PENDAHULUAN
Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua dari 10 tahun,
hipoglikemia jarang ditemukan kecuali sebagai efek samping dari
pengobatan diabetes. Hipoglikemia dapat disebabkan dari penggunaan obat
lain atau penyakit, kekurangan hormon atau enzim dan tumor 1,2. Referat ini
akan menjelaskan hal-hal mengenai hipoglikemia, dari defenisi hingga tata
laksana.
1.2 Tujuan
Referat ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu tugas pada
kepaniteraan klinik ilmu penyakit dalam RSUD Jendral Ahmad Yani Metro
dan menambah pengetahuan penulis dan orang lain yang membaca
mengenai hipoglikemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipoglikemia (gula darah rendah) adalah istilah yang digunakan ketika
seseorang memiliki kadar glukosa yang rendah di dalam darah.Seseorang
dikatakan hipoglikemia jika gula darah mencapai kurang dari 70 mg / dL
(3.9 mmol/L)1,3.
2.2 Epidemiologi
Karena definisi yang digunakan berbeda perbandingan kekerapan kejadian
hipoglikemia dari berbagai studi harus dilakukan dengan hati-hati. Sangat
bermanfaat untuk mencatat kekerapan kejadian hipoglikemia agar pengaruh
berbagai regimen terapi terhadap timbulnya hipoglikemia dan ciri-ciri klinik
yang berikutnya. Oleh sebab itu waktu dimana resiko hipoglikemia paling
tinggi adalah saat menjelang makan berikutnya dan malam hari2,5.
Hampir setiap pasien yang mendapat terapi insulin dan sebagian besar
pasien yang mendapat sulfonylurea, pernah mengalami keadaan dimana
kadar insulin disirkulasi tetap tinggi sementara kadar glukosa darah sudah
dibawah normal. Untuk menghindari timbulnya hipoglikemia pada pasien
perlu diajarkan bagaimana menyesuaikan penyuntikan insulindengan waktu
dan jumlah makanan (karbohidrat), pengaruh aktivitas jasmani terhadap
kadar
glukosa
darah,
tanda-tanda
dini
hipoglikemia
dan
cara
Mekanisme
Gejala penurunan kesadaran
Penurunan insulin clearance
Penurunan glukoneogenesis
Perlu dicatat bahwa faktor risiko tersebut mirip dengan faktor risiko terkait
pada pasien dengan DM. Secara khusus diketahui bahwa usia lanjut, asupan
alkohol, dan polifarmasi merupakan faktor-faktor resiko untuk hipoglikemia
pada pasien dengan diabetes tipe 1. Selain faktor-faktor risiko yang dibahas
di atas, faktor risiko yang menempatkan pasien dengan diabetes tipe 1 pada
risiko hipoglikemia adalah: asupan kafein; variasi dalam tidur; dan aktivitas
fisik, dalam latihan tertentu, dalam kaitannya dengan makanan dan obatobatan. Namun, tidak diketahui bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi
risiko hipoglikemia pada pasien dengan diabetes tipe 25.
2.4 Klasifikasi
Hipoglikemia spontan pada orang dewasa dibedakan atas dua tipe, yaitu
hipoglikemia sesudah makan (reaktif) dan hipoglikemia puasa6.
a. Hipoglikemia Puasa
Hipoglikemia puasa biasanya timbul menyertai penyakit endokrin tertentu
dan bersifat subakut atau kronik disertai neuroglikopenia sebagai gejala
utamanya. Penyebab utama terjadinya hipoglikemia puasa adalah:6
Kurangnya produksi glukosa
Penyebab tidak memadainya produksi glukosa selama puasa dapat
dikelompokkan menjadi 5 kategori :
(1) Defisiensi hormon
a. Hipohipofisisme
b. Insufiensi adrenal
c. Defiseiensi ketokolamin
d. Defisiensi glukagon
(2) Defek enzim
a. Glukosa 6-fosfatase.
b. Fosforilasi hati
c. Piruvat karboksilase.
d. Fosfoenolpiruvat karboksikinase
e. Fruktose-1,6-difosfatase
f. Glikogen sintetase
(3) Defisiensi substrat
sulfonamide.kuinin
pada
malaria
falciparum,
disopiramid, pentamidin
Penyakit kronik :gagal ginjal, gagal jantung, sepsis.
Defisiensi Hormon :kortisol, growth hormone, glukagon dan
epinefrin.
Tumor non Sel Beta
Hiperinsulinisme endogen
Hiperinsulinissme
Insulinoma
Insulin eksogen
Penyakit imun dengan insulin atau antibodi reseptor insulin
Tumor ekstrapankreas
Defisiensi karnitin sistemik
Defisiensi enzim oksidasi lemak
Defisiensi 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA liase
Kaheksia dengan penipisan lemak
b. Hipoglikemia reaktif
Hipoglikemia reaktif relatif akut dan ditandai dengan sekresi autonomik
neurogenik, seperti banyak keringat dingin, palpitasi, cemas, dan
gemetaran serta jarang menimbulkan kadar glukosa sangat menurun untuk
memicu terjadainya gejala neuroglikopenik berat7. Hipoglikemia reaktif
dapat dibagi menjadi awal (2-3 jam sesudah makan) dan lambat (35 jam
pasca-sarapan). Hipoglikemia
awal
(alimentary)
timbul
jika
ada
Berat
2.5 Patofisiologi
Respon Fisiologis terhadap Hipoglikemia
yang
ketiga
terhadap
hipoglikemia
adalah
10
kemudian
glukoneogenesis,
epinefrin
selain
meningkatkan
11
dalam sekresi glukagon oleh sel alfa. Respon fisiologis utama terhadap
hipoglikemia
terjadi
sesudah
neuron
di
VMH
(ventromedial
Efek fisiologis
Penurunan sekresi
insulin
80 85
Mempercepat peningkatan
glukosa
(Menghambat
penurunan glukosa)
Peningkatan sekresi
glukagon
Peningkatan sekresi
epinephrine
65 70
Mempercepat peningkatan
glukosa
Mempercepat peningkatan
glukosa,
Menghambat
penurunan glukosa
Peningkatan sekresi
cortisol dan growth
hormon
65 70
Simptom hipoglikemia
50 55
65 70
Mempercepat peningkatan
glukosa,
Menghambat
penurunan glukosa
segera
mengkonsumsi
karbohidrat.
Seluruh
mekanisme
pertahanan ini berkurang pada pasien dengan diabetes tipe 1 dan pada
advanced diabetes mellitus tipe 212.
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari 2 fase, yaitu:12
a.
Fase I
Gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga
hormone epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini merupakan
peringatan karena pada fase ini pasien masih sadar12.
12
b.
Fase II
Gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,
karena itu dinamakan gejala neurologis. Pada awalnya tubuh
memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan
melepaskan epinefrin dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.
Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga
menyebabkan
gejala
yang
menyerupai
serangan
kecemasan
13
kalau
kadar
gula
darahnya
rendah
(hypoglycemia
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada hipoglikemia bersifat nonspesifik dan umumnya
dihubungkan dengan gangguan fisiologis sistem saraf pusat dan
otonom. Pada pemeriksaan tanda vital dapat ditemukan hipotermia,
takipnea, takikardi dan tekanan darah menurun. Kesadaran dapat
menurun dan dapat juga ditemukan defisit neurologik fokal (refleks
patologis positif pada satu sisi tubuh) sesaat13.
Pada pemeriksaan kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan dapat
ditemukan pandangan mata kabur, pupil normal hingga terfiksasi atau
dilatasi, ikterus (biasanya diakibatkan sumbatan empedu karena
gangguan hepar) dan nyeri parotis akibat gangguan endokrin13.
Kondisi neurologis dapat ditemukan koma, kebingungan, lesu,
hilangnya koordinasi, agitasi, sindroma stroke, tremor, kejang dan
diplopia. Gangguan pernapasan dapat ditemukan adanya dispnea,
takipnea dan edema pulmo akut. Gangguan gastrointestinal berupa
mual, muntah, dispepsia, dan kram abdomen. Kulit pasien biasanya
14
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2
jam
HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil
tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka
akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
Dekstrosa
Pada pasien yang tidak dapat mengkonsumsi glukosa oral seperti pada
pasien penurunan kesadaran, kejang, atau perubahan status mental dapat
diberikan cairan dekstrosa secara intravena baik perifer maupun sentral.
Konsentrasi dekstrosa 50% pada air dapat diberikan pada pasien dewasa,
sementara dekstrosa dengan konsentrasi 25% biasa digunakan sebgai
15
terapi pada pasien anak. Perlu diperhatikan pada cairan dekstrosa 50% dan
25% dapat menyebabkan nekrosis jaringan jika diberikan pada jalur
intravena yang tidak benar, oleh karena itu, cairan tersebut harus diberikan
pada jalur IV yang paten16.
Glukagon
Glukagon merupakan lini pertama terapi hipoglikemi pada pasien
hipoglikemi dengan terapi insulin karena glukagon merupakan hormon
utama pengatur insulin. Tidak seperti dekstrosa, glukagon diberikan
melalui subkutan atau intra muskular. Hal ini menjadi penting karena
glukagon dapat dijadikan pilihan terapi selagi menunggu paramedic datang
untuk memberikan dekstrosa16.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa glukagon efektif dalam
menyediakan kembali glukosa darah dan dapat mengembalikan kesadaran,
serta sifatnya aman dalam penanganan hipoglikemia berat baik diberikan
secara intravena, subkutan, ataupun intra muskular. Glukagon yang
diberikan secara parenteral biasa diberikan pada pasien DM tipe 1 dengan
riwayat hipoglikemia berat. Glukagon yang diberikan secara intravena
biasa diberikan pada pasien hipoglikemia berat dengan DM tipe 216.
Mengingat bahwa glukagon menstimulasi sekresi insulin berkaitan dengan
glikogenolisis maka sangat perlu diperhatikan pemberian glukagon pada
pasien DM tipe 2 dengan terapi insulin atau dengan komplikasi tertentu.
Glukagon sangat tidak disarankan diberikan secara infus intravena atau
dengan pasien yang menggunakan sulfonilurea; pada pasein tersebut lebih
baik diberikan glukosa secara bolus kemudian diikuti dengan infus hingga
efek dari sulfonilurea telah habis16.
Mual dan muntah sering dilaporkan sebagai efek samping terhadap
penggunaan glukagon dengan dosis >1mg, namun menurut penelitian yang
pernah dilaporkan sangat jarang membahas tentang kejadian mual dan
muntah tersebut, selain itu mual dan muntah tetap akan dapat terjadi
walaupun tanpa penggunaan glukagon. Ada juga laporan mengenai reaksi
alergi setelah pemberian glukagon, namun hal ini biasanya terjadi apabila
16
17
intravena
2. Diberikan cairan Dextrose 10% per infus, 6 jam per kolf
3. Periksa glukosa darah sewaktu (GDS), kalau memungkinkan dengan
glukometer:
- Bila GDS<50 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 50ml IV
- Bila GDS<100 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 25ml IV
4. Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian Dextrose 40%
- Bila GDS<50 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 50ml IV
- Bila GDS<100 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 25ml IV
- Bila GDS 100-200 mg/dl, tanpa bolus Dextrose 40%
- Bila GDS>200 mg/dl, pertimbangkan menurunkan kecepatan drip
Dextrose 10%
5. Bila GDS>100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS
setiap 2 jam, dengan protocol sesuai diatas. Bila GDS>200 mg/dl,
pertimbangkan mengganti infuse dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
6. Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS
setiap 4 jam, dengan protocol sesuai diatas. Bila GDS > 200 mg/dl,
pertimbangkan mengganti infuse dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
7. Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, sliding scale
setiap 6 jam:
2.7 Prognosis
Prognosis hipoglikemia tergantung pada penyebab kondisi ini, tingkat
keparahan, dan durasi. Jika penyebab hipoglikemia puasa diidentifikasi dan
18
diobati sejak dini, prognosis sangat baik. Jika penyebab hipoglikemia tidak
dapat disembuhkan, seperti tumor ganas yang tidak dapat dioperasi, prognosis
jangka panjangnya jelek. Namun, perhatikan bahwa tumor ini dapat
berkembang agak lambat. Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat
mengancam kehidupan dan mungkin terkait dengan peningkatan mortalitas
pada pasien dengan diabetes.
Jika pasien memiliki hipoglikemia reaktif, gejala sering meningkat secara
spontan dari waktu ke waktu, dan prognosis jangka panjang sangat baik.
Hipoglikemia reaktif sering berhasil diatasi dengan perubahan pola makan
dan diikuti dengan angka morbiditas yang minimal. Angka mortalitas tidak
diamati. Hipoglikemia reaktif yang tidak diobati dapat menyebabkan
ketidaknyamanan yang signifikan untuk pasien, namun sekuele jangka
panjang tidak mungkin ada.
Studi menunjukkan bahwa hipoglikemia terkait-obat tidak berhubungan
dengan risiko kematian yang meningkat pada pasien yang dirawat di bangsal
umum. Hal ini menunjukkan bahwa hipoglikemia mungkin menjadi penanda
beban penyakit dan bukan penyebab langsung kematian19.
BAB III
KESIMPULAN
19
obat-obat
golongan
Hipoglikemia
dapat
sulfonilurea
dan
memprovokasi
pemakaian
terjadinya
insulin.
gangguan
DAFTAR PUSTAKA
20