Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN GAWATDARURAT

HYPERGLIKEMIA

Disusun oleh :
KELOMPOK 1

G2A021244 Ani Khanifah


G2A021245 Putri Indah Wahyuni
G2A021246 Fiktor Anggi Sunaryo
G2A021247 Iqbal Ahmed
G2A021248 Afita Rizky Kinanti
G2A021250 Yulia Candra Widyastuti
G2A021251 Luthfi Eka Meylinda

KELAS 5E

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dampak yang diakibatkan oleh kondisi hiperglikemia dan
hipoglikemia jika tidak segera diatasi akan berakibat fatal dan berujung
kematian. Hiperglikemia dapat beresiko terjadi komplikasi yaitu
komplikasi mikrovaskuler dan komplikasi makrovaskuler. Komplikasi
jangka pendek yang akan terjadi diabetes berupa peningkatan kadar
glikemik yang dapat menimbulkan ketoasidosis, kerusakan jaringan organ
tubuh, dan tubuh akan kekurangan insulin dikarenakan glukosa yang
tersedia tidak dapat digunakan oleh tubuh. Sedangkan komplikasi jangka
panjang berupa neuropati, stroke, kerusakan mata dan gangguan pada
jantung serta pembuluh darah.
Selain itu, dampak langsung yang disebabkan hiperglikemia dapat
mengakibatkan penderita diabetes menjalani rawat inap hingga kematian.
Selain hiperglikemia, dampak dari kondisi hipoglikemia dapat
mengakibatkan kelainan pada kardiovaskuler seperti inflamasi, koagulasi
darah, disfungsi endotel dan pengaktifan sistem saraf simpatik. Jika tidak
segera ditangani, hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dan
morbiditas yang serius jika akut dan berlangsung lama.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dengan
melakukan proses pendekatan keperawatan pada pasien hiperglikemia.
2. Tuj uan Instruksional Khusus
a. Agar mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan pada
klien dengan hiperglikemia.
b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosea keperawatan pada
lien dengan hiperglikemia.
c. Agar mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada
klien dengan hiperglikemia.
d. Agar mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan
sesuai dengan rencana keperawatan yang dibuat pada klien dengan
hiperglikemia

C. METODE PENULISAN
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
metode studikepustakaan dengan mempelajari buku-buku atau literatur
yang berkaitan dengan KonsepHiperglikemi.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Istilah "hiperglikemia" berasal dari bahasa Yunani hyper (tinggi) +
glykys (manis/gula) + haima (darah). Hiperglikemia adalah glukosa darah
lebih besar dari 125 mg/dL saat puasa dan lebih besar dari 180 mg/dL 2
jam postprandial. Seorang pasien mengalami gangguan toleransi glukosa,
atau pra-diabetes, dengan glukosa plasma puasa 100 mg/dL hingga 125
mg/dL. Seorang pasien disebut penderita diabetes jika glukosa darah
puasanya lebih besar dari 125 mg/dL.
Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas dari penyakit
diabetes mellitus. Hiperglikemia terjadi karena adanya peningkatan kadar
glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan
keadaan peningkatan kadar glukosa darah puasa melebihi 126mg/Dl atau
kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg/dL yang dibuktikan melalui
pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah dan gambaran klinis
pasien. (Farid,2014)
Jika hiperglikemia tidak diobati, hal ini dapat menyebabkan banyak
komplikasi serius yang mengancam jiwa yang mencakup kerusakan pada
mata, ginjal, saraf, jantung, dan sistem pembuluh darah perifer. Oleh
karena itu, sangat penting untuk menangani hiperglikemia secara efektif
dan efisien untuk mencegah komplikasi penyakit dan meningkatkan hasil
pengobatan pasien. (Mouri, 2023)

B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hiperglikemia termasuk
berkurangnya sekresi insulin, penurunan pemanfaatan glukosa, dan
peningkatan produksi glukosa. Homeostasis glukosa adalah keseimbangan
antara produksi glukosa hepatik dan penyerapan serta pemanfaatan
glukosa perifer. Insulin adalah pengatur homeostasis glukosa yang paling
penting.
1. Penyebab Sekunder Hiperglikemia
Penyebab sekunder hiperglikemia adalah sebagai berikut:
a. Penghancuran pankreas akibat pankreatitis kronis,
hemochromatosis, kanker pankreas, dan fibrosis kistik
b. Gangguan endokrin yang menyebabkan resistensi insulin perifer
seperti sindrom Cushing, akromegali, dan pheochromocytoma
c. Penggunaan obat-obatan seperti glukokortikoid, fenitoin, dan
estrogen
d. Diabetes gestasional diketahui terjadi pada 4% dari seluruh
kehamilan dan terutama disebabkan oleh penurunan sensitivitas
insulin
e. Total nutrisi orang tua dan infus dekstrosa
f. Reaktif seperti yang terlihat pasca operasi atau pada pasien sakit
kritis
2. Faktor Risiko Utama Hiperglikemia
a. Berat badan lebih dari 120% dari berat badan yang diinginkan
b. Riwayat keluarga diabetes tipe 2
c. Penduduk asli Amerika, Hispanik, Amerika Asia, Penduduk
Kepulauan Pasifik, atau Afrika Amerika
d. Adanya hiperlipidemia atau hipertensi
e. Riwayat diabetes gestasional
f. Adanya sindrom ovarium polikistik (Mouri, 2023)

C. PATOFISIOLOGI
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pankreas yang berlebih dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang
masuk ke dalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dan kadar glukosa
dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan
glukagon sehingga terjadi glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan
menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta
peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap
kelaparan sel. Dengan menurunnya insulin dalam darah, asupan nutrisi
akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel
menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat
menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah menjadi
keras (aterosklerosis) dan bila plak ini terlepas akan menyebabkan
thrombus.

D. MANIFESTASI KLINIK
Hiperglikemia adalah keadaan kadar gula darah yang tinggi.
Tanda-tanda dan gejalanya dapat timbul selama beberapa jam yaitu
sebagai berikut.
- Haus
- Urin berlebih
- Mual
- Nyeri perut
- Muntah
- Mengantuk
- Napas cepat
- Kulit merah dan kering
- Tidak sadar (hiperglikemik atau koma diabetes)

Jika kadar gula darah seseorang tinggi, tetapi la merasa baik-baik


saja maka hal ini tidak menjadi masalah. Tambahan insulin kerja cepat
dapat digunakan untuk membuat kadar gula darah turun. Jika gula darah
Anda tetap tinggi setelah mendapat insulin tambahan dan Anda merasa
tidak sehat, Anda mungkin perlu dirawat di rumah sakit dengan cairan dan
insulin yang diberikan secara intravena. Jika Anda merasa khawatir,
mintalah bantuan petugas kesehatan. (Charles Fox, 2010)

Gejala hiperglikemia berat meliputi poliuria, polidipsia, dan


penurunan berat badan. Ketika glukosa darah pasien meningkat, gejala
neurologis dapat berkembang. Pasien mungkin mengalami kelesuan,
defisit neurologis fokal, atau perubahan status mental. Pasien dapat
berkembang menjadi keadaan koma. Pasien dengan ketoasidosis
diabetikum mungkin mengalami mual, muntah, dan sakit perut selain
gejala di atas. Mereka juga mungkin mempunyai bau buah-buahan pada
napasnya dan mempunyai pernapasan dangkal yang cepat, mencerminkan
hiperventilasi kompensasi untuk asidosis. Pemeriksaan fisik dapat
menunjukkan tanda-tanda hipovolemia seperti hipotensi, takikardia, dan
selaput lendir kering.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi hiperglikemia yang tidak diobati atau tidak terkontrol dalam
jangka waktu lama meliputi:
1. Komplikasi Mikrovaskuler
a. Retinopati
b. Nefropati
c. Sakit saraf
2. Komplikasi Makrovaskular
a. Penyakit arteri coroner
b. Penyakit serebrovaskular
c. Penyakit pembuluh darah perifer
Penderita diabetes lebih rentan mengalami depresi dibandingkan
mereka yang tidak menderita diabetes. Hal ini terutama terjadi pada
penderita diabetes yang baru terdiagnosis dan pasien muda karena
diperlukannya perubahan gaya hidup yang signifikan. (Mouri, 2023)

F. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
American Diabetes Association (ADA, 2015) telah menetapkan
sasaran glikemik pada pasien rawat inap. Pada pasien dengan penyakit
kritis, terapi berupa insulin intravena (IV) ditambah diet DM dengan
sasaran GD ditetapkan pada rentang 140-180 mg/dL. Pada pasien dengan
pengalaman 5 ekstensif dan dukungan keperawatan yang mumpuni, pasien
operasi jantung, dan kendali glikemik stabil tanpa hipoglikemia sasaran
diturunkan menjadi 110 - 140 mg/dL. Sementara pada pasien dengan
penyakit non-kritis, sasaran pasien serupa dengan pasien rawat jalan.
Insulin diberikan melalui subkutan (SC) dengan sasaran GDP <140 mg/dL
serta GD acak 180 mg/dL.9,10

Membedakan antara DKA dan HHS penting karena berbagai


alasan. Namun, dasar pengobatan untuk kedua keadaan darurat
hiperglikemik ini serupa dan mencakup:
a. Penggantian cairan
b. Penggantian elektrolit
c. Terapi insulin

PENGGANTIAN CAIRAN

Terapi cairan awal ditujukan pada perluasan volume intravaskular,


interstisial, dan intraseluler, yang semuanya menurun pada DKA dan HHS.
Jika tidak ada disfungsi jantung, ADA merekomendasikan infus saline
isotonik dengan kecepatan 15-20ml/kg/jam selama satu jam pertama.
Pilihan penggantian cairan selanjutnya tergantung pada hemodinamik
pasien, status volume, dan elektrolit. Peringatan terhadap penggunaan
larutan garam isotonik adalah karena rekomendasi ADA ini, beberapa
penelitian telah menemukan manfaat dalam penggunaan kristaloid
seimbang seperti LR atau Plasmalyte dibandingkan NS untuk menghindari
asidosis metabolik hiperkloremik.

PENGGANTIAN CAIRAN

Terapi cairan awal ditujukan pada perluasan volume intravaskular,


interstisial, dan intraseluler, yang semuanya menurun pada DKA dan HHS.
Jika tidak ada disfungsi jantung, ADA merekomendasikan infus saline
isotonik dengan kecepatan 15-20ml/kg/jam selama satu jam pertama.
Pilihan penggantian cairan selanjutnya tergantung pada hemodinamik
pasien, status volume, dan elektrolit. Peringatan terhadap penggunaan
larutan garam isotonik adalah karena rekomendasi ADA ini, beberapa
penelitian telah menemukan manfaat dalam penggunaan kristaloid
seimbang seperti LR atau Plasmalyte dibandingkan NS untuk menghindari
asidosis metabolik hiperkloremik. (2)
PENGGANTI ELEKTROLIT

Keadaan darurat hiperglikemik menyebabkan penipisan kalium


seluruh tubuh. Namun, hiperkalemia pada pemeriksaan laboratorium tidak
jarang terjadi. Untuk mencegah hipokalemia, penggantian kalium harus
dimulai setelah kadar serum turun di bawah batas normal. Jarang, pasien
DKA mungkin mengalami hipokalemia. Dalam kasus ini, penggantian
kalium harus segera dimulai, dan infus insulin harus ditunda sampai kadar
kalium serum >3,3 mEq/L.

G. PENGKAJIAN FOKUS
1. PENGKAJIAN PRIMER
AIRWAY
Kaji adanya sumbatan jalan nafas dan tanda-tanda bila terjadi hambatan
jalan nafas
BREATHING
Kaji pernafasan klien dengan cara Look. Listen and Feel
1. Look: lihat ada pergerakan dada atau tidak
2. Listen: dengar jika ada suara nafas tambahan (snoring, gargling,
crowing) 3. Feel: rasakan hembusan nafas klien
CIRCULATION
Pada pemeriksaan fisik circulation data yang diperoleh adalah detak
jantung meningkat serta akral dingin dan pucat
DISSABILITY
Kesadaran menurun sampai koma karena otak kekurangan suplai glukosa.
Untuk menilai kesadaran kita juga dapat menggunakan metode AVPU
(Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) dengan cara :
A: Korban sadar, jika tidak segera lanjutkan dengan Verbal
V: Coba memanggil klien dengan keras di dekat telinga klien, jika tidak
ada respon lanjut ke Pain
P: Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat
juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal
diatas mata (supra orbital).
U: Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka
pasien berada dalam keadaan unresponsive
E (Exposure) Pada exposure kita melakukan pengkajian secara
menyeluruh, hipoglikemia lebih sering terjadi pada klien dengan riwayat
diabetes mellitus kita harus mengkaji apakah ada luka/infeksi pada tubuh
klien

2. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Pada pemeriksaan sekunder, Biasanya berisi tentang pemeriksaan
seluruh tubuh (head to toe) dimana perawat memeriksa seluruh tubuh
pasien atau bisa di sebut dengan pemeriksaan head to toe . pada
pemeriksaan sekunder juga di periksa tekanan darah, nadi,suhu, dan
juga kesaran pasien dengan menggunakan GCS (Glasgow coma scale)
b. Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan Laboratorium
Kadar glukosa darah dipantau melalui tes laboratorium
seperti HbA1C dan tes glukosa jari. Perubahan nilai
laboratorium ini dapat mengindikasikan kondisi yang
mendasari seperti diabetes. Urinalisis dapat memeriksa kadar
keton tinggi yang mengindikasikan ketoasidosis dan
memerlukan perhatian medis segera.,
USG, Rontgen, MRI, CT Scan, dll

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


berisi tentang kapan terjadinya penyakit serta upaya apa saja yang sudah di
lakukan pasien dalam mengatasi penyakit yang di idap

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


berisi tentang adakah penyakit penyerta lainya selain DM seperti jantung,
obesitas, dan juga berisi tentang tindakatan medis apa sajakah yang sudah
di lakukan oleh penderita.
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
berisi tentang ada atau tidaknya penyakit yang turun temurun ataupun
penyakit yang beresiko menular dalam keluarga

6. PATHWAYS KEPERAWATAN

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PES)


Berdasarkan (PPNI, 2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
diantaranya ada
1. Deficit volume cairan dan elektrolit (D. 0037) b.d gangguan
mekanisme regulasi
2. Resiko syok (D. 0039) b. d kekurangan volume cairan
3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D. 0027) b. d selera makan
meningkat
4. Resiko perfusi serebral tidak efektif (D. 0017) b. d penurunan pH pada
cairan serebropinal sekunder dari asidosis metabolik.
I. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
1. REGULASI SYOK (D.0039)
Intervensi pemantauan cairan dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03121).
Pemantauan cairan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat
untuk mengumpulkan dan menganalisis data terkait pengaturan
keseimbangan cairan.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi pemantauan cairan
berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b) Monitor frekuensi napas
c) Monitor tekanan darah
d) Monitor berat badan
e) Monitor waktu pengisian kapiler
f) Monitor elastisitas atau turgor kulit
g) Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urin
h) Monitor kadar albumin dan protein total
i) Monitor hasil pemeriksaan serum (mis: osmolaritas serum,
hematokrit, natrium, kalium, dan BUN)
j) Monitor intake dan output cairan
k) Identifikasi tanda-tanda hypovolemia (mis: frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat, hasil, lemah,
konsentrasi urin meningkat, berat badan menurun dalam waktu
singkat)
l) Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (mis: dispnea, edema
perifer, edema anasarca, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojugular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
m) Identifikasi faktor risiko ketidakseimbagnan cairan (mis: prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
a) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Dokumentasikan hasil pemantauan

2. KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH (D.0027)


Intervensi Manajemen hiperglikemia dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03115).
Manajemen hiperglikemia adalah intervensi yang dilakukan oleh
perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah diatas
normal.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi Manajemen
hiperglikemia berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
a) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
b) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat (mis: penyakit kambuhan)
c) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
d) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis: polyuria,
polydipsia, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur,
sakit kepala)
e) Monitor intake dan output cairan
f) Monitor keton urin, kadar Analisa gas darah, elektrolit, tekanan
darah ortostatik dan frekuensi nadi
Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral
b) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
c) Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
a) Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL
b) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
c) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
d) Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin, jika
perlu
e) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis: penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan
bantuan professional kesehatan
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
c) Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu

3. RESIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK EFEKTIF (D.0017)


Intervensi pemantauan tekanan intrakranial dalam Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.06198).
Pemantauan tekanan intrakranial adalah intervensi yang dilakukan
oleh perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi
tekanan di dalam ruang intrakranial.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi pemantauan tekanan
intrakranial berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
a) Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis: lesi menempati
ruang, gangguan metabolisme, edema serebral, peningkatan
tekanan vena, obstruksi cairan serebrospinal, hipertensi
intracranial idiopatik)
b) Monitor peningkatan TS
c) Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
d) Monitor penurunan frekuensi jantung
e) Monitor ireguleritas irama napas
f) Monitor penurunan tingkat kesadaran
g) Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon pupil
h) Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam rentang yang
diindikasikan
i) Monitor tekanan perfusi serebral
j) Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik drainase cairan
serebrospinal
k) Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
Terapeutik
a) Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
b) Kalibrasi transduser
c) Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
d) Pertahankan posisi kepala dan leher netral
e) Bilas sistem pemantauan, jika perlu
f) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
g) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

4. RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT (D.0037)


Intervensi pemantauan elektrolit dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03122).
Pemantauan elektrolit adalah intervensi yang dilakukan oleh
perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi
keseimbangan elektrolit.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi pemantauan elektrolit
berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
a) Monitor kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
b) Monitor kadar elektrolit serum
c) Monitor mual, muntah, diare
d) Monitor kehilangan cairan, jika perlu
e) Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis: kelemahan otot,
interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik,
depresi segmen ST, gelombang U, kelelahan, parestesia,
penurunan refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas usus
menurun, pusing, depresi pernapasan)
f) Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis: peka rangsang,
gelisah, mual, muntah, takikardia mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P
datar, kompleks QRS tumpul, blok jantung mengarah asistol)
g) Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis: disorientasi, otot
berkedut, sakit kepala, membrane mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran)
h) Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis: haus, demam,
mual, muntah, gelisah, peka rangsang, membrane mukosa
kering, takikardia, hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
i) Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis: peka rangsang,
tanda Chvostek [spasme otot wajah] dan tanda Trousseau
[spasme karpal], kram otot, interval QT memanjang)
j) Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis: nyeri tulang,
haus, anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen QT
memendek, gelombang T lebar, komplek QRS lebar, interval
PR memanjang)
k) Monitor tanda dan gejala hypomagnesemia (mis: depresi
pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
l) Monitor tanda gan gejala hypermagnesemia (mis: kelemahan
otot, hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma,
depresi)
Terapeutik
a) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa darah dapat terjadi
pada berbagai situasi klinis. Hiperglikemia terjadi ketika glukosa darah
lebih besar dari 125 mg/dL saat puasa dan lebih besar dari 180 mg/dL 2
jam postprandial (setelah makan). Diabetes mellitus adalah kelainan paling
umum yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah. Obat-
obatan tertentu mempunyai efek samping hiperglikemia. Faktor yang
berkontribusi terhadap hiperglikemia antara lain berkurangnya sekresi
insulin, penurunan pemanfaatan glukosa, dan peningkatan produksi
glukosa.
Krisis hiperglikemik memerlukan pengenalan dini dan inisiasi
pengobatan segera dengan penilaian ulang dan penyesuaian rencana
perawatan sesuai kebutuhan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Meskipun kekurangan insulin eksogen dan infeksi merupakan penyebab
umum, pemahaman terhadap berbagai kemungkinan penyebab dan gejala
sisa dapat membantu menghindari kesalahan diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA

Charles Fox, A. K. (2010). Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2: Vol. Cet. 1 (Annisa R., Ed.;
Penerjemah Joko S). Penerbit Plus.

Mouri, B. M. (2023). Hyperglycemia (C. S. R. H. DRMC, Ed.). StatPearls Publishing LLC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
ed.). DPP PPNI.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_Pasien_dengan_Ganggu
a/8gOdEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0

PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai