Dosen Pembimbing:
Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, M.Kep., Sp.Kep.Kom.
Disusun Oleh:
Farras Jihan Afifah 2110721114
Puji dan syukur penuis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan
Gerontik dengan Diabetes Mellitus sebagai salah satu syarat lulus mata kuliah stase
Keperawatan Gerontik Profesi Ners 2021. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para
dosen pada stase Keperawatan Gerontik Profesi Ners 2021 dan dosen pembimbing yaitu Ns.
Nourmayansa Vidya Anggraini, M.Kep., Sp.Kep.Kom yang telah mengarahkan dan
membimbing selama stase ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Diabetes Mellitus ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis menerima kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan lapooran berikutnya. Akhir kata
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB IPENDAHULUAN 4
A Latar Belakang 4
B Rumusan Masalah 4
C Tujuan Penulisan 5
D Manfaat Penulisan 5
BAB IV PEMBAHASAN 30
A Analisis masalah keperawatan/intervensi dengan konsep 30
BAB VPENUTUP 31
A Simpulan 31
B Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai
3
dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan
anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin
khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia harapan hidup
lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status
gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia > 65 tahun, 8,6% menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15%
populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International
Diabetic Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien
DM. Angka ini terus bertambah hingga 3% atau sekitar 7 juta orang tiap
tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350
juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007). Prevalensi diabetes
mellitus di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 2,1%. Angka tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%)
menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes mellitus yang cukup berarti.
B. Rumusan Masalah
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada
lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang akibat
3
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup
terutama di kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.
Berkaitan dengan data di atas, penulis tertarik untuk memberikan asuhan
keperawatan gerontik untuk Gangguan Sistem Endokrin Dengan Diabetes
Mellitus Tipe II Pada Ny. R.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia secara
profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga dengan lansia, mahasiswa
dapat:
a. Melakukan pengkajian keperawatan gerontik pada Ny. R dengan
diabetes mellitus tipe II.
b. Menganalisa masalah keperawatan gerontik pada Ny. R dengan
diabetes mellitus tipe II.
c. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan pada Ny.
R dengan diabetes mellitus tipe II.
d. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan berdasarkan masalah yang dialami Ny. R dengan
diabetes mellitus tipe II.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada Ny. R
dengan diabetes mellitus tipe II.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan laporan asuhan keperawatan gerontik
ini sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengenal masalah keperawatan dan masalah kesehatan
yang muncul pada lansia.
3
2. Mahasiswa dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat pada
lansia.
3. Mahasiswa dapat memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap
lansia, khususnya lansia dengan diabetes mellitus tipe II.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Lansia
Lansia merupakan seseorang yang telah berusia ≥ 60 tahun dan
mengalami penurunan kemampuan beradaptasi serta tidak berdaya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri (Ratnawati,
2017). Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi
beresiko yang jumlahnya semakin meningkat. Menurut Allender,
Rector dan Warner (2014) menyatakan bahwa populasi beresiko
adalah kumpulan orang-orang yang memiliki masalah kesehatan
yang kemungkinan akan berkembang lebih buruk karena terdapat
faktor risiko yang memengaruhi. Stanhope dan Lancaster (2016)
menyebutkan bahwa lansia sebagai populasi berisiko memiliki tiga
karakteristik risiko kesehatan yaitu risiko biologi (risiko terkait
usia, risiko sosial dan lingkungan) serta risiko perilaku atau gaya
hidup.
Stanhope dan Lancaster (2016) juga menyebutkan bahwa risiko biologi termasuk risiko
terkait usia pada lansia yaitu terjadinya berbagai penurunan fungsi biologi akibat proses
menua. Risiko sosial dan lingkungan pada lansia yaitu adanya lingkungan yang memicu
stress. Aspek ekonomi pada lansia yaitu penurunan pendapatan akibat pensiun. Risiko
perilaku atau gaya hidup seperti pola kebiasaan kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi
makanan yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit dan kematian. Miller (2012)
menyatakan bahwa penurunan berbagai fungsi tubuh merupakan konsekuensi dari
bertambahnya usia.
Lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan terutama status kesehatan
fisik. Berbagai teori tentang proses menua menunjukkan hal yang sama. Status kesehatan
lansia yang menurun seiring dengan bertambahnya usia akan memengaruhi kualitas hidup
lansia. Bertambahnya usia akan diiringi dengan timbulnya berbagai penyakit, penurunan
fungsi tubuh, keseimbangan tubuh dan risiko jatuh. Menurunnya status kesehatan pada lansia
berlawanan dengan keinginan mereka untuk tetap sehat, mandiri dan dapat beraktivitas
seperti biasa.
6
B. Perubahan Pada Lansia
Menurut Potter & Perry (2009), proses menua mengakibatkan terjadinya banyak
perubahan pada lansia, yaitu:
1. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia berupa kulit yang kering, rambut yang
mulai menipis, penurunan pendengaran, penurunan curah jantung dan lain
sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis namun dapat membuat
lansia lebih rentan terhadap penyakit. Perubahan fisik terus terjadi seiring dengan
bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor dan
lingkungan.
2. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi fisik, psikososial, kognitif dan sosial. Penurunan fungsi
yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat
keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan
lansia.
3. Perubahan Kognitif
Perubahan pada struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan
kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada
lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak. Gejala gangguan kognitif
dapat berupa disorientasi, kehilangan ketemapilan berbahasa dan berhitung.
4. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial pada lansia terjadi karena keterlibatan dari proses transisi
kehidupan dan kehilangan. Seiring dengan bertambahnya usia maka akan semakin
banyak transisi dan kehilangan dari kehidupan yang harus dihadapi, seperti
kehillangan jabatan, pendapatan, pekerjaan dan kehilangan teman.
C. Konsep Penyakit
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah yaitu hiperglikemia. Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun
relative (Hasdianah, & Suprapto, 2014).
6
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya
(ADA, 2010). Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit
atau gangguan metabolisme kronis dengan multi-etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008). Jadi, Diabetes
militus adalah suatu penyakit jangka panjang atau kronis yang ditandai dengan kadar gula
darah (glukosa) yang lebih tinggi dan diatas nilai normal.
6
2) Kerusakan genetik pada kerja insulin
3) Penyakit pankreas eksokrin
4) Endokrinopati
5) Imbas obat atau imbas kimia
6) Infeksi
7) Bentuk tak lazim diabetes imunologik
8) Sindrom genetik lain yang kadang berkaitan dengan diabetes
b. Komplikasi Kronis
6
1) Penyakit Makrovaskukar (pembuluh darah besar) mempengaruhi sirkulasi
koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.
2) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompa darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah
menyebabkan mengerasnya arteri (ateroklerosis) dengan resiko PJK.
3) Peripheral Arterial Disease (PAD)
Peripheral arterial disease (PAD) adalah suatu gangguan pada pembuluh darah,
dimana terdapat sumbatan/blokade pada arteri yang berukuran besar hingga
sedang, dan biasanya menyerang tungkai kaki bagian bawah. PAD meningkatkan
insidensi terjadinya gangren pada kaki dan mengakibatkan gangguan
penyembuhan ulkus pada kaki pada penderita diabetes. Pengobatan gangren kaki
yang tidak adekuat meningkatkan prevalensi terjadinya amputasi. Amputasi dapat
mengakibatkan pasien kehilangan pekerjaan dan pendapatannya, meningkatkan
ketergantungan pada keluarga, depresi dan penurunan dari kualitas hidup pasien.
Pasien dengan PAD pun memiliki risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular
2-4 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien tanpa PAD.
4) Cerebrovascular Disease (CVD)
Stroke atau CVD adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala- gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian.
5) Penyakit Mikrovaskular (pembuluh darah kecil) mempengaruhi mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darah untuk menunda atau mencegah
awitan komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
a) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah
retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh
darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah
pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan
permanen.
b) Nefropati diabetic
6
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan
hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilsonditemukan hanya pada DM.
6) Penyakit Neuropatik; mempengaruhi saraf sensori motorik dan otonom serta
berperan memunculkan sejumlah masalah seperti impotensi dan ulkus kaki.
a) Impotensi
Diabetes menyebabkan kadar gula darah jadi tidak terkendali. Jika dibiarkan
terus tanpa pengobatan, pada akhirnya kondisi ini dapat merusak pembuluh
darah dan saraf di sekitarpenis. Ditambah lagi, kerusakan pembuluh darah dan
saraf juga akan menghambat sirkulasi darah ke seluruh tubuh (termasuk ke
penis). Padahal untuk bisa ereksi dan mempertahankannya, penis
membutuhkan saraf yang berfungsi normal dan pasokan darah segar yang
lancar. Faktor inilah yang menjadi penyebab penyakit impotensi pada pria
diabetes.
b) Kaki diabetic
Ada tiga faktor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia,
dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilangnya sensori pada kaki
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler
dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringandan sepsis.
Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangren dan amputasi.
6
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/masalah kesehatan,
didukung dengan adanya beberapa data maladaptive.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (NANDA 2012-2014). Menurut
Nursalam (2008) perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan.
Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara prefesional sebagaimana terdapat dalam standar praktik
keperawatan, yaitu:
1. Independen. Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter atau profesi lain.
2. Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatatan yang
memperlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain, seperti ahli gizi, fisioterapi,
atau dokter.
3. Dependen. Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan secara
tindakan medis.
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Nursalam,
2008).
E. Peran Perawat
Menurut Eliopoulus (2005) dalam Kholifah (2016), peran dan fungsi perawat gerontik
adalah:
1. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat.
2. Menghilangkan perasaan takut tua.
3. Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain
melakukan hal yang sama.
4. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan.
5. Memperhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan.
6. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan.
6
7. Membuka kesempatan lansia supaya mampu berkembang sesuai kapasitasnya.
8. Mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan.
9. Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia.
10. Menerapkan hasil penelitian dan mengembangkan layanan keperawatan melalui
kegiatan penelitian.
11. Melakukan upaya pemeliharaan serta pemulihan kesehatan.
12. Melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan.
13. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi keperawatan
individu serta perawatan secara menyeluruh.
14. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan.
15. Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya.
16. Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual.
17. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja.
18. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian.
19. Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang
optimal.
6
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN
A. Pengkajian
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Ny. R
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Cerai Mati
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan Terakhir : SD
Sumber Informasi : Ibu M
Alamat : Jl. H. Rausin No 70 RT02 RW01 Palmerah,
Jakarta Barat
2. Kronologi keluhan
a. Faktor pencetus : Ny. R mengatakan bahwa dokter menyarakan
untuk beralih pengobatan ke suntik insulin karena dirinya mengalami penurunan
fungsi ginjal, ditandai dengan beberapa bagian tubuh yang membengkak dan
lipatan tubuh mulai gatal.
b. Timbulnya keluhan : ( ) mendadak (✓) bertahap
c. Lamanya : 2 jam, kadang hilang timbul
d. Tindakan utama mengatasi : beristirahat dan mengurangi intake minum
14
III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Keluarga mengatakan bahwa Ny. R menderita hipertensi dan diabetes mellitus tipe II
sudah sejak lama, namun tidak ingat kapan tepatnya.
C. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, tidak terdapat nyeri dada.
D. Sistem Pencernaan
Tidak teraba pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan pada abdomen namun perut
bawah bagian kanan terkadang sakit. Bising usus 14x/menit.
E. Sistem Perkemihan
Ny. R mengatakan dapat mengontrol BAK dan BAB-nya namun terkadang jika
bersin keluar sedikit urine, frekuensi BAK dalam sehari 3-4x.
F. Sistem Integumen
Kulit Ny. R tampak kering dan kurang elastis.
G. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Pergerakan otot pada kedua tangan Ny. R baik dan dapat digerakkan dengan baik.
2. Ekstremitas bawah
Pergerakan otot pada kedua kaki baik namun Ny. R mengatakan bahwa kesulitan
naik turun tangga karena terkadang nyeri pada lutut.
B. Bahasa
Bahasa Ny. R sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia.
16
C. Perhatian dengan orang lain/lawan bicara
Ny. R memperhatikan lawan bicara saat sedang bicara.
D. Keadaan emosi
Keadaan emosi Ny. R stabil dan dapat mengontrol emosi.
F. Konsep diri
1. Gambaran diri
Ny. R merasa masih mampu untuk melakukan aktivitasnya meskipun fisiknya
sudah melemah.
2. Ideal diri
Ny. R berharap agar dirinya tetap sehat dan fungsi ginjalnya tetap baik.
3. Harga diri
Ny. R merasa tidak malu dengan kondisinya saat ini karena merupakan bagian
proses menua.
4. Peran diri
Dengan keadaannya sekarang, Ny. R tidak mengganggu perannya sebagai ibu dan
nenek.
5. Identitas diri
Ny. R menyadari bahwa dirinya adalah seorang perempuan, seorang ibu sekaligus
nenek.
G. Spiritual
Ny. R beribadah dengan sholat 5 waktu dan rajin mengaji, baik itu mengaji di rumah
maupun mengikuti pengajian para lansia di lingkungannya setiap hari selasa dan hari
kamis. Ny. R yakin bahwa semua jalan hidupnya sudah diatur oleh Allah SWT. dan
selalu berdoa jika menghadapi suatu masalah, kebingungan, kesedihan dan
kebahagiaan.
17
PENILAIAN KEMANDIRIAN LANSIA
A. INDEKS KATZ
1. Mandi (ke kamar mandi, menggosok bagian tubuh, gosok gigi)
x
Tanpa bantuan
Dengan menggunakan bantuan tapi hanya untuk satu bagian tubuh (misalnya:
menggosok bagian punggung/kaki)
Dengan bantuan lebih dari satu bagian tubuh
2. Berpakaian (memakai dan melepaskan pakaian dan melakukannya dengan cepat)
Memakai
x pakaian komplit tanpa bantuan
Memakai pakaian tanpa bantuan, tapi kegiatan tertentu memerlukan asisten,
seperti: memakai/mengikat tali sepatu
Memakai pakaian komplit dengan bantuan
3. Toilet (pergi ke toilet, untuk BAB dan BAK, membersihkan diri sendiri serta
memakai baju/celana sendiri)
xDapat pergi ke toilet, membersihkan sendiri dan menata baju/celana tanpa
antuan sama sekali
Membutuhkan bantuan untuk pergi ke toilet, membersihkannya, memakai
pakaian setelah eliminasi
Tidak bisa pergi ke toilet sendiri
4. Pergerakan
xBergerak dari dan ke tempat tidur kursi tanpa bantuan/ asisten (mungkin bisa
juga dengan pegangan/ tongkat penyangga)
Bergerak dari dan ke tempat tidur dengan bantuan/ asisten
Tidak dapat bergerak dari tempat tidur sama sekali
5. Continence
xDapat mengontrol saat BAK dan BAB dengan sendiri
Kadang tidak dapat mengontrol saat BAK dan BAB sendiri
Membutuhkan bantuan serta supervisi untuk mengontrol BAK dan BAB atau
dengan penggunaan kateter
6. Makan
xMakan sendiri tanpa bantuan
Makan sendiri tetapi membutuhkan bantuan untuk memotong makanan seperti
daging, sayur ataupun buah
Makan dengan bantuan/ makan melalui IV fluids/ tubes
18
Keterangan :
= mengindikasikan kemandirian
= mengindikasikan ketegantungan
Hasil Penilaian : Ny. R dapat melakukan secara mandiri atau tidak tergantung dalam
semua fungsi (A)
KATEGORI :
A – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi keenam fungsi
B – Ketidaktergantungan dalam semua hal tetapi masih ada fungsi yang tidak bisa dilakukan
C – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi sendiri dan satu
tambahan fungsi lainnya
D – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian, dan satu
tambahan fungsi lainnya
E – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian, toilet dan
satu fungsi lainnya
F - Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian, toilet,
bergerak dan satu fungsi lainnya
G – Tergantung dalam semua fungsi tersebut
B. BARTHEL INDEKS
No. Aktifitas Dengan Tanpa
Bantuan Bantuan
1 Makan (jika makan harus dipotong terlebih dahulu berarti 5 10
memerlukan bantuan)
2 Bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (termasuk 5-10 15
duduk tegak di tempat tidur)
3 Personal toilet (mencuci muka, menyisir rambut, bercukur, 0 5
membersihkan gigi)
4 Duduk dan berdiri dari toilet (cara memegang pakaian, mengelap, 5 10
menyiram WC)
5 Mandi sendiri 0 5
19
6 Berjalan di permukaan yang berbeda (jika tidak bisa berjalan 10 15
penggunaan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian (termasuk didalamnya mengikat tali sepatu 5 10
mengencangkan dan mengendorkannya)
9 Mengontrol BAB 5 10
10 Mengontrol BAK 5 10
Jumlah 100
Hasil Penilaian : Ny. R dapat melakukan aktifitas secara mandiri (skor: 100)
Penilaian:
0-20 : ketergantungan
21-61 : ketergantungan berat/ sangat tergantung
62-90 : ketergantungan berat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
20
Keterangan
Pertanyaan 1: Benar apabila dapat menyebutkan tanggal, bulan dan tahun yang tepat
Pertanyaan 2: Benar apabila dapat menyebutkan hari
Pertanyaan 3: Benar apabila dapat mendeskripsikan tempat dengan benar
Pertanyaan 4: Benar apabila dapat menyebutkan alamat dengan benar
Pertanyaan 5: Benar apabila dapat menjawab umur sesuai dengan kelahirannya
Pertanyaan 6: Benar apabila menjawab tanggal, bulan dan tahun kelahiran
Pertanyaan 7: Benar apabila menyebutkan nama presiden saat ini
Pertanyaan 8: Benar apabila menyebutkan nama presiden sebelumnya
Pertanyaan 9: Benar apabila dapat menyebutkan nama ibunya
Pertanyaan 10: Benar apabila dengan mengurangi dengan benar sampai akhir
Interpretasi:
Skala 0-2: Fungsi intelektual utuh
Skala 3-4: Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skala 5-7: Fungsi inteletual kerusakan sedang
Skala 8-10: Fungsi intelektual kerusakan berat
21
2 REGISTRASI 3 Pewawancara menyebutkan 3 buah benda, 1
(Skor maksimum: 3) detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah
klien mengulang ke 3 nama tersebut. Berikan
satu angka untuk setiap jawaban yang benar.
Bila masih salah, ulanglah menyebutkan 3
nama tersebut, sampai ia dapat dapat
mengulangnya dengan benar. Hitunglah
jumlah percobaan dan catatlah (bola,
bendera, pohon)
3 ATENSI & KALKULASI 5 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari
(Skor maksimum: 5) 100 kebawah 1 angka untuk tiap jawaban
yang benar. Berhenti setelah 5 hitungan (93,
86, 79, 72, 65). Kemungkinan lain ejalah kata
“dunia” dari akhir ke awal (a-i-n-u-d).
4 DAYA INGAT (RECALL) 3 Tanyakanlah kembali nama ke 3 benda yang
(Skor maksimum: 3) telah disebutkan di atas. Berikan 1 angka
untuk setiap jawabn yang benar.
5 BAHASA 7 a. Apakah benda-benda ini (Perlihatkan
(Skor maksimum: 9) pensil dan arloji) (2 angka)
b. Ulangi kalimat berikut, “Jika Tidak Dan
Atau Tapi.” (1 angka)
c. Laksanakan 3 buah perintah ini,
“Peganglah selembar kertas dengan
tangan kananmu, lipatlah kertas dengan
tangan kananmu, lipatlah kertas itu pada
pertengahan dan letakkanlah di lantai.”
(3 angka)
d. Bacalah dan laksanakan perintah
berikut: “Pejamkan mata anda!” (1
angka)
e. Tulislah sebuah kalimat (1 angka)
f. Tirulah gambar ini (1 angka)
22
TOTAL SKOR 28
Penilaian:
Nilai 24-30: Normal
Nilai 17-23: Probable gangguan kognitif
Nilai 0-16: Definitif gangguan kognitif
23
12 Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah daripada Ya Tidak
keluar rumah dan melakukan sesuatu hal yang baru
13 Apakah anda seringkali mengkhawatirkan masa depan anda Ya Tidak
14 Apakah anda merasa kesulitan dengan daya ingat anda Ya Tidak
15 Apakah anda berpikir/bersyukur masih hidup saat ini Ya Tidak
16 Apakah anda sering merasa kelabu dan berputus asa Ya Tidak
17 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya Tidak
18 Apakah anda sering menyesalkan masa lalu anda Ya Tidak
19 Apakah menurut anda hidup ini penuh tantangan yang Ya Tidak
menyenangkan
20 Apakah anda merasa kesulitan mengawali suatu kegiatan Ya Tidak
21 Apakah anda merasakan penuh daya dan energi Ya Tidak
22 Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi tanpa harapan Ya Tidak
23 Apakah anda seringkali marah karena alasan sepele Ya Tidak
24 Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih baik dari Ya Tidak
anda
25 Apakah anda sering lupa bagaimana menangis Ya Tidak
26 Apakah anda sulit berkonsentrasi Ya Tidak
27 Apakah anda bangun pagi dengan perasaan yang Ya Tidak
menyenangkan
28 Apakah anda lebih suka menghindari acara/sosialisasi Ya Tidak
29 Apakah mudah bagi anda dalam mengambil keputusan Ya Tidak
30 Apakah anda berpikiran jernih seperti biasanya Ya Tidak
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 14
Hasil Penilaian : Ny. R depresi ringan dengan skor 14.
Keterangan:
Pertanyaan bila dijawab dengan pilihan “Ya” atau “Tidak” yang bercetak tebal
berarti terganggu: nilai 1, yang tidak bercetak tebal berarti tidak terganggu: nilai
0, jawaban kemudian dibuat total skornya, bila:
Nilai 0-10 = normal/ tidak depresi
Nilai 11-15= depresi ringan
Nilai 16-20= depresi sedang
Nilai 21-30= depresi berat
24
PENGKAJIAN RISIKO JATUH
MORSE FALL SCALE (MFS)
Interpretasi Hasil
Nilai 0-24: Tidak memiliki risiko jatuh
Nilai 25-50: Risiko jatuh rendah
Nilai ≥51: Risiko jatuh tinggi
25
Analisa Data
Data Masalah Keperawatan Etiologi
DS: Kesiapan Keinginan untuk
1. Ny. R dan keluarga mengatakan Meningkatkan menangani
bahwa dokter menyarankan Ny. R Manajemen Kesehatan penyakit.
untuk beralih pengobatan ke injeksi (00162)
insulin dikarenakan Ny. R
mengalami penurunan fungsi ginjal.
2. Keluarga setuju namun Ny. R masih
ragu untuk beralih ke suntik insulin
karena mengganggap bahwa jika
beralih ke terapi injeksi insulin
berarti penyakit yang dideritanya
semakin parah.
3. Ny. R mengatakan ingin tetap sehat
dan ingin fungsi ginjalnya tetap baik.
4. Ny. R dan keluarga mengatakan
masih belum banyak mengetahui
tentang terapi injeksi insulin.
DO:
1. Dilihat dari buku kontrol, tampak
Ny. R menderita diabetes mellitus
tipe 2 dan hipertensi dengan TD
113/64 mmHg.
2. Ny. R saat ini masih mengonsumsi
obat oral.
DS: Hambatan Rasa Gejala terkait
1. Ny. R mengatakan bahwa terkadang Nyaman (00214) penyakit
beberapa bagian tubuh merasa gatal,
terutama pada lipatan.
2. Keluarga mengatakan bahwa saat
kontrol dokter mengatakan gatal
tersebut akibat dari penurunan fungsi
ginjal yang dialami Ny. R.
3. Ny. R mengatakan bahwa merasa
kurang nyaman karena gatal
tersebut, terutama jika sedang
beribadah.
DO:
1. Ny. R tampak beberapa kali
menggaruk bagian lipatan bawah
payudara dan lipatan paha bagian
atas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan keinginan
untuk menangani penyakit (00162).
26
2. Hambatan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (00214).
27
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ No.
Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal dx
Sabtu, 2 1 a. Mengkaji tingkat S: Farras
Oktober pengetahuan pasien Ny. R dan keluarga Jihan
2021 terkait tindakan mengatakan setelah
injeksi insulin dilakukan pendidikan
(pengertian injeksi kesehatan sudah tau
insulin). terkait pengertian,
b. Menjelaskan manfaat, akibat jika tidak
prosedur/penanganan injeksi insulin, bagian
(injeksi insulin). tubuh dan kulit yang
c. Menekankan manfaat diinjeksi insulin, waktu
jangka pendek dari dan cara injeksi insulin
injeksi insulin dan dengan benar.
akibat jika tidak Ny. R mengatakan mau
injeksi insulin. untuk beralih ke injeksi
d. Melakukan insulin, namun masih
demonstrasi/re- harus menunggu hasil lab
demonstrasi cara dari dokter.
injeksi insulin dengan
benar, waktu, bagian O:
tubuh dan kulit yang Saat pendidikan kesehatan
diinjeksi insulin. berlangsung, Ny. R dan
e. Menggunakan keluarga tampak
instruksi dibantu memperhatikan dengan
komputer (media PPT seksama dan dapat
dan video) menjawab pertanyaan
f. Melibatkan individu yang diberikan.
dan keluarga.
A:
Masalah Kesiapan
Meningkatkan Manajemen
Kesehatan teratasi.
P:
Mempertahankan
kemampuan dalam
kesiapan meningkatkan
manjemen kesehatan.
28
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/ Diagnosa
Evaluasi
Tanggal Keperawatan
Sabtu, 2 Kesiapan S:
Ny. R dan keluarga mengatakan setelah dilakukan
Oktober Meningkatkan
pendidikan kesehatan sudah tau terkait pengertian,
2021 Manajemen manfaat, akibat jika tidak injeksi insulin, bagian tubuh dan
kulit yang diinjeksi insulin, waktu dan cara injeksi insulin
Kesehatan
dengan benar.
berhubungan Ny. R mengatakan mau untuk beralih ke injeksi insulin,
namun masih harus menunggu hasil lab dari dokter.
dengan
keinginan O:
Saat pendidikan kesehatan berlangsung, Ny. R dan
untuk
keluarga tampak memperhatikan dengan seksama dan
menangani dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
penyakit
A:
(00162) Masalah Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan
teratasi.
P:
Mempertahankan kemampuan dalam kesiapan
meningkatkan manjemen kesehatan.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolute maupun relative. Salah satu komplikasi dari diabetes mellitus adalah
penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal. Beberapa penatalaksanaan medis bagi penderita
diabetes mellitus adalah meminum pil dan injeksi insulin. Intervensi yang diberikan pada
kasus ini adalah pemberian pendidikan kesehatan tentang terapi injeksi insulin yang
dilakukan pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami penurunan fungsi
ginjal.
B. Saran
Saran untuk asuhan keperawatan seelanjutnya diharapkan laporan ini dapat dijadikan
referensi bagi penulis maupun pembaca serta dijadikan pembelajaran jika terdapat
kekurangan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Agus Santosa, Elsye Maria Rosa. (2012). Efektiivitas Lokasi dan Waktu Injeksi Insulin
Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah 2 Jam Setelah Makan pada Penderita
Diabetes Melitus. Jurnal Farmasi, 1-9.
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2014). Community dan public health nursing
promoting the public's health (8th Ed.).
Hasdianah, & Suprapto, S. I. (2014). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Stanhope M. & Lancaster J. (2016). Public Health Nursing Population Centered. Health Care
in Community (9th ed.). Missouri: Elsevier.
Tandra, H. (2007). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia.
31
LAMPIRAN
31