Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
RHD atau yang lebih dikenal dengan Reumatik Heart
Disease terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus
baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya
pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit
pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang
kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara
dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena
tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan
penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di
Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-
rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang
dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi
dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit
jantung sebelum usia 40 tahun.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian penyakit RHD
b. Etiologi penyakit RHD
c. Patofisiologi Penyakit RHD
d. Maninfestasi Klinis Penyakit RHD
e. Komplikasi Penyakit RHD
f. Penatalaksanaan Penyakit RHD
g. Pemeriksaan penunjang Penyakit RHD
h. Konsep asuhan keperawatan pada penyakit RHD
C. Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam hal-hal yang
berhubungan dengan penyakit pada anak-anak maupun
dewasa tentang Reumatik Heart Disease

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun
sistemik sebagai reaksi terhadap infeksi streptokokus
hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit
peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu
reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui,
dengansatu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan
Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002).
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang
ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat
serangan karditis rematik akut yang berulang kali
(Arif Mansjoer, 2002).
Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses
peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong
tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah
oleh organisme streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto
Pratanu, 2000).
Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa
medisnya rheumatic heart disease (RHD) adalah suatu
kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang
bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup
mitral sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam
rematik.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik
diperkirakan adalah reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang

2
disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcusβ
hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului
terjadinya demam reumatik baik demam reumatik serangan
pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok
selalu mendahului terjadinya demam rematik, baik pada
serangan pertama maupun serangan ulang. Telah
diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat
beberapa predisposisi antara lain :

Faktor-faktor pada individu :

1. Faktor Genetik :
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjkan hubungan dengan
aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
2. Jenis Kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita
dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang
lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih
sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
3. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan
pertama maupun ulang demam reumatik lebih sering
didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan
orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati,
sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda
pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan
merupakan sebab yang sebenarnya.
4. Umur

3
Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada
timbulnya demam reumatik / penyakit jantung reumatik.
Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-
15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak
biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan
sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau
setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia
sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita
infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6
tahun

5. Keadaan gizi dan lain-lain

Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum


dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk
timbulnya demam reumatik.

6. Reaksi Autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara


polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus
group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.

7. Serangan demam rematik sebelumnya.

Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi


dengan Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering
pada anak yang sebelumnya pernah mendapat demam rematik.

Faktor-faktor lingkungan :

1. Keadaaam sosial Ekonomi

4
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang
terpenting sebagai predisposisi untuk terjadinya demam
reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang
sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk
dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi
lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni
padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk
segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang;
pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan
kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan
faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.

2. Iklim dan geografi

Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit.


Penyakit terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim
sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah
tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari
yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi
agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada
didataran rendah

3. Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering


mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas
meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.

C. Patofisiologi

Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah


infeksistreptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini
menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan

5
jaringan sub kutan.Demam reumatik dapat menyerang semua
bagian jantung. Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta
penelitian terhadap kuman Beta Streptococcus HemolyticusGrup A
sudah berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam
reumatik yangpasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli
sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit
autoimun.

6
Streptococus Hemoliticus b Group A

Pharingitis dan tonsilitis

Tubuh mengeluarkan antibody dan antigen

Respon imunologi abnormal/aoutoimun

RHD

Jantung Persendian Kulit SSP

Peradangan katup mitral Peradangan Peradangan pada kulit Gerakan invalunter dan
membrane sinofial dan jaringan subcutan ireguler sehingga keletihan
Peningkatan sel
arthalgia Bercak merah/eritema,
retikulobendutolial, sel
Resiko Cidera Intoleransi
plasma dan limfosit
Aktivitas
Kerusakan integritas kulit
Jaringan parut Defisit Nyeri Akut
perawatan diri
Penurunan curah jantung Ekspansi Paru Terganggu
Penumpukan darah diparu
Jantung
Merangsang medulla oblongata Vasokontriksi Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Pembuluh Darah

GI Tract HCL Meningkat Mual Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh

7
D. Maninfestasi Klinis

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung


reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium :

1. Stadium I

Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta


Streptococcus Hemolyticus Grup A. Keluhan :

1. Demam
2. Batuk
3. Rasa sakit waktu menelan
4. Muntah
5. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.

2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah
masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan
gejala demam reumatik, biasanya periode ini
berlangsung 1 – 3 minggu, kecuali korea yang dapat
timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian.
3. Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah


fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya
berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit
jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum dan

8
menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit
jantung reumatik.

Gejala peradangan umum :

1. Demam yang tinggi


2. Lesu
3. Anoreksia
4. Berat badan menurun
5. Kelihatan pucat
6. Epistaksis
7. Athralgia
8. Rasa sakit disekitar sendi
9. Sakit perut

4. Satdium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini
penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung /
penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup
tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan
gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai
dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik
penderita demam reumatik maupun penyakit jantung
reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi
penyakitnya.
E. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung
Reumatik (PJR) diantaranya adalah gagal jantung,
pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian
jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau

9
sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark
(kematian sel jantung).
a. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak
menggambarkan terdapatnya sindroma klinik akibat
myocardium tidak mampu memenuhi keperluan
metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul
karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya
karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung
sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua
faktor tersebut. Pada umumnya payah jantung pada
anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan
obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah
menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling
penting mengobati penyakit primer.

b. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis
yang bervariasi dari reaksi radang yang ringan sampai
tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.
Komplikasi rheumatic heart disease menurut
LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994;88 adalah:
a. Kambuh demam reumatik
b. Gagal jantung
c. Endokarditis bakterial subakut
d. Fibrilasi atrium
e. Pembentukan trombus yang dapat lepas atau
menimbulkan obstruksi Robekan korda tendiena

10
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit jantung reumatik terdiri
dari 2 tahap menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak,
1994;88 adalah:
1. Pengobatan/ pencegahan medical
2. Pembedahan

Pengobatan medikal penderita penyakit jantung


reumatik ditujukan pada penyulit yag timbul.
1. Tanda keluhan/komplikasi: tidak perlu pengobatan
2. Gagal jantung:
a. Tirah baring
b. Diit rendah garam,tinggi kalori
c. Digitalisasi
d. Deuretika
e. Vasodilator
3. Endokarditis bacterial subakut: Antibiotika yang
disesuaikan dengan kuman penyebabnya
4. Fibrilasi atrium: Obat antiaritma dan Defibrilasi DCBila
pengobatan katup medical telah optimal, perlu
dipertimbangkan tindakan invasive/pembedahan untuk
mengoreksi kelainan anatomic katup:
a. Valvuloplasti balon untuk stenosis mitral murni
b. pembedahan secara terbuak untuk mengoreksi atau
mengganti katup mitral dan/atau katup aorta bila
katup sudah sangat rusak atau mengalami
perkapuran.
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi
kembali diantaranya adalah :

11
1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara
bertahap
2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan
pemberian antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis
atau pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin
atau sulfadiazine
3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat
dapat dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan
pada jantung)

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
1. LED tinggi sekali
2. Lekositosis
3. Nilai hemoglobin dapat rendah
b. Pemeriksaan bakteriologi
1. Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya
streptococcus.
2. Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase,
anti hyaluronidase.
c. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya
pembesaran pada jantung.
d. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
e. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.

12
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1 Sering
ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang
terkena, lingkungan sosial juga ikut berpengaruh.
b) Keluhan utama: biasanya pasien mengalami sakit
persendian dan demam
c) Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, kardits, nodu noktan timbul
minggu, minggu pertama, entena marginatun timbul
pada akal penyakit, cloera, timbul gerakan yang tiba-
tiba.
d) Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis
media.
e) Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang
menderita penyakit jantung
f) Aktifitas dan Latihan
a. Aktifitas
Keletihan, malaise, keterbatasan rentang gerak
atropi otot, kontraktur/ kelainan pada sendi otot.
b. Cardio vaskuler
Fenomena reynoud jari tangan/ kaki misalnya
pusat intermitten sianosis, kemerahan pada jari
c. Nutrisi
Penurunan berat badan kekeringan pada
membran mukosa, dehidrasi, kesulitan mengunyah,
mual, anoreksia.
d. Higiene

13
Ketergantungan pada orang lain, berbagai
kesulitn untuk melaksanakan aktifitas perawatan
pribadi.
e. Interaksi Sosial
Perubahan peran, isolasi.
g) Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum lemah
- Suhu : 38 – 390
- Nadi cepat dan lemah
- BB: turun
- TD: sistol, diastole
b. Pemeriksaan fisik
- Kepala dan leher meliputi keadaan kepala,
rambut, mata.
- Nada perkusi redup, suara nafas, ruang
interiostae dari nosostae takipnos serta
takhikardi
- Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Astopiter
LED
Hb
Leukosit
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan hapus tenggorokan.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
adanya gangguan pada penutupan katup mitral (
stenosiskatup )

14
b. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi,
destruksi sendi, agen cidera biologis.
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
d. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat.
e. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan
dengan penurunan metabolisme terutama perifer
akibat vasokonstriksi pembuluh darah.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

An. B, 10 tahun, laki laki, dirawat di bangsal anak dengan keluhan nyeri
pada persendian sejak 1 minggu SMRS, nyeri hilang timbul dan berganti
ganti, terkadang di siku, kemudian bisa di lutut, atau pegelangan tangan,
nyeri seperti ditusuk tusuk dan saat nyeri datang sendi tidak bisa
digerakkan. Menurut ibunya, klien tampak agak pucat sejak 3 hari SMRS,
dan muncul bercak merah merah di telapak tangan, lengan, dan paha,
bercak merah tidak gatal, klien jg sering berkeringat dingin. Klien mengeluh
mual sehingga tidak nafsu makan. Kurang lebih 2 minggu sebelumnya klien
menderita faringitis. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/50 mmHg, tampak
pucat, akral hangat, CRT> 2 detik, suhu tubuh 37,90 C, nadi 140x/menit,
bunyi jantung terdengar lemah disertai bising sistolik. Tampak benjolan di
ruas ruas jari tangan, eritema pada telapak tangan, lengan dan paha.

A. DATA FOKUS
1. Data Subjektif
 Pasien mengeluh nyeri persendian sejak satu minggu yang lalu
 Pasien mengatakan nyeri hilang timbul dan berganti ganti kadang disiku,
dilutut dan pergelangan tangan
 Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
 Pasien mengatakan saat nyeri datang tidak bisa digerakkan
 Ibu pasien mengatakan pasien nampak agak pucat sejak 3 hari
 Ibu pasien menagatakan muncul bercak merah ditelapak tangan lengan
dan paha dan tidak gatal
 Ibu pasien mengatakan pasien sering berkeringat dingin
 Pasien mengeluh mual sehingga tidak nafsu makan
 Pasien mengatakan 2 minggu sebelumnya pasien menderita faringitis
2. Data Objektif
 Pasien nampak pucat

16
 Tampak benjolan di ruas ruas jari tangan, eritema pada telapak tangan,
lengan dan paha.
 bunyi jantung terdengar lemah disertai bising sistolik
 , akral hangat,
 TD : 90/50 mmHg
 CRT> 2 detik,
 suhu tubuh 37,90 C,
 nadi 140x/menit
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah Etiologi
1 Data Subjektif Nyeri Akut Agens cedera
 P = Pasien mengeluh biologis

nyeri persendian sejak


satu minggu yang lalu
 Q = Pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-
tusuk
 R = Pasien mengatakan
nyeri berganti ganti
kadang disiku, dilutut dan
pergelangan tangan
S=
 T = Pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
Data Objektif
 TD : 90/50 mmHg
 Pasien mengeluh mual
sehingga tidak nafsu
makan

2 Data Subjektif Hipertermia Proses penyakit
 Ibu pasien menagatakan
muncul bercak merah
ditelapak tangan lengan

17
dan paha dan tidak gatal

Data Objektif
 suhu tubuh 37,90 C,
 nadi 140x/menit
 akral hangat,
3 Faktor Resiko Resiko Ketidak
 Pasien mengeluh mual seimbangan
sehingga tidak nafsu nutrisi kuranf dari
makan kebutuhan tubuh
 Ibu pasien mengatakan
pasien nampak agak
pucat sejak 3 hari
 Pasien nampak pucat

C. PERIORITAS DIAGNOSA
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
D. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Hipertermi Thermoregulation Fever treatment
b/d Adapun kriteria hasil 1. Monitor suhu setiap 2
proses yang didapat jam sekali
penyakit setelah 1 Jam yaitu 2. Monitor tanda-tanda
: vital
Kriteria hasil 3. Monitor intek dan
1. Suhu tubuh output
dalam rentang 4. Monitor warna kulit
normal 5. Kompres pasien pada
2. Nadi dan lipat paha dan aksila
respirasi dalam 6. Kolaborasi cairan

18
rentang normal intra vena
3. Badan tidak 7. Kolaborasi pemberian
teraba hangat antipiretik
2 Nyeri Akut Pain Level Pain Management
b/d agen
cedera Pain Control 1. Lakukan pengkajian

biologis nyeri setiap 1 jam


Adapun kriteria hasil sekali
yang didapat 2. Observasi reaksi
setelah 2 Jam yaitu nonverbal dari
: ketidaknyaman
3. Kontrol lingkunga
a. Mampu mengontrol
yang dapat
nyeri
mempengaruhi nyeri
b. Mampu
seperti suhu
melaporkan
ruangan,
bahwa nyeri
pencahayaan dan
berkurang
kebisingan.
Mampu
4. Observasi tanda-
mengenali nyeri
tanda vital setiap 8
jam sekali
5. Ajarkan teknik non
farmakologi, teknik
relaksasi dan
distraksi.

Analgesic
Administration

1. Tentukan lokasi,
karakterisitik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat

19
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgesic yang
diperlukan
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemeberian
analgetik

3  Nutritional Nutrition
status : food Management
and fluid intake 1. Kolaborasi dengan
 Weight Control ahli gizi untuk
Kriteria hasil menentukan jumlah
1. Mampu kalori dan nutrisi yang
mengidentifikasi dibutuhkan pasien.
kebutuhan nutrisi 2. Berikan substansi
2. Tidak ada tanda- gula
tanda malnutrisi 3. Monitor jumlah nutrisi
3. Tidak terjadi dan kandungan kalori
penurunan berat 4. Kaji kemampuan
badan pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor turgor kulit
3. Monitor mual dan
muntah
4. Catat adanya edema

20
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses
peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh,
terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang
yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh
steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai
kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa
pada jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang
saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi
streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman
termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan,
atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai
3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik
akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak
ditangani secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami
serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman
Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan
seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya
peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan
penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah
menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui
sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung.
Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga

21
menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup
tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah
ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus
tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah
pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat
antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada
penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain
adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin.
Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone
and Aspirin.
B. SARAN
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus
dan mengalami demam reumatik, harus diberikan terapi yang
maksimal dengan antibiotika, hal ini untuk menghindari
kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan
penyakit jantung reumatik

22
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E. Nursing Care Plans. F.A Davis Company.
Philadelphia. USA.

Jumiarni Ilyas,dkk, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks


Keluarga,PusatPendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI,
Jakarta

LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis Dan


Terapi, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo,
Surabaya

Ngastiyah , Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai