Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN ANAK II

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu : Ns. Indah Permatasari, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh:

Afifah Arum Meylany 1710711022

Anisa Nurhazyima 1710711025

Ega Shafira Pradanawati 1710711108

Feny Ditya Hanifah 1710711110

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demam rematik adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan
konektif jantung, tulang , jaringan subkutan dan pembuluh darah pada pusat sistem
pernafasan, sebagai akibat dari infeksi beta Streptococcus Hemolyticus grup A. (Suriadi dan
Rita ,Asuhan Keperawatan pada Anak :67)

Demam rematik akut adalah konsekuensi autoimun dari infeksi streptococcus grup A.
Demam rematik akut menyebabkan respon inflamasi umum dan penyakit yang mengnai
jantung, sendi, otak dan kulit secara selektif.

Penyakit jantung reumatik adalah lanjutan dari demam reumatik akut. Kerusakan katup
jantung , khususnya katup mitral dan aorta setelah demam reumatik akut dapat menjadi
persisten setelah episode akut telah mereda. Keterlibatan katup jantung tersebut dikenal
dengan penyakit jantung reumatik.

A. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian RHD atau demam rematik
2. Menjelaskan etiologi RHD atau demam rematik
3. Menjelaskan faktor resiko RHD atau demam rematik
4. Menjelaskan patofisiologis dan pathway RHD atau demam rematik
5. Menjelaskan manifestasi klinis RHD atau demam rematik
6. Menjelaskan penatalaksanaan medis RHD atau demam rematik
7. Menjelaskan komplikasi RHD atau demam rematik
8. Menjelaskan ASKEP RHD atau demam rematik
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian RHD atau demam rematik
2. Untuk mengetahui etiologi RHD atau demam rematik
3. Untuk mengetahui faktor resiko RHD atau demam rematik
4. Untuk mengetahui patofisiologis dan pathway RHD atau demam rematik
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis RHD atau demam rematik
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis RHD atau demam rematik
7. Untuk mengetahui komplikasi RHD atau demam rematik
8. Untuk mengetahui askep RHD atau demam rematik

BAB II
PEMBAHASAN

PREVALENSI

Dalam laporan World Health Organization (WHO) Expert Consultation Geneva pada
tahun 2001, pada tahun 1994 diperkirakan 12 juta penduduk dunia menderita DR dan PJR,
dan paling tidak 3 juta diantaranya menderita penyakit jantung kongestif. Pada tahun 2000,
dilaporkan angka kematian akibat PJR bervariasi di setiap negara, mulai dari 1,8 per 100.000
penduduk di Amerika hingga 7,6 per 100.000 penduduk di Asia Tenggara. Prevalensi
Demam Reumatik di Indonesia belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa penelitian yang
pernah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi PJR berkisar antara 0,3 - 0,8 per 1.000 anak
sekolah.

A. DEFINISI
RHD (Rheumatic Heart Disease) atau yang dikenal dengan penyakit jantung reumatik
adalah penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuler) dari demam reumatik akut
(DRA) sebelumnya. Demam reumatik merupakan kompilakasi penyakit peradangan
tenggorokan akibat infeksi bakteri Streptococcus. Demam reumatik cenderung menyerang
anak 5 – 15 tahun, infeksi berulang yang terjadi pada masa anak-anak menyebabkan
terjadinya penyakit jantung reumatik yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas.
Penyakit ini ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung.

B. ETIOLOGI
Etiologi RHD (Rheumatic Heart Disease) dikarenakan Infeksi Streptococcus β
Hemolitikus Grup A (SGA) masih belum dapat dieradikasi (pemusnahan) yang berdampak
pada kejadian Demam Reumatik dan RHD (Rheumatic Heart Disease) sebagai
komplikasinya. Streptococcus β Hemolitikus Grup A merupakan salah satu bakteri patogen
yang ditemukan sebagai carrier di saluran pernafasan anak-anak, bakteri ini tidak
menimbulkan penyakit tetapi beresiko untuk menyebarkan penyakit ketika imunitas tubuh
menurun disaat terpapar bakteri patogen lainnya karena kurangnya kebersihan.

Sedangkan untuk faktor resiko dihubungkan dengan beberapa faktor, termasuk faktor
sosioekonomi dan lingkungan yang secara tidak langsung berperan dalam kejadian Demam
Reumatik dan RHD (Rheumatic Heart Disease). Faktor-faktor yang terkait adalah
keterbatasan pelayanan kesehatan yang berkualitas, kurangnya tenaga ahli yang menangani,
status ekonomi, kepadatan penduduk, status nutrisi, keadaan rumah, keadaan lingkungan dan
rendahnya kesadaran terhadap penyakit terutama pada masyarakat di negara berkembang.
Faktor Resiko :
 Pelayanan kesehatan tidak berkualitas
 Kurangnya tenaga ahli yang menangani
 Status ekonomi Demam Reumatik Akut
 Status nutrisi (DRA) Berulang
 Keadaan rumah
 Keadaan lingkungan
 Rendahnya kesadaran terhadap penyakit

Streptococcus β Hemolitikus Grup A


(SGA) (melepaskan endoteksiadi pharing)
dan tonsil
Antibodi mengeluarkan antibodi berlebihan

Respon Imunologi Abnormal (Tidak dapat


membedakan antigen dan antibodi )

RHD (Rheumatic Heart Disease)

C. FAKTOR RESIKO

1. Umur
Penelitian kohort prospektif oleh Quinn dkk mendapatkan penyakit tersebut sering terjadi
pada usia 5-15 tahun. Distribusi umur sesuai dengan insidens infkesi streptococcus pada anak
usia sekolah. Kejadian demam reumatik dan penyakit jantung reumatik sering ditemukan pada
pasien denganrentang 5-13 tahun.

2. Faktor lingkungan

Tingkat sosial ekonomi merupakan faktor penting dalam terjadinya demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik. Golongan masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan
yang rendah dengan segala manifestasinya seperti ketidaktahuan , perumaan dan lingkungan
yang bururk, tempat tinggal yang berdesakan dan pelayanan kesehatan yang kurang baik
merupakan golongan yang paling rawan.

Rumah-rumah dengan penghuni yang padat merupakan faktor lingkungan yang penting
sebagai predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Di indonesia masi banyak lingkungan
hunian yang belum memadai. Pola kekeluargaan yang amat erat menyebabkan masih banyak
keluarga muda yang tinggal dalam lingkungan dengan kepadatan hunian >4orang per rumah
karna masih tinggal dengan orang tua. Jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang padat
kemungkinan lebih mudah ternfeksi berbagai penyakit termasuk faringitis.

D. PATOFISIOLOGI
1) Demam reumatik adalah suatu hasi respon imunolgi abnormal yang disebabkan oleh
kelompok kuman A beta hemolytic streptococcus yang menyerang pada faring

5
2) Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstrase, yang
terpenting diantaranya ialah streptolycin O, streptoliycin S, hialurodinase,
streptokinase,difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococccal
erythrogenic toxin. Produk produk tersebut merangsang timbulnya antibodi. Demam
reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa
produk tersebut.
3) Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang membentuk imun
kompleks . Reaksi silang imun kompleks tersebut dengan sarcolema kardiak
menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi
pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
4) Demam reumatik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan yang tidak tuntas
karena infeksi saluran pernafasan atas oleh kelompok kuman A betahemolytic.
5) Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruanagn yang sesak khususnya diruang kelas
atau tempat tinggal yang dapat mingkatkan resiko.
6) Penyebab utama morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan kronik dengan karditis

6
PATHWAY

Streprococcus Pangringitis dan tonsillitis Ubuh mengeluarkan


hemolitikus b group A antibody berlebihan dan
(meepaskan endotoksin tidak dapat membedakan
dipharing dan tonsil Respon imunologi antibody dan antigen
abnormal/autoimun

RHD

Kulit Persendian Jantung

Peradangan Peradangan Peradangan


kulit jaringan pada katub mitral
subcutan membrane
senovial

Bercak merah Hipertermia


Polyartritris

Kerusakan
Nyeri akut
integritas
Peningkatan sel
kulit
retikuloendotelial, sel
Gerakan Jaringan parut plasma dan limfosit
involunter,irrigulaer,
cepat dan
kelemahan otot
Stenosis katub
Penurunan curah
mitral
jantung

Resiko cidera
Baroreseptor :
intoleransi aktifitas Merangsang
meningkatkan vol dan
medulla
td
oblongata

7
Kompensasi saraf GI Tract
simpatis

Kerja lambung
pengisian atrium Pembuluh darah meningkat
kanan meningkat

HCL
Vasokontristik
meningkat
Penumpakan
darah diparu
Penurunan
Mual,
metabolisme
anoreksia
Gangguan fungsi terutama perifer
alveoli

Penurunan Ketidakseimbangan
Resiko kerusakan metabolisme nutrisi kurang dari
pertukaran gas terutama perifer kebutuhan tubuh

Perfusi jaringan perifer


tidak efektif

E. MANIFESTASI KLINIS

Kriteria WHO yang telah direvisi mengkategorikan diagnosis demam reumatik menjadi:
episode primer demam reumatik, serangan rekuren demam reumatik pada pasien tanpa RHD,
serangan rekuren demam reumatik pada pasien dengan RHD, chorea reumatik, onset karditis
reumatik, dan kronik RHD.

Artritis, chorea, eritema marginatum, dan nodul subkutan adalah gejala-gejala nonjantung
yang merupakan kriteria mayor diagnostik demam reumatik akut.

8
a. Artritis berpindah-pindah adalah gejala mayor paling sering ditemui pada demam
reumatik. Istilah berpindah-pindah diartikan sebagai keterlibatan secara berurutan pada
sendi, masing-masing mengalami siklus infl amasi dan resolusi. Jika artritis merupakan
satusatunya gejala mayor, diagnosis demam reumatik sulit ditegakkan karena banyak
penyakit infeksi, imunologi, dan vaskulitis datang dengan poliartritis.
b. Chorea ditandai oleh emosi labil, gerakan tidak terkoordinasi, dan kelemahan otot.
Chorea dapat muncul sendiri atau bersamaan dengan gejala demam reumatik lain.
Chorea memiliki periode latensi yang panjang.
c. Nodul subkutan hampir selalu dihubungkan dengan keterlibatan jantung dan ditemukan
lebih sering pada pasien karditis berat. Namun, tidak seperti reumatik karditis, gejala
nonjantung demam reumatik tidak menyebabkan kerusakan permanen. Gejala
nonjantung mayor terjadi dalam kombinasi yang bervariasi, dengan atau tanpa karditis,
selama proses evolusi penyakit. Timbulnya gejala nonjantung membantu deteksi karditis
dan identifi kasi terhadap gejala nonjantung penting pada rekurensi penyakit, ketika
diagnosis karditis sulit ditegakkan.

Tabel 1 mayor, gejala minor, dan bukti pendukung riwayat infeksi


Gejala mayor • karditis
• poliartritis
• chorea
• eritema marginatum
• nodul subkutan

Gejala minor • klinis: demam, poliatralgia


• laboratorium: peningkatan fase akut
reaktan (laju endap darah atau hitung
leukosit)

Bukti pendukung riwayat infeksi • elektrokardiogram: P-R interval


streptokokus dalam 45 hari terakhir memanjang, atau
• peningkatan antistreptolisin-O atau

9
antibodi, atau streptokokus lain
• kultur tenggorokan positif, atau
• tes antigen cepat streptokokus grup A,
atau
• demam scarlet terbaru

Tabel 2 Kriteria WHO diagnosis demam reumatik akut dan penyakit jantung reumatik

Kategori diagnostik Kriteria


Episode primer demam reumatik 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dan 2
gejala minor + bukti riwayat infeksi
streptokokus grup A

Serangan rekuren demam reumatik pada 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dan 2
pasien tanpa penyakit jantung reumatik gejala minor + bukti riwayat infeksi
(RHD) streptokokus grup A
Serangan rekuren demam reumatik pada 2 gejala minor + bukti riwayat infeksi
pasien dengan penyakit jantung reumatik streptokokus grup A
(RHD)
Chorea reumatik Tidak memerlukan gejala mayor atau bukti
riwayat infeksi streptokokus grup A

Lesi katup kronik penyakit jantung Tidak memerlukan kriteria lain untuk
reumatik (RHD) (pasien datang pertama diagnosis RHD
kali dengan mitral stenosis murni atau
penyakit katup mitral campuran dan atau
penyakit katup aorta)

10
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Medical Care
Pengobatan terhadap Demam Rematik ditunjukkan pada 3 hal yaitu:

1) Pencegahan primer pada saat serangan Demam Rematik.

2) Penegahan skunder Demam Rematik.

3) Menghilangkan gejala yang menyertainya, seperti tirah baring, penggunaan antiinflamasi,


penatalaksanaan gagal jantung

Pencegahan primer bertujuan untuk eradikasi kuman streptokokus pada saat serangan DR
dan diberikan fase awal serangan. Jenis antibiotika, dosis dan frekuensi pemberiannya

Pencegahan sekunder DR bertujuan untuk mencegah serangan ulangan DR, karena serangan
ulangan dapat memperberat kerusakan katup katup jantung dan dapat menyebabkan kecacatan
dan kerusakan katup jantung.

Jenis antibiotika yang digunakan dapat dilihat pada tabel 03 dan durasi pencegahan sekunder
dapat dilihat pada tabel 04.

11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
a. LED tinggi
b. Lekositosis
c. Nilai hemoglobin rendah

12
2. Pemeriksaan bakteriologi
a. Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.
b. Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.
3. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
4. Pemeriksaan Echokardiogram : Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
5. Pemeriksaan Elektrokardiogram : Menunjukan interval P-R memanjang.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR) atau (RHD) Reumatik
Heart Disease diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh
bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan
katup jantung, dan infark (kematian sel jantung).

1. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic
termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan,
biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses
inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan
obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan
yang paling penting mengobati penyakit primer.

2. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang yang
ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard

13
3. Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi pada endokardium, yaitu lapisan bagian dalam jantung.
Episode pertama reumatik karditis sebaiknya dicurigai pada pasien yang tidak memiliki
riwayat demam reumatik atau RHD sebelumnya, dan terdapat murmur sistolik mitral
regurgitasi di apeks (dengan atau tanpa murmur middiastolik di apeks), dan atau terdapat
early diastolic murmur aorta regurgitasi di basal. Di sisi lain, pada pasien dengan riwayat
RHD sebelumnya, perubahan karakter murmur-murmur tersebut atau munculnya murmur
baru yang signifi kan mengindikasikan karditis.

4. Miokarditis
Miokarditis adalah kondisi di mana terjadi peradangan atau inflamasi pada otot jantung
(miokardium).Miokarditis sendiri tanpa valvulitis tidak berasal dari reumatik dan
sebaiknya tidak dijadikan dasar diagnosis demam reumatik. Pada miokarditis hampir
selalu terdapat murmur sistolik di apeks dan murmur diastolik di basal. Gagal jantung dan
pembesaran jantung mengindikasikan bahwa miokardium terlibat dalam episode primer
demam reumatik, meskipun peran gagal jantung dalam diagnosis rekurensi reumatik
karditis masih dipertanyakan. Oleh karena itu, lebih baik disimpulkan bahwa perburukan
gagal jantung yang tidak jelas sebabnya pada kasus dicurigai demam reumatik
mengindikasikan karditis aktif, jika didukung gejala minor dan bukti riwayat infeksi
streptokokus. Jika data klinis sebelumnya tidak diketahui, dapat dibandingkan dengan
data terbaru keterlibatan miokardial menyebabkan pembesaran jantung mendadak yang
dapat dideteksi secara radiografi . Infektif endokarditis juga akan menyamarkan gejala
rekurensi demam reumatik.

5. Gagal jantung
Heart failure atau gagal jantung adalah kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga
tidak mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh.
disebabkan oleh karditis berat. Meskipun gagal jantung selalu langsung dihubungkan
dengan keterlibatan miokard pada demam reumatik, gangguan fungsi sistolik ventrikel
kiri tidak terjadi pada demam reumatik; tanda dan gejala gagal jantung dapat disebabkan
oleh gangguan katup berat.

14
I. Asuhan keperawatan Reumatoid Heart Disease (RDH) Atau demam reumatik
1. Pengkajian Keperawatan
- Lihat bagian pengkajian kardiovaskuler dan musculoskeletal dalam apendiks A
- Kaji adanya Nyeri
- Kaji stabilitas suhu
- Kaji tingkat aktivitas

2. Diagnose keperawatan
- Intoleransi aktifitas
- Nyeri
- Perubahan proses keluarga
- Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
3. Implementasi keperawatan

Tanggal No.dx Tujuan dan criteria Perencanaan


hasil
1 Setelah dilakukan - Pertahankan tirah baring sampai hasil
asuhan keperawatan lab dan status klinis membaik
selama …x24jam Rasional : agar kondisi anak semakin
aktifitas pada anak membaik
membaik dengan - Pantau peningkatan pertahanan pada
criteria hasil : tingkat aktifitas
- Kekuatan tubuh Rasional : agar mengetahui kondidi
bagian bawah terkini pasien
baik - Lakukan terapi relaksasi
- Warna kulit Rasiomnal : agar anak lebih rileks
tidak pucat atau - Intruksikan anak dan keluarga
membiru mengenai gejala jantung yang mulai
- Tidak memiliki mengganggu

15
hambatan ketika Rasional : agar dapat mengindikasikan
bernapas. akan kebutuan anak untuk istirahat.
- Ttv normal

2 Setelah dilakukan - Tubuh sesedikit mungkin


asuhan keperawatan digerakan/dipindahkan
selama …x24jam nyeri Rasional : agar tubuh merasa nyaman
dapat teratasi dengan - Gunakan bad cradle sebagai sprei
criteria hasil : - Pertahankan kesejajaran tubuh yang
- Nyeri tidak tepat
terasa Rasional : agar tubuh merasa nyaman
- Berikan aspirin
Rasional : agar nyeri berkurang
- Ubah posisi anak setiap 2 jam
3 Setelah dilakukan - Anjurkan orang tua untuk
asuhan keperawatan mengekspresikan perasaannya
selama …x24jam - Anjurkan anak untuk berbagi rasa
keluarga memberikan tidak berdaya,malu dan ketakutan
tukungan emosional yang berkaitan dengan manifestasi
pada anak criteria penyakit
hasil : - Bertindak sebagai pembela atau
penghubung anak dan keluarga
dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya.
- Anjurkan anak untuk berhubungan
dengan teman sebaya
- Dorong keterlibatan anak dalam
aktifitas rekreasi dan aktivitas
pengalih yang sesuai dengan usia.

4 Setelah dilakukan - Beri makan sedikit tapi sering (

16
asuhan keperawatan termasuk cairan)
selama …x24jam Rasional : agar ada asupan yang
nutrisi tercukupi masuk dalam tubuh
criteria hasil : - Masukan makanan kesukaan anak
- Nafsu makan Rasional : agar anak tidak menolak aat
meningkat pemberian makan
- Anak merasa - Anjurkan untuk makan sendiri
nyaman Rasional : jika memungkinkan agar
- Berat badan anak dapat lebih mandiri
normal - Atur makanan secara menarik diatas
- Energy tubuh nampan
anak stabil Rasional : agar anak berminat untuk
makan
- Atur jadwal pemberian makan
Rasional : agar nutrisi tercukupi
- Berikan makanan yang berkwalitas
tinggi dan bergizi
Rasional : agar tubuh anak semakin
membaik.

17
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Pada kasus ini penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang sudah sesuai. Penatalaksaan pada pasien ini juga sudah
cukup sesuai dengan kepustakan. Penyakit jantung rematik merupakan kelainan katup
jantung akibat demam rematik akut sebelumnya. Pengobatan bergantung pada tingkat
keparahan penyakit dan pemantauan harus dilakukan secara ketat agar mengarah kepada
prognosis yang lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Fadhila dkk. 2016. Identifikasi Carrier Streptococcus β Hemolitikus Grup A pada Murid SD
Negeri 13 Padang Berdasarkan Perbedaan Umur dan Jenis Kelamin. Diakses
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/459 pada 20 Oktober 2019.
Hasnul, Marhamah dkk . 2015. Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Rematik yang Dirawat
Inap di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Diakses
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/388/343 pada 20 Oktober 2019.
Willy, Tjin. 2019. Demam Reumatik. Diakses https://www.alodokter.com/demam-reumatik pada
20 Oktober 2019.
Suriadi, S.Kep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto
Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Ngastiyah. 2007. Perawatan Anak Saki. Edisi III. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai