Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan masalah Kesehatan Penyakit Jantung


Rematik Pada Sistem Cardiovaskular

Di Ruang PICU RSUD Dr Chasbulla Abdul Majid

Kota Bekasi

TASYA RAMANDA EFENDI


0432950315033

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN BANI SALEH
TAHUN 2020
A. Konsep Teori

A. Definisi

Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya


rheumatic heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan
pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama
katup mitral sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan


yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b
grup A.
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat
bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah
infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan
bagian atas. Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan,
jantung berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam
rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang
dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan
adalah reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam
reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada tenggorok
selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik
serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu
mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama
maupun serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa
predisposisi antara lain :
A. Faktor-faktor pada individu :

1. Faktor genetik

Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap


demam rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik
dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.

2. Jenis kelamin

Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan


dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada
perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih
sering ditemukan pada satu jenis kelamin.

3. Golongan etnik dan ras

Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun


ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam
dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati,
sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua
golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang
sebenarnya.

4. Umur

Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya


demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering
mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat
jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi
umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak
usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi
streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.

5. Keadaan gizi dan lain-lain


Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan
apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.

6. Reaksi autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian


dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein
dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis
pada reumatik fever.

7. Serangan demam rematik sebelumnya.

Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan


Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang
sebelumnya pernah mendapat demam rematik.

B. Faktor-faktor lingkungan :

1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai


predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik
di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik
termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan
yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan
sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit
sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan
kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor
yang memudahkan timbulnya demam reumatik.

2. Iklim dan geografi

Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak


didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi,
lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi
agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran rendah.

3. Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi


saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik
juga meningkat.

C. Patofisiologi
Demam rematik terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau
antigenic similarity antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatic
streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta
hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk
reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka
antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh dalam
hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody
terhadap jaringan jantung dalam serum penderia demam rematik dan
jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan
dalam kejadian demam rematik ialah stretolysin titer 0, suatu produk
extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat
toxik terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara berbagai antigen
somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi
untuk waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat
pada penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan
A.
D. Pathway

Penderita dengan infeksi saluran nafas yang


tidak terobati (Streptococcus Beta Hemolyticus
Grup A)

Infeksi

Anak dengan penyakit


Demam Rematik demam reumatik

Memnyebabkan lesi patologik di Perubahan


jantung , pembuluh darah, sendi dan proses keluarga
jaringan sub kutan

Inflamasi eksudatif karditis Korea poliarthritis Eritema Nobul


dan poliferasi subcutan
Marginatum
jaringn mesenkim
jantung
Intoleransi nyeri
aktivitas

Suplai darah ke
jaringan berkurang

 Mual
Saluran pencernaan  Muntah
 Anoreksia Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
 Rasa sakit waktu menelan
 Peradangan pada toksil yang
disertai eksudat
E. Tanda dan Gejala

Penderita umumnya mengalami sesak nafas yang disebabkan


jantungnya sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah-
pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak
beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah
kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut,
kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam.

Demam reumatik merupakan kumpulan sejumlah gejala dan tanda


klinik. Demam reumatik merupakan penyakit pada banyak sistem,
mengenai terutama jantung, sendi, otak dan jaringan kulit. Tanda dan
gejala akut demam reumatik bervariasi tergantung organ yang terlibat dan
derajat keterlibatannya. Biasanya gejala-gejala ini berlangsung satu
sampai enam minggu setelah infeksi oleh Streptococcus. Gejala klinis
pada penyakit jantung reumatik bisa berupa gejala kardiak (jantung) dan
non kardiak.

A. Gejala Kardiak (jantung)


a. Manifestasi kardiak dari demam reumatik
b. (infeksi dan peradangan jantung) adalah komplikasi paling serius dan
kedua paling umum dari demam reumatik (sekitar 50 %). Pada kasus-
kasus yang lebih lanjut, pasien dapat mengeluh sesak nafas, dada
terasa tidak nyaman, nyeri dada, edema (bengkak), batuk atau
ortopneu (sesak saat berbaring)
c. Pada pemeriksaan fisik, karditis (peradangan pada jantung) umumnya
dideteksi dengan ditemukannya bising jantung (gangguan bunyi
jantung) atau takikardia (jantung berdetak > 100x/menit) diluar
terjadinya demam
d. Manifestasi kardiak lain adalah gagal jantung kongestif dan
perikarditis (radang selaput jantung)
e. Pasien dengan diagnosis demam reumatik akut harus dikontrol
sesering mungkin karena progresifitas penyakitnya
f. Murmur (bising jantung) baru atau perubahan bunyi murmur. Murmur
yang didengar pada demam reumatik akut biasanya disebabkan oleh
insufisiensi katup (gangguan katup).
g. Gagal jantung kongestif
h. Gagal jantung dapat terjadi sekunder akibat insufisiensi katup yang
berat atau miokarditis (radang pada sel otot jantung)
i. Perikarditis
B. Gejala Non Kardiak
a. Poliartritis (peradangan pada banyak sendi) adalah gejala umum dan
merupakan manifestasi awal dari demam reumatik (70 – 75 %).
Umumnya artritis (radang sendi) dimulai pada sendi-sendi besar di
ekstremitas bawah (lutut dan engkel) lalu bermigrasi ke sendi-sendi
besar lain di ekstremitas atas atau bawah (siku dan pergelangan
tangan). Sendi yang terkena akan terasa sakit, bengkak, terasa hangat,
eritem dan pergerakan terbatas. Bengkak dan lunak pada persendian,
nyeri yang berpindah-pindah. Jaccoud’s arthritis (cronic post
rheumatic fever arthropathy) yaitu deformitas jari tangan dan kaki
berupa ulnar deviasi, fleksi sendi metacarpofalangeal, hiperekstensi
sendi proksimal interfalangeal. Gejala artritis mencapai puncaknya
pada waktu 12 – 24 jam dan bertahan dalam waktu 2 – 6 hari (jarang
terjadi lebih dari 3 minggu) dan berespon sangat baik dengan
pemberian aspirin. Poliartritis lebih umum dijumpai pada remaja dan
orang dewasa muda dibandingkan pada anak-anak.
b. Khorea Sydenham, khorea minor atau St. Vance, dance mengenai
hampir 15% penderita demam reumatik. Manifestasi ini
mencerminkan keterlibatan sistem syaraf sentral pada proses radang.
Penderita dengan khorea ini datang dengan gerakan-gerakan yang
tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan dan emosi labil. Manifestasi ini
lebih nyata bila penderita bangun dan dalam keadaan stres. Penderita
tampak selalu gugup dan seringkali menyeringai. Bicaranya tertahan-
tahan dan meledak-ledak. Koordinasi otot-otot halus sukar. Tulisan
tangannya jelek dan ditandai oleh coretan ke atas yang tidak mantap
dengan garis yang ragu-ragu. Pada saat puncak gejalanya tulisannya
tidak dapat dibaca sama sekali.
c. Erithema marginatum merupakan ruam yang khas untuk demam
reumatik dan jarang ditemukan pada penyakit lain. Karena
kekhasannya tanda ini dimasukkan dalam manifestasi minor. Kelainan
ini berupa ruam tidak gatal, makuler dengan tepi erithema (kemerahan)
yang menjalar dari bagian satu ke bagian lain mengelilingi kulit yang
tampak normal, terjadi pada 5% penderita. Gangguan ini berdiameter
2,5 cm dan paling sering ditemukan pada batang tubuh dan tungkai
bagian atas, tidak melibatkan muka. Erithema ini timbul sewaktu-
waktu selama sakit, meskipun yang tersering adalah pada stadium
awal, dan biasanya terjadi hanya pada penderita demam reumatik
dengan karditis.
d. Nodul subkutan. Frekuensi manifestasi ini menurun sejak beberapa
dekade terakhir, dan kini hanya ditemukan pada penderita penyakit
jantung reumatik khronik. Frekuensinya kurang dari 5%, namun pada
penjangkitan di Utah nodulus subkutan ditemukan pada sampai 10%
penderita. Nodulus (benjolan) ini biasanya terletak pada permukaan
sendi, terutama ruas jari, lutut, dan persendian kaki. Kadang-kadangg
nodulus ini ditemukan pada kulit kepala dan di atas tulang belakang.
Ukurannya bervariasi dari 0,5 sampai dengan 2 cm serta tidak nyeri
dan dapat digerakkan secara bebas; biasanya kecil dan menghilang
lebih cepat. Kulit yang menutupi tidak pucat atau meradang. Nodulus
ini muncul hanya sesudah beberapa minggu sakit dan kebanyakan
hanya ditemukan pada penderita dengan karditis.
 Manifestasi lain dari demam reumatik antara lain nyeri perut,
epistaksis (mimisan), demam dengan suhu di atas 39 °C dengan pola
yang tidak karakteristik, pneumonia reumatik yang gejalanya mirip
dengan pneumonia karena infeksi.
 Tromboemboli (sumbatan di pembuluh darah) bisa terjadi sebagai
komplikasi dari stenosis mitral (gangguan katup).
 Anemia hemolitik kardiak bisa terjadi akibat pecahnya sel darah merah
karena bergesekan dengan katup yang terinfeksi. Peningkatan
penghancuran trombosit bisa juga terjadi.
 Aritmia atrium (gangguan irama jantung) biasanya terjadi karena
pembesaran atrium kiri karena gangguan pada katup mitral.

F. Pemeriksaan Diagnostik
A. Pemeriksaan darah
 LED tinggi sekali
 Lekositosis
 Nilai hemoglobin dapat rendah
B. Pemeriksaan bakteriologi
 Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya
streptococcus.
 Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase,
anti hyaluronidase.
C. Pemeriksaan radiologi
 Elektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai adanya
kelainan jantung.

G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR)
diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di
seluruh bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau
sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel
jantung).
A. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan
terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi
keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena
kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur
jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau
gabungan kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu
dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah
menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting mengobati
penyakit primer.
B. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari
reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum
pericard.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali
diantaranya adalah :
A. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara
bertahap
B. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian
antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau
pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau
sulfadiazine
C. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat
dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada
jantung)
Karena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus
beta-hemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan
pada radang tersebut. Ini dapat berupa :
 Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan
dilanjutkan dengan pencegahan. Erythromycin diberikan kepada
mereka yang alergi terhadap penicillin.
 Obat anti rematik
Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang
berguna untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang
akut pada DR
 Diet
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
 Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan
bentuk jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya
7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada kasus plus carditis,
lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat
ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.
 Obat-obat Lain
Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan
dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative.
Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.
I. Pencegahan
Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung rematik sangat
mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR).
Pencegahan yang terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai
mengalami demam rematik (DR) (terserang infeksi kuman Streptococcus
beta hemolyticus).
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang
kuman tersebut, diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan
yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang
kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit
ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya
infeksi streptokokkus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus
dan mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal
dengan antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan
serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung
Rematik.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
2) Keluhan Utama
Tidak menutupi kemungkinan jika seorang anak memasuki kondisi sakit,
maka dari itu perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan
baik secara langsung pada anak ataupun orang/tua. Keluhan ini dapat
dijadikan indikator.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama, jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak tidak sehat hal
ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan
anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat
dijadikan, panduan apakah anak dapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk
asuhan keperawatan.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
ada keluarga yang menderita penyakit jantung.
6) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Riwayat pre natal : perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda
tanda resiko tinggi saat hamil, seperti terinfeksi, berat badan
tidak naik, preeklamsi, serta apakah kehamilannya dipantau
secara berkala, kehamilan resiko tinggo yang tidak ditangani
dengan benar dapat menggangu tumbuh kembang anak,
dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anak dapat
diperkirakan.
 Riwayat intra natal
 Riwajat post natal : perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara
kelahiran anaknya, apakah secraa normal, dan bagaimana
keadaan anaknya sewaktu lahir, anak yang dalam kandungan
terdeteksi sehat apabila kelahirannya mengalami gangguan
(cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama),
maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh
kembang anak.
7) Riwayat Tumbang
Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuan
mengumpulkan data data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak,
sehingga dengan data yang ada dapat diketahui mengenai keadaan anak.
Dalam melaksanakan pengkajian tumbuh kembang hal yang harus
diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan
berjalan lancar.

B. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : keadaan umum lemah
 Suhu : 38-39
 Nadi : cepat dan lemah
 BB : turun
 Td : tinggi atau rendah

Inspeksi
 Pharynx heperemis
 Kelenjar getah bening membesar
 Pembengkakan sendi
 Tonjolan di bawah kulit daerah sendi
 Ada gerakan yang tidak terkoordinasi

Palpasi

 Nyeri tekan persendian


 Tonjolan keras tidak terasa nyeri dan mudah digerakkan

Auskultrasi

 Murmur sistolik
 Stridor suara nafas
C. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut b.d proses implamasi
 Intolenrasi aktivitas b.d ketidak seimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
 Kelebihan volume cairan b.d gangguan filtrasi glomurulus
D. Tujuan dan Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
dx
1 Setelah dilakukan 1.Lakukan pengkajian Perbedaan gejala perlu
tindakan 1x24 jam. nyeri secara untuk
Masalah keperawatan koperehensif, mengidentifikasi
nyeri akut dapat termaksud lokasi, penyebab nyeri,
teratasi dengan KH : karakteristik, kualitas perilaku dan
 Mampu dan faktor presipitasi, perubahan tanda vital,
mengontrol
gunakan skala nyeri 0- membantu
nyeri (tahu
penyebab nyeri, 10 untuk rentang menentukan derajad
mampu intensitas, lihat ekspresi adanya
menggunakan
tehnik verbal/non verbal nyeri,
nonfarmakologi
untuk respon otimatis nyeri ( ketidaknyamanan
mengurangi
TD, berkeringat, nadi pasien.
nyeri, mencari
bantuan) berubah, peningkatan
 Melaporkan atau penurunan
bahwa nyeri
berkurang pernafasan)
dengan
menggunakan
manajemen 2.berikan lingkungan Aktivitas yang
nyeri istirahat dan batasi meningkatkan
 Mampu
aktivitas secara kebutuhan oksigen
mengenali
nyeri (skala, kebutuhan. miodar (kerja tiba-
intensitas, tiba, stress makan
frekuensi dan
tanda nyeri) banyak) dapat
 Menyatakan mencetus nyeri.
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang 3.dorong menggunakan Membantu pasien
 Tanda vital
teknik relaksasi (Tarik untuk istirahat lebih
dalam rentang
normal nafas dalam). efektif dan
memfokuskan
kembali perhatian
sehingga menurunkan
nyeri dan
ketidaknyamanan.

Dapat menghilangkan
4.kkalaborasi nyeri, menurunkan
oemberian obat respon inflamasi dan
nonstreoid dan meningkatkan
antipiretik sesuai kenyamanan.
indikasi.
2 Setelah dilakukan 1.kaji toleransi pasien Parameter
tindakan 1x24 jam. terhadap aktivitas menunjukan respons
Masalah keperawatan menggunakan fisiologis pasien
nyeri akut dapat parametes berikut : terhadap stress
teratasi dengan KH : catta peningkatan TD, aktivitas dan indikator
 Mentoleransi frekuensi nadi 20/menit derajat pengaruh
aktivitas yang di atas frekuensi kelebihan kerja
bisasa istirahat, respon nyeri jantung.
dilakukan, dada, kelelahan berat
yang badan dan kelemahan :
dibuktikan berkeringat, pusing,
oleh toleransi pingsan.
aktivitas,
ketahanan, 2.kaji kesiapan untuk Stabilitas fisiologis
penghematan meningkatkan aktivitas pada istirahat penting
energy, contoh penurunan untuk memajukan
kebugaran kelemahan, TD stabil, tingkat aktivitas
fisik, energy peningkatan perawatan individual.
psikomotorik, pada aktivitas dan
dan perawatan perawatan diri.
diri, ADL.
3.dorong memajukan Konsumsi oksigen
aktivitas/ toleransi miokardia selama
perawatan diri. berbagai aktivitas
dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang
ada, kemajuan
aktivitas terhadap
mencegah
peningkatan tiba tiba
pada kerja jantung.
4.berikan pengobatan Membantu dalam
nyeri sebelum aktivitas, peningkatan aktivitas
apabila nyeri
merupakan salah satu yang lebih efektif.
penyebab
Meningkatkan
program aktivitas
5.Kolaborasikan yang direncanakan
dengan ahli terapi
dengan fisioteraphy.
okupasi, fisik atau
rekreasi untuk
merencanakan dan
memantau program
aktivitas, jika perlu.

3 Setelah dilakukan 1.pantau pemasukan Penting pada


tindakan keperawatan dan pengeluaran, catat pengkajian jantung
selama 1x24 jam.
Masalah keperawatan keseimbangan cairan dan fungsi ginjal dan
cairan dapat teratasi (positif atau negatif) keefektifan terhadap
dengan KH: timbang beratbadan tiap diuretic,keseimbangan

 Meunjukan hari. cairan positif berlanju,


keseimbangan (pemasukan lebih
masukan dan besar dari
keluaran.
pengeluaran) dan
 Berat badan
stabil. berat badan meningkat
 Tanda tanda menunjukan makin
vital dalam
buruknya gagal
rentang
normal. jantung.
 Tidak ada
edema. 2.kalaborasi pemberian Menghambat
diuretic (furosedim, reabsobsi
asam etakrinin) sesuai natrium/klorida yang
indikasi. meningkatkan
ekskresi cairan dan
menurunkan
kelebihan cairan total
tubuh dan edema paru.

3.pantau elektrolit Nilai elktrolit berubah


serum, khususnya sebagai respon
kalium, berikan kalium diuresis dan gangguan
pada diet dan kalium oksigen metabolime,
tambahan bila hipokelemia mencetus
diindikasi. pasien pada ganguan
irama jantung.

4.berikan cairan IV Pompa IV mencegah


melalui alat pengontrol kelebihan pemberian
cairan.

5.batasi cairan sesuai Untuk menurunkan


indikasi (oral dan IV). volume cairan
ekstrasel/edema.

C. Daftar Pustaka

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakart : EGC.

Lili ismudiarti rilantono,dkk.(2012) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran


UI.

Poestika S, Sarodja RM (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai