Anda di halaman 1dari 11

Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat

Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek
dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu
keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda
atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12
indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama
tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari
keluarga yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan,
yaitu:

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.


2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.

1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang
merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu anggota
keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih
dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan
karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi
individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan
jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan
balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku saku,
atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan yang
dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang
ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai
balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum
berikut.

1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.


2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion
(FGD) melalui Dasa

Wisma dari PKK.

3. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).


4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa,
selapanan, dan lain-lain.

Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan
menggunakan tenaga-tenaga berikut.

1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren, kader
PKK, dan

lain-lain.

2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus Karang


Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Target Program PIS PK pada tahun 2019 adalah pelaksaan di seluruh puskesmas di Indonesia

Sumber : http://pispk.kemkes.go.id/id/program-pispk/pelaksanaan-pendekatan-keluarga-sehat/
PROGRAM Indonesia Sehat (PIS) merupakan satu program dari agenda ke Nawa Cita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral
lainnya, seperti Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia selanjutnya menjadi program utama pembangunan kesehatan, yang
kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2015-
2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015.

Sasaran dari PIS adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-
2019, yaitu: Pertama, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; Kedua,
meningkatnya pengendalian penyakit;

Ketiga, meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan; Keempat, meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan
universal melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan;
Kelima, terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, dan; Keenam, meningkatnya
responsivitas sistem kesehatan.

Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan 2015-2019 dalam PIS dilaksanakan dengan
mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari
masyarakat, yaitu keluarga Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UU No.52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta UU No.23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui
pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung keluarga agar dapat
melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai penjabaran dari amanat UU tersebut,
Kementerian Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui
Porgram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).

Dilaksanakan bertahap
Program PIS-PK ini dilaksanakan secara bertahap, yang diawali pada 2016 di 9 provinsi, 64
kabupaten/kota, 470 puskesmas. Selanjutnya pada 2017 ini PIS-PK dilaksanakan di 34 provinsi,
514 kabupaten/kota dengan tahapan 2.926 puskesmas, tahun depan (2018) menjangkau 5.852
puskesmas, dan pada 2019 nanti bisa dilaksanakan di seluruh puskesmas.

Jumlah puskesmas yang melaksanakan PIS-PK di Aceh pada 2017 ini mencapai 213 puskesmas
atau sekitar 63% dari total puskesmas yang ada di provinsi ini. Karena itu, kami sangat berharap
agar pelaksanaan PIS-PK di Aceh dapat berjalan dengan optimal 5, sehingga memiliki daya
ungkit untuk mencapai standar pelayanan minimal bidang kesehatan di wilayah tersebut.
PIS-PK menetapkan 12 indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga. PIS
merupakan prioritas pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 dan sebagai tindak
lanjutnya telah terbit Permenkes No.39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan PIS-PK.
Ke-12 indikator keluarga sehat tersebut, yaitu: (1) keluarga mengikuti program Keluarga
Berencana (KB); (2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan; (3) Bayi mendapat
imunisasi dasar lengkap;

(4) Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif; (5) Balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan; (6) Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar; (7)
Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur; (8) Penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan tidak diterlantarkan; (9) Anggota keluarga tidak ada yang
merokok; (10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); (11)
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, dan; (12) Keluarga menggunakan jamban sehat.

Keluarga merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan penyakit selain peran dari
kualitas lingkungan dan sarana serta prasarana kesehatan. Keluarga juga merupakan tempat
pertama kali kehidupan sosial dan pendidikan didapatkan oleh anak, termasuk pendidikan terkait
kesehatan. Perilaku hidup sehat yang didapatkan sejak dini akan memicu kesadaran terhadap
pentingnya kesehatan baik di keluarga maupun masyarakat. Mengingat betapa pentingnya peran
keluarga dalam mewujudkan masyarakat yang sehat sehingga muncul program PIS-PK.

Pelatihan keluarga sehat ini sudah dilakukan di sembilan kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota
di Aceh. Pelatihan pada gelombang kali ini diikuti 90 orang peserta pelatihan, yang mewakili 18
puskesmas dari Kabupaten Pidie dan Bireuen. Pelatihan keluarga sehat merupakan sarana yang
sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan maupun pencapaian target PIS
dengan pendekatan keluarga.

Dalam menjalankan kebijakan PIS-PK, puskesmas sebagai ujung tombak melakukan kegiatan-
kegiatan yang terstruktur meliputi persiapan; kunjungan rumah untuk pendataan kesehatan
keluarga, analisa data, intervensi, dan analisa hasil intervensi. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan terintegrasi dengan manajemen puskesmas yang meliputi P1 (Perencanaan), P2
(Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan-Pengendalian-Penilaian). Dari hasil kunjungan
rumah dan analisa data, kita akan memperoleh gambaran kesehatan di keluarga, dan seterusnya
di desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai pada tingkat nasional.

Program ini diawali dengan pendataan seluruh keluarga menggunakan formulir Profil Kesehatan
Keluarga (Prokesga) dan Paket Informasi Kesehatan Keluarga (Pinkesga). Data tersebut,
selanjutnya digunakan untuk penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di tingkat
puskesmas. Dalam pelaksanaannya keluarga akan dibina oleh kader atau pertugas kesehatan dari
puskesmas melalui penyuluhan dan kegiatan lainnya.

Monitoring dan evaluasi


Puskesmas sebagai penentu keberhasilan dari program PIS-KIS tentang Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) RI No.39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan PIS-PK,
pemerintah telah menetapkan bahwa pelaksana dari program ini adalah pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas). Puskesmaslah ujung tombak dan penentu keberhasilan program ini.
Pelaksanaannya melalui pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.

Monitoring serta evaluasi dari program ini dapat langsung dilihat dari puskesmas yang sudah
mengimplementasikan program PIS-PK, dengan berbagai cara untuk mengevaluasi program ini
sehingga ke depan program ini dapat berjalan dengan baik. Analisis program ini baiknya ditinjau
langsung oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh agar dapat melihat sejauh mana program PIS-PK
berjalan. Dapat dilakukannya monitoring dan evaluasi melalui survei lapangan langsung ke
puskesmas-puskesmas yang sudah menjalankan program ini, melakukan pendataan jumlah
kunjungan puskesmas ke keluarga, dan melakukan FGD kepada tim atau koordinator program
PIS-PK di masing-masing puskesmas.

Ke depan, puskesmas sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan milik pemerintah, harus
lebih proaktif lagi dalam melaksanakan program-program kesehatannya. Program preventif dan
promotif harus kembali digalakkan. Melalui pendekatan keluarga, diharapkan puskesmas dapat
menangani masalah-masalah kesehatan individu secara siklus hidup (life cycle).

Ini artinya penanganan masalah kesehatan dilakukan sejak fase dalam kandungan, proses
kelahiran, tumbuh kembang masa bayi-balita, usia sekolah dasar, remaja, dewasa sampai usia
lanjut. Fokusnya adalah pada kesehatan individu-individu dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019, di mana penerapan pelayanan
kesehatan harus terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care).

Sumber : http://aceh.tribunnews.com/2017/12/09/puskesmas-ujung-tombak-program-pis-pk?page=2

Apa itu PIS-PK dan Family Folder?

A. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya
yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program
Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran dari
Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemerataan pelayanan kesehatan.

Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam Program Indonesia
Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari
masyarakat, yaitu keluarga. Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari
masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga yang seperti ini disebut rumah tangga atau keluarga
inti (keluarga batih). Sedangkan keluarga yang anggotanya mencakup juga kakek dan atau nenek atau
individu lain yang memiliki hubungan darah, bahkan juga tidak memiliki hubungan darah (misalnya
pembantu rumah tangga), disebut keluarga luas (extended family). Oleh karena merupakan unit terkecil
dari masyarakat, maka derajat kesehatan rumah tangga atau keluarga menentukan derajat kesehatan
masyarakatnya.

Menurut Permenkes RI nomor 75 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan


Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di
dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.

Pendekatan keluarga yang dimaksud merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh
Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Kunjungan rumah
(keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari Profil
Kesehatan Keluarga (family folder). Dengan demikian, pelaksanaan upaya Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas) harus diintengrasikan ke dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam
menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke
keluarga. Perlu diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah ini tidak berarti
mematikan UKBM-UKBM yang ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini
dirasakan masih kurang efektif. Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, Puskesmas akan dapat
mengenali masalah-masalah kesehatan (dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat-PHBS) yang dihadapi
keluarga secara lebih menyeluruh (holistik). Individu anggota keluarga yang perlu mendapatkan
pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau
pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan
dan berbagai faktor risiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari
kader-kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas.
Tujuan dari pendekatan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan komprehensif, meliputi pelayanan


promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar.

2. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) Kabupaten/Kota dan SPM Provinsi,
melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan.
3. Mendukung pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menjadi peserta JKN.
4. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 – 2019.
Melalui pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan di wilayah kerjanya, Puskesmas akan
lebih cepat mencapai Kecamatan Sehat. Dengan mengembangkan dan membina desa dan kelurahan,
Puskesmas melaksanakan pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
keluarga akan menghasilkan keluarga-keluarga sehat yang diukur dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS).
Sedangkan pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan akan menghasilkan peran serta masyarakat
berupa UKBM seperti Posyandu, Posbindu, Polindes, Pos UKK, dan lain-lain.

Melalui pendekatan keluarga, yaitu mengunjungi setiap keluarga di wilayah kerja, diharapkan Puskesmas
dapat menangani masalah-masalah kesehatan dengan pendekatan siklus hidup (life cycle). Dengan
demikian, upaya mewujudkan Keluarga Sehat menjadi titik awal terwujudnya masyarakat sehat. Yang
dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan
dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain,
maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu
keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan
Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan
sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang
bersangkutan. Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau
dikembangkan, yaitu:

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.


Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut:

a. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang merupakan sarana
untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi
komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data
individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan; mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan
gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita,
pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).

b. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk
lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer
tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan
Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita
hipertensi, dan lain-lain.

2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.


Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum berikut:

a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.

b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion (FGD) melalui Dasa
Wisma dari PKK.
c. Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).

d. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa, selapanan, dan lain-lain.

3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.


Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan menggunakan tenaga-tenaga
berikut:

1) Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren, kader PKK, dan lain-
lain.

2) Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus Karang Taruna, pengelola
pengajian, dan lain-lain.

B. Family Folder
Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data
dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga). Puskesmas akan dapat mengenali masalah-
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga secara menyeluruh (holistik) dengan mengunjungi keluarga di
rumahnya. Pelaksanaan pendekatan keluarga di Puskesmas mencakupi langkah-langkah sebagai berikut:

a. pendataan kesehatan keluarga menggunakan formulir Prokesga oleh Pembina Keluarga (dapat
dibantu Kader Kesehatan).
b. pembuatan dan pengelolaan pangkalan data Puskesmas serta pengolahan data oleh tenaga
pengelola data Puskesmas.
c. analisis, perumusan intervensi masalah kesehatan, dan penyusunan rencana Puskesmas oleh tim
manajemen Puskesmas.
d. pelaksanaan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina Keluarga.
e. pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dan pembinaan UKBM.
f. pelaksanaan pelayanan keshatan (dalam dan luar gedung) oleh tenaga kesehatan Puskesmas.
Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-langkah manajemen
Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan- Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan-
Pengendalian-Penilaian). (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

Pengelolaan rekam medis di Puskesmas yang paling tepat adalah sistem penyimpanan wilayah
atau sering disebut dengan sistem family folder. Umumnya dalam satu rekam medis digunakan oleh satu
keluarga dan dimasing-masing formulir diberi tambahan kode khusus untuk menandai kode rekam
medis ayah, ibu, dan anak. Pengelolaan rekam medis ini digunakan Puskesmas karena terkait dengan
tugas Puskesmas yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya sehingga
dengan sistem ini akan diketahui banyaknya masyarakat yang berobat atau sakit dari masing-masing
wilayah dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan penanganan kesehatan diwilayah tersebut
baik oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan. ( Budi, 2011 cit. Rina Gunarti, 2016)
Berdasarkan Permenkes RI nomor 39 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga, menyebutkan bahwa Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut
Prokesga), berupa family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan
data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/ketersediaan air
bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan,
seperti mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) dan perilakunya (merokok, ikut
KB, memantau pertumbuhan dan perkembanganbalita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain). Sesuai
kondisi daerah, Prokesga dapat dikembangkan sehingga mencakup indikator-indikator lain yang dianggap
penting di daerah tersebut. Dengan demikian, data yang dicatat bisa relatif lengkap sesuai kebutuhan
daerah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui
Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Retrieved from Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga: http://pispk.kemkes.go.id/id/faq/
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. Retrieved from http://dinkes.lampungprov.go.id/wp-
content/uploads/2016/11/PMK-No.-75-ttg-Puskesmas.pdf

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/PMK_No.39_ttg_PIS_PK.pdf

Rina Gunarti, Z. A. (2016). Tinjauan Pelaksanaan Family Folder Untuk Rekam Medis Rawat Jalan Di Puskesmas
Guntung Payung Tahun 2016. Jurkessia, VI(3), 47.

Anda mungkin juga menyukai