Anda di halaman 1dari 78

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus dapat terjadi karena adanya gangguan metabolisme

kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan adanya kadar gula darah yang

tinggi disertai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, protein,

sebagai akibat insufiensi fungsi insulin (Yosmar et al, 2018). Hiperglikemia yang

tidak terkontrol dapat menyebabkan hiperosmolaritas yang dapat menstimulasi

proses diuresis osmotik dalam tubuh, sehingga membuat cairan dan elektrolit dari

intrasel keluar ke ekstrasel yang menyebabkan sel mengalami penurunan

komposisi cairan tubuh sehingga dapat membuat dehidrasi (Lutfi et al, 2017).

Dehidrasi pada hiperglikemia kemudian dapat menyebabkan pasien mengalami

keadaan hipovolemia (Zamri, 2019). Hipovolemia merupakan kondisi gawat

darurat akibat hilangnya darah atau cairan tubuh dalam jumlah besar, sehingga

jantung tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Kondisi hipovolemia

ini harus segera ditangani guna mencegah kerusakan organ yang bisa berdampak

kematian (Zamri, 2019). Fenomena yang terjadi diruang ECU RSUD Sidoarjo

sering ditemukan kondisi pasien dengan diagnosa medis diabetes mellitus terjadi

keadaan hipovolemia dalam jangka waktu yang panjang bahkan menyebabkan

kematian pada beberapa pasien dengan komplikasi penyakit lain (Seperti

hipertensi, gagal jantung,dll).

Data terbaru International Diabetes Federation (IDF) (2021) menyebut

bahwa sekitar 19,46 juta orang di Indonesia mengidap diabetes. Terjadi

1
peningkatan sebesar 81,8% dibandingkan jumlah pada 2019. Angka tersebut

memposisikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengidap diabetes

tertinggi kelima di dunia (setelah China, India, Pakistan dan Amerika Serikat).

Bahkan, Indonesia menjadi satu-satunya di Asia Tenggara yang masuk ke dalam

10 besar negara dengan kasus terbanyak. Temuan IDF juga menyebut bahwa 1

per 10 orang dewasa di dunia mengidap diabetes. Lebih dari itu, 1 dari setiap 2

orang dewasa ternyata mengidap penyakit ini tanpa terdiagnosis. Berdasarkan data

yang diperoleh dari Dinkes Jawa Timur (2021) menyatakan bahwa estimasi

penderita Diabetes Melitus (DM) di Jawa Timur sebesar 2.6 dari penduduk usia

15 tahun keatas. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus di FKTP di 38

kabupaten/kota se Jawa Timur sudah mencapai 867.257 kasus (93.3 % dari

estimasi penderita DM yang ada). Pelayanan kesehatan penderita DM tertinggi di

Kota Mojokerto sebanyak 6.258 orang (123.7 % dari estimasi penderita DM) dan

terendah di Kabupaten Probolinggo sebanyak 11.538 orang (51.7 % dari estimasi

penderita DM). Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 25 Januari 2023 di Ruang ECU RSUD Sidoarjo, pada tahun 2021

didapatkan total sebanyak 48 kasus hipovolemia pada pasien diabetes dengan

angka kematian 39,5% pasien, sedangkan pada tahun 2022 didapatkan sebanyak

53 kasus hipovolemia pada pasien diabetes dengan angka kematian 41,5%. Dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kejadian hipovolemia pada pasien

diabetes di Ruang ECU RSUD Sidoarjo.

Peningkatan kadar gula dalam darah yang dialami penderita diabetes dapat

meningkatkan hiperosmolaritas pada cairan darah dan vaskuler, yang selanjutnya

akan menstimulasi proses diuresis osmotik dalam tubuh, sehingga dapat memicu

2
perpindahan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan komposisi cairan

tubuh pada intraseluler akibat perpindahan cairan yang menuju keruang interstitial

yang berakibat tubuh mengalami kekurangan volume cairan dan menyebabkan

kondisi dehidrasi yang bisa menjadi hipovolemia (Lutfi, 2019). Jika hipovolemia

tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kematian seseorang.

Pencegahan terjadinya hipovolemia pada pasien diabetes mellitus adalah

dengan melakukan tindakan pengecekan gula darah pasien secara rutin. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami ketidakstabilan kadar

glukosa darah diantaranya diet, olehraga, kerutinan cek glukosa darah, minum

obat teratur dan mekanisme koping stress. Jika kondisi pasien mengalami

hiperglikemia yang sudah hipovolemia, maka hal pertama yang dilakukan adalah

rehidrasi. Penggantian cairan diharapkan dapat mengganti cairan yang hilang

selama 24 jam. Hal terpenting dalam penanganan hipovolemia adalah dengan

mengobservasi secara terus menerus terkait status hemodimaniknya. Hal ini

dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat pemberian cairan, yaitu

kelebihan volume cairan pada ekstrasel dan gangguan elektrolit akibat pemberian

elektrolit tubuh dari luar (Lutfi, 2019). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik

untuk menulis Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan

Hipovolemia Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD

Sidoarjo”.

3
1.2 Batasan Masalah

Pada studi kasus ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan

Hipovolemia Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD

Sidoarjo!

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Dengan

Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengenal dan mempelajari Asuhan Keperawatan Hipovolemia Pada

Pasien Dengan Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo !

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan Pengkajian Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Dengan

Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo.

2. Menentukan Diagnosis Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Dengan

Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo.

3. Menyusun Perencanaan Asuhan Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien

Dengan Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo.

4. Melakukan Implementasi Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Dengan

Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo.

4
5. Melakukan Evaluasi Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Dengan

Diabetes Mellitus Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Yaitu dapat berupa salah satu bentuk penerapan dari ilmu pengetahuan

yang telah didapat selama ini khususnya dalam bidang keperawatan

kegawatdaruratan.

1.5.2 Bagi Pasien

Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi masyarakat dan

memberikan wawasan lebih mengenai hipovolemia pada pasien Diabetes

Mellitus.

1.5.3 Bagi Pelayanan Keperawatan

1. Memberikan informasi bagi perawat khususnya Ners dalam melakukan

proses keperawatan.

2. Menambah pengetahuan perawat dalam menerapkan riset-riset

keperawatan untuk memberikan proses keperawatan yang lebih

berkualitas.

3. Memberikan masukan dan contoh (role model) dalam melakukan inovasi

keperawatan untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang baik dan

memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

5
4. Memberikan rujukan bagi bidang diklat keperawatan dalam

mengembangkan kebijakan terkait dengan pengembangan kompetensi

perawat Ners.

1.5.4 Bagi Institusi Pendidikan

1. Memperkuat dukungan dalam menerapkan model konseptual

keperawatan, memperkaya ilmu pengetahuan keperawatan, menambah

wawasan dan pengetahuan bagi perawat Ners dalam memberikan

asuhan keperawatan pasien dengan gangguan hipovolemia

2. Memberikan rujukan bagi institusi pendidikan dalam melaksanakan

proses pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan hipovolemia

3. Memberikan rujukan bagi institusi pendidikan dalam melaksanakan

proses pembelajaran dengan melakukan intervensi berdasarkan

riset-riset terkini.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi

Menurut American Diabetes Association dikutip dalam Rara Warih et al

(2019) Diabetes mellitus adalah sutau kelompok penyakit metabolic dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya.

Menurut Kemenkes dalam buku pintar kader posbindu (2019) Penyakit

Diabetes merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa

darah yang melebihi nilai normal secara menahun. Sebutan glukosa darah sering

dikenal oleh masyarakat dengan gula darah.

Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai

lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron

(Mansjoer et al, 2017).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang

disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner

& Suddart, 2015).

7
2.1.2 Klasifikasi

Menurut Rara Warih et al (2019) Diabetes mellitus memiliki beberapa tipe

atau klasifikasi, diantaranya :

1. DM Tipe I

DM tipe 1 merupakan DM dengan pankreas sebagai pabrik insulin

tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Selain itu terjadi

perusakan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin, hal ini dapat terjadi

karena faktor keturuanan atau genetik maupun reaksi alergi, akibatnya,

insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada sama sekali dan gula akan

menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam

sel (Tandra, 2017). Sebagai konsekuensi dari keadaan tersebut, insulin

harus disuplai dari luar tubuh. Oleh karena itu, DM tipe 1 biasa disebut

juga dengan Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Penyakit ini

biasanya muncul pada usia anak-anak atau remaja, baik berjenis kelamin

laki-laki maupun perempuan. Sampai saat ini DM Tipe 1 tidak dapat

dicegah dan hanya dapat diobati dengan injeksi insulin. Apabila tidak

dilakukan pengawasan yang ketat terhadap gula darah dan injeksi insulin

maka akan terjadi ketosis dan diabetic ketoachidosis sehingga dapat

menyebabkan koma bahkan kematian pada penderita DM tipe 1

(Krisnatuti et.al, 2014:9). Dari semua penderita DM, 5-10% adalah DM

Tipe 1 (Tandra, 2013).

8
2. DM Tipe II

DM tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM) merupakan jenis DM yang paling sering terjadi terjadi di

masyarakat dibandingkan dengan DM tipe 1 sekitar yakni sekitar 80%-

90%. Pada DM tipe 2, sel-sel β pancreas tidak rusak, meskipun hanya

sedikit yang normal dan dapat digunakan untuk mensekresi insulin. Akan

tetapi, kualitas insulinnya buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik

sehingga glukosa dalam darah meningkat (Tandra, 2017). Kemungkinan

lainnya adalah sel-sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak

peka/berkurangnya sensitivitas terhadap insulin atau sudah resisten

terhadap insulin (resistensi insulin/insulin resistance) (adanya efek respon

jaringan terhadap insulin) (Krisnatuti et.al, 2014:10). Akibatnya, insulin

tidak dapat bekerja dengan baik dan glukosa akhirnya tertimbun dalam

peredaran darah (Tandra, 2017). Selain itu, DM tipe 2 ini dapat disebabkan

oleh faktor genetik maupun faktor gaya hidup/lingkungan. DM Tipe 2

umumnya timbul setelah berumur 40 tahun (Krisnatuti et.al, 2014:10).

Akan tetapi, berdasarkan laporan RISKESDAS tahun 2013 di Indonesia

DM tipe 2 juga sudah menyerang usia 15 keatas (Depkes, 2013:90).

3. DM Gestasional

Menurut Rara Warih et al (2019) DM gestasional adalah DM

yang terjadi pada masa kehamilan. DM Gestasional disebabkan oleh

ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang

mamadahi selama masa kehamilan. Keadaan tersebut diakibatkan karena

adanya pembentukan. Beberapa hormon pada wanita hamil yang

9
menyebabkan resistensi insulin. DM Gestasional mempunyai

kecenderungan untuk berkembang menjadi DM tipe 2 dan terjadi sekitar 2-

5% dari kehamilan. DM gestasional dapat membahayakan kesehatan ibu

dan janin. Permasalahan yang ditimbulkan oleh DM gestasional adalah

macrosomia (bayi lahir dengan berat badan lebih dari berat badan normal),

kecacatan janin, dan penyakit jantung bawaan.

4. DM Tipe Lain

DM tipe lain adalah DM yang tidak termasuk dalam kategori DM

diatas yaitu DM sekunder (secondary diabetes) atau akibat penyakit lain

yang mengganggu produksi insulin atau mempengaruhi kerja insulin serta

kelaian pada fungsi sel beta. Contohnya seperti radang pancreas

(pankreatitis), gangguan kelenjar adrenal (hipofisis), penggunaan hormon

kortikosteroid, pemakaian obat antihipertensi atau antikolesterol,

malnutrisi, dan infeksi. Seseorang yang menderita DM diakibatkan oleh

kekurangan (defisiensi) insulin, hal ini dapat bersifat absolut maupun

relatif serta beberapa diantaranya menyebabkan peningkatan konsentrasi

glukosa plasma. Kekurangan insulin yang dimana pankreas tidak

memproduksi insulin/memproduksi namun dalam jumlah yang tidak

cukup (bersifat absolut) terjadi pada DM tipe 1 (IDDM). Sedangkan yang

dimaksud dengan kekurangan insulin bersifat relatif jika pankreas tetap

menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal atau meningkat akan

tetapi organ target memiliki sensitivitas yang lemah dan berkurang

terhadap insulin, Keadaan tersebut lebih dikenal dengan “resistensi

insulin” akibatnya kadar glukosa dalam darah meningkat. Hal ini

10
mengakibakan terjadiya gejala-gejala khas DM tipe 2 seperti poliuri,

polidipsi, polipagi, lemas dll.

2.1.3 Etiologi

Menurut Rara Warih (2019) penyebab seseorang mengalami penyakit

Diabetes Mellitus diantara lain :

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

a. Faktor Genetic :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada

individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte

Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung

jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor Imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini

merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor Lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai

contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin

tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan

destuksi sel β pancreas.

11
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

penyakit diabetes mellitus. Selain itu faktor-faktor lain adalah:

a. Ras atau Etnis

Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan

orang Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena

diabetes tipe II. Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut dulunya

adalah pemburu dan petani dan biasanya kurus. Namun, sekarang

makanan lebih banyak dan gerak badannya makin berkurang sehingga

banyak mengalami obesitas sampai diabetes.

b. Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang

kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan

otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak

tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau

perut (central obesity). Lemak ini akan memblokir kerja insulin

sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk

dalam peredaran darah.

c. Kurang Gerak Badan

Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes.

Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat

badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi

12
lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan resiko

terjadinya diabetes tipe II akan turun sampai 50%.

d. Penyakit Lain

Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan

tingginya kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang juga bisa terkena

diabetes. Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit jantung

koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit

yang berlebihan.

e. Usia

Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia,

terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin

banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes

tipe II pada anak dan remaja pun meningkat.

2.1.4 Patofisiologi

Tapan (2015) Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur

oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan

dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa

tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di

ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

13
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai

akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan

dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak

yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan

selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya

mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin

mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan

glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan

substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi

tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.

Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan

produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan

keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila

jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan

tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas

berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,

koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai

kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan

mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai

pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang

penting.

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

14
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian

reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes

tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi

akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada

tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta

tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan

sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat

insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan

produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak

terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak

terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom

hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

15
BAGAN PATHWAY
Gambar 2.1 Pathway Diabetes Mellitus

16
2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Nurmansyah (2015) tanda seseorang mengalami penyakit

diabetes adalah :

1. Diabetes Tipe I

a. Awitan mendadak gejala berat dari haus dan ketoasidosis (muntah,

hiperventilasi, dehidrasi).

b. Penurunan berat badan terkini, biasanya tampak kurus

c. Bergantung pada insulin

d. Poliguria (Peningkatan volume urine)

e. Polidipsi (Peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat

besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.

f. Polifagi (Peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air

kemih, penderita mengalami penurunan berat badan.

g. Ketonuria

h. lemah, letih, pusing

2. Diabetes Tipe II

a. Berat badan berlebih (Obesitas)

b. Sering terjadi infeksi (pruritus, infeksi kulit, vaginitis)

c. Sering kali menunjukkan gambaran sindrom metabolik, seperti

hipertensi

d. Poliguria, Polidipsi, Polifagi

e. Pandangan kabur berulang

f. Lemah, letih, pusing

g. Asimtomatik, Hiperglikemia

17
3. Gejala Lain Yang Muncul

a. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

pembentukan antibody

b. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul

c. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu

jamur terutama candida.

d. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami

gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari

unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian

perifer

e. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan

bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain

f. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas

menurun karena kerusakan hormon testosteron.

g. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan

pada lensa oleh hiperglikemia.

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Wijayakusuma (2018) menyatakan terdapat beberapa

penatalakasanaan kegawatdaruratan pada kasus Diabetes Mellitus, diantaranya :

1. Diet

a. Syarat diet Diabetes Mellitus hendaknya dapat :

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita

b) Mengarahkan pada berat badan normal

c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

18
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

e) Menarik dan mudah diberikan

b. Prinsip diet DM, adalah :

a) Jumlah sesuai kebutuhan

b) Jadwal diet ketat

c) Jenis : boleh dimakan / tidak

c. Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti

pedoman 3 J yaitu :

a) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

ditambah

b) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

c) Jenis makanan yang manis harus dihindari

d. Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh

status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan

menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = Berat Badan

Normal) dengan rumus :

Kategori :

a) Kurus ( Underweight ) BBR < 90 %

b) Normal ( Ideal ) BBR 90% - 110%

c) Gemuk ( Overweight ) BBR > 110%

d) Obesitas apabila BBR > 120%

e) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%

19
f) Obesitas sedang BBR 130% - 140%

g) Obesitas berat BBR 140% - 200%

h) Morbid BBR >200 %

e. Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk

penderita DM yang bekerja biasa adalah :

a) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari

b) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari

c) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari

d) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :

a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam

sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada

penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin

dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.

b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore

c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen

d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein

e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

dirangsang pembentukan glikogen baru.

f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

20
3. Terapi ( Jika Diperlukan )

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk

mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada

malam hari.

4. Obat

a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes) / Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

a) Mekanisme kerja sulfanilurea

Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan

insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam

meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat

badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat

badannya sedikit lebih.

b) Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi

mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin,

yaitu :

 Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik

 Menghambat absorpsi karbohidrat

 Menghambat glukoneogenesis di hati

 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

 Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah

reseptor insulin

21
 Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek

intraselluler

5. Insulin

a. Indikasi penggunaan insulin

a) DM tipe I

b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan

OAD

c) DM kehamilan

d) DM dan gangguan faal hati yang berat

e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)

f) DM dan TBC paru akut

g) DM dan koma lain pada DM

h) DM operasi, DM Patah tulang, DM dan underweight

b. Cara Pemberian Insulin

6. Suntikan insulin subkutan

Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah

suntikan subcutan.

7. Cangkok Pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor

hidup saudara kembar identic.

8. Kegawatdaruratan Hipoglikemi

a. Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan

biasanya kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.

22
b. Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu

3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10

W bergantung pada tingkat hipoglikemia

c. Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting

insulin dan pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang

berkelanjutan.

9. Kegawatdaruratan Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketokik

(HHNC / HONK).

Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2

liter NaCl 0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam. Untuk

mengatasi hipokalemi dapat diberikan kalium. Insulin lebih sensitive

dibandingkan ketoasidosis diabetic dan harus dicegah kemungkinan

hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring dengan hati – hati yang

diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat

diberikan 1 – 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi.

10. Rehidrasi

a. Jam pertama beri infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 %

bergantung pada tingkat dehidrasi

b. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung

pada tingkat dehidrasi

c. 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara

200 – 300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula

darah sampai 150 mg/ 100 cc.

23
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa Darah

Syauqy (2015) Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM

meliputi :

a. glukosa darah puasa

b. glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)

c. glukosa darah sewaktu

ADA (American Diabetic Association) (2016) WHO (World

Health Organization) menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM

adalah bila glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa

≥ 126 mg/dl. Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam

dan tidak boleh lebih. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena

ada efek hormon terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel

biasanya serum atau plasma.

Tabel 2.1 Kadar Laboratorium Kadar Gula Dalam Darah

Bukan DM Belum Pasti DM DM


Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Plasma Vena < 110 110 – 199 > 200
Darah Kapiler < 90 90 – 199 > 200
Kadar Glukosa Darah Puasa
Plasma Vena < 110 110 – 125 > 126
Darah Kapiler < 90 90 – 109 > 110
Sumber : American Diabetes Association (2016:13-22).

2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok

3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat

24
4. Osmolalitas serum : Meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I

5. Elektrolit :

a. Na mungkin normal, Meningkat atau menurun

b. K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun

c. Fosfor sering menurun

6. Gas darah arteri : Menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3

7. Hemoglobin Glikosilat : Kadar meningkat 2 – 4 kali dari normal yang

mencerminkan kontrol diabetes melitus yang kurang selama 4 bulan

terakhir.

8. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi

9. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal

10. Insulin darah : Mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai

tinggi (Tipe II)

11. Urine : Gula dan aseton positif

12. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan

infeksi luka.

2.1.8 Komplikasi

1. Komplikasi Akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka

pendek dari glukosa darah

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar

gula darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai

25
keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma

hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui

sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan

merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik

biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula

disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.

b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketokik (HHNC/ HONK).

HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa

terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan

sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350

mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada

umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1,

elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium

bervariasi.

c. Ketoasidosis Diabetic ( KAD )

Merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai

dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis

merupakan ciri khas diabetes yang menimbulkan gejala gastrointestinal

seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Nyeri abdomen

dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sehingga

tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal yang memerlukan

tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau manis

seperti buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton.

26
2. Komplikasi Kronis

Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.

a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi

koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.

b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata

(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk

memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular

maupun makrovaskular.

c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi

serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih

e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetic

27
3. Komplikasi Jangka Panjang

Tabel 2.2 Komplikasi Jangka Panjang

ORGAN / YANG TERJADI KOMPLIKASI


JARINGAN
YANG
TERKENA
Pembuluh Plak aterosklerotik terbentuk & Sirkulasi yg jelek menyebabkan
darah menyumbat arteri berukuran besar penyembuhan luka yg jelek & bisa
atau sedang di jantung, otak, menyebabkan penyakit jantung,
tungkai & penis. Dinding pembuluh stroke, gangren kaki & tangan,
darah kecil mengalami kerusakan impoten & infeksi
sehingga pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen secara normal
& mengalami kebocoran
Mata Terjadi kerusakan pada pembuluh Gangguan penglihatan & pada
darah kecil retina akhirnya bisa terjadi kebutaan
Ginjal · Penebalan pembuluh darah ginjal Fungsi ginjal yg buruk
· Protein bocor ke dalam air kemih Gagal ginjal
· Darah tidak disaring secara normal
Saraf Kerusakan saraf karena glukosa - Kelemahan tungkai yg terjadi
tidak dimetabolisir secara normal & secara tiba-tiba atau secara
karena aliran darah berkurang perlahan
- Berkurangnya rasa, kesemutan &
nyeri di tangan & kaki
- Kerusakan saraf menahun
Sistem Saraf Kerusakan pada saraf yg - Tekanan darah yg naik-turun
Otonom mengendalikan tekanan darah & - Kesulitan menelan & perubahan
saluran pencernaan fungsi pencernaan disertai
serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ke kulit - Luka, infeksi dalam (ulkus
& hilangnya rasa yg menyebabkan diabetikum)
cedera berulang - Penyembuhan luka yg jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama
infeksi saluran kemih & kulit

28
2.2 Konsep Hipovolemia

2.2.1 Definisi

Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

2.2.2 Etiologi

1. Kehilangan cairan aktif

2. Kegagalan mekanisme regulasi

3. Peningkatan permeabilitas kapiler

4. Kekurangan intake cairan

5. Evaporasi

2.2.3 Batasan Karakteristik

1. Gejala Dan Tanda Mayor

Subjektif :

( Tidak Tersedia )

Objektif :

a. Frekuensi nadi meningkat

b. Nadi teraba lemah

c. Tekanan darah menurun

d. Tekanan nadi menyempit

29
e. Turgor kulit menurun

f. Membran mukosa kering

g. Volume urine menurun

h. Hematokrit meningkat

2. Gejala Dan Tanda Minor

Subjektif :

a. Merasa lemah

b. Mengeluh haus

Objektif :

a. Pengisian vena menurun

b. Status mental berubah

c. Suhu tubuh meningkat

d. Konsentrasi urin meningkat

e. Berat badan menurun tiba-tiba

2.2.4 Kondisi Klinis Terkait

1. Trauma / Perdarahan 5. Muntah

2. Luka Bakar 6. Diare

3. AIDS 7. Kolitis Ulseratif

4. Penyakit Crohn 8. Hipoalbuminea

30
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan

2.3.1 Pengkajian

a. Anamnesis

Identitas Klien

 Pada faktor usia resiko terkena diabetes akan meningkat dengan

bertambahnya usia, terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini,

dengan makin banyaknya anak yang mengalami obesitas, angka

kejadian diabetes tipe II pada anak dan remaja pun meningkat.

b. Pengkajian Primer

 Airway

 Suara nafas abnormal (Stridor, Snoring), takikardia dan takipnea

 Breathing

 Frekuensi pernafasan meningkat ( > 24x/menit ), sesak nafas, nyeri

dada, adanya otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.

 Circulation

 Frekuensi nadi meningkat, Nadi teraba melemah, Tekanan darah

menurun, Tekanan nadi menyempit, Membran mukosa kering, Volume

urin menurun, Hematokrit meningkat, Pengisian vena menurun.

31
 Dissability

 Penurunan Kesadaran, Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram

otot, gangguan istirahat dan tidur, kebas kesemutan pada ekstermitas

ulkus kaki, nyeri seluruh badan

 Exposure

 Suhu tubuh panas, Turgor kulit menurun

c. Pengkajian Sekunder

 Keluhan Utama

 Lemas

 Riwayat Penyakit Sekarang

 Datang dengan keluhan poliuria, polifagi, lemas, danya koma atau

penurunana kesadaran dengan sebab yang tidak diketahui.

 Riwayat Penyakit Dahulu

 Mempunyai riwayat DM, infeksi, dan obesitas.

 Riwayat Penyakit Keluarga

 Penyakit diabetes terkenal sebagai penyakit yang diturunkan

 Riwayat Penggunaan Obat

 Penggunaan obat DM yang dihentikan, dikurangi jumlah dosis maupun

tidak rutin sesuai jadwal yang seharusnya diberikan.

32
 Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Terjadi kelemahan / Penurunan kesadaran

 Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah : Menurun ( < 90mmHg )

Nadi : Meningkat ( > 110x / Menit )

RR : Meningkat ( > 24X / menit )

Saturasi : Menurun ( < 94% )

Suhu : Meningkat ( > 370C )

 B1 ( Breathing )

 Sesak nafas, RR meningkat (>24x/menit), Pada auskultasi ditemukan

adanya suara nafas tambahan (Wheezing), nafas bau aseton.

 B2 ( Blood )

 Pada inspeksi terdapat penyembuhan luka yang lama, nadi melemah

(<60x/menit), CRT >3 detik dan terjadi sianosis, nyeri dada.

 B3 ( Brain )

 Kesadaran menurun, nyeri kepala, merasa kebas kesemutan, sering

merasa mengantuk, refleks tendon menurun.

 B4 ( Bladder )

 Frekuensi berkemih Menurun, terpasang kateter dikarenakan adanya

masalah pada saluran kemih seperti poliuria, anuria, oliguria untuk

33
menandakan adanya syok berat dan menghitung keseimbangan

elektrolit terutama dengan pasien diabetes dengan GGK.

 B5 ( Bowel )

 Mual muntah, penurunan berat badan, polifagia, polidipsi dan

anoreksia, nyeri abdomen.

 B6 ( Bone )

 Jika ada luka observasi keadaan luka, kulit dan membran mukosa

kering, adanya odem, akral dingin, kekuatan otot menurun.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Dalam studi kasus ini ditemukan satu diagnosa keperawatan

kegawatdaruratan yang utama adalah Hipovolemia berhubungan dengan

kekurangan intake cairan ( D.0023 )

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018) Pada kedaan Hipovolemia

mempunyai intervensi utama yaituu melakukan manajemen hipovolemia

(1.03116) dengan melakukan tindakan seperti :

 Observasi :

1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi, TD menurun,

nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume

urin menurun, haus, lemah

2. Monitor intake dan output cairan

34
 Terapeutik :

3. Hitung kebutuhan cairan

4. Berikan posisi trendelenburg

5. Berikan asupan cairan oral

 Edukasi :

6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

 Kolaborasi :

8. Pemberian cairan IV isotonik (RL, NaCl)

9. Pemberian cairan IV hipotonis (Glukosa 2,5%,NaCl 0,4%)

10. Pemberian cairan koloid (Albumin, plasmanate)

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang baik (Nettina, 2012).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana

keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Pada tahap evaluasi

apakah ada tindakan yang dilanjutkan atau tidak tergantung dari kriteria hasil,

sudah tercapai apa (Majid, 2016).

35
2.4 Literature Review

Penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2015), dalam penelitiannya yang

dilakukan pada dua partisipan di Ruang ICU RSUD Wahab Sjahrenie Samarinda,

dengan implementasi yang diberikan berupa kondisi hipovolemia yang dilakukan

yaitu pemberian terapi cairan IV pada masing-masing partisipan.

Dalam penelitian lain yaitu penelitian oleh Wira (2018). Dengan

judul penelitian “Asuhan Keperawatan Pada Diabetes Mellitus dengan

Masalah Utama Hipovolemia di Ruang IGD RSUP Sanglah Denpasar” yang

menjelaskan bahwa penatalaksanaan pada kondisi pasien hipovolemia penyakit

diabetes adalah dengan terapi cairan. Terapi insulin hanya efektif jika cairan

diberikan pada tahap awal terapi dan hanya dengan terapi cairan saja yang akan

membuat kadar gula darah menjadi lebih rendah. Studi menunjukkan selama 4

jam pertama lebih dari 80% penurunan kadar gula darah disebabkan oleh

rehidrasi. Beratnya kekurangan cairan yang terjadi dipengaruhi oleh durasi

hiperglikemia yang terjadi, fungsi ginjal, intake cairan penderita. Dari beberapa

jurnal yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terapi

pemberian cairan dapat membantu menurunkan kondisi hipovolemia pada

penderita diabetes mellitus.

36
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus.

Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah

keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang

mendalam dan menyertakan berbagai informasi. Tujuan penelitian studi kasus ini

adalah untuk mengeksplorasi masalah keperawatan hipovolemia.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksankan Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo

3.2.2 Waktu Penelitian

Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 23 Januari – 28 Januari 2023

3.3 Subyek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah 2 pasien dengan masalah keperawatan

yang sama yaitu hipovolemia pada diabetes mellitus.

3.4 Pengumpulan Data

Studi kasus ini dilakukan dengan pengumpulan data dengan menggunakan

Triger Case dari dua kasus yang sama yaitu “Asuhan keperawatan hipovolemia

dengan diabetes mellitus”

37
3.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data informasi

yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping

integritas peneliti, uji keabsahan data dilakukan dengan mengumpulkan data yang

diambil dari kedua partisipan, kemudian divalidasi oleh pembimbing ruangan dan

pembimbing institusi.

3.6 Analisa Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dari hasil

wawancara, observasi secara objektif dan dokumentasi.

3.6.2 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif yang diperoleh dari hasil analisa.

3.6.3 Kesimpulan

Dari data yang telah disajikan, kemudian data dibahas lalu

dibandingkan dengan penelitian yang sudah ada secara teoritis. Data yang

dibahas terkait dengan asuhan proses keperawatan meliputi pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

38
3.7 Etika Penelitian

3.7.1. Informed Consent (Persetujuan)

Informed Consent merupakan suatu lembar persetujuan yang diberikan

oleh peneliti kepada responden berdasarkan kriteria inklusi. Tujuan dari

informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian.

Jika subyek bersedia menjadi responden maka harus menandatangani lembar

persetujuan, tetapi jika subyek menolak maka peneliti tidak memaksa dan

menghormati hak-hak subyek.

3.7.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tetap bertanggung jawab

untuk melindungi semua data yang telah dikumpulkan dalam penelitian dari

pemberitahuan kepada orang di luar team riset. Termasuk peneliti akan

memberikan kode (huruf dengan nama inisial) pada tiap lembar kuesioner.

3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality merupakan suatu kerahasiaan yang diberikan responden

dan dijamin oleh peneliti. Dari hasil penelitian baik informasi maupun

masalah- masalah lainnya hanya sekelompok data tertentu yang akan

dilaorkan pada hasil penelitian.

39
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengambilan kasus asuhan keperawatan hipovolemia pada Ny.N dan

Tn.A yang dilaksanakan pada bulan Januari 2023 dalam kurun waktu 3 hari.

Setiap partisipan yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun

intervensi, melakukan implementasi dan melakukan evaluasi di Ruang ECU

RSUD Sidoarjo.

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Ruang ECU ( Emergency Care Unit ) merupakan salah satu fasilitas

ruang intensif yang berada di RSUD Sidoarjo, dimana didalam ruang tersebut

memiliki kapasitas 10 tempat tidur. Pasien yang berada didalam ruang ECU

dengan indikasi gangguan kesehatan saraf, cairan dan elektrolit, dan penurunan

kesadaran. Ruang ECU terletak di dalam gedung IPIT dilantai bawah , dimana

didalam gedung tersebut akan terbagi menjadi ruangan intensif lainnya seperti

ICU, ICCU, PICU, NICU.

4.1.2 Karakteristik Partisipan

Karakteristik partisipan pada penelitian studi kasus ini berjumlah dua

partisipan yaitu Ny.“N” dan Tn.“A” dengan masalah asuhan keperawatan yang

sama yaitu hipovolemia pada diabetes mellitus.

40
4.1.3 Data Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Tabel 4.1 Pengkajian Kegawatdaruratan


PEMERIKSAAN PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
IDENTITAS
Nama - Usia Ny. N - 51 Tahun Tn. A - 73 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki
Tanggal MRS 23 Januari 2023 27 Januari 2023
Jam MRS 17.45 05.50
Tanggal Pengkajian 23 Januari 2023 27 Januari 2023
Jam Pengkajian 22.40 09.30
TRIAGE
Prioritas Prioritas 1 Prioritas 1
( Kasus Berat ) ( Kasus Berat )
PENGKAJIAN PRIMER
Airway Kepatenan jalan nafas, Kepatenan jalan nafas,
Tidak tampak suara nafas Tidak tampak suara nafas
abnormal abnormal
Breathing Pergerakan dinding dada Pergerakan dinding dada
simetris, wheezing, simetris, Suara nafas
terdapat otot bantu vesikuler, tidak ada otot
pernafasan, bradipnea bantu pernafasan.
(14x/menit).
Circulation Nadi 138x/menit, nadi Nadi 136x/menit, nadi
teraba melemah, tekanan teraba melemah, tekanan
darah menurun darah menurun
88/53mmHg, tekanan nadi 78/47mmHg, tekanan nadi
menyempit, takikardia, menyempit, takikardia, suhu
suhu 38,50C. 37,90C.
Dissability Mengalami penurunan Mengalami penurunan
kesadaran, GCS 2-2-2 kesadaran atau pasien selalu
(Sporo koma) tertidur, GCS 3-2-3
(Delirium)
Exposure Tidak ada edema pada Tidak ada edema pada

41
seluruh tubuh. seluruh tubuh.
PENGKAJIAN SEKUNDER
Keluhan Utama Tidak sadarkan diri Pasien selalu tertidur
Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 2 hari sebelum Pada saat dirumah pasien
dibawa ke RS px mengalami kejang tetapi
merasakan pusing yang masih dalam keadaan sadar
hebat dan mual muntah. penuh dengan durasi kejang
Setiap makanan ataupun selama 5 menit dan hanya 1
minuman yang dikonsumsi kali. Selain itu sejak 1
selalu muntah, dan pada minggu sebelumnya pasien
saat sore hari tiba-tiba merasa badannya lemas,
pasien tidak sadarkan diri mual setiap kali makan.
kemudian pasien dibawa Akhirnya pasien dibawa
oleh keluarga ke IGD oleh keluarga ke IGD
RSUD Sidoarjo. RSUD Sidoarjo.
Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi, Diabetes Diabetes Mellitus
Mellitus
Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi Diabetes Mellitus
Riwayat Penggunaan Obat Injeksi Novorepid 3x8 unit Injeksi Insulin Novomix
namun pengobatan 2x10 Unit, namun
tersebut sudah lama pemakaian injeksi tidak
dihentikan karena pasien digunakan secara taratur.
merasa kondisinya sudah
membaik.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum Penurunan kesadaran Selalu tertidur
GCS 2-2-2 (Sporo Koma) GCS 3-2-3 (Delirium)
Tanda-Tanda Vital TD : 88/53mmHg TD : 78/47mmHg
N : 138x/menit N : 136x/menit
RR : 14x/menit RR : 18x/menit
Suhu : 38,50C Suhu : 37,90C
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
Kepala Persebaran rambut merata, Persebaran rambut merata,
hitam merata, tidak terdapat uban, tidak
terdapat benjolan terdapat benjolan
Telinga Bersih, tidak tampak Sedikit kotor, tidak tampak
perdarahan yang keluar perdarahan yang keluar

42
Wajah Simetris, kuning langsat, Simetris, kulit sawo
tidak tampak odem matanng, tiak ada odem
Mata Membuka ketika diberi Selalu terpejam
rangsangan nyeri
Hidung Terpasang oksigen Terpasang oksigen nasal
rebreathing mask (8lpm), kanul (3lpm), terpasang
terpasang NGT terbuka NGT tertutup
Mulut Membran mukosa kering Membran mukosa kering
Leher Tidak terdapat pembesaran Tidak terdapat pembesaran
vena jugularis vena jugularis
Dada / Thoraks Pergerakan dinding dada Pergerakan dinding dada
simetris, wheezing, simetris, Suara nafas
terdapat otot bantu vesikuler, tidak ada otot
pernafasan bantu pernafasan
Abdomen Simetris, Tidak ada Simetris, Tidak ada distensi
distensi abdomen, bising abdomen, bising usus
usus 14x/menit 12x/menit
Genetalia Terpasang kateter, Urin Terpasang kateter, Urin
Output : 30ml/4jam, warna Output : 50ml/4jam, warna
teh kuning pekat
Ekstermitas Ekstermitas kedua Ekstermitas punggung
punggung tangan tangan kanan dan kaki
terpasang infus, simetris kanan terpasang infus, kulit
kedua ekstermitas atas dan kering dan bersisik bagian
bawah, terdapat edema kedua tibia, edema pada
pada bagian punggung punggung tangan kiri, tidak
kaki. terdapat luka pada seluruh
tubuh.

43
Tabel 4.2 Jenis Therapy

JENIS THERAPY
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
( Ny. N ) ( Tn. A )
 Infus D5 ¼ NS 14 tpm / 10 jam  Infus Nacl 0,9% 500ml / 14 jam
 Novorepid 3 x 20 UI ( Syringepump )  Novorepid 3 x 4 UI ( SC )
 Lantus 0 – 0 – 20 UI ( SC )  Sansulin 0 – 0 – 14 UI ( SC )
 Esomeprazole 3 x 40 mg ( IV )  Omeprazole 2 x 40 mg ( IV )
 Ondansetron 3 x 8 mg ( IV )  Ondansetron 3 x 8 mg ( IV )
 Vit. K 3 x 1 Ampul ( IV )  Vit. B6 2 x 100 mg ( P.O )
 Piracetam 4 x 3 gr ( IV )  Santagesik 3 x 1000 mg ( IV )
 Kalnex 3 x 500 mg ( IV )  Furamin 2 x 1 Ampul ( IV )
 Paracetamol 1 fl ( Drip )  Phenitoin 3 x 100 mg ( Drip )
 Amlodipine 1 x 10 mg ( NGT )  Gabapentin 2 x 100 mg ( P.O )
 Amlodipine 1 x 10 mg ( NGT )

Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
( Ny. N ) ( Tn. A )
Tanggal : 23 – 01 – 2023 Tanggal : 27 – 01 – 2023
 Gula Darah Sewaktu : 35 mg/dL  Gula Darah Sewaktu : 47 mg/dL
 Natrium : 136 mmol/l  Natrium : 157 mmol/l
 Kalium : 4.8 mmol/l  Kalium : 2.7 mmol/l
 Chlorida : 102 mmol/l  Chlorida : 128 mmol/l

44
ANALISA DATA

Tabel 4.4 Analisa data

DATA PENUNJANG PENYEBAB MASALAH


Pasien 1 ( Ny. N ) Hipoglikemia Hipovolemia
Data Subjek : ( D.0023 )
- PenurunanVolume
Intravaskuler

Data Objektif :
Dehidrasi
 Peningkatan frek. nadi (138x/menit)
 Nadi teraba tidak kuat / melemah
 Tekanan darah menurun
(88/53mmHg)
 Tekanan nadi menyempit (35x/menit)
 Turgor kulit menurun
 Membran mukosa kering
 Volume urin output : 50ml/4jam
 Hematokrit meningkat : 59%
 Perubahan status mental / penurunan
kesadaran dengan GCS (2-2-2 / Sporo
koma)
 Suhu tubuh meningkat (38,50C)
 BB : 49 KG
 GDA : 35md/dL
 Tampak pucat
 Terpasang NGT terbuka (Terjadi
hematin berwarna hijau pekat :
30ml/3jam)

45
Pasien 2 ( Tn. A ) Hipoglikemi Hipovolemia
Data Subjek : ( D.0023 )
- PenurunanVolume
Intravaskuler
Data Objektif :
 Peningkatan frek. nadi (136x/menit)
Dehidrasi
 Nadi teraba tidak kuat / melemah
 Tekanan darah menurun
(78/47mmHg)
 Tekanan nadi menyempit (31x/menit)
 Turgor kulit menurun
 Membran mukosa kering
 Volume urin output : 90ml/4jam
 Hematokrit meningkat : 63%
 Perubahan status mental / selalu
tertidur dengan GCS (3-2-3/Delirium)
 Suhu tubuh meningkat (37,90C)
 BB : 55 KG
 GDA : 47 md/dL
 Tampak pucat
 Terpasang NGT tertutup

2. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan

hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan yang ditandai

dengan gejala tanda mayor frek. Nadi meningkat, nadi melemah dan

menyempit, TD menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,

vol. urin menurun dan gejala tanda minor objektif berupa status mental

berubah, suhu tubuh meningkat dan berat badan menurun.

46
3. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.5 Tabel Intervensi Keperawatan

PASIEN TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN


HASIL
PASIEN Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 1 x 7
1 Jam diharapkan : Observasi :
( Ny. N ) Status Cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
(mis. Frekuensi nadi, turgor kulit
 Suara nafas tambahan menurun, membran mukosa kering,
menurun volume urin menurun, lemah)
 Tekanan darah 2. Monitor intake dan output cairan
membaik
Terapeutik :
 Pernafasan membaik
3. Berikan posisi trendelenburg
 Membran mukosa
membaik Kolaborasi :

 Intake cairan membaik 4. Pemberian cairan IV isotonik

 Suhu tubuh membaik 5. Pemberian cairan IV hipotonis

 Output urin meningkat


PASIEN Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 1 x 7
2 jam diharapkan: Observasi :
( Tn. A ) Status Cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
(mis. Frekuensi nadi, turgor kulit
 Output urin meningkat menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, lemah)
 Frekuensi nadi
membaik 2. Monitor intake dan output cairan
 Tekanan darah Terapeutik :
membaik
3. Berikan posisi trendelenburg
 Membran mukosa
membaik Kolaborasi :

 Intake cairan membaik 4. Pemberian cairan IV isotonik


5. Pemberian cairan IV hipotonis

47
4. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan

PASIEN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


HARI KE 1 HARI KE 1 HARI KE 1
Tanggal 23 – 01 – 2023 Tanggal 24 – 01 – 2023 Tanggal 25 – 01 – 2023
PASIEN Jam Tindakan TTD Jam Tindakan TTD Jam Tindakan TTD
1 22.40 Memeriksa tanda dan gejala 23.09 Memeriksa tanda dan gejala 14.30 Memeriksa tanda dan gejala
hipovolemia hipovolemia hipovolemia
Ny. N
 Frek. nadi (138x/menit)  Frek. nadi (146x/menit)  Frek. nadi (67x/menit)
 Nadi teraba melemah  Nadi teraba melemah  Nadi teraba melemah
 TD (88/53mmHg)  TD (75/48mmHg)  TD (85/53mmHg)
 Tekanan nadi (35x/menit)  Tekanan nadi (27x/menit)  Tekanan nadi (32x/menit)
 Turgor kulit menurun  Turgor kulit menurun  Turgor kulit menurun
 Membran mukosa kering  Membran mukosa kering  Membran mukosa kering
 Hematokrit : 59%  Perubahan status mental /  Perubahan status mental /
penurunan kesadaran dengan penurunan kesadaran dengan
 Perubahan status mental / GCS (2-2-2 / Sporo koma) GCS (2-2-2 / Sporo koma)
penurunan kesadaran dengan
GCS (2-2-2 / Sporo koma)  Suhu (380C)  Suhu (38,60C)

48
 Suhu (38,50C) BB : 49 KG BB : 49 KG
 BB : 49 KG
22.42 Memonitor intake dan output 23.10 Memonitor intake dan output 14.30 Memonitor intake dan output
cairan cairan cairan
 Vol. Urin output : 50ml/4jam  Vol. Urin output : 35ml/4jam  Vol. Urin output : 35ml/4jam

22.42 Memberikan posisi trendelenburg 23.10 Memberikan posisi trendelenburg 14.30 Memberikan posisi trendelenburg
 Posisi kepala lebih rendah dari  Posisi kepala lebih rendah dari  Posisi kepala lebih rendah dari
bagian badan bagian badan bagian badan
22.42 Mengkolaborasi pemberian cairan 23.10 Mengkolaborasi pemberian cairan 14.30 Mengkolaborasi pemberian cairan
IV isotonik IV isotonik IV isotonik
 Terpasang infus D5 ¼ NS  Terpasang infus D5 ¼ NS  Terpasang infus D5 ¼ NS
500ml/10 jam 500ml/10 jam 500ml/10 jam
22.43 Mengkolaborasi Pemberian 23.11 Mengkolaborasi Pemberian 14.31 Mengkolaborasi Pemberian
cairan IV hipotonis cairan IV hipotonis cairan IV hipotonis
 Terpasang paracetamol 100ml  Terpasang paracetamol 100ml  Terpasang paracetamol 100ml
(Drip ) ( Drip ) ( Drip )
 Terpasang Cairan D40% 4  Terpasang Cairan D40% 4  Terpasang Cairan D40% 4
Kolf ( Drip ) Kolf ( Drip ) Kolf ( Drip )

49
PASIEN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3


Tanggal 27 – 01 – 2023 Tanggal 28 – 01 – 2023 Tanggal 29 – 01 – 2023

PASIEN Jam Tindakan TTD Jam Tindakan TTD Jam Tindakan TTD
2 09.30 Memeriksa tanda dan gejala 10.03 Memeriksa tanda dan gejala 15.15 Memeriksa tanda dan gejala
hipovolemia hipovolemia hipovolemia
Tn. A
 Frek. nadi (136x/menit)  Frek. nadi (130x/menit)  Frek. nadi (127x/menit)
 Nadi teraba melemah  Nadi teraba melemah  Nadi teraba melemah
 TD (78/47mmHg)  TD (75/48mmHg)  TD (88/53mmHg)
 Tekanan nadi (31x/menit)  Tekanan nadi (27x/menit)  Tekanan nadi (35x/menit)
 Turgor kulit menurun  Turgor kulit menurun  Turgor kulit menurun
 Membran mukosa kering  Membran mukosa kering  Membran mukosa kering
 Hematokrit : 59%  Perubahan status mental /  Perubahan status mental /
penurunan kesadaran dengan penurunan kesadaran
 Perubahan status mental / GCS (2-2-2 / Sporo koma) dengan GCS (2-2-2 /
selalu tertidur dengan GCS (3- Sporo koma)
2-3 / Delirium)  Suhu (380C)
 Suhu (380C)
 Suhu (37,90C)  BB : 55 KG
 BB : 55 KG
 BB : 55 KG

50
09.31 Memonitor intake dan output 10.04 Memonitor intake dan output 15.16 Memonitor intake dan output
cairan cairan cairan
 Vol. Urin output : 90ml/4jam  Vol. Urin output : 35ml/4jam  Vol. Urin output :
35ml/4jam
09.32 Memberikan posisi trendelenburg 10.05 Memberikan posisi trendelenburg 15.17 Memberikan posisi
trendelenburg
 Posisi kepala lebih rendah dari  Posisi kepala lebih rendah dari
bagian badan bagian badan  Posisi kepala lebih rendah
dari bagian badan
09.33 Mengkolaborasi pemberian cairan 10.06 Mengkolaborasi pemberian cairan 15.18 Mengkolaborasi pemberian
IV isotonik IV isotonik cairan IV isotonik
 Terpasang infus D5 ¼ NS  Terpasang infus D5 ¼ NS  Terpasang infus D5 ¼ NS
500ml/10 jam 500ml/10 jam 500ml/10 jam
09.34 Mengkolaborasi Pemberian
cairan IV hipotonis
 Terpasang paracetamol 100ml
( Drip )
 Terpasang Cairan D40% 4
Kolf ( Drip )

51
5. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan

EVALUASI KEPERAWATAN
PASIEN HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3
Tanggal 23 – 01 – 2023 Tanggal 24 – 01 – 2023 Tanggal 26 – 01 – 2023
PASIEN Jam Evaluasi TTD Jam Evaluasi TTD Jam Evaluasi TTD
1 06.00 S : - 06.00 S:- 18.23 S:-
Ny. N O: O: O:
 Frek. nadi (118x/menit)  Frek. nadi (125x/menit)  Frek. nadi (129x/menit)
 TD (98/46mmHg)  TD (94/55mmHg)  TD (77/48mmHg)
 Tekanan nadi (52x/menit)  Tekanan nadi (39x/menit)  Tekanan nadi (29x/menit)
 Turgor kulit mulai membaik  Turgor kulit menurun  Turgor kulit menurun
 Membran mukosa lembab  Membran mukosa kering  Membran mukosa kering
 Penurunan status mental  Penurunan status mental  Penurunan status mental
 Suhu (37,60C)  Suhu (37,80C)  Suhu (38,20C)
A : Hipovolemia belum teratasi A : Hipovolemia teratasi A : Hipovolemia tidak teratasi
sepenuhnya sepenuhnya
P : Intervensi dihentikan (Pasien
P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan meninggal dunia)

52
1. Memeriksa tanda dan gejala 1. Memeriksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis. Frekuensi hipovolemia (mis. Frekuensi
nadi, turgor kulit menurun, nadi, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, membran mukosa kering,
volume urin menurun, volume urin menurun,
lemah) lemah)
2. Memonitor intake dan output 2. Memonitor intake dan
cairan output cairan
3. Memberikan posisi 3. Memberikan posisi
trendelenburg trendelenburg
4. Memberikan cairan IV 4. Memberikan cairan IV
isotonik isotonik

53
EVALUASI KEPERAWATAN
PASIEN HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3
Tanggal 23 – 01 – 2023 Tanggal 24 – 01 – 2023 Tanggal 26 – 01 – 2023
PASIEN Jam Evaluasi TTD Jam Evaluasi TTD Jam Evaluasi TTD
2 12.30 S : - 12.30 S:- 18.33 S:-
Tn. A O: O: O:
 Frek. nadi (118x/menit)  Frek. nadi (125x/menit)  Frek. nadi (129x/menit)
 TD (98/46mmHg)  TD (94/55mmHg)  TD (87/48mmHg)
 Tekanan nadi (52x/menit)  Tekanan nadi (39x/menit)  Tekanan nadi
(39x/menit)
 Turgor kulit mulai membaik  Turgor kulit mulai membaik
 Turgor kulit mulai
 Membran mukosa lembab  Membran mukosa lembab membaik
 Penurunan status mental  Penurunan status mental  Membran mukosa
 Suhu (37,6 C)0
 Suhu (37,8 C)0 lembab

A : Hipovolemia belum teratasi A : Hipovolemia teratasi  Penurunan status mental


sepenuhnya sepenuhnya  Suhu (370C)
P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan A : Hipovolemia teratasi
1. Memeriksa tanda dan gejala 1. Memeriksa tanda dan gejala sepenuhnya
hipovolemia (mis. Frekuensi hipovolemia (mis. Frekuensi P : Intervensi dilanjutkan
nadi, turgor kulit menurun, nadi, turgor kulit menurun,

54
membran mukosa kering, membran mukosa kering, 1. Memeriksa tanda dan
volume urin menurun, lemah) volume urin menurun, lemah) gejala hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi, turgor
2. Memonitor intake dan output 2. Memonitor intake dan output kulit menurun, membran
cairan cairan mukosa kering, volume
3. Memberikan posisi 3. Memberikan posisi urin menurun, lemah)
trendelenburg trendelenburg 2. Memonitor intake dan
4. Memberikan cairan IV 4. Memberikan cairan IV output cairan
isotonik isotonik 3. Memberikan posisi
trendelenburg
4. Memberikan cairan IV
isotonik

55
4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Pada Ny. N dengan usia 51 tahun dilakukan pada tanggal 23

Januari 2023 jam 22.40 dan pengkajian pada Tn. A dengan usia 73 tahun

dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Januari 2023 jam 09.30.

Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny.N ditemukan data mayor

objektif berupa peningkatan frekuensi nadi (138x/menit), nadi teraba tidak

kuat/melemah, Tekanan darah menurun (88/53 mmHg), Tekanan nadi

menyempit (88 – 53 = 35x/menit ), Turgor kulit menurun, Membran mukosa

kerinng, Volume urin menurun (50ml 4/jam), Hematokrit meningkat (59%). Dan

untuk data minor objektif berupa perubahan status mental / penurunan kesadaran

dengan GCS 2-2-2 (Sporo koma), Suhu tubuh meningkat (38,50C), Berat badan

49 KG.

Keadaan Ny. N hampir sama dengan Tn. A, dimana pada saat

pengkajian pada Tn. A ditemukan data mayor objektif berupa peningkatan

frekuensi nadi (136x/menit), nadi teraba tidak kuat/melemah, Tekanan darah

menurun (78/47 mmHg ), Tekanan nadi mneyempit (78 – 47 = 31x/menit),

Turgor kulit menurun, Membran mukosa kerinng, Volume urin menurun (90ml

4/jam), Hematokrit meningkat (63%). Dan untuk data minor objektif berupa

perubahan status mental / selalu tertidur dengan GCS 3-2-3 (Delirium), Suhu

tubuh meningkat (37,90C), Berat badan 55 KG.

Pada pengkajian yang dilakukan kepada keluarga Ny. N didapatkan

informasi bahwa sejak 2 hari sebelum dibawa ke RS px merasakan pusing yang

56
hebat dan mual muntah. Setiap makanan ataupun minuman yang dikonsumsi

selalu muntah, dan pada saat sore hari tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri

kemudian pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Sidoarjo. Keluarga Ny. N

mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit diabetes dan hipertensi sejak

lama. Untuk penyakit diabetesnya pasien sebelumnya menggunakan injeksi

Novorepid 3x8 unit namun pengobatan tersebut sudah lama dihentikan karena

pasien merasa kondisinya sudah membaik.

Dan untuk kondisi Tn. A peneliti melakukan pengkajian kepada

keluarga dimana dalam pengkajian tersebut keluarga pasien mengatakan pada

saat dirumah pasien mengalami kejang tetapi masih dalam keadaan sadar penuh

dengan durasi kejang selama 5 menit dan hanya 1 kali. Selain itu sejak 1 minggu

sebelumnya pasien merasa badannya lemas, mual setiap kali makan. Akhirnya

pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Sidoarjo. Keluarga Tn.a A

mengatakan pasien menderita penyakit diabetes dan pernah menjalani

pengobatan Injeksi Insulin Novomix 2 X 10 Unit, namun pemakaian injeksi

tidak digunakan secara taratur.

Berdasarkan fakta diatas sejalan dengan beberapa teori mengenai kondisi

hipovolemia pada penyakit diabetes mellitus oleh Nurmansyah (2015) yang

berpendapat bahwa salah satu penyebab seseorang yang mengalami diabetes

mellitus adalah pemberian insulin yang diberikan dengan dosis yang kurang atau

bahkan dihentikan. Dimana bila terjadi peningkatan lipolisis maka akan

menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya

akan dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonanemia, asidosis

metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan sehingga akan menyebabkan


57
terjadinya diuresis osmotic yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit

seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi

terjadi bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat

menimbulkan syok hipovolemik. Selanjutnya teori yang dikemukakan oleh

(Febrianto & Esti Hindariati, 2021) dimana pada kasus diabetes mellitus dapat

menyebabkan komplikasi pada pasien yaitu hipertensi, hal itu dikarenakan

tingkat kekentalan darah pada penderita diabetes yang tinggi,sehingga akan

menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta

penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke

otak untuk menambah takanan darah.

Menurut opini peneliti, penyebab utama kedua partisipan sampai

mengalami keadaan hipovolemia dikarenakan penggunaan obat diabetes yang

sudah tidak dilakukan atau diberhentikan dengan sendirinya sehingga

peningkatan produksi glukosa hepar menunjukkan pathogenesis utama yang

bertanggung jawab terhadap keadaan hiperglikemia pada pasien dengan diabetes

mellitus. Selanjutnya keadaan hiperglikemia dan kadar keton yang tinggi

menyebabkan diuresis osmotik yang akan mengakibatkan hipovolemia.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data dari hasil pengkajian diatas diagnosa

keperawatan yang diangkat yaitu hipovolemia berhubungan dengan

kekurangan intake cairan yang ditandai dengan gejala tanda mayor frek.

Nadi meningkat, nadi melemah dan menyempit, TD menurun, turgor kulit

menurun, membran mukosa kering, vol. urin menurun dan gejala tanda

58
minor objektif berupa status mental berubah, suhu tubuh meningkat dan

berat badan menurun. (D.0003)

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

(Febrianto & Esti Hindariati, 2021) dimana pada kasus diabetes mellitus ini

dapat mengakibatkan seseorang mengalami terjadinya hipovolemia dikarenakan

terjadi penurunan transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh yang

menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya

lipolisis akan menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang

sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan

ketonanemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan

diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti

sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi terjadi

bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat

menimbulkan syok hipovolemik. Selain itu terjadinya hipovolemia disebabkan

oleh seseorang yang mengalami muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan

akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit.

Menurut opini peneliti, penyebab utama kedua partisipan mengalami

kondisi hipovolemi yaitu karena dari awal pada saat dirumah keluarga pasien

mengatakan bahwa pasien mengalami mual muntah setiap kali mengkonsumsi

makanan maupun hanya minum, sehingga dari kejadian tersebut memperparah

kondisi tubuh pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

dalam tubuh, sehingga pasien mengalami keadaan hipovolemia yang

menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran.

59
4.2.3 Intervensi Keperawatan

Dari intervensi menurut SIKI DPP PPNI 2018 dapat diterapkan kepada

pasien dengan masalah keperawatan hipovolemia pada pasien diabetes mellitus.

Perencanaan tindakan pada kasus ini didasarkan pada tinjauan intervensi pada

masalah keperawatan hipovolemia, yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x7 Jam keadaan hipovolemia dapat menurun dengan

kriteria hasil : Suara nafas tambahan menurun, tekanan darah membaik,

pernafasan membaik, membran mukosa membaik, intake cairan membaik, suhu

tubuh membaik, output urin meningkat.

Pada pasien 1 Ny. N usia 51 tahun dan pasien 2 Tn. A usia 73 tahun

menunjukkan adanya intervensi yang sama dan akan dilaksanakan intervensi

utama : Manajemen hipovolemia yaitu periksa tanda dan gejala hipovolemia

(mis. Frekuensi nadi, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume

urin menurun, lemah), monitor intake dan output cairan, berikan posisi

trendelenburg, pemberian cairan IV isotonik, pemberian cairan IV hipotonis

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Menurut opini peneliti, intervensi keperawatan disesuaikan dengan

keadaan pasien. Pada pasien 1 Ny. Y usia 51 tahun dan pasien 2 Tn. A usia 73

tahun yang menunjukkan intervensi yang sama, tetapi terdapat beberapa

perbedaan dalam kolaborasi pemberian obat. Pada pasien 1 mendapatkan terapi

obat kalnex dikarenakan pasien mengalami keadaan hematin hijau pekat.

Dimana tujuan pemberian injeksi kalnex ini untuk menghentikan produksi

hematin secara terus menerus.

60
4.2.4 Implementasi Keperawatan

Berdasarkan tabel 4.5 pada tahap implementasi telah dilaksanakan

masing-masing partisipan selama 3 hari, dimana implementasi yang dilakukan

sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Tidak ada perbedaan dari

implementasi masing-masing pasien, yang berbeda adalah respon atau hasil dari

tindakan implementasi yang telah dilakukan.

Selama 3x24 jam, implementasi yang dilakukan pada pasien 1 Ny. N

dengan usia 51 tahun dan pasien 2 Tn.A dengan usia 73 tahun yaitu memeriksa

tanda dan gejala hipovolemia (Frekuensi nadi, turgor kulit menurun, membran

mukosa kering, volume urin menurun, lemah), memonitor intake dan output

cairan, memberikan posisi trendelenburg, membemberikan cairan IV isotonik ,

memberikan cairan IV hipotonis (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Pada

pasien 1 dan pasien 2 memiliki implementasi yang sama, tetapi ada sedikit

perbedaan dalam kolaborasi pemberian obat. Pada pasien 1 mendapatkan terapi

injeksi kalnex dikarenakan pasien mengalami keadaan hematin hijau pekat.

Dimana tujuan pemberian injeksi kalnex ini untuk menghentikan produksi

hematin secara terus menerus.

Menurut opini peneliti implementasi yang diberikan pada pasien 1 Ny. N

dan pasien 2 Tn. A yaitu memeriksa tanda dan gejala hipovolemia, memonitor

intake dan output cairan, memberikan posisi trendelenburg, membemberikan

cairan IV isotonik , memberikan cairan IV hipotonis. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Nurmansyah, 2018) berpendapat bahwa terapi

cairan pada kasus hipovolemia dapat efektif meningkatkan kesadaran seseorang.

61
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Suryawan, 2017) dimana

disalah satu penatalaksanaan kegawatdaruratan pasien hipovolemia yaitu dengan

terapi cairan.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa hasil evaluasi keperawatan

yang telah dilakukan selama 3 hari. Pada pasien 1 Ny. N usia 51 tahun

menunjukkan hasil bahwa masalah hipovolemia belum teratasi dengan baik

dengan ditandai angka gula darah sempat meningkat namun pasien masih

mengalami keadaan yang sama yaitu penurunan kesadaran atau mata terpejam,

namun keadaan tersebut tidak dapat berlangsung dalam waktu lama dan berakhir

dengan kondisi pasien meninggal. Namun berbeda dengan pasien 2 Tn.A usia 73

tahun menunjukkan hasil bahwa masalah hipovolemia belum teratasi dengan

sepenuhnya, pasien mengalami kondisi yang sama.

Menurut peneliti dari kedua pasien mempunyai hasil evaluasi yang tidak

sama, adanya perbedaan yaitu masalah tidak teratasi pada pasien 1 dimana

setelah dilakukan tindakan 3x24 jam pasien meninggal dunia. Dan pada pasien 2

setelah dilakukan tindakan 3x24 jam masih mengalami keadaan yang sama yaitu

pasien masih selalu tertidur. Namun persamaan dikedua pasien yaitu kedua

pasien disaat mengalami hipovolemia dan terjadi penurunan kadar gula, setelah

diberikan tindakan terapi cairan kedua pasien mengalami peningkatan kadar

gula, namun kondisi umum lainnya tetap sama.

62
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengakajian

Berdasarkan data pengkajian dari kedua pasien didapatkan beberapa

kondisi yang sama, seperti sebelum pasien datang ke RSUD keluarga pasien

mengatakan sebelumnya pasien mengalami mual muntah setiap kali makan atau

minum, merasa lemas, mempunyai riwayat penyakit diabetes dan tidak

mengkonsumsi obat diabetes secara rutin, dan pada saat dilakukan pengkajian

diruangan ECU RSUD pasien mengalami penurunan kesadaran.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian diatas dan dilakukan analisa data

didapatkan diagnosa keperawatan hipovolemia berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif yang ditandai dengan gejala tanda mayor objektif turgor kulit

menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun dan ditandai gejala

tanda minor subjektif sebelumnya pasien merasa lemas, objektif suhu tubuh

meningkat.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Beradasarkan data diatas, intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan

kepada kedua pasien adalah intervensi manajemen hipovolemia yaitu periksa

tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi, turgor kulit menurun,

63
membran mukosa kering, volume urin menurun, lemah), monitor intake dan

output cairan, berikan posisi trendelenburg, pemberian cairan IV isotonik,

pemberian cairan IV hipotonis.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Berdasarkan data diatas implementasi yang dilaksanakan pada pasien 1

dan pasien 2 yaitu memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (Frekuensi nadi,

turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, lemah),

memonitor intake dan output cairan, memberikan posisi trendelenburg,

membemberikan cairan IV isotonik , memberikan cairan IV hipotonis. Pada

pasien 1 dan pasien 2 memiliki implementasi yang sama, tetapi ada sedikit

perbedaan dalam kolaborasi pemberian obat. Pada pasien 1 mendapatkan terapi

injeksi kalnex dikarenakan pasien mengalami keadaan hematin hijau pekat.

Dimana tujuan pemberian injeksi kalnex ini untuk menghentikan produksi

hematin secara terus menerus.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan data diatas, terdapat perbedaan hasil akhir atau evaluasi

pada kedua pasien yaitu masalah tidak teratasi pada pasien 1 dimana setelah

dilakukan tindakan 3x24 jam pasien meninggal dunia. Dan pada pasien 2 setelah

dilakukan tindakan 3x24 jam masih mengalami keadaan yang sama yaitu pasien

masih selalu tertidur. Namun persamaan dikedua pasien yaitu kedua pasien

disaat mengalami hipovolemia dan terjadi penurunan kadar gula, setelah

64
diberikan tindakan terapi cairan kedua pasien mengalami peningkatan kadar

gula, namun kondisi umum lainnya tetap sama.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pasien

Guna mendapat asuhan keperawatan yang tepat pada pasien diabetes

mellitus sehingga dapat membantu mengatasi keluhan dan masalah yang timbul

akibat hipovolemia seperti penurunan kesadaran.

5.2.3 Bagi Pelayanan Keperawatan

Guna menambah wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan dengan

masalah hipovolemia pada pasien diabetes mellitus.

5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan

Guna menambah bahan referensi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan dengan masalah hipovolemia pada pasien diabetes mellitus.

65
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2016. Standart of Medical Care in Diabetes


2016. The Journal of Clinical and Applied Research and Education, 39
(1):13-22.

Brunner & Suddarth. (2014). Textbook of Surgical-Medical Nursing. Edition 13.


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013.

Dinkes Jatim (2022). Profil Kesehatan 2021 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timr. Jawa Timur:Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

https://jec.co.id/id/article/jec-eye-talks-world-diabetes-day-2021. Diakses pada


tanggal 07 Juni 2023

Kemenkes (2019). Buku Pintar Kader Posbindu. Jakarta: Direktur Pencegahan


dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Krisnatuti, et al. 2014. Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta
Timur: Penebar Swadaya.

Lutfi et al (2017). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Ny.S dan


Ny.M dengan masalah Keperawatan Hipovolemia di UPT PSTW Jember.
Diakses pada tanggal 08 Februari 2023

Mansjoer et al (2017). Nyeri Konsep dan Penatalaksanaan Dalam Praktik


Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta : Salemba Medika
Nurmansyah (2015). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa Dan

Anak-Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rara Warih.2019. Mellitus Dalam Era 4. Malang: Wineka Media

66
Syauqy, A. 2015. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Meltus

Brdasarkan Pengetahuan Gizi, Sikap, dan Tindakan di Poli Penyakit dalam

Rumah Sakit Islam Jakarta. Jurnal Gizi Indonesia, 3 (2) : 60-67.

Tandra. 2017. Life Health With Diabetes:Diabetes Mengapa & Bagaimana?

Yogyakarta: Rapha Publishing

Tapan, E. 2015. Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

Wijayakusuma, H. 2018. Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Jakarta : Puspa


Swara.

Yosmar et al. (2018). Konsep Dan Proses Keperawatan Hipovolemia. Ar-Ruzz:


Yogyakarta.

Zamri (2019). Asuhan Keperawatan Pada Diabetes Mellitus


dengan Masalah Utama Hipovolemia di Puskesmas Sidotopo Wetan
Surabaya. Diakses pada tanggal 08 Februari 2023

67
Lampiran 1

SURAT IZIN PENELITIAN

Kepada :

Yth. Bapak / Ibu / Saudara Calon Responden

Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Profesi Ners Stikes Dian

Husada Mojokerto, yang akan melaksanakan penelitian tentang “Asuhan

Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Di Ruang ECU

RSUD Sidoarjo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang

asuhan keperawatan dengan masalah hipovolemia pada pasien diabetes mellitus.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kepada Bapak / Ibu memberikan

persetujuan untuk melakukan kegiatan, saya menjamin kerahasiaan jawaban dan

identitas saudara. Informasi yang anda berikan hanya dipergunakan untuk

kepentingan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Demikian permohonan saya, atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan

terimakasih.

Peneliti

Julia Diningrum

68
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOVOLEMIA


PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RUANG ECU RSUD SIDOARJO

Kepada :

Yth. Bapak / Ibu / Saudara Calon Responden

Di Ruang ECU RSUD Sidoarjo

Setelah membaca maksud dan tujuan penelitian ini maka dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan, saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai

responden yang pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Studi

Profesi Ners STIKES Dian Husada Mojokerto yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Di Ruang ECU

RSUD Sidoarjo”.

No. Responden : ..............................................

Sidoarjo , 2023

..............................................

69
Lampiran 3

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : ...........................................................................

NIM : ...........................................................................

Ruangan : ...........................................................................

Tanggal Pengkajian : ...........................................................................

Jam Pengkajian : ...........................................................................

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS

Nama : ...................................

Tanggal Lahir : ...................................

Umur : ...................................

Jenis Kelamin : ...................................

Agama : ...................................

Pendidikan : ...................................

Pekerjaan : ...................................

Alamat : ...................................

Suku / Bangsa : ...................................

Status Perkawinan : ...................................

Tanggal MRS : ...................................

Diagnosa Medis : ...................................

70
II. PENGKAJIAN PRIMER

Airway

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Breathing

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Circulation

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Dissability

........................................................................................................................

........................................................................................................................

III. PENGKAJIAN SEKUNDER

Keluhan Utama

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Riwayat Penyakit Sekarang

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Riwayat Penyakit Dahulu

........................................................................................................................

........................................................................................................................

71
Riwayat Penyakit Keluarga

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Riwayat Penggunaan Obat

........................................................................................................................

........................................................................................................................

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Tanda-Tanda Vital

 TD : ...........................................................................

 Nadi : ...........................................................................

 RR : ...........................................................................

 Suhu : ...........................................................................

 SPO : ...........................................................................

B1 ( Breathing )

 Inspeksi : ............................................................................

 Palpasi : ............................................................................

 Perkusi : ............................................................................

 Auskultasi : ............................................................................

B2 ( Blood )

 Inspeksi : ............................................................................

72
 Palpasi : ............................................................................

 Perkusi : ............................................................................

 Auskultasi : ............................................................................

B3 ( Brain )

 Inspeksi : ............................................................................

 Palpasi : ............................................................................

 Perkusi : ............................................................................

 Auskultasi : ............................................................................

B4 ( Bladder )

 Inspeksi : ............................................................................

 Palpasi : ............................................................................

 Perkusi : ............................................................................

 Auskultasi : ............................................................................

B5 ( Bowel )

 Inspeksi : ............................................................................

 Palpasi : ............................................................................

 Perkusi : ............................................................................

 Auskultasi : ............................................................................

B6 ( Bone )

 Inspeksi : ............................................................................

 Palpasi : ............................................................................

 Perkusi : ............................................................................

 Auskultasi : ............................................................................

73
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa Medis

........................................................................................................................

Hasil Pemeriksaan Medis

 Laboratorium

.................................................................................................................
.................................................................................................................

 X-Ray / Rontgent

.................................................................................................................
.................................................................................................................

 USG

.................................................................................................................
.................................................................................................................

 ECG

.................................................................................................................
.................................................................................................................

 Lain-Lain

.................................................................................................................
.................................................................................................................

VI. PENATALAKSANAAN DAN JENIS THERAPY

........................................................................................................................

........................................................................................................................

74
ANALISA DATA

Nama Pasien : ............................................................................

Umur : ............................................................................

No. Register : ............................................................................

No Data Penunjang Penyebab Masalah

1. Data Subjektif

.................................................

.................................................

Data Objektif

.................................................

.................................................

2. Data Subjektif

.................................................

.................................................

Data Objektif

.................................................

.................................................

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. ........................................................................................................................

2. ........................................................................................................................

3. ........................................................................................................................

75
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : ............................................................................

Umur : ............................................................................

No. Register : ............................................................................

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1.

2.

3.

76
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : ............................................................................

Umur : ............................................................................

No. Register : ............................................................................

No Diagnosa Tanggal Tindakan TTD


Keperawatan Dan Jam
1.

2.

3.

77
E. EVALUASI KEPERAWATAN

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : ............................................................................

Umur : ............................................................................

No. Register : ............................................................................

No Diagnosa Tanggal Catatan Perkembangan TTD


Keperawatan Dan Jam
1.

2.

3.

78

Anda mungkin juga menyukai