HIPERGLIKEMIA
CI Institusi : Erik Irham Lutfi S.Kep.,Ns.,M.Kep
Di Susun Oleh :
yuliyanti
NIM. 16621053
UNIVERSITAS KADIRI
2020
LEMBAR PENSETUJUAN
Yuliyanti
NIM. 16621054
Telah di Setujui
Di : Kediri
Tanggal : September 2020
CI Institusi
1.3 Manfaat
1. Bagi penulis
2. ETIOLOGI
Penyebab dari hiperglikemia tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya
diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting yang lain akibat pengangkatan pankreas,
pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor predisposisi
herediter, obesitas, faktor imunologi pada penderita hiperglikemia khususnya
DM terdapat bukti adanya suatu respon auto imun. Respon ini merupakan
respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
Penyebab hiperglikemia umumnya mencakup penggunaan terlalu sedikit
insulin, tidak menggunakan insulin sama sekali, kegagalan untuk memenuhi
kebutuhan insulin yang meningkat akibat operasi, trauma, kehamilan, stress,
pubertas, atau infeksi, kurang aktivitas fisik, dan membentuk resisten insulin
sebagai akibat adanya antibodi insulin (Smeltzer & Bare, 2013, Rumahorbo,
1999).
Selain itu, terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi
hiperglikemia, antara lain karakteristik individu, obesitas, asupan makanan,
konsumsi sumber karbohidrat, dan konsumsi sayuran. Faktor karakteristik
responden dibagi menjadi faktor urbanisasi yang dilihat dari lokasi penelitian,
usia, jenis kelamin, sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jumlah
penghasilan, dan jumlah pengeluaran, kebiasaan merokok dan kebiasaan
melakukan aktivitas fisik serta olah raga. Faktor obesitas dibagi menjadi
obesitas berdasarkan IMT dan obesitas berdasarkan lingkar pinggang. Faktor
asupan makanan dibagi menjadi asupan energi, asupan karbohidrat, asupan
lemak, asupan serat, indeks glikemik dan beban glikemik. Faktor konsumsi
sayuran dibagi menjadi konsumsi sayuran hijau dan sayuran berwarna
(Ardiningsih, 2013)
3. PATOFISIOLOGI
Pada mulanya sel beta pankreas gagal atau terhambat oleh beberapa
keadaan stress yang menyebabkan sekresi insulin menjadi tidak adekuat
(defisiensi insulin). Terdapat 3 efek utama kekurangan insulin sebagai berikut
pengurangan penggunaan glukosa oleh sel – sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi darah setinggi 300-1200 mg/hari/100ml, peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah – daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolism lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler
yang menyebabkan aterosklerosis, dan pengurangan protein dalam jaringan
tubuh (Priyanto, 2012). Pada keadaan stres tersebut terjadi peningkatan hormon
glukagon sehingga pembentukan glukosa akan meningkat dan menghambat
pemakaian glukosa perifer, yang akhirnya menimbulkan hiperglikemia. Karena
tingginya glukosa dalam darah melebihi ambang batas renal, hal ini
menyebabkan glucosuria. Selanjutnya terjadi diuresis osmotik yang
menyebabkan cairan dan elektrolit
tubuh berkurang. Perfusi ginjal menurun dan sebagai akibat sekresi hormon
lebih meningkat lagi. Manifestasi klinis yang muncul yaitu polyuria dan
dehidrasi (Corwin, 2009).
4. Patway
5. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun – tahun
mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien
dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan
gangguan toleransi glukosa) dapat tetap beresiko mengalami komplikasi
metabolic diabetes (Agustien, 2013). Gejala awal umum yang sering muncul
pada penderita hiperglikemi (akibat tingginya kadar glukosa darah) seperti
polifagia, polidipsi, polyuria, kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering, rasa
kesemutan, kram otot, visus menurun, penurunan berat badan, dan kelemahan
tubuh. (Smeltzer & Bare, 2013)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis penyakit pada pasien hiperglikemia dan diabetes mellitus
didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan
hanya atas dasar adanya glukosurianya saja. Berikut perbedaan antara hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dL) menurut PERKENI pada tahun 2015 :
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar GDS Plasma vena <110 110-199 ≥200
Darah kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar GDP Plasma vena <110 110-125 ≥126
Darah kapiler <90 90-109 ≥110
Menurut Smeltzer & Bare pada tahun 2013, pemeriksaan penunjang yang
umum diperlukan pada penderita hiperglikemia adalah glukosa darah, aseton
plasma, asam lemak bebas, kadar lipid dan kolesterol, osmolitas serum. Berikut
interpretasi nilai yang kerap muncul pada pemeriksaan pasien hiperglikemia :
7. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen penatalaksanaan hiperglikemia
(Doenges, 1999 dan Priyanto, 2012):
a. Diet
1) Komposisi makanan
Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan
riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasan makan pasien dan gaya
hidupnya. Tujuan yang paling penting dalam penatalaksanaan diet
bagi penderita hiperglikemia adalah pengendalian asupan kalori total
untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan
pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori yang berasal dari
karbohidrat, protein dan lemak. Distribusi kalori dari karbohidrat saat
ini lebih dianjurkan dari pada protein dan lemak.
a) Karbohidrat
Karbohidat yang diperlukan pada penderita hiperglikemia
per porsi makanan antara 60% sampai dengan 70%
b) Protein
Protein yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per
porsi makanan antara 10% sampai dengan 15%
c) Lemak
Lemak yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per
porsi makanan antara 20% sampai dengan 25%
d) Jumlah kalori perhari
Kalori yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per
hari antara 1100 sampai dengan 2300 Kkal. Sedangkan kebutuhan
kalori basal menurut jenis kelamin antara lain laki-laki sebesar 30
Kkal/kg BB dan perempuan 25 Kkal/kg BB.
2) Penilaian status gizi
Penilaian status gizi penderita hiperglikemia dapat dilakukan
dengan rumus BBR.
BBR = TB-100 X 100%
3) Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang
bekerja Kalori yang diperlukan penderita DM dalam sehari
menurut status
gizinya antara lain
a) Kurus (BB X 40 s/d 60 Kal/hari)
b) Normal atau ideal (BB X 30 Kal/hari)
c) Gemuk (BB X 20 Kal/hari)
d) Obesitas (BB X 10 s/d 15 Kal/hari)
b. Latihan Jasmani.
Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam
penatalaksanaan hiperglikemia. Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan
jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit). Latihan
jasmani yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam
dan berenang. Batasi jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang
memerluka pergerakan, seperti menonton televisi (PERKENI, 2015)
c. Edukasi
Penyuluhan perawatan diri pada penderita sangat diperlukan untuk
mencegah atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik
maupun penyulit akut yang ditakuti penderita, khusunya dilakukan pada
kelompok resiko tinggi, seperti pasien dengan umur diatas 45 tahun,
kegemukan lebih dari 120% BB idaman atau IMT > 27 kg/m, memiliki
riwayat hipertensi > 140/90 mmHg, keluarga memiliki riwayat DM, pasien
dengan pemeriksaan penunjang menunjukan dislipidemia, HDL 250
mg/dl, Para TGT atau GPPT (TGT > 140 mg/dl s/d 2200 mg/dl), glukosa
plasma puasa derange/GPPT > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl). Penyuluhan
dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui beberapa cara yaitu ceramah,
seminar, diskusi kelompok dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk
mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku.
d. Obat berkaitan hiperglikemia
1) Obat hiperglikemia oral
Obat yang biasa diberikan pada pasien hiperglikemia yang diberikan
via oral antara lain Sulfoniluria: glibenglamida, glikosit, gliguidon,
glimiperide, glipizide, Biguanit (Metformin), Inhibitor glucosidase,
dan Tiosolidinedlones
2) Insulin
Berdasarkan cara kerjanya, insulin dibagi tiga yaitu insulin yang
kerja cepat (20 menit) contohnya insulin reguler, insulin kerja sedang
contohnya insulin suspense, dan insulin kerja lama seperti insulin
suspense seng.
B. SENAM KAKI DIABETES
1. Definisi
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
hiperglikemia untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki (Melati, 2017). Senam kaki dapat membantu
memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan
kekuatan otot betis, paha dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
(Priyanto, 2012).
2. Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah
memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien hiperglikemia, sehingga nutrisi
lancer terdistribusi kejaringan tersebut. Selain itu, untuk menurunkan kadar
glukosa darah pada lansia hiperglikemia (Harahap, 2016).
3. Manfaat senam diabetes
a. Jantung
Otot jantung bertambah kuat dan bilik jantung bertambah besar, sehingga
denyutan kuar dan daya tamping besar. Kedua hal ini akan meningkatkan
efisiensi kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak
perlu berdenyut terlalu sering (Kushartanti dalam Priyanto, 2012).
b. Pembuluh darah
Elastisitas pembuluh darah akan bertambah, karena berkurangnya
timbunan lemak dan penambahan kontraktilitas otot dinding pembuluh
darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar jalannya
darah dan mencegah timbulnya hipertensi (Kushartanti dalam Priyanto,
2012).
c. Paru – paru
Elastisitas paru – paru akan bertambah, sehingga kemampuan berkembang
kempis juga akan bertambah. (Kushartanti dalam Priyanto, 2012)
d. Otot
Kekuatan, kelenturan dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini
disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya
system penyediaan energi di otot (Kushartanti dalam Priyanto, 2012).
e. Ligamentum dan tendo
Ligamentum dan tendo akan bertambah kuat, demikian juga
perlekatan tendo pada tulan (Kushartanti dalam Priyanto, 2012)
2. Tujuan
Slow deep breathing bertujuan sebagai relaksasi untuk menurunkan aktivitas
metabolic guna menurunkan kadar glukosa dalam darah. Teknik relaksasi ini
dilakukan dengan Teknik pernapasan yang terdiri atas pernapasan abdomen
(diafragma) dan purse lips breathing (Kozier, et al. 2010)
3. Mekanisme kerja
Pengendalian pengaturan pernapasan secara sadar dilakukan oleh korteks
serebri sedangkan pernapasan yang spontan atau automatic dilakukan oleh
medulla oblongata. Napas dalam lambat dapat menstimulasi respons saraf
otonom, yaitu dengan menurunkan respons saraf simpatis dan meningkatkan
respons saraf parasimpatis. Stimulasi saraf simpatis meningkatkan aktivitas
tubuh, sedangkan respons parasimpatis lebih banyak menurunkan aktivitas
tubuh sehingga, sehingga menurunkan konsumsi oksigen dan dapat
menurunkan aktivitas metabolic. Penurunan aktivitas metabolic diharapkan
dapat menurunkan kebutuhan insulin sehingga kadar gula darah dapat
menurun (Siswanti, 2017).
2.1 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.1 Pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data
1. Riwayat Kesehatan
a. Pola persepsi
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
c. Pola eliminasi
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada
f. Kongnitif persepsi
h. Peran hubungan
i. Seksualitas
pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko
j. Koping toleransi
kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
3. Pemeriksaan fisik
dan pernafasan pada pasien dengan pasien hiperglikemia bisa tinggi atau
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
f. Pemeriksaan Abdomen
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal
j. Pemeriksaan Neurologi
60
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1 Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun
KH : Observasi :
Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi,
Penyembuhan luka membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
61
Edukasi teknik nafas dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik
nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam
62
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik :
- Lepaskan balutan dan plester seccara
perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala infeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur debridement
63
4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Terapi aktivitas
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas
membaik Observasi :
KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Toleransi aktivitas membaik - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
Tingkat keletihan menurun dalam aktivitas tertentu
Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
Manajenen program latihan
Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk memulai/
64
melanjutkan aktivitas fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik
65
2.2.3 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
2011).
2.2.4 EVALUASI
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
66
REFERENSI
67
Agustien. 2013. Efek hiperglikemia postpradinal terhadap kemampuan memori
jangka pendek pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas
Cipondoh Tangerang. Diakses pada 20 Oktober 2018 pada
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335125-T33032- Rinnelya
%20Agustien.pdf
Kushartanti dalam Priyanto, 2012. Diabetes educator training. Yogyakarta,
Fakultas Kedokteran UGM.
Tarwoto. 2011. Pengaruh latihan slow deep breathing terhadap intensitas nyeri
kepala akut pada pasien cedera kepala ringan. Diakses pada 20 Oktober
2018 pada http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280088-
T%20%20TARWANRO.pdf
Tarwoto. 2012. Latihan slow deep breathing dan kadar gula darah penderita
diabetes melitus tipe 2. Diakses pada 20 Oktober 2018 pada
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/8457Latihan_Slow_Dee
p_Breathing_dan_Kadar_Gula_Darah_Penderita_Diabetes_Melitus_Tipe_
2.pdf
Siswanti, Heny, Tri Kurniati, Nana Supriyatna. 2017. Perbandingan pengaruh
kombinasi senam dm dan slow deep breathing (sdb) dengan kombinasi
senam dm dan progressive muscle relaxation (pmr) terhadap kadar glukosa
darah (kgd) pada klien dm type 2 di puskesmas welahan i kabupaten jepara
jawa tengah, tahun 2016. Diakses pada 20 Oktober 2018 pada
http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/ijp/article/download/266/185
68