DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Andriani Chandra Nazifatul Husni
Annisa Rahmatika Rekha Roza Rayufie
Fadila Yuni Agus Betri Rizka Hidayati
Fitri Mardiana Sesa Olsa
Hidayatul Laila Haris Virlia Putri Khairami
Muhammad Arief Fardiansyah
DOSEN PEMBIMBING:
RENY CHAIDIR Skp, M.Kep
SEMESTER VI
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun klasifikasi diabetes mellitus antara lain Diabetes mellitus tipe I yang
tergantung insulin (IDDM), diabetes mellitus tipe II yang tidak tergantung insulin (NIDDM),
dan diabetes mellitus karena sindroma lain seperti defek genetik fungsi sel beta dan kerja
insulin, penyakit eksokrin pangkreas, endokrinopati, dan karena obat atau zat lain (carlistle,
2005). Salah satu komplikasi dari diabetes mellitus yang akut seperti hipoglikemia, diabetes
ketoasidosis dan sindroma hipergplikemia. Adapun komplikasi jangka panjang seperti
gangguan retinopati, nefropati dan neuropati (Badero, 2009).
i
Menurut Nabyl, 2009 hipoglikemi atau penurunan kadar gula darah merupakan suatu
keadaan dimana kadar glukosa berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang
digunakan.
Federal telah merekomendasikan suatu alat yang dapat mendeteksi kadar gula darah
melalui kulit yang disebut glukowatch. Hal ini sejalan dengan penelitian (Yanti, 2010)
dimana Glukowatch merupakan alat pendeteksi glukosa darah yang berbentuk jam tangan,
dengan alat ini kadar glukosa dapat terdeteksi dengan cairan yang keluar dari intersitial kulit.
Glukowatch juga dapat menggambarkan kadar glukosa sebanyak 3 kali dalam satu jam untuk
waktu lebih dari 12 jam. Glukowatch juga memiliki sistem alarm yang dapat mengeluarkan
bunyi jika kadar gula darah klien tinggi atau rendah, dan dapat meredam kadar gula darah
sebanyak 8500 hasil pemeriksaan. Saat mendeteksi hipoglikemi memiliki 2 alarm yang akan
berbunyi ketika gula darah turun ke posisi hipoglikemi dan 20 menit sebelum gula darah
turun.
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak.Selain itu otak
tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk
glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit.Oleh karena itu fungsi otak yang normal sangat
tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Karena terjadi penurunan suplay
glukosa ke otak sehingga akan menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak
sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah. (Kedia, 2011).
ii
1.2 Rumusan Masalah
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
iii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipoglikemia dapat terjadi pada saat pasien berada pada ruang perawatan klinis
maupun dapat menyerang tanpa disadari pada saat pasien menjalani perawatan di rumah
(Gibson, 2009; Tsai et al, 2011).
1
penggunaan konsumsi obat sulfonilurea, dan 3% akibat dari tidak adekuatnya diet
(Cefalu, 2005).
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada dibawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunkan. Sindrom
hipoglikemi ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas, gemetar,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkedang sampai hilang kesadaran/ syok hopoglikemia.( Nabyl, 2009 )
Definisi kimawi dari hipoglikemi adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l,
walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia
A, 1997)
2
pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolic dan hormonal.
Pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatic.
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dl. Penurunan konsentrasi
glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan konsentrasi insulin secara
fisiologis seiring dengan turunnya konsentrasi glukosa darah, peningkatan konsentrasi
glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada konsentrasi glukosa darah
dibawah batas normal, dan timbulnya gejala-gejala neurologi (autonom) dan penurunan
kesadaran pada konsentrasi glukosa darah dibawah batas normal ( Setyohadi, 2012)
Aktifitas metabolic yang mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai
factor antara lain: mutu dan jumlah glikokisis dan gluconeogenesis serta aktifits enzim-
enzim, seperti glokukinase dan heksokinase.
Proses pelepasan insulin dari sel B pulau Langerhans pangkreas dijelaskan
sebagai berikut:
1. Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya
Transporter glut 2. Glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang
kadarnya tinggi. Konsentrasi gula darah mempengaruhi kecepatan pembentukan
ATP dari proses glikolisis, gluconeogenesis. Siklus kerb dan electron Transpor
Sistem di mitokondria.
2. Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium (K+pump)sehingga
membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin.Selanjutnya insulin
dibawa darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi menjadi glikogen.
3. Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukoagon. Glukoagon
dihasilkan sel-sel A langerhans pankreas. Sekresi hormon ini distimulasi oleh
keadaan hipoglikemia. Bila glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka
akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga mendorong terjadinya
glukoneogenesis.
2.3 ETIOLOGI
Hipoglikemia dapat terjadi pada saat pasien berada pada ruang perawatan klinis
maupun dapat menyerang tanpa disadari pada saat pasien menjalani perawatan di
rumah (Gibson, 2009; Tsai et al, 2011).
3
Hipoglikemi pada orang DM dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
pemberian dosis insulin yang berlebih, perhitungan dosis insulin yang tidak sesuai
dengan intake makanan, penggunaan obat hipoglikemi oral jenis sulfonilurea sebagai
obat untuk menstimulasi produksi insulin tubuh, makan terlalu sedikit atau
terlewatkan waktu makan, dan aktivitas fisik yang berlebih (Phillips, 2009; Smeltzer
et al,2010).
Etiologi dari hipoglikemi diantara lain:
overdosis insulin
Penggunaan sulfonylurea
Aktivitas fisik yang berat
Keterlambatan makanan
Puasa
Kegagalan ginjal, hati, alcohol
Penurunan respon hormonal (adrenergik)
2.4 PATOFISIOLOGI
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute
dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme
pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita
diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan
bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan
sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011). Glukosa
merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat
mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam
jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan
disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplay glukosa ke otak. Karena
terjadi penurunan suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay
oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi glukosa
darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring
4
dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan
timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi
glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan
mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak
efektif (Carpenito, 2007).
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan
pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin
memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi
glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon
konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh sel α
pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya
epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga berperan meningkatkan produksi dan
mengurangi penggunaan glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang
disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon
mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi
penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan perifer,
sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta proteolisis di otot yang
biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah
(Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya kadar
glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga masalah
keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul (Carpenito, 2007).
5
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Hipoglikemi ringan dan sedang menimbulkan gejala keringat dingin, tubuh terasa
gemetar, jantung berdebar, kecemasan, sulit berkonsentrasi, dan rasa lapar. Pasien DM
dapat menolong dirinya sendiri dengan cara meminum atau makan yang mengandung
gula. Hipoglikemia berat sering muncul tanpa dirasakan, menimbulkan gejala keletihan
fisik, kebingungan, perubahan perilaku, koma, kejang sampai terjadi kematian.Kondisi
ini membutuhkan bantuan penatalaksanaan medis secara cepat (Cryer et al, 2003;
Frederick et al, 2003).
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari 2 fase ,yaitu:
fase I: gejala-gejala akibat pusat otonom di hipotalamus sehingga hormon
epinefrin masih dilepaskan.Gejala awal ini merupakan peringatan karena
saat itu pasien masih sadar sehingga dapat diambil tindakan yang perlu
untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
Fase II:gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fugsi
otak,karena itu dinamakan gejala neurologis.Pada awalnya tubuh
memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan
melepaskan epinefrin(adrenalin)dari kelenjer adrenal dan beberapa ujung
saraf,epinefrin merangsang pelepasaan gula dari cadangan tubuh tetapi
juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat,kegelisahan,gemetaran,pingsan,jantung berdebar-debar dan
kadang terasa lapar).Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan
pusing,bingung,lelah,lemah,sakit kepala,prilaku yang tidak biasa,tidak
mampu berkonsentrasi,gangguan penglihatan,kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan
fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba.Hal ini
paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat
hipoglikemik per –oral.Padapenderita tumor pankreas penghasil
insulin,gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,terutama
jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum
6
sarapan pagi.pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-
waktu,tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
2.6 PENCEGAHAN
Upaya pencegahan hipoglikemia melalui pengaturan diit dapat dilakukan dengan berbagai
cara misalnya dengan pemberian karbohidrat kompleks melalui snack tambahan diluar snack standar
untuk menghindari hipoglikemi malam hari terutama pada anak-anak dengan DM usia 9-18tahun
(Ververs,1993). Namun, jika telah mulai terjadi penurunan glukosa darah American Diabetes
Association dalam CMAF (2011) memberikan pedoman "ADArule of 15" pada saat glukosa darah
penderita rendah atau menurun Pedoman ADArule of 15 menjelaskan bahwa saat seseorang
mengidentifikasi gula darahnya rendah maka segera mengonsumsi 15 gram gula atau karbohidrat,
setelah 15 menit tes kadar gula darah jika kadarnya masih < 70 maka konsumsi 15 gram karbohidrat
lagi. Jika gula darah telah berada pada rang normal maka dilanjutkan dengan memakan snack kecil
jika waktu makan yang terjadwal masih lebih dari 1 jam lagi (CMAF, 2012).
Pedoman ADA ini lebih bersifat pencegahan kearah hipoglikemia yang lebih berat, namun
untuk dapat mengaplikasikannya tentunya pasien harus dapat mengetahui kadar gula darahnva dengan
melakukan tes terlebih dahulu. Pengetesan gula darah mandiri dapat dilakukan melalui program Self-
monitoring of blood glucose (SMBG). Woo et al (2010) mengatakan SMBG adalah tes diagnostik
yang dapat meningkatkan manajemen mandiri khusunya DM tipe 1 dan tipe 2 dengan terapi insulin.
Self- monitoring of blood glucose (SMBG) berperan dalam deteksi dini atau identifikasi kejadian
hipoglikemi pada DM tipe 2 dengan insulin jenis sulfonilurea dimana sulfonilurea sangat berpotensi
menyebabkan hipoglikemi terutama pada populasi lansia (Woo et al. 2010)
7
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan hipoglikemik dibagi menjadi 2 yaitu stadium
permulaan (Sadar) dengan pemberian glukosa oral 10-20 gram harus segera diberikan.
Dapat berupa gula murni (idealnya dalam bentuk tablet atau jelly) atau minuman yang
mengandung glukosa seperti jus buah segar.
Berikan gula murni 30 gram ( 2 sendok makan ) atau permen gula murni dan
makanan yang mengandung karbohidrat
Hentikan obat hipoglikemik sementara
Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1- 2 jam
Pertahankan glukosa darah sekitar 200mg/dl (bila sebelumnya tidak sadar)
Jika stadium lanjut (Koma Hipoglikemia) diberikan bolus D10% yang diikuti
pemberian larutan glukosa 40% melalui vena sebanyak 2 flakon tiap 10-20 menit (ulangi
3x) hingga pasien sadar. Dilanjutkan dengan pemberian D10% per infus 6 jam/ kolf.Bila
belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti adrenalin, kortisol dosis tinggi,
atau glukagon 1 mg intravena.Untuk terapi hari selanjutnya pemberian dekstrosa
menyesuaikan dengan keadaan gula darah pasien (Arma, 2011).
1. Glukosa oral
Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakan dengan pemeriksaan glukosa
darah kapiler,10-20 gram glukosa oral harus segera diberikan.Idealnya dalam
bentuk tablet,jelly atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti
jus buah segar dan nondiet cola.Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena
8
lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa.Bila belum ada jadwal makanan
dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 gram karbohidrat
komplek.Bilapasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu
gawat,pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat
dicoba.
2. Glukosa intramuskuler
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit.Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel αpulau
pankreas,yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan
karbohidrat di dalam hati glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.Kecepatan kerja glukagon
tersebut sama dengan pemberian glukosa oral 20 gram(4 sendok makan )dan
dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepungseperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan,mengingat kerja 1 mg
glucagon yang singkat(awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang
berlangsung selama 12 hingga 27 menit).Reaksi insulin dapat pulih dalam waktu
5 sampai 15 menit.Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemia yang
diinduksi alcohol,pemberian glucagon mungkin tidak efektif,efectifitas glucagon
tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hatipemberian glukosa
dengan konsentrasi 40% IV sebanyak 10-25 cc setiap 10-20 menit sampai pasien
sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
2.9 KOMPLIKASI
9
menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapa tmenyebabkan komasampai
kematian
10
Kadar Glukosa (mg/dl) Terapi Hipoglikemi dengan rurmus
>30 mg/dl InjInjeksi IV Dex. 40% (25 cc) bolus 3 flakon
30-60 mg/dl Injinjeksi IV Dex. 40% (25 cc) bolus 2 flakon
60-100 mg/dl Injinjeksi IV Dex. 40% (25 cc) bolus 1 flakon
FOLLOW UP :
1. Periksa kadar gula darah lagi, 30 menit sesudah injeksi IV
2. Sesudah bolus 3 atau 2 atau 1 flakon setelah 30 menit dapat diberikan
1 flakon lagi sampai 2-3 kali untuk mencapai kadar ≥ 120 mg/dl
b. Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal-sengal, sianosis, RR: 22-
30x/i
c. Circulation (sirkulasi)
Kebas, kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi
lemah, tekanan darah menurun.
d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
e. Exposure
11
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh.Karena
hipoglikemia adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita
menemukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien/pasien.
2. Keluhan utama
Pada umumnya pasien hipogklikemia mempunyai keluhan tiba-tiba pusing,
keringat dingin, terasatidakbertenaga, danpenurunankesadaran.
12
Tanda: kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah), bau halisitosis/manis, bau buah (nafas aseton).
3) Pola eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkemih menjadi jika terjadi
hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya
asites, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
13
8) Pola produksi seksual
Pola hubungan seksualitas pada wanita merasa ada gangguan menstruasi atau
haid, sedangkan pada laki-laki ada pengerutan estis dan disfungsi
seksual/impotensi
5. Pemeriksaanfisik
1) Keadaan umum
Penurunan kesadaran, keringat dingin, suara nafas gurgling, panas, lemah dan
pucat.
2) Gejala vital
Keringat dingin, riwayat makan obat diabetes, gula darah sewaktu <40 mg/dl atau
LOW.
4) Sistem respirasi
Anatomi dada/thorak biasanya normal akan tetapi pada kasus berlanjut biasanya
juga terdapat kelainan seperti pembesaran jantung dan paru.
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
14
Tanda : lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernafasan
meningkat.
5) Sistem kardiovaskular
Pada pasien hipoglikemia biasanya bisa ditemukan tekanan darah tinggi
(hypertensi) ataupun darah rendah (hypotensi) akral dingin, hipoksia, CRT >3
detik.
8) Sistem muskuloskeletal
Adanya edema pada tungkai atau ekstremitas, kelemahan gerak dan otot
15
Overdosis insulin Penggunaan Keterlambatan Aktivitas fisik yang
sulfonylurea makan berat
Hipoglikemia
Penurunan suplay
glukosa ke otak Respon neuroendokrin
Gangguan
metabolisme otak Epinefrin
Glukagon
1
Pusing, bingung,
glukogenesis Proteolisis di otot Suplay glukosa ke
lemah &pola nafas
jaringan menurun
abnormal
Depresan pusat
pernafasan Dx : Penurunan Perfusi
Kesadaran Menurun Jaringan Perifer
17
7. Analisa data
Penurunan
kesadaran penerunan kesadaran
Retraksi dinding
dada depresan pusat
RR : >24x/i pernafasan
kesadaran
Sulit berbicara Glukogenesis
Berkeringat Ketidakstabilan
GDS : < 50 mg/dl glukosa darah
3. Diagnosa keperawatan
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Cukup sekian makalah dari kami, semoga materi yang kelompok kami sampaikan
berdampak positif terhadap pembaca dan pembaca juga semakin mengetahui tentang penyakit
hipoglikemia sehingga pembaca dapat menjaga pola hidup sehingga dapat terhindar dari
penyakit hipoglikemia dan cara mengatasi penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, Heather. 2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta: ECG
Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 vol 2.
Jakarta : ECG