Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHUUAN

HIPERGLIKEMI

DISUSUN OLEH:

SRI LESTARI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI

MATARAM

2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERGLIKEMI

I. Konsep Dasar Hiperglikemi


A. Definisi
Hiperglikemi adalah keaadaan dimana kadar glukosa darah di dalam tubuh tinggi
ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan
pandangan kabur (Depkes, 2005)
Hiperglikemi merupakah salah satu tanda khas dari penyakit hiperglekimia.
Hiperglikemia terjadi karena adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah
melebihi batas normal. Hiperglikemi merupakan keadaan peningatan kadar
glukosa darah puasa melebihi 100 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu
melebihi 200ml/dL yang dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium kadar
glukosa darah dan gambaran klinis pasien. (Farid,2014)
Gngguan sekresi insulin dan efek kerja insulin sering terjadi bersamaan pada
pasien yang sama, dan seringkali tidak jelas kelainan mana, jika salah satunya,
merupakan penyebab utama hiperglikemia. (America diabetes association, 2014).
B. Etiologi
Secara umum, penyebab hiperglikemia adalah kelebihan asupan gula,
sementara hormon insulin tidak mampu mengolahnya menjadi energi.
Normalnya, setelah makan, tubuh akan memecah karbohidrat dari makanan
menjadi molekul (glukosa). Selengkapnya, klik untuk cari tahu apa saja makanan
untuk penderita diabetes yang direkomendasikan.
Glukosa kemudian terserap dalam aliran darah sehingga membuat kadar gula
darah naik. Pada saat itu, tubuh akan memberi sinyal kepada pankreas untuk
melepas hormon insulin guna membantu penyerapan glukosa ke dalam sel-sel
tubuh kemudian diolah menjadi energi.
Melalui proses tersebut, kadar gula darah akan tetap terjaga dan konsisten pada
batas normal. Karena itulah, apabila produksi insulin terganggu, penyerapan gula
darah menjadi tidak optimal dan menyebabkan hiperglikemia. Selain faktor utama
di atas, hal-hal lain yang bisa menjadi penyebab hiperglikemia adalah:
 Menderita penyakit diabetes melitus
 Menderita gangguan hormonal yang berpengaruh pada produksi insulin
dan menyebabkan resistensi insulin
 Sedang mendapatkan gula atau nutrisi melalui infus
 Stres berat
 Mengalami infeksi, termasuk flu
 Jarang atau bahkan tidak pernah berolahraga
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu
 Menderita gangguan pankreas, seperti kanker pankreas, atau pankreatitis
 Pasca menjalani operasi atau trauma, seperti luka bakar atau cedera kepala
berat
C. Manifestasi Klinis
Hiperglikemia adalah kondisi meningkatnya kadar gula darah, di mana pada
tahap awal biasanya tidak menunjukkan gejala. Gejala hiperglikemia baru akan
terasa ketika glukosa darah meningkat secara signifikan melebihi 200 mg/dL
Mengenali gejala hiperglikemia cukup penting untuk mencegah kondisi yang
lebih parah. Adapun beberapa gejala hiperglikemia adalah sebagai berikut:
 Sakit kepala
 Sering buang air kecil
 Merasa sering haus dan mudah lelah
 Sulit fokus atau penurunan kesadaran
 Pandangan menjadi kabur
 Penyembuhan luka lebih lama
 Keputihan
 Berat badan menurun
 Demam selama 24 jam atau lebih
 Diare dan muntah
 Kadar gula tidak stabil hingga mencapai 240 mg/dL, sekalipun sudah
mengonsumsi penurun gula darah
D. Faktor Resiko
Selain beberapa penyebab di atas, faktor-faktor yang juga dapat meningkatkan
risiko seseorang terkena hiperglikemia adalah sebagai berikut:
 Mempunyai riwayat diabetes gestasional
 Berat badan berlebih
 Memiliki kadar kolesterol tinggi
 Terdapat keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2
 Mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi)
E. Patofisiologi
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta yang terdapat di pancreas.
Pada keadaan normal, kadar insulin dalam darah akan berfluktuasi tergantung
kadar gula dalam darah.fungsi utama insulin yaitu mendistribusikan glukosa yang
terdapat dalam darah ke seluruh tubuh untuk dimetabolisme untukmenghasilkan
energi (Anies,2018)
Glukosa merupakan karbohidrat sederhana yang terdapat dalam darah dan
perangsang atau stimulator utama pelepasan insulin dari sel beta (Bilous dkk
2014). pada resistensi insulin, terjadi peningkatan produksi glukosa dan
penurunan penggunaan glukosa sehingga mengakibatkan hiperglikemi
(Wahyuningsih, 2013). Gula yang berlebihan sebagai hasil dari pengambilan oleh
sel tidak dapat disimpan di jaringan otot akan tertahan di alliran darah, sehingga
terjadilah kenaikan gula darah .
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang
menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu
keadaan dimana ginjal Tidak dapat meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal
tidak mengikat glukosa yang fifiltrasi akan mengakibatkan cairan diikat oleh
glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang akan dimanifestasikan
dengan banyak mengeluarkan urin (Susetyu, 2012).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut PERKENI (2015)
a. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu > 200mg/dL
b. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik
c. Tes toleransi glukosa oral atau TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75g
glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa
plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri.
TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat
jarnang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
d. Pengukuran tekanan darah, termaksud pengukuran tekanan darah dalam posisi
berdirih untukmencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik, serta angkle
bracial indeks (ABI), untuk mencari kemungkinan penyakit pembuluh darah
arteri tepi
e. Pemeriksaan fundus kopi
f. Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroyd
g. Pemeriksaan jantung
h. Evaluasi nadi, baik secara paalpasi mauoun dengan stetoskop pemeriksaan
ekstremitas atas dan bawah, termaksu jari.
i. Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin)
Dan pemeriksaan neurologi
j. Glukosa darah puasa dan 2 jam post pradial
k. Pemeriksaan A 1C
l. Profil lipid pada keadaan puasa (kolestrol total, HDL, LDL, dan trigliserida)
m. Kreatinin serum, albuminuria, keton, sediemen, dan protein dalaam urin
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hiperglikemia bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup penyandang hiperglikemia dengan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
komperehensif (PARKENI, 2015)
Menurut bilousdan donelly (2014) penatalaksanaan hiperglikemi meliputi :
a. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup bertujuan untuk menurunkan berat badan pasien
dan mengurangi faktor resiko penyakit kardiovaskular. Modifikasi gaya
hidup diantaranya yaitu berolahraga, berhenti merokok, dan membatasi
asupan karbohidrat dan lemak.
b. Pendidikan Kesehatan Terstruktur
Aktivitas fisik akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik,
psikis maupun sosial dan tampak sehat bagi pasien hiperglikemi dan
mengurangi resiko kejadian kardiovaskular serta meningkatkan harapan
hidup. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
melakukan olahraga. Apabila kadar glukosa darah <100mg/dL pasien
harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250mg/dL
dianjurkan untuk menundah latihan jasmani.
c. Obat Antihiperglikemi Oral
Menurut PARKENI (2015) berdasarkan cara kerjanya, obat
anthiperglikemi digolongkan menjadi :
1) Pemacu sekresi insulin (insulin secretagogue)
Obat yang termasuk golongan ini yaitu sulfonilurea dan glinid.
Obat ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
betah pankreas. Efek samping utama dari penggunaan obat ini yaitu
hipoglikemia dan peningkatan berat badan.
2) Peningkatan sensitive terhadap insulin
Obat yang termasuk golongan ini yaitu metformin dan
tiazolidindion. Metformin mempunyai efek utama mengurangi
produksi glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki abilan
glukosa di jaringan perifer sedangkan tiazolidindion mempunyai efek
menurunkan reistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein
pengankut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di
jaringan perifer.
3) Penghambat absorpsi glukosa di saluran pencernaan
Obat yang termasuk golongan ini yaitu penghambat alfa glucoside,
penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) dan penghambat
SGLT-2 (Sodium Glucose Contransporter 2). Obat-obat tersebut
berfungsi menghambat penyerapan glukosa di saluran pencernaan
sehingga kadar glukosa dapat terkendali. Kadar glukosa darah.
Semakin tinggi asupan karbohidrat sederhana maka kadar glukosa
darah semakin tinggi.
Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat sederhana seperti :
Gula yang sifatnya manis akan meningkatkan kadar glukosa darah
sewaktu (Yuniati, 2017). Peningktan kadar glukosa darah ini berkaitan
dengan metabolisme dari karbohidrat. Karbhidrat akan dipecah dan
serap dalam betuk monosakarida, terutama gula. Karbohidrat
sederhana dengan ikatan glukosa tunggal akan langsung masuk ke
aliran darah, sehingga kadar gula darah akan meningkat dengan cepat
sehingga karbohidrat ini perlu diawasi (Sustrani, dkk 2006).
H. Pencegahan
Beberapa upaya yang dapat Anda lakukan untuk mencegah hiperglikemia adalah:
 Menjaga berat badan ideal
 Mengurangi konsumsi alkohol
 Rutin berolahraga
 Memantau gula darah secara berkala
 Mengurangi kebiasaan merokok, akan lebih baik jika dihentikan
 Mengubah pola makan dengan gizi seimbang
I. Pathway

HIPERGLIKEMIA

Herediter, sel B pankreas rusak/terganggu, obesitas

Produksi insulin terganggu

Glukagon
Ketidakstabilan kadar
Hiperglikemi (>100 mg) glukosa darah

Sel kelaparan

Hilangnya protein tubuh

Resiko infeksi
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan


asuhan keperawatan yang mempunyai lima tahapan yaitu pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi. Proses pemecahan masalah yang sistemik
dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana
keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap pasien seperti yang tersebut di
atas yaitu melalui empat tahapan keperawatan (Muttaqin, 2020).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan secara
keseluruhan, tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan, (Nursalam, 2008) yang meliputi:
1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah
Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung
jawab.(Nursalam, 2008)
2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien datang
ke rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti
tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan lemas, luka
yang tidak sembuh-sembuh, kesemutan. (Nursalam, 2008)
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa
sehat yang ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat
perkembangan dan perjalanan penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang
muncul seperti polifagia, polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh
penderita Diabetes Melitus, tetapi hal itu jarang diperhatikan sehingga klien
yang diopname di rumah sakit biasanya yang sudah mengalami komplikasi
TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan utamanya biasanya keluhan yang
lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan
kencing, badan lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lain-lain. Riwayat
penyakit keluarga sering ditemukan pada penderita Diabetes Melitus dan ada
riwayat melahirkan bayi besar dengan BBL > 400 gr juga merupakan salah
satu faktor pencetus. (Nursalam, 2008)
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem
cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit
infeksi dll, yang dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua
penyakit dan komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin
dicatat menurut urutan waktu. (Nursalam, 2008)
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah
bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah satu
anggota keluarga, pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada
keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis
atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang dilakukan jika
mengalami sakit. (Nursalam, 2008).
6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia Handerson
a) Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan, gerakan
dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak,
pada klien dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan
pada sistem pernafasan.
b) Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan
makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan
menelan, penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada
tidaknya masalah dalam status gizi dll, pada klien dengan Diabetes
Melitus mengalami gangguan atau perubahan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi. Klien mengalami peningkatan nafsu makan, klien
sering merasa lapar dan haus, sehingga klien menjadi banyak makan dan
banyak minum.
c) Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan
berkemih, ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi,
inkontinentia, ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan
Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam BAK, karena efek
peningkatan asupan cairan melalui Diit yang juga berhubungan dengan
efek peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga ginjal akan
menghasilkan urin dalam jumlah berlebih,yang menjadikan klien
menjadi sering BAK.
d) Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami
gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan,
atau akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan,
misalnya kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau gangren.
e) Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam
tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah
selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada
klien dengan Diabetes Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam
istirahat dan tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f) Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain.
g) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi gangguan dalam hal
temperatur atau sirkulasi.
h) Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk
melakukan (menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami
hambatan dalam pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes
Melitus dengan luka gangren mengalami gangguan dalam hygienenya,
hal itu berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh
luka gangren tersebut.
i) Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa aman dan
nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat klien melakukan aktivitas yang
berat, dalam kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien
tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya.
j) Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang
lain, serta begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.
k) Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat
dengan saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam
melakukan ibadah, pada keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang
agama yang dianut klien apakah tetap melakukan ajaran agama yang
dianutnya atau terganggu karena penyakit yang dialami.
l) Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas
klien mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus
aktivitasnya terganggu karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan
atau tidak dapat terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah
memburuk.
m) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa
saja yang membuat klien merasa tenang, biasanya klien tidak bisa
memenuhi kebutuhan bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang
cukup, pada klien dengan Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi
kebutuhan, bermain dan rekreasi karena dalam kondisi lemah
n) Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam bekerja
jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk, disertai dengan
komplikasi.
(Doenges, 2000)

7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat
makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien
menjadi nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka
yang sulit sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila
duduk lama, mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.

Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering


bertanya tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa
tidur, tatapan mata kosong, tegang.

a. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu
inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan umum
dan status generalis (Head to toe)

1) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah, keringat dingin,


katarak, bintik-bintik coklat pada tulang kering, meringis, gugup,
ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila disertai neuropatik
maka akan ada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta reflek
pergerakan kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang paru-paru,
hipertensi atau hipotensi.
b. PemeriksaanPenunjang
a) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl

Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl

Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl

b) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit
sebelum makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3
kali sehari sebelum makan. Urin reduksi normal warna biru, bila
terdapat glukosa dalam urin :

Warna hijau : +

Warna kuning : ++

Warna merah : +++

Warna merah bata / coklat : ++++


B. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1 DS : Herediter, sel B Ketidak
1 -Pasien mengatakan pangkreas rusak, stabilan kadar
lemas atau lesu., mulut Obesitas glukosa darah
terasa kering dan rasa
haus meningkat
DO : Produksi insulin
Kadar Glukosa dara : terganggu
230 mg/dL

Glukagon

Hiperglikemi

Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
2 D/S: Herediter, sel B Risiko tinggi
pangkreas rusak,
- Klien mengeluh gatal, penyebaran
Obesitas infeksi
terasa panas dan kulit
menegang disekitar
daerah luka Produksi insulin
D/O: terganggu
- Didaerah sekitar luka
tampak kemerahan Glukagon
- Didaerah sekitar luka
tampak bengkak
Hiperglikemi
- Ada nyeri tekan di
daerah sekitar luka
Sel Kelaparan

Hilangnya protein
tubuh

Resiko infeksi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin di
tandai dengan pasien mengeluh lemas atau lesuh, mulut terasa kering, rasa haus
meningkat dan kadar glukosa darah meningkat 230 mg/dL.
2. Risiko infeksi sehubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah,
menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga dapat merusak jaringan kulit
seperti gangren.
D. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah kesehatan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang timbul atau telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien. (Nursalam, 2008).

Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa keperawatan di atas yaitu :

No Diagnosa Tujuan danKriteria


Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
1 Setelah dilakukan a. Identifikasi
1 tindakn keperawatan kemungkinan penyebab
3x24jam diharapkan hiperglikemia
Ketidakstabilan kadar glukosa darah b. Monitor kadar glukosa
glukosa darah membaik dengan darah jika perlu a. Sebagai acuan
berhubungan dengan kriteria hasil : c. Monitor tanda dan untukmenurunkan nilai
resistensi insulin gejalah hiperglikemia kadar gula darah
ditandai dengan pasien - Lelah/lesu (mis, poliuria, polidipsia, b. untuk mengetahui nilai
mengeluh lemas atau menurun polifagia, norml kadar gula darah
lesu,mulut terasa - Mulut kering kelemahan,malaise, c. untuk mengetahu adanya
kering, rasa haus menurun pandangan kabur, sakit tanda gejala hiperglikemi
meningkat dan kadar - Rasa haus kepala) d. untuk mencegah terjainya
glukosa darah menurun d.Monitor keton urin, asidosis diabetic
meningkat 230 mg/dL kadar analisa gas darah,
- Kadar glukosa elektrolit, tekanan darah
dalam darah ortostati, dan frekuensi
membaik nadi.
Risiko
3 tinggi infeksi Setelah dilakukan a. Observasi tanda- tanda a. Deteksi dini untuk
2 sehubungan dengan tindakan keperawatan infeksi penanganan lebih dini
tingginya kadar selama 3x 24 jam
glukosa dalam darah , tidak terjadi b. Lakukan cuci tangan b. Mencegah timbulnya
menyebabkan aliran penyebaran infeksi, sebelum berhubungan infeksi silang
darah terganggu, dengan kriteria : dengan klien
sehingga dapat - Tidak terdapat c. Pertahankan tehnik
merusak jaringan kulit tanda-tanda infeksi aseptik pada prosedur c. Mencegah terjadinya
seperti gangren infasif. infeksi
- Perubahan gaya
ditandai dengan Klien d. Beri perawatan kulit
hidup untuk
mengeluh gatal, terasa dan massage tulang d. sirkulasi perifer dapat
mencegah infeksi
panas dan, kulit yang tertekan terganggu yang dapat
diharapkan
menegang Didaerah menempatkan Risiko ter-
sekitar luka tampak jadinya ke-rusakan pada
kemerahan, tampak e. Jaga kulit agar tetap kulit
bengkak, ada nyeri kering,seprai kering e. Iritasi pada kulit dapat
tekan di daerah dan tetap kencang meningkatkan Risiko
sekitar luka f. Anjurkan untuk makan infeksi
dan minum secara f. menurunkan terjadinya
adekuat infeksi dengan mem-
pertahankan asupan nutrisi
g. Pertahankan tehnik g. Penanganan awal dapat
aseptik pada prosedur membantu mencegah
infasif timbulnya sepsis.

E. Implemenasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Implementasi adalah tindakan keperawatan menggambarkan tindakan
mandiri, kolaborasi dan ketergantungan sesuai dengan rencana keperawatan
yaitu observasi terhadap setiap respons pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan bertujuan untuk promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan mekanisme koping. Implementasi
tindakan keperawatan bersifat holistik dan menghargai hak-hak pasien.
Implementasi tindakan keperawatan melibatkan partisipasi aktif pasien
(Nursalam, 2020).
F. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses keperawatan,
evaluasi dalam proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi merupakan aspek yang penting dari proses keperawatan,
karena kesimpulan yang didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan dihentikan/ dilanjutkan/diubah (dimodivikasi). (Hidayat, 2007).
Daftar Pustaka

Arfian, F., Suryono, S., & Riyanti, R. (2020). Hubungan Kadar SGOT dengan
Kadar Leukosit pada Pasien NSTEMI di ICCU RSD dr. Soebandi Jember
(Correlation between SGOT Level and Leukocytes in NSTEMI Patients at
ICCU dr. Soebandi Hospital, Jember). Pustaka Kesehatan, 6(1), 113.
https://doi.org/10.19184/pk.v6i1.6797
Aspiani, Y. R. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. EGC.

Darliana, D. (2021). Manajemen pasien ST Elevasi Miokard Infark. Idea Nursing,


Vol 1 No 1. Elfi, E. F. (2019). Sindrom Koroner Akut dengan Komplikasi Udem
Paru Akut dan Henti
Jantung. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 613–617.
https://doi.org/10.25077/jka.v4i2.309 Hidayati, K. R. (2019). Penatalaksanaan Diit
Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan

Hipertensi Dan Nstemi Di Bangsal Multdzam No B.9 Rs. Pkuhammadiyah


Surakarta. 1–50.

Kristen, J. O. (2020). Acute Coronary Syndrom Even Nurses Outside The ED


ShouldRecognize Its Signs And Symptoms.

Muttaqin, A. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistemkadiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika.

PERKI. (2020). Indonesian Heart Association. Perki, 62, 5684220. Perry & Potter.
(2011).
Fundamental Keperawatan. ESG.

Shoemarker. (2021). Konsep Asuhan Keperawatan Sindrom Koroner Akut.

Smeltzer and Bare. (2018). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed) (Devi Yulianti &
AmeliaKimin, Penerjemah). EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi 1).

DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi,1).
DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai