Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSA HIPERGLIKEMIA
DI RUANG PRABU KRESNA RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO

Disusun Oleh:

MAFI MUSYKILAH DWI C


P1337420620041

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022
LAPORAN KASUS
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2
PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSA HIPERGLIKEMIA
DI RUANG PRABU KRESNA RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO
OLEH:

MAFI MUSYKILAH DWI CAHYANINGTYAS

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan sistem imunitas adalah gangguan dimana sistem kekebalan tubuh seseorang
menyerang sel-sel sehatnya sendiri. Penyakit ini disebut autoimun. Kasus penyakit autoimun
nomor satu di Dunia yaitu Diebetes Melitus. Diabetes Melitus ada tiga macam yaitu, DM
tipe I, DM tipe II dan DM tipe gestasional. Gejala utama penyakit DM tersebut ialah
hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hiperglikemia adalah penyakit
degeneratif yang angka kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah
satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Organisasi International
Diabetes Federation (IDF) memperkirakan terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di
dunia menderita diabetes pada tahun 2019. Indonesia berada di peringkat ke-7 di antara 10
negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesiamenjadi satu-
satunya nergara di Asia Tenggara pada daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya
kontribusi Indonesia terhadap prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara. (KEMENKES RI,
2020).
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah peningkatan
penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai dengan angka kejadian diabetes
mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan dapat diturunkan dengan melakukan pencegahan,
penanggulangan baik secara medis maupun non medis, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat sesuai dengan porsinya masing-masing. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi hiperglikemi. diperlukan
peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik dengan tidak mengabaikan kolaboratif.
Pentingnya peran perawat sebagai pendidik agar penderita hiperglikemi mau dan mampu
untuk melakukan latihan jasmani secara teratur dan mengatur pola makannya yang dapat
mencegah terjadinya komplikasi dari hiperglikemia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosis
medis Hiperglikemia di ruang Prabu Kresna RSUD KRMT Wongsonegoro.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hasil pengkajian pada pasien diagnosis medis Hiperglikemi di
ruang Prabu Kresna RSUD KRMT Wongsonegoro.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien diagnosis medis Hiperglikemi di
ruang Prabu Kresna RSUD KRMT Wongsonegoro.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada masing-masing diagnose keperawatan
pasien diagnosis medis Hiperglikemi di ruang Prabu Kresna RSUD KRMT
Wongsonegoro.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien diagnosis medis Hiperglikemi di
ruang Prabu Kresna RSUD KRMT Wongsonegoro.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diagnosis medis Hiperglikemi di ruang
Prabu Kresna RSUD KRMT Wongsonegoro.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien diagnosis medis Hiperglikemi di
ruang Prabu Kresna RSUD KRMT Wongsonegoro.

C. Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, informasi, wawasan tentang kasus
hiperglikemia dan khususnya dalam pembuatan suatu penelitian dan analisa kasus
lainnya.
b. Bagi Institusi Rumah Sakit
Diharapkan dapat bertukar informasi dan pengetahuan tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien hiperglikemia
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada di institusi pendidikan
terutama tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien hiperglikemia
d. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang kondisi dan penatalaksanaan asuhan
keperawatan hiperglikemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Hiperglikemia adalah suatu keadaan tingginya kadar glukosa darah di atas 200
mg/dL dan merupakan gejala awal penyakit diabetes melitus (DM). Gula darah tinggi
disebabkan oleh kurangnya insulin dalam tubuh. Kadar glukosa darah tergantung pada
kemampuan untuk memproduksi dan mensekresi insulin oleh sel-sel pankreas. Insulin
dikenal sebagai hormon yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan darah
dalam sistem peredaran darah. Dengan demikian ada keseimbangan antara
pengangkutan glukosa ke sel penghasil insulin oleh pankreas yang menyebabkan
diabetes (Plasma et al., 2018).
2. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti tetapi secara umum diterima bahwa
defisiensi insulin adalah penyebab utama dan faktor genetik memainkan peran penting.
Lainnya hasil dari penghancuran kimiawi pankreas sel beta pulau Langerhans. Faktor
predisposisi herediter, obesitas. Faktor imun Pada pasien dengan hiperglikemia,
terutama DM, tidak ada bukti adanya respon autoimun. Respon ini merupakan respon
abnormal dimana antibodi diarahkan ke jaringan tubuh normal dengan cara berinteraksi
dengan jaringan-jaringan yang merupakan jaringan asing tersebut (Harianto et al.,
2019).
3. Patofisiologi
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh kekurangan insulin yang dapat disebabkan
oleh proses autoimun, kerja pankreas yang berlebihan, dan faktor keturunan. Rendahnya
insulin menyebabkan lebih sedikit glukosa yang masuk ke dalam sel. Ini dapat
menyebabkan kelemahan dengan peningkatan kadar glukosa darah. Tubuh
mengkompensasi dengan meningkatkan glukagon sehingga terjadi glukoneogenesis.
Selain itu, tubuh akan mengurangi penggunaan glukosa oleh otot, lemak, dan hati, serta
meningkatkan produksi glukosa di hati dengan memecah lemak dalam sel. Gula darah
yang tinggi dapat meningkatkan jumlah urin yang menyebabkan dehidrasi sehingga
tubuh meningkatkan rasa haus (polidipsia). Menggunakan lemak untuk menghasilkan
glukosa menghasilkan keton yang dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan
(anoreksia), bau mulut, keton, dan mual (mual) hingga asidosis.(Harianto et al., 2019).
Saat insulin menurun dalam darah, asupan nutrisi meningkat sebagai akibat dari
sel. Glukosa intraseluler yang rendah menyebabkan sel mudah terluka. Gula darah yang
tinggi dapat menyebabkan glukosa menumpuk di dinding pembuluh darah yang
terbentuk sehingga pembuluh darah menjadi keras (aterosklerosis) dan ketika plak
pecah menyebabkan terjadinya penggumpalan (thrombus). Thrombus ini bisa
menyumbat aliran darah yang bisa menyebabkan penyakit lain (tergantung
penyumbatannya misalnya otak bisa menyebabkan stroke, ginjal bisa menyebabkan
gagal ginjal, jantung bisa menyebabkan miocard infark, mata dapat menyebabkan
retinopati) bahkan kematian. (Saputro & Estiasih, 2015).
4. Klasifikasi
Hiperglikemia terdiri atas 2 yakni akut dan kronis. Hiperglikemia akut terjadi jika kadar
glukosa darah meningkat atau menurun tajam dalam waktu singkat. Komplikasi akut
yang biasanya terjadi adalah hipoglikemia, keadaan kadar glukosa darah kurang dari 50
mg/dL. Hiperglikemia kronis dapat mendorong produksi radikal bebas yang berlebihan
dari proses auto-oksidasi glukosa, progresi protein, dan terjadi perubahan keseimbangan
antioksidan tubuh. Pembentukan radikal bebas yang berlebihan dapat memicu
penurunan aktioksidan enzimatik tubuh dan kerusakan jariangan, sehingga
menimbulkan atherosclerosis dan katarak (Szaleczky dkk., 1999).
5. Pemeriksaan
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg% (Plasma
vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi glukosa oral.Kriteria
baru penentuan diagnostik DM menurut ADA menggunakan GDP > 126
mg/dl.Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :
- Glukosa darah : Meningkat 200–100 mg/dl, atau lebih
- Aseton plasma : Positif secara mencolok.
- Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
- Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
- Elektrolit :
a. Natrium: Mungkin normal, meningkat atau menurun.
b. Kalium: Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller), selanjutnya
akan menurun.
c. Fospor: Lebih sering menurun.
d. Hemoglobin glikosilat: Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
e. Glukosa darah arteri: Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
f. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
g. Ureum/kreatinin: Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal).
h. Amilase darah: Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis
akutsebagai penyebab dari DKA.
i. Insulin darah: Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau
normalsampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen /eksogen). Resisiten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto
antibodi).
j. Pemeriksaan fungsi tiroid: Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosadarah dan kebutuhan akan insulin.
k. Urine: Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat.
l. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen penatalaksanaan hiperglikemia.
a. Diet
1) Komposisi makanan: Karbohidrat = 60% s/d 70%, Protein = 10% s/d 15%,
Lemak = 20% s/d 25%
2) Jumlah kalori perhari: antara 1100 s/d 2300 Kkal
3) Kebutuhan kalori basal: Laki-laki = 30 Kkal/kg BB, Perempuan = 25 Kkal/kg
BB
4) Penilaian status gizi: BBR = TB-100 X 100%
5) Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa
adalah:
- Kurus = BB X 40 s/d 60 Kal/hari
- Normal atau ideal = BB X 30 Kal/hari
- Gemuk = BB X 20 Kal/hari
- Obesitas = BB X 10 s/d 15 Kal/hari
b. Latihan Jasmani, bermanfaat menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi
resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin), menurunkan berat badan,
mencegah kegemukan, mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,
gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah
c. Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi:
- Umur diatas 45 tahun
- Kegemukan lebih dari 120% BB idaman atau IMT > 27 kg/m
- Hipertensi> 140/90 mmHg
- Riwayat keluarga DM
- Dislipidemia, HDL 250 mg/dl
- Para TGT atau GPPT (TGT > 140 mg/dl s/d 2200 mg/dl), glukosa
plasmapuasa derange/GPPT > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl)
d. Obat berkaitan hiperglikemia
- Obat hiperglikemia oral:
1) Sulfoniluria: glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimiperide, glipizid.
2) Biguanit (Metformin)
3) Inhibitor glucosidase
4) Tiosolidinedlonesb
- Insulin
1) Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia adalah jenis obat
insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh
dalam waktu 30 menit sejak ia dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin ini
bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah
penderita, dan segera menghilang setalah 6-8 jam kemudian.
2) Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1 hingga
2 jam setelah ia disuntikkan ke dalam tubuh seseorang. Tetapi obat insulin
ini tidak memiliki masa reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil
dalam waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita
diabetes, contohnya Levemir dan Lantus.
3) Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja
menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikkan ke dalam
tubuh. Obat ini bereaksi secara maksimal selama 6-10 jam, dan berakhir
setelah 10-16 jam setelahnya, contohnya Humulin m3, Hypurin, dan
Insuman.
4) Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15 menit setelah masuk ke
dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30-90
menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah 3-5 jam kemudian.
Contoh obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid, dan Velosulin.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan mencakup biodata pasien dan biodata penanggung
jawab. riwayat keperawatan yang dikaji pada pasien meliputi riwayat keperawatan
dahulu, riwayat keperawatan sekarang, dan riwayat keperawatan keluarga, riwayat
keperawatan sekarang, riwayat keperawatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga. Dan
ada pengkajian pola Gordon meliputi pola presepsi kesehatan, pola nutrisi dan
metebolisme, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, pola aktifitas dan latihan, pola
peran dan hubungan, pola presepsi sensori, pola presepsi diri/konsep diri, pola seksual
dan reproduksi, pola mekanisme koping, serta pola nilai dan kepercayaan.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam
mencapai tujuan yang telah di tetapka oleh perawat yang bertanggung jawab.
Diagnosa yang sering muncul pada pasien hiperglikemia adalah:
a. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027) berhubungan dengan disfungsi
pankreas, resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa darah, dan gangguan
glukosa darah puasa.
b. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubunga dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, mobilitas, gaya hidup
monoton.
c. Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan (D.0129) berhubungan dengan
kekurangan/kelebihan volume cairan, perubahan status nutrisi, neuropati perifer.
d. Risiko Hipovolemia (D.0034) berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi, kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium, gangguan aliran baik
vena, efek agen farmakologis (mis, kortikosteroid, chlorprpamide, tolbutamide,
vincristine).
3. Perencanaan
d. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027) berhubungan dengan disfungsi
pankreas, resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa darah, dan gangguan
glukosa darah puasa
1) Luaran keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tercapainya kestabilan
kadar glukosa darah dengan kriteria hasil:
Kestabilan kadar glukosa darah (L.03022):
a) Keluhan pusing menurun
b) Keluhan rasa haus menurun
c) Kadar glukosa dalam darah membaik
2) Intervensi keperawatan
Manajemen Hiperglikemia (1.03115):
a) Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
(mis. penyakit kambuhan)
- Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuria, polidipsia,
polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
b) Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
c) Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dart
250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan kesehatan) cairan penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu.
e. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubunga dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, mobilitas, gaya hidup
monoton.
1) Luaran keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tercapainya toleransi
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil:
Toleransi aktivitas (L.05047)
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Keluhan lelah menurun
c) Dyspnea saat aktivitas menurun
d) Dyspnea setelah aktivitas menurun
2) Intervensi keperawatan
Manajemen Energi (1.05178):
a) Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosiaonal
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif, aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
- Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
c) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
f. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129) berhubungan dengan
kekurangan/kelebihan volume cairan, perubahan status nutrisi, neuropati perifer.
1) Luaran keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tercapainya integritas
jaringan dan kulit membaik:
Integritas kulit dan jaringan (L.14125):
a) Elastisitas meningkat
b) Hidrasi meningkat
c) Kerusakan jaringan menurun
d) Kerusakan lapisan kulit menurun
2) Intervensi keperawatan
Perawatan Integritas Kulit (1.11353):
a) Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
b) Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit keringmelakukan
aktivitas
c) Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di
luar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
g. Risiko Hipovolemia (D.0034) berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi, kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan natrium, gangguan aliran baik
vena, efek agen farmakologis (mis, kortikosteroid, chlorprpamide, tolbutamide,
vincristine).
1) Luaran Keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tercapainya status cairan
membaik dengan kriteria hasil:
Status Cairan Membaik (L.03028):
a) Kekuatan nadi membaik
b) Turgor kulit membaik
c) Output urin meningkat
d) Ortopnea menurun
e) Dyspnea menurun
f) Pyroxymal Nocturnaal dyspnea menurun
g) Edema anasarka menurun
h) Edema perifer menurun
2) Intervensi Keperawatan
Manajemen Hipovolemia (1.03116):
a) Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
b) Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
- Anjurkan memparbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl. RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan
intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan
teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh,
pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan
klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses keperawatan untuk menentukan berhasil atau
tidaknya intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat kepada klien
dalam meningkatkan kondisi klien. Proses ini sangat penting karena kesimpulan yang
didapatkan dari evaluasi menentukan suatu intervensi keperawatan yang harus
dilanjutkan, diakhiri, atau diubah. Tujuan dari evaluasi yaitu untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan.
BAB III
LAPORAN KASUS

d. Biodata Klien
1. Bidoata Pasien
a) Nama : Ny. A
b) Umur : 48 tahun
c) Alamat : Ivory Garden Blok E No.1, Batusari, Mranggen, Demak.
d) Pendidikan : SMK
e) Pekerjaan : Pegawai wiraswasta
f) Tanggal masuk : 27 – 8 – 2022
g) Diagnose medis : Hiperglikemia
h) Nomor register :
2. Biodata Penanggung jawab
a) Nama : Ny. F
b) Umur : 26 tahun
c) Alamat : Ivory Garden Blok E No.1, Batusari, Mranggen, Demak.
d) Pendidikan : SMK
e) Pekerjaan : Pegawai wiraswasta
f) Hubungan dengan klien : Anak kandung

e. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 29 – 08 - 2022 Ruang/RS : Prabu Kresna RSWN
Jam Pengkajian : 14.05 WIB
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh badan terasa sangat lemas.
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 29 Mei 2022 jam 14.05 WIB pasien mengeluhkan pusing, demam,
merasa sering haus, nyeri dibagian bahu kiri menjalar ke leher.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah mengalai Asma pada tahun 2018, opname satu hari di RSUD KRMT
Wongsonegoro, setelah itu terapi rawat jalan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang mengalami penyakit kronis.
3. Pengkajian Mengacu Pola Fungsional
a) Pola Persepsi Kesehatan
Pasien mengatakan definisi sehat menurutnya adalah bisa beraktivitas secara normal
dan tidak merasakan gejala apapun. Paisen masih belum mengerti penyakit yang
sedang ia derita.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Sebelum sakit : Pasien memiliki nafsu makan baik. Makan 3 kali sehari dan minum
juga tercukupi 8-10 gelas perhari
Setelah sakit : Pasien memiliki nafsu makan baik. Makan 3 kali sehari dengan menu
yang ditentukan oleh rumah sakit dan minum juga tercukupi 8-10 gelas perhari.
c) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pola BAB 1 kali sehari dan BAK normal 4-5 kali sehari
Setelah sakit : Pasien jarang BAB dan BAK tetap normal dengan bantuan kateter
karena hambatan mobilisasi.
d) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Pola tidur pasien normal dengan 6-8 jam perhari
Setelah sakit : Pasien tidak mengalami gangguan tidur. Kebutuhan tidur tercukupi 6-
8 jam perhari.
e) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan
mandiri
Setelah sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri tetapi terkadang terasa pusing.
f) Pola Peran dan Hubungan
Sebelum sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik
Setelah sakit : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga tetap baik, kesehatan
pasien didukung keluarga. Pasien mengeluhkan tidak dapat melaksanakan perannya
dengan baik. Hubungan pasien dengan tenaga kesehatan juga baik karena
komunikatif dan kooperatif.
g) Pola Persepsi Sensori
Pasien mengatakan panca inderanya masih berfungsi dengan baik dan tidak ada yang
terganggu. Selama perawatan, pasien bersikap kooperatif dan mau bercerita apa yang
dirasakan.
h) Pola Persepsi dan Konsep diri
Pasien telah memahami tentang penyakitnya serta program pengobatan yang dijalani.
- Gambaran diri : Pasien terbuka dengan keadaannya dan penyakitnya.
- Peran : Setelah sakit, peran sedikit terbatas
- Harga diri : Pasien tidak merasa rendah diri dengan keadaanya
- Ideal diri : Pasien percaya bahwa kondisinya akan membaik dan
sehat seperti sebelumnya.
i) Pola Seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada organ seksualnya
j) Pola Mekanisme Koping
Sebelum sakit : Jika ada masalah, pasien selalu cerita dan minta bantuan keluarganya
Setelah sakit : Pasien tidak cemas akan penyakitnya
k) Pola Nilai & Kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien beragama islam, sholat dan berdoa dengan rutin
Setelah sakit : Sholat pasien tergangu, tetapi selalu sempat untuk berdoa
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Pucat, Lemah
Kesadaran: GCS: E= 4, M=6, V=5 (Composmentis), Tekanan darah : 182/95 mmHg,
Nadi : 98x/menit, RR : 20x/menit, Suhu tubuh : 36,2°C, SpO2 : 99, GDS: 274 mg/dL
b) Kulit : Warna kulit sawo matang, lembab, turgor baik, tidak ada edema, kuku jari
sianosis.
c) Kepala: Rambut : warna hitam, Kulit kepala : normal
d) Mata: Konjungtiva : merah muda, Sclera : tidak icteric, Pupil : normal berbentuk
bulat, diameter 3mm kanan kiri
e) Hidung : Simetris antara lubang kanan dan kiri, sistem pernafasan normal, fungsi
penciuman bau normal dan polip normal tidak ada edema
f) Telinga: Daun telinga : simetris antara kanan dan kiri, bersih, Liang telinga : bersih,
tidak ada serumen, Fungsi pendengaran : dalam batas normal
g) Mulut : Bersih, tidak berbau, bibir sianosis, lidah bersih, mukosa lembab.
h) Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena
jugularis.
i) Dada :
- Paru-paru
 Inspeksi: pergerakan dada simetris, ekspansi paru sama
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan di sekitar dada
 Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
 Auskultasi: vesikuler (+|+), rhonki (-/-). Wheezing (-/-)
- Jantung
 Inspeksi: tidak ada edema pada dada kiri, denyut normal
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan di sekitar dada
 Perkusi: bunyi pekak/ datar
 Auskultasi: Lup-Dup (Bunyi Jantung 1/S1- bunyi jantung 2/S2)
j) Abdomen:
- Inspeksi: simetris, warna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan,
perdarahan dan tanda-tanda infeksi
- Auskultasi: bising usus 15x/menit
- Palpasi: tidak ada bengkak dan nyeri tekan
- Perkusi: timpani
k) Ekstermitas
- Atas : tangan kanan terpasang infus dan mampu bergerak secara total. Tangan
kiri terdapat nyeri pada bahu menjalar ke leher
- Bawah : kaki kanan dan kanan mampu bergerak secara total.
1) Pengkajian nyeri
P : Pasien mengatakan nyeri seperti pegal-pegal
Q : Nyeri terasa tumpul
R : Nyeri area bahu kiri dan menjalar ke leher
S : Nyeri 7
T : Nyeri terus-menrus
2) Rentang gerak dan kekuatan otot
Rentang gerak Kanan Kiri

Atas Baik Lemah

Bawah Baik Baik

Kekuatan Otot Kanan Kiri

Atas 4 1

Bawah 5 5

5. Pemeriksaan Diagnostik

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL


KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 162 mg/dL 70-100
HDL/LDL CHOLESTEROL
HDL kolesterol 33 mg/dL > 45
Normal : < 130
LDL kolesterol indirek 141 mg/dL Boderline high: 130-159
High : >= 160
HbA1c 10 mg/dL 4.5 – 6.3
Ureum 16.3 mg/dL 17 – 41
Kreatinin 0.7 mg/dL 0.5 – 0.8
Asam Urat 2.8 mg/dL 1.4 – 5.8
Kolesterol total 207 mg/dL < 200
Trigliserida 164 mg/dL <= 150
SGOT 17 mg/dL 0 – 35
SGPT 14 mg/dL 0 – 35

6. Program Terapi

Oral

1 Chlorpheniramine 1x1

2 Paracetamol 3x1

3 Adalat oros 1x1

4 Candesartan 1x1

5 Simvastatin 1x10mg

Injeksi

1 Mecobalamin 1x1

2 Ketorolac 3x1

3 Ranitidin 2x1

4 Ceftriaxone 1x2gr

5 Ezelin 1x40 iu

Infus

1 Ringe Lactate 500ml 20 tpm


f. Daftar Masalah
No Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif:
a. Pasien mengatakan pandangan kabur
b. Pasien mengatakan sering pusing
c. Pasien mengatakan sering haus

29 Agustus Data Obyektif: Ketidakstabilan kadar


1 2022 a. GDS = 274 mg/dL Resistensi insulin
glukosa darah
14.05 WIB b. TTV
- TD: 182/95 mmHg
- HR: 98x/menit
- T: 36,2°C
- SpO2: 99%
- RR: 20x/menit
Data Subjektif:
P: Pasien mengatakan nyeri seperti pegal-pegal
Q: Nyeri terasa tumpul
29 Agustus R: Nyeri area bahu kiri dan menjalar ke leher
2 2022 S: Nyeri 7 Agen pencedera fisik Nyeri akut
14.05 WIB T: Nyeri terus-menerus

Data Obyektif:
Pasien tampak lemas, jika tangan kiri digerakkan pasien
meringis kesakitan
30 Agustus Data Subjektif: Kurang terpapar Defisit Pengetahuan
2022 Pasien mengatakan belum tahu penyakit yang informasi
10.00 WIB dideritanya, belum tahu tentang mengatur gula darah dan
pantangan makannya.

Data Obyektif:
Pasien terlihat masih bingung dan selalu mengatakan
“tidak tahu” saat ditanya
d. Intervensi Keperawatan
Tanggal/ Diagnosa TTD
No Tujuan Intervensi
Jam Keperawatan Perawat
29 1 Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Agustus glukosa darah keperawatan 3x24 jam Observasi
2022 (D.0027) b.d. diharapkan tercapainya a. Identifikasi kemungkinan penyebab
15.00 resistensi insulin kestabilan kadar glukosa hiperglikemia
WIB darah dengan kriteria b. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
hasil: Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis.
Kestabilan kadar glukosa poliuria, polidipsia, polifagia, kelemahan,
darah (L.03022): malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
a. Keluhan pusing c. Monitor intake dan output cairan
menurun d. Monitor keton urin, kadar analisa gas darah,
b. Keluhan rasa haus elektrolit, tekanan darah ortostatik dan
menurun frekuensi nadi
c. Kadar glukosa dalam Terapeutik
darah membaik a. Berikan asupan cairan oral Konsultasi dengan
medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
Edukasi
a. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dart 250 mg/dL Anjurkan
monitor kadar glukosa darah secara mandiri
b. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor asupan kesehatan)
cairan penggantian karbohidrat, dan bantuan
profesional
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu

2 Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.12391)


b.d agen pencidera keperawatan 3x24 jam Observasi
fisik diharapkan tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun: frekuensi, kuaiitas, intensitas nyeri
Tingkat nyeri (L.08066): b. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri c. Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun d. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Pasien tidak meringis Terapeutik
lagi a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
3. Pasien tidak mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
menunjukkan siap akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
protektif lagi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
4. Gelisah menurun kompres hangat/dingin, terapi bermain)
5. Kesulitan tidur b. Fasilitasi Istirahat dan tidur
menurun Edukasi
a. Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
30 1 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan (I.12383)
Agustus (D.0111) b.d kurang keperawatan 1x24 jam Observasi
2022 terpapar informasi diharapkan tingkat a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
10.00 pengetahuan meningkat: menerima informasi
WIB Tingkat pengetahuan b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
(L.12111): meningkatkan dan menurunkan motivasi
1. Perilaku sesuai perilaku hidup bersih dan sehat
anjuran meningkat
2. Pengetahuan tentang Terapeutik
a. Sediakan materi dan media pendidikan
suatu topic meningkat kesehatan
3. Perilaku sesuai b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
dengan pengetahuan kesepakatan
meningkat c. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Pertanyaan tentang
masalah yang Edukasi
dihadapi menurun a. Jekaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
b. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat;
c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

e. Implementasi Keperawatan
TT
Tanggal/ Diagnosa
Tindakan Respon
Jam Keperawatan
30 Agustus Nyeri akut Memberikan posisi nyaman DS: Pasien mengatakan posisi lebih nyaman
2022 DO: Posisi klien supinasi
08.00 WIB
08.02 WIB Ketidakstabilan Memberikan terapi obat injeksi DS: -
kadar glukosa (Trilac 10mg, Ezelin 40iu) DO:
darah Obat masuk melalui injeksi intramuscular
08.07 WIB Ketidakstabilan Mengobservasi keluhan utama dan DS: Paisen mengatakan nyeri seperti pegal, pusing,
kadar glukosa tanda-tanda vital, tanda dan gejala pandangan sedikit kabur/buram, sering merasa
darah hiperglikemia dan kadar glukosa haus
darah DO:
TD: 120/71 mmHg, HR: 86x/menit,
RR: 20x/menit, T: 36,8°C, SpO2: 99%
GDS: 274 mg/dL
08.18 WIB Ketidakstabilan Menganjurkan menghindari DS: Pasien mengatakan paham dan mengerti
kadar glukosa olahraga saat GDS >250 mg/dL DO: Pasien tampak paham dan mengangguk
darah
08.20 WIB Nyeri akut Mengdentifikasi lokasi, DS:
karakteristik, durasi, kualitas, - P: Pasien mengatakan nyeri seperti pegal linu
intensitas dan skala nyeri secara - Q: Nyeri tumpul
verbal maupun non verbal. - R: Nyeri di bagian bahu menjalar ke leher
- S: Nyeri skala 7
- T: Nyeri terus-menerus
DO: Pasien tampak meringis
08.30 WIB Nyeri akut Memberikan dan menjelaskan DS: Pasien mengatakan mengerti dan bisa
teknik non farmakologis untuk mengulang
mengurangi rasa nyeri, relaksasi DO: Pasien tampak paham dan megulang teknik
nafas dalam tersebut
11.00 WIB Ketidakstabilan Memberikan terapi obat injeksi DS: -
kadar glukosa (Ketorolac 30mg, Ranitidin 25mg, DO:
darah Mecobalamin 100mg, Ceftriaxone Obat masuk melalui injeksi intravena
Nyeri akut 1g)
11.10 WIB Nyeri akut Memonitor efek samping DS: Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
penggunaan analgetik DO:
Pasien tampak menerima obat dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda alergi
31 Agustus Nyeri akut Memberikan posisi nyaman DS: Pasien mengatakan posisi lebih nyaman
2022 DO: Posisi klien supinasi
09.00 WIB
09.02 WIB Ketidakstabilan Memberikan terapi obat injeksi DS: -
kadar glukosa (Ezelin 40iu) DO: Obat masuk melalui injeksi intramuscular
darah
11.00 WIB Ketidakstabilan Mengobservasi keluhan utama dan DS: Paisen mengatakan nyeri seperti pegal, pusing,
kadar glukosa tanda-tanda vital, tanda dan gejala pandangan kabur sudah berkurang, rasa haus sudah
darah hiperglikemia dan kadar glukosa berkurang
darah DO:
TD: 102/73 mmHg, HR : 86x/menit,
RR: 20x/menit, T : 36,9°C, SpO2 : 99%
GDS: 318 mg/dL
11.10 WIB Ketidakstabilan Mengajarkan cara pengelolaan DS: Pasien mengatakan belum paham tentang
kadar glukosa diabetes penyakit yang dideritanya
darah DO: Pasien tampak bingung dan selalu bilang
“tidak tahu”
11.13 WIB Defisit Mengontrak waktu untuk melakukan DS: Pasien bersedia diberikan pendidikan
pengetahuan pendidikan kesehatan kesehatan
DO: Pasien terlihat sangat antusias dan pendidikan
kesehatan dilaksanakan besok
11.15 WIB Nyeri akut Mengdentifikasi lokasi, DS:
karakteristik, durasi, kualitas, - P: Pasien mengatakan nyeri seperti pegal linu
intensitas dan skala nyeri secara sudah berkurang
verbal maupun non verbal. - Q: Nyeri tumpul
- R: Nyeri di bagian bahu menjalar ke leher
- S: Nyeri skala 5
- T: Nyeri terus-menerus
DO: Pasien tampak meringis, lemah
11.20 WIB Nyeri akut Memberikan dan menjelaskan DS: Pasien mengatakan mengerti dan bisa
teknik non farmakologis untuk mengulang
mengurangi rasa nyeri, relaksasi DO: Pasien tampak paham dan megulang teknik
nafas dalam tersebut
12.00 WIB Ketidakstabilan Memberikan terapi obat injeksi DS: -
kadar glukosa (Ketorolac 30mg, Ranitidin 25mg, DO:
darah Mecobalamin 100mg, Ceftriaxone Obat masuk melalui injeksi intravena
Nyeri akut 1g)
1 Sept 2022 Nyeri akut Memberikan posisi nyaman DS: Pasien mengatakan posisi lebih nyaman
14.00 WIB DO: Posisi klien supinasi
14.02 WIB Ketidakstabilan Mengobservasi keluhan utama dan DS: Paisen mengatakan nyeri sudah berkurang,
kadar glukosa tanda-tanda vital, tanda dan gejala sudah tidak pusing, dan pandangan sudah jelas.
darah hiperglikemia dan kadar glukosa DO:
darah - Pasien terlihat sudah segar
- TTV:
TD: 126/111 mmHg, HR: 104x/menit,
RR: 20x/menit, T: 36,8°C, SpO2: 98%
GDS: 212 mg/dL
14.10 WIB Defisit Memberikan pendidikan kesehatan DS: Pasien mengatakan mengerti dengan materi
pengetahuan dengan media leaflet yang diajarkan, dan akan menerapkan dalam
kehidupan sehari-harinya
DO: Pasien tampak mengerti, ketika dijelaskan
pasien mendengarkan dengan penuh antusias dan
pasien juga aktif bertanya.
14.25 WIB Ketidakstabilan Memberikan terapi obat injeksi DS: -
kadar glukosa (Ezelin 40iu) DO:
darah Obat masuk melalui injeksi intramuscular
14.30 WIB Nyeri akut Mengdentifikasi lokasi, DS:
karakteristik, durasi, kualitas, - P: Pasien mengatakan masih sedikit nyeri tetapi
intensitas dan skala nyeri secara sudah bisa bergerak dengan normal
verbal maupun non verbal. - Q: Nyeri tumpul
- R: Nyeri di bagian bahu menjalar ke leher
- S: Nyeri skala 3
- T: Nyeri terus-menerus
DO: Pasien sudah terlihat segar
14.35 WIB Nyeri akut Memberikan dan menjelaskan DS: Pasien mengatakan mengerti dan bisa
teknik non farmakologis untuk mengulang
mengurangi rasa nyeri, relaksasi DO: Pasien tampak paham dan megulang teknik
nafas dalam tersebut

f. Evaluasi

Tanggal/ TT
Kode DX Kep SOAP
Jam
30 Ketidakstabilan S: Pasien mengatakan masih pusing dan pandangan kabur
Agustus kadar glukosa O: 120/71 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,8°C, SpO2: 99% GDS: 274 mg/dL
2022 darah b.d. A: Masalah belum teratasi
11.15 resistensi insulin P: Intervensi dilanjutkan
WIB - Memberikan terapi obat injeksi (Ezelin 40iu)
- Mengobservasi keluhan utama dan tanda-tanda vital, tanda dan gejala hiperglikemia
dan kadar glukosa darah
- Mengajarkan cara pengelolaan diabetes
Nyeri akut S:
(D.0077) b.d - P: Pasien mengatakan nyeri seperti pegal linu
agen pencidera - Q: Nyeri tumpul
fisik - R: Nyeri di area bahu menjalar ke leher
- S: Nyeri skala 6
- T: Nyeri terus-menerus
O: Pasien tampak meringis
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Memberikan posisi nyaman
- Mengobservasi keluhan utama dan tanda-tanda vital pasien
- Mengdentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas dan skala nyeri
secara verbal maupun non verbal.
- Memberikan obat analgesic
31 Ketidakstabilan S: Pasien mengatakan pusing sudah berkurang dan pandangan sudah mulai jelas
Agustus kadar glukosa O: TD: 102/73mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,9°C, SpO2: 99% GDS: 318
2022 darah b.d. mg/dL
12.05 resistensi insulin A: Masalah belum teratasi
WIB P: Intervensi dilanjutkan
- Memberikan terapi obat injeksi (Ezelin 40iu)
- Mengobservasi keluhan utama dan tanda-tanda vital, tanda dan gejala hiperglikemia
dan kadar glukosa darah
- Mengajarkan cara pengelolaan diabetes
Nyeri akut S:
(D.0077) b.d - P: Pasien mengatakan nyeri seperti pegal linu
agen pencidera - Q: Nyeri tumpul
fisik - R: Nyeri di area bahu menjalar ke leher
- S: Nyeri skala 4
- T: Nyeri terus-menerus
O: Pasien sudah tampak tidak meringis, dan nyeri sudah bisa tertahankan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Memberikan posisi nyaman
- Mengobservasi keluhan utama dan tanda-tanda vital pasien
- Mengdentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas dan skala nyeri
secara verbal maupun non verbal.
- Memberikan obat analgesic
1 Ketidakstabilan S: Pasien mengatakan pusing sudah berkurang dan pandangan sudah mulai jelas
Septembe kadar glukosa O: TD: 102/73mmHg, HR: 86x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,9°C, SpO2: 99% GDS: 318
r 2022 darah b.d. mg/dL
14.40 resistensi insulin A: Masalah telah teratasi
WIB P: Intervensi dihentikan
Nyeri akut S:
(D.0077) b.d - P: Pasien mengatakan sedikit terasa nyeri seperti pegal linu
agen pencidera - Q: Nyeri tumpul
fisik - R: Nyeri di area bahu
- S: Nyeri skala 2
- T: Nyeri terus-menerus
O: Pasien sudah tampak tidak meringis, dan nyeri sudah bisa tertahankan
A: Masalah telah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Defisit S: Pasien mengatakan sudah paham tentang penyakitnya
Pengetahuan b.d O: Pasien tampak senang dan sudah paham jika diberi pertanyaan
kurang terpapar A: Masalah telah teratasi
informasi P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan asuhan keperawatan ini didasarkan pada kaidah asuhan
keperawatan yang terdiri atas langkah-langkah yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi pada pasien hiperglikemia maka diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada dokumen pasien mengalami hiperglikemia dimana terbukti GDSnya ialah
274 mg/dL. Hasil pengkajian pada tanggal 29 Agustus 2022 terdapat data subjektif yaitu
pasien mengatakan pandangan kabur, sering merasa haus dan sering pusing, hal tersebut
merupakan gejala hiperglikemia. Pada tanggal 31 Agustus 2022 pasien juga mengatakan
bahwa pasien masih belum paham dengan penyakitnya. Pengkajian di luar catatan
medis pasien, terdapat data juga bahwa pasien mengatakan nyeri akut pada bagian bahu
kiri, dimana terbukti pada pengkajian PQRST sebagai berikut:
P: Pasien mengatakan nyeri seperti pegal-pegal
Q: Nyeri terasa tumpul
R: Nyeri area bahu kiri dan menjalar ke leher
S: Nyeri 7
T: Nyeri terus-menerus
2. Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian pada 29 Agustus 2022 pukul 14.05 WIB didapatkan
diagnose Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d. resistensi insulin dan Nyeri akut
(D.0077) b.d agen pencidera fisik. Dan pada tanggal 31 Agustus 2022 didapatkan
diagnose Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang
ditemukan pada pasien. Perawat merencanakan tindakan sesuai dengan yang dibutuhkan
pasien. Pada diagnose 1 dan 2 akan diimplementasikan selama 3x24 jam dengan kriteria
hasil caaian terbaik masing-masing diagnose yaitu pada diagnose 1 tercapainnya
kestabikan kadar glukosa darah dan pada diagnose kedua tercapainnya tingkat nyeri
yang di rasakan pasien menurun. Sedangkan, pada diagnose yang ketiga yaitu deficit
pengetahuan akan diimplementasikan selama 1x24 jam, dengan luaran keperawatannya
yaitu diharapkan pengetahuan pasien meningkat tentang penyakitnya.
4. Implementasi
Implementasi/tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat, pada diagnose ke-1 dilakukan implementasi sesuai
dengan intervensi Kestabilan glukosa darah (I.03115), pada diagnose ke-2 dilakukan
implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan Manajemen nyeri (I.12391) dan
pada diagnose ketika dilaukan implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan
Edukasi kesehatan (I.12383) dengan media leaflet.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Berdasarkan dari implementasi yang telah dilakukan, pada
diagnose 1, didapatkan bahwa pandangan pasien sudah jelas atau tidak kabur, sudah
tidak merasakan pusing dan sudah tidak merasa haus, tetapi hasil GDS masih tinggi
yaitu 318 mg/dL. Pada diagnose ke-2, didapatkan bahwa nyeri sudah berkurang dan
pasien juga sudha bisa menggerakka tangan secara normal. Dan pada diagnose ke-3
didapatkan bahwa pasien telah mengerti tentang penyakit yang sedang dideritanya.

B. Saran
Dengan adanya tugas luaran praktik klinik dalam stase Keperawatan Medikal Bedah II
yang membahas mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Gangguan Sistem
Imunitas: Hiperglikemia Di Ruang Prabu Kresna RRSUD KRMT Wongsonegoro” ini,
diharapkan pembaca dapat memperdalam materi tersebut dan seluruh pembahasannya
sehingga dapat menjadi bahan diskusi baik bagi mahasiswa maupun dosen pengampu, pihak
rumah sakit, dan keluarga pasien untuk mendapatkan pengembangan materi yang lebih luas
dan lengkap. Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, tetapi pada kenyataanya kami masih memiliki banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.
Penulis masih memerlukan banyak wawasan yang luas mengenai materi tersebut. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk bahan evaluasi
penyusunan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Plasma, I., Diinduksi, S., Yuniastuti, A., Susanti, R., & Iswari, R. S. (2018). Efek Infusa Umbi
Garut (Marantha arundinaceae L) Terhadap Kadar Glukosa dan Insulin Plasma Tikus yang
Diinduksi Streptozotocyn. Jurnal Mipa, 41(1), 34–39.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM/article/viewFile/15874/8343
RI, K. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi
kementrian kesehatan RI.
Saputro, P. S., & Estiasih, T. (2015). Pengaruh polisakarida larut air (PLA) dan serat pangan
umbi-umbian terhadap glukosa darah: kajian pustaka. Pangan Dan Agroindustri, 3(2), 756–
762.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Pusdik SDM
Kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
M. Bachrudin dan Moh. Najib. 2016. Keperawatan Medikal Bedah I. Pusdik SDM Kesehatan.
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Febriasari, Ni Kadek Sinta Purnama (2018) Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengue
Haemorrhagic Fever (Dhf) Dengan Hipertermia Di Ruang Cilinaya Rsud Mangusada
Badung Tahun 2018. Diploma thesis, Jurusan Keperawatan 2018.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai