohol).
Terapi untuk Hipoglikemi berat pada pasien di atas, sejalan dengan rekomendasi
American Diabetes Asociation (2020), yang menyebutkan bahwa :
1. Glukagon merupakan hormon yang disekresi pankreas untuk menstimulasi
hepar agar mengeluarkan glukosa yang tersimpan ke aliran darah. Injeksi
glukagon dapat diberikan pada pasien DM dengan kadar glukosa darah yang
terlalu rendah untuk diterapi dengan intake glukosa.
2. Jika didapat gejala neuroglikopenia, berikan dekstrosa 20% sebanyak 50 cc
(jika kadar glukosa belum naik signifikan, diberikan dekstrosa 40% sebanyak
25 cc), diikuti dengan infus D5% atau 10% Periksa glukosa darah 15 menit
setelah pemberian parenteral. Bila kadar glukosa darah belum mencapai target,
dapat diberikan ulang.
3. Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah setiap 1 – 2 jam kalau masih
terjadi hipoglikemia berulang. Pemberian dekstrosa dapat diulang.
Hipoglikemia dapat dialami baik oleh pasien DM tipe 1 maupun pasien DM tipe
2. Hipoglikemia dapat terjadi secara akut, tiba-tiba dan dapat mengancam nyawa.
Maka dari itu, pengetahuan tentang hipoglikemia, baik terhadap pencegahan,
terapi dan monitoring harus diperhatikan jika terjadi hipoglikemia.
20
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Masyarakat
a. Masyarakat Umum
Hendaknya memberikan motivasi kepada anggota keluarga yang
mengalami hipoglikemi dalam mencegah dan menangani hipoglokemi.
b. Pasien
Hendaknya lebih aktif dan lebih memahami pengalaman ketika mengalami
hipoglikemi sehingga bisa melakukan pencegahan dan penanganan hipoglikemi.
2. Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat meneliti pengalaman pencegahan dan penanganan hipoglikemia
pada pasien DM lebih dalam lagi sehingga informasi yang di dapat lebih baik.
21
3. Perawat
Perawat hendaknya memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien tentang
pencegahan dan penanganan hipoglikemi.
4. Pelayanan Kesehatan
Hendaknya pelayanan kesehatan memberikan pendidikan kesehatan terkait
hipoglikemi terutama cara mencegah dan menangani hipoglikemi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Joint British Diabetes Societies – For Inpatient Care (JBDS-IP). 2018. The
Hospital Management of Hypoglycaemia in Adults with Diabetes
Mellitus 3rd edition. UK: Norfolk and Norwich University Hospitals
NHS Foundation Trust
23