Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

Intensive Care Unit (ICU) RSUD Palembang Bari

OLEH :
DWI PUTRA SETIAWAN, S.Kep
22221040

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU
KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
Laporan pendahuluan hiperglikemia

1. Definisi

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah

daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang

non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah (Elizabeth J. Corwin, 2018).

Menurut Christine Hancock (2017) berpendapat bahwa hiperglikemia

adalah terdapatnya glukosa dengan kadar yang tinggi didalam darah

(rentang normal kadar glukosa darah adalah 3,0-5,0 mmol/liter).

Hiperglikemi merupakan tanda yang biasanya menunjukan penyakit

diabetes mellitus.

Hiperglikemia merupakan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel

dan Bare, 2015).

2. Etiologi

Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui

kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang

memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,

pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.

Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada

penderita hiperglikemia khususnya Diabetes Melitus terdapat bukti adanya

suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana

antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap

jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.


3. Patofisiologi

Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat

disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan

herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk

kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam

darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon

sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan

penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi

glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.

Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan

dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi).

Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton

yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton

dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.

Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat

sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel

mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan

glukosa pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak sehingga

pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu telepas

akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat menutup aliran

darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain (tergantung letak

tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat

menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark,

mata dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian.


4. Manifestasi Klinik

Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah) :

a. Polipagi

b. Polidipsi

c. Poliuri

d. Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering

e. Rasa kesemutan, kram otot

f. Visus menurun

g. Penurunan berat badan

h. Kelemahan tubuh

i. Luka yang tidak sembuh-sembuh

5. Komplikasi

Dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

a. Komplikasi akut :

1) Ketoasidosis diabetic

2) Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik

3) Hipoglikemia

4) Asidosis lactate

5) Infeksi berat

b. Komplikasi kronik

1) Komplikasi vaskuler

a) Makrovaskuler : Penyakit jantung koroner, stroke , pembuluh

darah perifer

b) Mikrovaskuler : retinopati, nefropati

2) Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis,

diare diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks

kardiovaskuler.

a) Campuran vascular neuropati

b) Ulkus kaki

c) Komplikasi pada kulit

6. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg%

(Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% sehingga perlu pemeriksaan test

toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik Diabetes Melitus

menurut American Diabetes Association menggunakan GDP > 126 mg/dl.

Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :

a. Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih

b. Aseton plasma : Positif secara mencolok.

c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.

d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m

Osm/l.

e. Elektrolit :

1) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.

2) Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan

seluller), selanjutnya akan menurun.

3) Fospor : Lebih sering menurun.


f. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari

normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan

terakhir (lama hidup SDM).

g. Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan

penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi

alkalosis respiratorik.

h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,

hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

i. Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/

penurunan fungsi ginjal).

j. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya

pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.

k. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe

1) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi

insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen /eksogen). Resisiten

insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi.

(auto antibodi).

l. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

m. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin

menigkat.

n. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran

kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

o. Ultrasonografi
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropati.

a. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :

1) Diet

a) Komposisi makanan :

1. Karbohidrat = 60 % – 70 %

2. Protein = 10 % – 15 %

3. Lemak = 20 % – 25 %

b) Jumlah kalori perhari

1. Antara 1100 – 2300 kkal

2. Kebutuhan kalori basal : laki – laki : 30 kkal/kg BB dan

perempuan : 25 kkal/kg BB

3. Penilaian status gizi

4. Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM

yang bekerja biasa adalah :

a. Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari

b. Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari

c. Gemuk : BB x 20 kalori/hari

d. Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari

2) Latihan jasmani

Manfaat latihan jasmani :

a) Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi

insulin, meningkatkan sensitivitas insulin).


b) Menurunkan berat badan.

c) Mencegah kegemukan.

d) Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,

gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah,

hiperkoagulasi darah

3) Penyuluhan

4) Obat berkaitan Hipoglikemia

a) Obat hipoglikemi oral :

1. Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon,

glimeperide, glipizid.

2. Biguanid (metformin)

3. Inhibitor glucosidase

4. Tiosolidinedlones

b) Insulin

1. Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia

adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan

mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia

dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara

maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah

penderita, dan segera menghilang setelah 6 – 8 jam

kemudian.

2. Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai

bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia disuntikkan ke dalam

tubuh seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak memiliki masa

reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu


yang lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita

diabetes, contohnya Levemir dan Lantus.

3. Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai

efektif bekerja menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam

setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara

maksimal selama 6 – 10 jam, dan berakhir setelah 10 – 16

jam setelahnya, contohnya Humulin m3, Hypurin, dan

Insuman.

8. Pathway
B. KONSEP DASAR KASUS KEPERAWATAN HIPERGLIKEMIA

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pendidikan terakhir,

Pekerjaan, Agama, Alamat, Tanggal/ Jam masuk Rumah Sakit , Jam

pengkajian, Diagnosa Medis, No. Rekam Medik.

b. Identitas Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama,

Alamat, Hubungan dengan pasien.

c. Keluhan Utama

d. Riwayat Penyakit

1) Riwayat Penyakit Sekarang, misalnya seperti : keluhan badan lemas

tidak berdaya, kepala pusing, sesak nafas serta mual, badan pucat,

serta nilai GDS saat dikaji.

2) Riwayat Penyakit Dahulu, misalnya seperti : Diabetes Melitus,

Hipertensi

3) Riwayat Penyakit Keluarga, misalnya seperti : Diabetes Melitus,

Hipertensi

e. Pengkajian Primer

1) Airway

2) Breathing

3) Circulation

4) Disability

5) Exposure
f. Data Fokus

1) Data Subjektif

2) Data Objektif

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Disfungsi
Pankreas dibuktikan dengan kadar glukosa dalam darah tinggi.
b. Hivopolemia berhubungan dengan diuresis osmotik dibuktikan dengan
hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan.
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, peenurunan
masukan oral, status hipermetabolisme.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan asuhan
Ketidakstabilan kadar SIKI:Manajemen SIKI:Manajemen Hiperglikemia
keperawatan 1x24 jam, diharapkan
glukosa darah Hiperglikemia Observasi
kestabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan 1. Untuk mengetahui faktor
pasien dapat teratasi dengan kriteria
disfungsi pankreas yang menyebabkan
Observasi
hasil:
dibuktikan dengan kadar glukosa darah pasien
1. Identifikasi penyebab
SLKI : Kestabilan Kadar
glukosa dalam darah meningkat.
hiperglikemia.
Glukosa Darah
tinggi. 2. Untuk memantau
No Indikator T 2. Monitor kadar glukosa kestabilan glukosa darah
1 Kadar glukosa dalam darah. pasien.
5
darah

Terapeutik
2Lemas 5
1. Agar kebutuhan cairan
Terapeutik pasien terpenuhi.
Keterangan:
1. Menurun 1. Berikan cairan oral.
2. Cukup menurun Edukasi
3. Sedang 1. Agar pasien tau cara yang
Edukasi
4. Cukup meningkat tepat dalam menghadapi
1. Ajarkan pengelolaan
5. Meningkat
diabetes. diabetesnya.

Kolaborasi

Kolaborasi 1. Untuk menurunkan kadar

1. Kolaborasi pemberian gula darah pasien.

insulin 2. Untuk memenuhi

2. Kolaborasi pemberian kebutuhan cairan pasien

cairan IV

2 Setelah diberikan asuhan keperawatan


Hivopolemia SIKI:Manajemen SIKI:Manajemen
1 x 2 jam, diharapkan Hivopolemia
berhubungan dengan Hipovolemia Hipovolemia
pasien dapat teratasi dengan kriteria
diuresis osmotik Observasi Observasi
hasil:
dibuktikan dengan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mencegah
SLKI: Status Cairan
hiperglikemia, hipovolemia terjadinya syok
NoIndikator T
pengeluaran cairan hipovolemia pada pasien
Turgor kulit 5
berlebihan. Terapeutik Terapeutik
Membran mukosa 5
cairan berlebihan. 1. Berikan asupan cairan oral 1. Agar memenuhi
Keterangan:
kebutuhan cairan pasien
1. Menurun
2. Cukup menurun Edukasi Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak 1. Agar pasien memahami
3. Sedang
asupan cairan oral pentingnya kebutuhan
4. Cukup meningkat
5. Meningkat cairan bagi dirinya.
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mencegah
cairan IV isotonis terjadinya syok pada pasien

3 Defisit Nutrisi Setelah diberikan asuhan keperawatan


SIKI: Manajemen Nutrisi SIKI: Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan 1 x 24 jam, diharapkan Defisit Ntrisi
Observasi
ketidakcukupan insulin, pasien dapat teratasi dengan kriteria Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
peenurunan masukan hasil: 1. Untuk memenuhi
oral, status SLKI: Status Nutrisi kebutuhan nutrisi pasien
2. Monitor berat badan
hipermetabolisme. 2. Untuk mengetahui
No Indikator T
3. Monitor asupan makanan
1 Nyeri Abdomen 5 perkembangan nutrisi pasien
2 Nafsu Makan 5 3. Agar nutrisi pasien
3 Membran Mukosa 2 terpenuhi

Keterangan: Kolaborasi Kolaborasi


1. Menurun 1. Anjurkan diet yang
diprogreamkan 1. Agar tidak terjadi komplikasi
2. Cukup menurun
pada pasien
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Crowin. (2017). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC.


Daniel, M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah edisi I. Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan.
Guyton, A. (2017). Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 12. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Krisnatuti, dkk. (2018). Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Ningrum, V. D. (2018). Kontrol Metabolik dan Prevalensi Kadar Gula Darah pada
pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Wilayah Propinsi DIY. Farmasi Klinik
Indonesia, Volume 1.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Purnamasari, D. (2017). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Vol 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Ratna, A. (2018). Buku Ajar Keperawatan MEDIKAL Bedah Edisi 8 Vol 1.
Jakarta: CV.
Tarwoto, W. (2017). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai