Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen Pembimbing:
Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, M.Kep., Sp.Kep.Kom.

Disusun Oleh:
Farras Jihan Afifah 2110721114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penuis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan
Gerontik dengan Diabetes Mellitus sebagai salah satu syarat lulus mata kuliah stase
Keperawatan Gerontik Profesi Ners 2021. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para
dosen pada stase Keperawatan Gerontik Profesi Ners 2021 dan dosen pembimbing yaitu Ns.
Nourmayansa Vidya Anggraini, M.Kep., Sp.Kep.Kom yang telah mengarahkan dan
membimbing selama stase ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Diabetes Mellitus ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis menerima kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan lapooran berikutnya. Akhir kata
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Jakarta, Oktober 2021

Farras Jihan Afifah

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB IPENDAHULUAN 4
A Latar Belakang 4
B Rumusan Masalah 4
C Tujuan Penulisan 5
D Manfaat Penulisan 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 6


A Definisi Lanisa 6
B Perubahan Pada Lansia 6
C Konsep Penyakit 7
D Asuhan Keperawatan Lansia 11
E Peran Perawat 12

BAB IIILAPORAN KASUS KELOLAAN 14


A Pengkajian 14
B Diagnosa Keperawatan 26
C Rencana Asuhan Keperawatan 27
D Implementasi Keperawatan 28
E Evaluasi Keperawatan 10

BAB IV PEMBAHASAN 30
A Analisis masalah keperawatan/intervensi dengan konsep 30

BAB VPENUTUP 31
A Simpulan 31
B Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai

3
dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan
anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin
khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia harapan hidup
lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status
gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia > 65 tahun, 8,6% menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15%
populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International
Diabetic Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien
DM. Angka ini terus bertambah hingga 3% atau sekitar 7 juta orang tiap
tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350
juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007). Prevalensi diabetes
mellitus di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 2,1%. Angka tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%)
menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes mellitus yang cukup berarti.

B. Rumusan Masalah
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada
lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang akibat

3
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup
terutama di kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.
Berkaitan dengan data di atas, penulis tertarik untuk memberikan asuhan
keperawatan gerontik untuk Gangguan Sistem Endokrin Dengan Diabetes
Mellitus Tipe II Pada Ny. R.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia secara
profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga dengan lansia, mahasiswa
dapat:
a. Melakukan pengkajian keperawatan gerontik pada Ny. R dengan
diabetes mellitus tipe II.
b. Menganalisa masalah keperawatan gerontik pada Ny. R dengan
diabetes mellitus tipe II.
c. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan pada Ny.
R dengan diabetes mellitus tipe II.
d. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan berdasarkan masalah yang dialami Ny. R dengan
diabetes mellitus tipe II.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada Ny. R
dengan diabetes mellitus tipe II.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan laporan asuhan keperawatan gerontik
ini sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengenal masalah keperawatan dan masalah kesehatan
yang muncul pada lansia.

3
2. Mahasiswa dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat pada
lansia.
3. Mahasiswa dapat memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap
lansia, khususnya lansia dengan diabetes mellitus tipe II.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Lansia
Lansia merupakan seseorang yang telah berusia ≥ 60 tahun dan
mengalami penurunan kemampuan beradaptasi serta tidak berdaya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri (Ratnawati,
2017). Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi
beresiko yang jumlahnya semakin meningkat. Menurut Allender,
Rector dan Warner (2014) menyatakan bahwa populasi beresiko
adalah kumpulan orang-orang yang memiliki masalah kesehatan
yang kemungkinan akan berkembang lebih buruk karena terdapat
faktor risiko yang memengaruhi. Stanhope dan Lancaster (2016)
menyebutkan bahwa lansia sebagai populasi berisiko memiliki tiga
karakteristik risiko kesehatan yaitu risiko biologi (risiko terkait
usia, risiko sosial dan lingkungan) serta risiko perilaku atau gaya
hidup.
Stanhope dan Lancaster (2016) juga menyebutkan bahwa risiko biologi termasuk risiko
terkait usia pada lansia yaitu terjadinya berbagai penurunan fungsi biologi akibat proses
menua. Risiko sosial dan lingkungan pada lansia yaitu adanya lingkungan yang memicu
stress. Aspek ekonomi pada lansia yaitu penurunan pendapatan akibat pensiun. Risiko
perilaku atau gaya hidup seperti pola kebiasaan kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi
makanan yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit dan kematian. Miller (2012)
menyatakan bahwa penurunan berbagai fungsi tubuh merupakan konsekuensi dari
bertambahnya usia.
Lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan terutama status kesehatan
fisik. Berbagai teori tentang proses menua menunjukkan hal yang sama. Status kesehatan
lansia yang menurun seiring dengan bertambahnya usia akan memengaruhi kualitas hidup
lansia. Bertambahnya usia akan diiringi dengan timbulnya berbagai penyakit, penurunan
fungsi tubuh, keseimbangan tubuh dan risiko jatuh. Menurunnya status kesehatan pada lansia
berlawanan dengan keinginan mereka untuk tetap sehat, mandiri dan dapat beraktivitas
seperti biasa.

6
B. Perubahan Pada Lansia
Menurut Potter & Perry (2009), proses menua mengakibatkan terjadinya banyak
perubahan pada lansia, yaitu:
1. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia berupa kulit yang kering, rambut yang
mulai menipis, penurunan pendengaran, penurunan curah jantung dan lain
sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis namun dapat membuat
lansia lebih rentan terhadap penyakit. Perubahan fisik terus terjadi seiring dengan
bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor dan
lingkungan.
2. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi fisik, psikososial, kognitif dan sosial. Penurunan fungsi
yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat
keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan
lansia.
3. Perubahan Kognitif
Perubahan pada struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan
kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada
lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak. Gejala gangguan kognitif
dapat berupa disorientasi, kehilangan ketemapilan berbahasa dan berhitung.
4. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial pada lansia terjadi karena keterlibatan dari proses transisi
kehidupan dan kehilangan. Seiring dengan bertambahnya usia maka akan semakin
banyak transisi dan kehilangan dari kehidupan yang harus dihadapi, seperti
kehillangan jabatan, pendapatan, pekerjaan dan kehilangan teman.

C. Konsep Penyakit
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah yaitu hiperglikemia. Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun
relative (Hasdianah, & Suprapto, 2014).

6
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya
(ADA, 2010). Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit
atau gangguan metabolisme kronis dengan multi-etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008). Jadi, Diabetes
militus adalah suatu penyakit jangka panjang atau kronis yang ditandai dengan kadar gula
darah (glukosa) yang lebih tinggi dan diatas nilai normal.

2. Etiologi Diabetes Mellitus


Tipe Diabetes:
a. Diabetes Mellitus Tipe I (DM tergantung insulin)
Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe I. Tipe ini ditandai dengan
destruktif sel-sel beta pankreas akibat faktor genetis, imunologis dan mungkin juga
lingkungan (misal: virus). Injeksi insulin diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa
darah. Tanda dan gejala diabetes mellitus tipe I terjadi secara mendadak, biasanya
sebelum usia 30 tahun.
b. Diabetes Mellitus Tipe II (DM tidak tergantung insulin)
Sekitar 90% sampai 95% pasien penyandang diabetes menderita diabetes mellitus
tipe II. Tipe ini disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistansi
insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang diproduksi. Pertama-tama,
diabetes mellitus tipe II ditangani dengan diet dan olahraga, dan juga dengan agens
hipoglemiknoral sesuai kebutuhan. Diabetes mellitus tipe II paling sering dialami
oleh pasien diatas usia 30 tahun dan pasien yang obesitas.
c. Diabetes Melitus Gestasional
Ditandai dengan setiap derajat intoleransi glukosa yang muncul selama kehamilan
(trimester kedua atau ketiga). Risiko diabetes gestasional mencakup obesitas,
riwayat personal pernah mengalami diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat
kuat keluarga pernah mengalami diabetes. Diabetes getasional meningkatkan risiko
mereka untuk mengalami gangguan hipertensi selama kehamilan.
d. Tipe Spesifik Lain
1) Kerusakan genetik fungsi sel beta

6
2) Kerusakan genetik pada kerja insulin
3) Penyakit pankreas eksokrin
4) Endokrinopati
5) Imbas obat atau imbas kimia
6) Infeksi
7) Bentuk tak lazim diabetes imunologik
8) Sindrom genetik lain yang kadang berkaitan dengan diabetes

3. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Komplikasi
akut terjadi akibat intoleransi glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek seperti
hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic
coma (HHNC). Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan diabetes
mellitus. Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah penyakit makrovaskular (PJK,
PAD, CVD/Stroke), penyakit mikrovaskular (retinopati diabetic & nefropati diabetic), dan
penyakit neuropatik (impotensi & kaki diabetic).
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl,
yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral.
2) Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada
jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat
sensitif terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi
(penyakit)
3) Hyperglicemic Hyperosmolar Nonketotic Syndrome (HHNS)
Hyperglicemic hyperosmolar nonketotic syndrome (HHNS) atau Sindrom
hiperglikemik hiperosmolar (SHH) adalah komplikasi yang mengancam nyawa
dari penyakit diabetes mellitus tipe II yang tidak terkontrol. Sindrom
Hiperglikemik hiperosmolar (SHH) ditandai dengan peningkatan konsentrasi
glukosa yang ekstrim dalam darah yang disertai dengan hiperosmolar tanpa
adanya ketosis yang signifikan.

b. Komplikasi Kronis

6
1) Penyakit Makrovaskukar (pembuluh darah besar) mempengaruhi sirkulasi
koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.
2) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompa darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah
menyebabkan mengerasnya arteri (ateroklerosis) dengan resiko PJK.
3) Peripheral Arterial Disease (PAD)
Peripheral arterial disease (PAD) adalah suatu gangguan pada pembuluh darah,
dimana terdapat sumbatan/blokade pada arteri yang berukuran besar hingga
sedang, dan biasanya menyerang tungkai kaki bagian bawah. PAD meningkatkan
insidensi terjadinya gangren pada kaki dan mengakibatkan gangguan
penyembuhan ulkus pada kaki pada penderita diabetes. Pengobatan gangren kaki
yang tidak adekuat meningkatkan prevalensi terjadinya amputasi. Amputasi dapat
mengakibatkan pasien kehilangan pekerjaan dan pendapatannya, meningkatkan
ketergantungan pada keluarga, depresi dan penurunan dari kualitas hidup pasien.
Pasien dengan PAD pun memiliki risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular
2-4 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien tanpa PAD.
4) Cerebrovascular Disease (CVD)
Stroke atau CVD adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala- gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian.
5) Penyakit Mikrovaskular (pembuluh darah kecil) mempengaruhi mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darah untuk menunda atau mencegah
awitan komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
a) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah
retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh
darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah
pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan
permanen.
b) Nefropati diabetic

6
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan
hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilsonditemukan hanya pada DM.
6) Penyakit Neuropatik; mempengaruhi saraf sensori motorik dan otonom serta
berperan memunculkan sejumlah masalah seperti impotensi dan ulkus kaki.
a) Impotensi
Diabetes menyebabkan kadar gula darah jadi tidak terkendali. Jika dibiarkan
terus tanpa pengobatan, pada akhirnya kondisi ini dapat merusak pembuluh
darah dan saraf di sekitarpenis. Ditambah lagi, kerusakan pembuluh darah dan
saraf juga akan menghambat sirkulasi darah ke seluruh tubuh (termasuk ke
penis). Padahal untuk bisa ereksi dan mempertahankannya, penis
membutuhkan saraf yang berfungsi normal dan pasokan darah segar yang
lancar. Faktor inilah yang menjadi penyebab penyakit impotensi pada pria
diabetes.
b) Kaki diabetic
Ada tiga faktor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia,
dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilangnya sensori pada kaki
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler
dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringandan sepsis.
Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangren dan amputasi.

D. Asuhan Keperawatan Lansia


Menurut Nursing Diagnoses: Definitions and Classification (2015-2017) dan Udjianti
(2010), diagnosa keperawatan yang lazim muncul yaitu:
1. Diagnosis aktual
Diagnosa sehat/wellness digunakan apabila mempunyai potensi untuk ditingkatkan,
belum ada data maladaptive perumusan diagnosis.
2. Diagnosis risiko atau risiko tinggi
Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan,
namun semua sudah ditentukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan
timbulnya gangguan.
3. Diagnosis potensial

6
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/masalah kesehatan,
didukung dengan adanya beberapa data maladaptive.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (NANDA 2012-2014). Menurut
Nursalam (2008) perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan.
Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara prefesional sebagaimana terdapat dalam standar praktik
keperawatan, yaitu:
1. Independen. Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter atau profesi lain.
2. Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatatan yang
memperlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain, seperti ahli gizi, fisioterapi,
atau dokter.
3. Dependen. Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan secara
tindakan medis.
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Nursalam,
2008).

E. Peran Perawat
Menurut Eliopoulus (2005) dalam Kholifah (2016), peran dan fungsi perawat gerontik
adalah:
1. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat.
2. Menghilangkan perasaan takut tua.
3. Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain
melakukan hal yang sama.
4. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan.
5. Memperhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan.
6. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan.

6
7. Membuka kesempatan lansia supaya mampu berkembang sesuai kapasitasnya.
8. Mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan.
9. Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia.
10. Menerapkan hasil penelitian dan mengembangkan layanan keperawatan melalui
kegiatan penelitian.
11. Melakukan upaya pemeliharaan serta pemulihan kesehatan.
12. Melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan.
13. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi keperawatan
individu serta perawatan secara menyeluruh.
14. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan.
15. Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya.
16. Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual.
17. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja.
18. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian.
19. Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang
optimal.

6
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Ny. R
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Cerai Mati
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan Terakhir : SD
Sumber Informasi : Ibu M
Alamat : Jl. H. Rausin No 70 RT02 RW01 Palmerah,
Jakarta Barat

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Ny. R masih ragu untuk beralih ke suntik insulin karena mengganggap bahwa jika
suntik insulin berarti penyakit yang dideritanya sudah semakin parah. Ny. R dan
keluarga masih belum banyak mengetahui tentang terapi injeksi insulin. Beberapa
bagian tubuh Ny. R membengkak setiap siang/sore dan lipatan tubuh terkadang
gatal.

2. Kronologi keluhan
a. Faktor pencetus : Ny. R mengatakan bahwa dokter menyarakan
untuk beralih pengobatan ke suntik insulin karena dirinya mengalami penurunan
fungsi ginjal, ditandai dengan beberapa bagian tubuh yang membengkak dan
lipatan tubuh mulai gatal.
b. Timbulnya keluhan : ( ) mendadak (✓) bertahap
c. Lamanya : 2 jam, kadang hilang timbul
d. Tindakan utama mengatasi : beristirahat dan mengurangi intake minum

14
III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Keluarga mengatakan bahwa Ny. R menderita hipertensi dan diabetes mellitus tipe II
sudah sejak lama, namun tidak ingat kapan tepatnya.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ny. R memiliki penyakit hipertensi dan diabetes mellitus tipe II bukan dari kedua
orangtuanya. Ibu dari Ny. R meninggal saat setelah melahirkan, dan bapak dari Ny. R
meninggal karena usia yang sudah sangat tua.

V. STATUS PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan Darah (TD) : 113/64 mmHg
b. Nadi : 69x/menit
c. RR : 20x/menit
d. Suhu : 36,5 derajat celsius
e. Tinggi Badan : 150 cm
f. Berat Badan : 52 cm
2. Kepala dan Rambut
Kepala Ny. R bersih, tidak ada ketombe, rambut tidak kasar namun sudah
terdapat banyak uban. Saat diraba, tidak terdapat benjolan di kepala Ny. R.
3. Mata
Mata kanan Ny. R tampak putih karena mengalami katarak, pupil isokor,
konjungtiva tidak anemis.
4. Hidung
Ny. R memiliki sinus, sehingga hidung Ny. R sering berair.
5. Telinga
Bentuk kedua telinga Ny. R simetris, tidak tampak serumen yang menumpuk
serta benda asing.
6. Mulut
Keadaan mulut Ny. R baik, beberapa gigi Ny. R sudah copot.
7. Leher
Saat dipalpasi tidak terasa nyeri dan tidak terdapat benjolan atau pembengkakan.
15
B. Sistem Pernafasan
Tidak tampak ada pernafasan cuping hidung, tidak tampak ada usaha bantuan otot
nafas, tampak pergerakan dada simetris, terdengar bunyi nafas vesikuler.

C. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, tidak terdapat nyeri dada.

D. Sistem Pencernaan
Tidak teraba pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan pada abdomen namun perut
bawah bagian kanan terkadang sakit. Bising usus 14x/menit.

E. Sistem Perkemihan
Ny. R mengatakan dapat mengontrol BAK dan BAB-nya namun terkadang jika
bersin keluar sedikit urine, frekuensi BAK dalam sehari 3-4x.

F. Sistem Integumen
Kulit Ny. R tampak kering dan kurang elastis.

G. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Pergerakan otot pada kedua tangan Ny. R baik dan dapat digerakkan dengan baik.
2. Ekstremitas bawah
Pergerakan otot pada kedua kaki baik namun Ny. R mengatakan bahwa kesulitan
naik turun tangga karena terkadang nyeri pada lutut.

VI. PENILAIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


A. Pola interaksi dengan lingkungan
Ny. R beinteraksi baik dengan tetangga dan sering mengobrol dengan para tetangga,
terutama yang mengontrak di rumahnya.

B. Bahasa
Bahasa Ny. R sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia.

16
C. Perhatian dengan orang lain/lawan bicara
Ny. R memperhatikan lawan bicara saat sedang bicara.

D. Keadaan emosi
Keadaan emosi Ny. R stabil dan dapat mengontrol emosi.

E. Persepsi klien tentang kondisinya


Ny. R berharap dengan kondisi yang dialami saat ini, ia tetap bisa beraktivitas dan
bertemu dengan keluarganya. Ny. R juga berharap semoga kondisi kesehatannya
tidak semakin memburuk.

F. Konsep diri
1. Gambaran diri
Ny. R merasa masih mampu untuk melakukan aktivitasnya meskipun fisiknya
sudah melemah.
2. Ideal diri
Ny. R berharap agar dirinya tetap sehat dan fungsi ginjalnya tetap baik.
3. Harga diri
Ny. R merasa tidak malu dengan kondisinya saat ini karena merupakan bagian
proses menua.
4. Peran diri
Dengan keadaannya sekarang, Ny. R tidak mengganggu perannya sebagai ibu dan
nenek.
5. Identitas diri
Ny. R menyadari bahwa dirinya adalah seorang perempuan, seorang ibu sekaligus
nenek.

G. Spiritual
Ny. R beribadah dengan sholat 5 waktu dan rajin mengaji, baik itu mengaji di rumah
maupun mengikuti pengajian para lansia di lingkungannya setiap hari selasa dan hari
kamis. Ny. R yakin bahwa semua jalan hidupnya sudah diatur oleh Allah SWT. dan
selalu berdoa jika menghadapi suatu masalah, kebingungan, kesedihan dan
kebahagiaan.

17
PENILAIAN KEMANDIRIAN LANSIA
A. INDEKS KATZ
1. Mandi (ke kamar mandi, menggosok bagian tubuh, gosok gigi)
x
Tanpa bantuan
Dengan menggunakan bantuan tapi hanya untuk satu bagian tubuh (misalnya:
menggosok bagian punggung/kaki)
Dengan bantuan lebih dari satu bagian tubuh
2. Berpakaian (memakai dan melepaskan pakaian dan melakukannya dengan cepat)
Memakai
x pakaian komplit tanpa bantuan
Memakai pakaian tanpa bantuan, tapi kegiatan tertentu memerlukan asisten,
seperti: memakai/mengikat tali sepatu
Memakai pakaian komplit dengan bantuan
3. Toilet (pergi ke toilet, untuk BAB dan BAK, membersihkan diri sendiri serta
memakai baju/celana sendiri)
xDapat pergi ke toilet, membersihkan sendiri dan menata baju/celana tanpa
antuan sama sekali
Membutuhkan bantuan untuk pergi ke toilet, membersihkannya, memakai
pakaian setelah eliminasi
Tidak bisa pergi ke toilet sendiri
4. Pergerakan

xBergerak dari dan ke tempat tidur kursi tanpa bantuan/ asisten (mungkin bisa
juga dengan pegangan/ tongkat penyangga)
Bergerak dari dan ke tempat tidur dengan bantuan/ asisten
Tidak dapat bergerak dari tempat tidur sama sekali
5. Continence
xDapat mengontrol saat BAK dan BAB dengan sendiri
Kadang tidak dapat mengontrol saat BAK dan BAB sendiri
Membutuhkan bantuan serta supervisi untuk mengontrol BAK dan BAB atau
dengan penggunaan kateter
6. Makan
xMakan sendiri tanpa bantuan
Makan sendiri tetapi membutuhkan bantuan untuk memotong makanan seperti
daging, sayur ataupun buah
Makan dengan bantuan/ makan melalui IV fluids/ tubes
18
Keterangan :
= mengindikasikan kemandirian
= mengindikasikan ketegantungan

Hasil Penilaian : Ny. R dapat melakukan secara mandiri atau tidak tergantung dalam
semua fungsi (A)

KATEGORI :
A – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi keenam fungsi
B – Ketidaktergantungan dalam semua hal tetapi masih ada fungsi yang tidak bisa dilakukan
C – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi sendiri dan satu
tambahan fungsi lainnya
D – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian, dan satu
tambahan fungsi lainnya
E – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian, toilet dan
satu fungsi lainnya
F - Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian, toilet,
bergerak dan satu fungsi lainnya
G – Tergantung dalam semua fungsi tersebut

B. BARTHEL INDEKS
No. Aktifitas Dengan Tanpa
Bantuan Bantuan
1 Makan (jika makan harus dipotong terlebih dahulu berarti 5 10
memerlukan bantuan)
2 Bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (termasuk 5-10 15
duduk tegak di tempat tidur)
3 Personal toilet (mencuci muka, menyisir rambut, bercukur, 0 5
membersihkan gigi)
4 Duduk dan berdiri dari toilet (cara memegang pakaian, mengelap, 5 10
menyiram WC)
5 Mandi sendiri 0 5

19
6 Berjalan di permukaan yang berbeda (jika tidak bisa berjalan 10 15
penggunaan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian (termasuk didalamnya mengikat tali sepatu 5 10
mengencangkan dan mengendorkannya)
9 Mengontrol BAB 5 10
10 Mengontrol BAK 5 10
Jumlah 100

Hasil Penilaian : Ny. R dapat melakukan aktifitas secara mandiri (skor: 100)

Penilaian:
0-20 : ketergantungan
21-61 : ketergantungan berat/ sangat tergantung
62-90 : ketergantungan berat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri

PENGKAJIAN STATUS MENTAL


A. SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONARE (SPMSQ)
Benar Salah No. Pertanyaan
✓ 1 Tanggal berapa hari ini (tanggal bulan, tahun)?
✓ 2 Hari apa hari ini?
✓ 3 Apa nama tempat ini?
✓ 4 Dimana alamat anda?
✓ 5 Berapa umur anda sekarang?
✓ 6 Tanggal, bulan dan tahun anda dilahirkan?
✓ 7 Siapa presiden kita saat ini?
✓ 8 Siapa presiden sebelumnya?
✓ 9 Siapa nama ibu anda?
✓ 10 Berapakah 20-3? Hasilnya dikurang 3 dan seterusnya?
Jumlah 8

Hasil Penilaian : Fungsi intelektual Ny. R utuh

20
Keterangan
Pertanyaan 1: Benar apabila dapat menyebutkan tanggal, bulan dan tahun yang tepat
Pertanyaan 2: Benar apabila dapat menyebutkan hari
Pertanyaan 3: Benar apabila dapat mendeskripsikan tempat dengan benar
Pertanyaan 4: Benar apabila dapat menyebutkan alamat dengan benar
Pertanyaan 5: Benar apabila dapat menjawab umur sesuai dengan kelahirannya
Pertanyaan 6: Benar apabila menjawab tanggal, bulan dan tahun kelahiran
Pertanyaan 7: Benar apabila menyebutkan nama presiden saat ini
Pertanyaan 8: Benar apabila menyebutkan nama presiden sebelumnya
Pertanyaan 9: Benar apabila dapat menyebutkan nama ibunya
Pertanyaan 10: Benar apabila dengan mengurangi dengan benar sampai akhir

Interpretasi:
Skala 0-2: Fungsi intelektual utuh
Skala 3-4: Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skala 5-7: Fungsi inteletual kerusakan sedang
Skala 8-10: Fungsi intelektual kerusakan berat

B. MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)


No. ASPEK KOGNITIF NILAI KRITERIA
1 ORIENTASI 10 Dapat menyebutkan dengan benar hari,
(Skor maksimum: 10) tanggal, bulan, tahun sekarang, musim apa,
nama tempat, alamat rumah (jalan, no
rumah, kota, kabupaten dan provinsi), nama
presiden sebelumnya, nama ibu kandung,
dan hasil pengurangan bilangan

21
2 REGISTRASI 3 Pewawancara menyebutkan 3 buah benda, 1
(Skor maksimum: 3) detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah
klien mengulang ke 3 nama tersebut. Berikan
satu angka untuk setiap jawaban yang benar.
Bila masih salah, ulanglah menyebutkan 3
nama tersebut, sampai ia dapat dapat
mengulangnya dengan benar. Hitunglah
jumlah percobaan dan catatlah (bola,
bendera, pohon)
3 ATENSI & KALKULASI 5 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari
(Skor maksimum: 5) 100 kebawah 1 angka untuk tiap jawaban
yang benar. Berhenti setelah 5 hitungan (93,
86, 79, 72, 65). Kemungkinan lain ejalah kata
“dunia” dari akhir ke awal (a-i-n-u-d).
4 DAYA INGAT (RECALL) 3 Tanyakanlah kembali nama ke 3 benda yang
(Skor maksimum: 3) telah disebutkan di atas. Berikan 1 angka
untuk setiap jawabn yang benar.
5 BAHASA 7 a. Apakah benda-benda ini (Perlihatkan
(Skor maksimum: 9) pensil dan arloji) (2 angka)
b. Ulangi kalimat berikut, “Jika Tidak Dan
Atau Tapi.” (1 angka)
c. Laksanakan 3 buah perintah ini,
“Peganglah selembar kertas dengan
tangan kananmu, lipatlah kertas dengan
tangan kananmu, lipatlah kertas itu pada
pertengahan dan letakkanlah di lantai.”
(3 angka)
d. Bacalah dan laksanakan perintah
berikut: “Pejamkan mata anda!” (1
angka)
e. Tulislah sebuah kalimat (1 angka)
f. Tirulah gambar ini (1 angka)

22
TOTAL SKOR 28

Hasil Penilaian : Aspek kognitif Ny. R normal

Penilaian:
Nilai 24-30: Normal
Nilai 17-23: Probable gangguan kognitif
Nilai 0-16: Definitif gangguan kognitif

PENGKAJIAN SKALA DEPRESI


Pengkajian ini menggunakan skala Depresi Geriatrik bentuk singkat dari Yesavage
(1983) yang instrumennya disusun secara khusus digunakan pada lanjut usia untuk
memeriksa depresi. Jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai 1, nilai 5 atau lebih dapat
menandakan depresi.
No Pertanyaan Ya Tidak
Pilihlah jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda rasakan
dalam 1 minggu terakhir.
1 Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan saat ini Ya Tidak
2 Apakah anda membatalkan banyak dari rencana kegiatan Ya Tidak
minat anda
3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong/ hampa Ya Tidak
4 Apakah anda sering merasa kebosanan Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai suatu harapan/ masa depan yang Ya Tidak
baik setiap waktu
6 Apakah anda terganggu dengan memikirkan kesulitan anda Ya Tidak
tanpa jalan keluar
7 Apakah anda seringkali merasa bersemangat Ya Tidak
8 Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal yang buruk akan Ya Tidak
menimpa anda
9 Apakah anda seringkali merasa gembira Ya Tidak
10 Apakah anda seringkali merasa tak terbantukan Ya Tidak
11 Apakah anda seringkali merasa gelisah dan resah Ya Tidak

23
12 Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah daripada Ya Tidak
keluar rumah dan melakukan sesuatu hal yang baru
13 Apakah anda seringkali mengkhawatirkan masa depan anda Ya Tidak
14 Apakah anda merasa kesulitan dengan daya ingat anda Ya Tidak
15 Apakah anda berpikir/bersyukur masih hidup saat ini Ya Tidak
16 Apakah anda sering merasa kelabu dan berputus asa Ya Tidak
17 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya Tidak
18 Apakah anda sering menyesalkan masa lalu anda Ya Tidak
19 Apakah menurut anda hidup ini penuh tantangan yang Ya Tidak
menyenangkan
20 Apakah anda merasa kesulitan mengawali suatu kegiatan Ya Tidak
21 Apakah anda merasakan penuh daya dan energi Ya Tidak
22 Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi tanpa harapan Ya Tidak
23 Apakah anda seringkali marah karena alasan sepele Ya Tidak
24 Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih baik dari Ya Tidak
anda
25 Apakah anda sering lupa bagaimana menangis Ya Tidak
26 Apakah anda sulit berkonsentrasi Ya Tidak
27 Apakah anda bangun pagi dengan perasaan yang Ya Tidak
menyenangkan
28 Apakah anda lebih suka menghindari acara/sosialisasi Ya Tidak
29 Apakah mudah bagi anda dalam mengambil keputusan Ya Tidak
30 Apakah anda berpikiran jernih seperti biasanya Ya Tidak
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 14
Hasil Penilaian : Ny. R depresi ringan dengan skor 14.

Keterangan:
Pertanyaan bila dijawab dengan pilihan “Ya” atau “Tidak” yang bercetak tebal
berarti terganggu: nilai 1, yang tidak bercetak tebal berarti tidak terganggu: nilai
0, jawaban kemudian dibuat total skornya, bila:
Nilai 0-10 = normal/ tidak depresi
Nilai 11-15= depresi ringan
Nilai 16-20= depresi sedang
Nilai 21-30= depresi berat

24
PENGKAJIAN RISIKO JATUH
MORSE FALL SCALE (MFS)

Nama Lansia : Ny. R


Umur : 66 Tahun
Alamat : Jalan H. Rausin No. 70, Palmerah, Jakarta Barat

No Pengkajian Skala Nilai


1. Riwayat Jatuh Tidak : 0 0
Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir Ya : 255
2. Diagnosa Sekunder Tidak : 0 15
Apakah lansia memiliki lebih dari satu penyakit Ya : 15
3. Alat bantu jakan : 0
- Bed rest/dibantu perawat 0
- Kruk/tongkat/walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi intravena Tidak : 0 0
Apakah saat ini lansia terpasang infus/heparin lock Ya : 20
5. Gaya berjalan/cara berpindah 0
- Normal/bed rest/immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri) 10
- Lemah (tidak bertenaga) 20
- Gangguan/tidak n ormal (pincang/diseret)
6. Status Mental 15
- Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri 0
- Lansia mengalami kerusakan daya ingat 15
TOTAL 30

Hasil: Ny. R resiko jatuh rendah dengan skor 30.

Interpretasi Hasil
Nilai 0-24: Tidak memiliki risiko jatuh
Nilai 25-50: Risiko jatuh rendah
Nilai ≥51: Risiko jatuh tinggi

25
Analisa Data
Data Masalah Keperawatan Etiologi
DS: Kesiapan Keinginan untuk
1. Ny. R dan keluarga mengatakan Meningkatkan menangani
bahwa dokter menyarankan Ny. R Manajemen Kesehatan penyakit.
untuk beralih pengobatan ke injeksi (00162)
insulin dikarenakan Ny. R
mengalami penurunan fungsi ginjal.
2. Keluarga setuju namun Ny. R masih
ragu untuk beralih ke suntik insulin
karena mengganggap bahwa jika
beralih ke terapi injeksi insulin
berarti penyakit yang dideritanya
semakin parah.
3. Ny. R mengatakan ingin tetap sehat
dan ingin fungsi ginjalnya tetap baik.
4. Ny. R dan keluarga mengatakan
masih belum banyak mengetahui
tentang terapi injeksi insulin.
DO:
1. Dilihat dari buku kontrol, tampak
Ny. R menderita diabetes mellitus
tipe 2 dan hipertensi dengan TD
113/64 mmHg.
2. Ny. R saat ini masih mengonsumsi
obat oral.
DS: Hambatan Rasa Gejala terkait
1. Ny. R mengatakan bahwa terkadang Nyaman (00214) penyakit
beberapa bagian tubuh merasa gatal,
terutama pada lipatan.
2. Keluarga mengatakan bahwa saat
kontrol dokter mengatakan gatal
tersebut akibat dari penurunan fungsi
ginjal yang dialami Ny. R.
3. Ny. R mengatakan bahwa merasa
kurang nyaman karena gatal
tersebut, terutama jika sedang
beribadah.
DO:
1. Ny. R tampak beberapa kali
menggaruk bagian lipatan bawah
payudara dan lipatan paha bagian
atas

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan keinginan
untuk menangani penyakit (00162).

26
2. Hambatan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (00214).

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No. dx Kriteria Hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan Pengajaran: Prosedur/Perawatan
keperawatan, diharapkan masalah (5618)
Kesiapan Meningkatkan a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Manajemen Kesehatan dapat terkait tindakan (injeksi insulin).
teratasi dengan kriteria hasil: b. Jelaskan prosedur/penanganan
Pengetahuan: Manajemen (injeksi insulin).
Diabetes (1820)
a. Prosedur yang harus diikuti PendidikanKesehatan (5510)
dalam mengobati a. Tekankan manfaat jangka pendek
hiperglikemia. dari perilaku positif (injeksi insulin)
b. Penggunaan insulin yang yang bias diterima daripada manfaat
benar. jangka panjang atau efek negatif
c. Teknik yang tepat untuk (tidak injeksi insulin).
mengambil dan mengelola b. Lakukan demonstrasi/re-demonstrasi
insulin. (cara injeksi insulin dengan benar).
d. Rencana untuk rotasi tempat c. Gunakan instruksi dibantu komputer
injeksi (media PPT dan video)
dipertahankan pada pengetahuan d. Libatkan individu dan keluarga
terbatas ditingkatkan ke
pengetahuan banyak.
2. Setelah dilakukan tindakan ManajemenPengobatan (2380)
keperawatan, diharapkan masalah a. Tentukan obat yang diperlukan (Ny.
Hambatan Rasa Nyaman dapat R mendapatkan obat gatal dari
teratasi dengan criteria hasil: dokter).
Status Kenyamanan: Fisik (2010) b. Tentukan kemampuan pasien untuk
a. Gatal-gatal dipertahankan pada mengobati diri sendiri dengan cara
sedang ditingkatkan ke ringan yang tepat.
c. Pertimbangkan pengetahuan pasien
mengenai obat-obatan.
d. Ajarkan pasien dan/atau anggota
keluarga mengenai metode
pemberian obat yang sesuai.

27
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ No.
Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal dx
Sabtu, 2 1 a. Mengkaji tingkat S: Farras
Oktober pengetahuan pasien Ny. R dan keluarga Jihan
2021 terkait tindakan mengatakan setelah
injeksi insulin dilakukan pendidikan
(pengertian injeksi kesehatan sudah tau
insulin). terkait pengertian,
b. Menjelaskan manfaat, akibat jika tidak
prosedur/penanganan injeksi insulin, bagian
(injeksi insulin). tubuh dan kulit yang
c. Menekankan manfaat diinjeksi insulin, waktu
jangka pendek dari dan cara injeksi insulin
injeksi insulin dan dengan benar.
akibat jika tidak Ny. R mengatakan mau
injeksi insulin. untuk beralih ke injeksi
d. Melakukan insulin, namun masih
demonstrasi/re- harus menunggu hasil lab
demonstrasi cara dari dokter.
injeksi insulin dengan
benar, waktu, bagian O:
tubuh dan kulit yang Saat pendidikan kesehatan
diinjeksi insulin. berlangsung, Ny. R dan
e. Menggunakan keluarga tampak
instruksi dibantu memperhatikan dengan
komputer (media PPT seksama dan dapat
dan video) menjawab pertanyaan
f. Melibatkan individu yang diberikan.
dan keluarga.
A:
Masalah Kesiapan
Meningkatkan Manajemen
Kesehatan teratasi.

P:
Mempertahankan
kemampuan dalam
kesiapan meningkatkan
manjemen kesehatan.

28
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/ Diagnosa
Evaluasi
Tanggal Keperawatan
Sabtu, 2 Kesiapan S:
Ny. R dan keluarga mengatakan setelah dilakukan
Oktober Meningkatkan
pendidikan kesehatan sudah tau terkait pengertian,
2021 Manajemen manfaat, akibat jika tidak injeksi insulin, bagian tubuh dan
kulit yang diinjeksi insulin, waktu dan cara injeksi insulin
Kesehatan
dengan benar.
berhubungan Ny. R mengatakan mau untuk beralih ke injeksi insulin,
namun masih harus menunggu hasil lab dari dokter.
dengan
keinginan O:
Saat pendidikan kesehatan berlangsung, Ny. R dan
untuk
keluarga tampak memperhatikan dengan seksama dan
menangani dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
penyakit
A:
(00162) Masalah Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan
teratasi.

P:
Mempertahankan kemampuan dalam kesiapan
meningkatkan manjemen kesehatan.

29
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis masalah keperawatan/intervensi dengan konsep terkait


Ny. R mengalami penurunan fungsi ginjal akibat terlalu lama mengonsumsi obat
hipertensi dan obat diabetes mellitus, sehingga dokter menyarankan untuk beralih ke
pengobatan injeksi insulin. Keluarga Ny. R sudah setuju untuk beralih ke pengobatan terapi
injeksi insulin, namun Ny. R masih ragu karena mengganggap bahwa jika suntik insulin
berarti penyakit yang dideritanya semakin parah. Ny. R dan keluarga mengatakan bahwa
masih belum banyak mengetahui tentang injeksi insulin. Ketidakpahaman pasien terhadap
terapi yang sedang atau akan dijalaninya akan meningkatkan ketidakpatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obatnya. Faktor tersebut adalah akibat dari kurangnya informasi dan
komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien.
Salah satu cara untuk mengendalikan kadar guela darah 2 jam setelah makan pada
penderita diabetes mellitus adalah dengan memberikan terapi berupa injeksi insulin dengan
benar, yaitu dosis yang benar, cara yang benar, waktu dan lokasi yang benar. Beberapa
pendapat menyatakan bahwa insulin diberikan beberapa saat sebelum makan karena insulin
bekerja lebih baik ketika glukosa dari makanan mulai memasuki darah. Para ahli
menyarankan untuk menyuntik sebelum makan, yaitu sekitar 20-30 menit sebelum makan
(Bararah, 2010 dalam Santosa dan Rosa, 2012). Teori menyebutkan bahwa insulin akan
bekerja paling cepat saat disuntikkan di perut, yaitu di daerah pusar.
Pada keadaan normal, insulin dalam tubuh akan meningkat seiring dengan konsumsi
makanan dan akan kembali normal dalam 2 jam setelah makan (Suckale dan Solimena, 2008
dalam Santosa dan Rosa, 2012). Insulin akan bekerja paling cepat saat disuntikkan ke perut.
Lokasi injeksi insulin yang paling efektif untuk mengendalikan kadar gula darah 2 jam
setelah makan pada penderita diabetes mellitus adalah di lokasi abdomen.Meskipun Ny. R
masih ragu untuk beralih ke pengobatan terapi injeksi insulin, namun Ny. R masih ingin tetap
sehat dan ingin fungsi ginjalnya tetap berfungsi dengan baik.

30
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolute maupun relative. Salah satu komplikasi dari diabetes mellitus adalah
penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal. Beberapa penatalaksanaan medis bagi penderita
diabetes mellitus adalah meminum pil dan injeksi insulin. Intervensi yang diberikan pada
kasus ini adalah pemberian pendidikan kesehatan tentang terapi injeksi insulin yang
dilakukan pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami penurunan fungsi
ginjal.

B. Saran
Saran untuk asuhan keperawatan seelanjutnya diharapkan laporan ini dapat dijadikan
referensi bagi penulis maupun pembaca serta dijadikan pembelajaran jika terdapat
kekurangan.

31
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). (2010). Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care Vol.33: S62-9.

Agus Santosa, Elsye Maria Rosa. (2012). Efektiivitas Lokasi dan Waktu Injeksi Insulin
Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah 2 Jam Setelah Makan pada Penderita
Diabetes Melitus. Jurnal Farmasi, 1-9.

Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2014). Community dan public health nursing
promoting the public's health (8th Ed.).

Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Erlangga: Jakarta.

Hasdianah, & Suprapto, S. I. (2014). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Ratnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Stanhope M. & Lancaster J. (2016). Public Health Nursing Population Centered. Health Care
in Community (9th ed.). Missouri: Elsevier.

Tandra, H. (2007). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia.

31
LAMPIRAN

Pada file terpisah.

31

Anda mungkin juga menyukai