Disusun Oleh:
Dewi Rosita
10711090
Pembimbing :
dr. Eko Tavip Riyadi, Sp. THT-KL, Mkes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO
WONOGIRI
2016
ABSTRAK
Kata Pengantar
Tonsilitis meluas dikalangan anak-anak dan memiliki komplikasi poststreptococcal serius. Pasien dan dokter
bedah THT harus menghadapi pertanyaan tentang apa peran dan manfaat dari menggunakan penisilin jangka
panjang dan apakah itu metode alternatif pengobatan untuk operasi? Penelitian ini dilakukan untuk
mengevaluasi efektivitas tonsilektomi dibandingkan dengan penisilin jangka panjang dalam pengobatan
tonsilitis rekuren, membandingkan efek mereka pada tingkat titer O antistreptolisin (ASOT) dan laju endap
darah (ESR).
Metode dan Peserta
Peserta penelitian ini terdiri dari 200 pasien berusia 4-15 tahun dengan tonsilitis rekuren dan tanda-tanda
tonsilitis kronis, setelah dieksklusi dari pasien dengan perdarahan diatesis, anemia, penyakit kronis, dan kriteria
demam rematik yang sedang dirawat Ismailia General Hospital. Pasien pada penelitian ini dibagi menjadi dua
kelompok yang terdiri dari 100 pasien tiap kelompok. Kelompok pertama diobati dengan tonsilektomi,
sedangkan kelompok kedua diperlakukan menggunakan penisilin jangka panjang selama 6 bulan. Mereka
dievaluasi secara klinis serta tingkat ESR dan ASOT dicatat untuk semua pasien sebelum penanganan, setelah 3
bulan, dan setelah 6 bulan.
Hasil
Mean ESR sebelum penanganan, setelah 3 bulan, dan setelah 6 bulan masing-masing 45.28, 22.36, dan 7.4
ml/jam (nilai P 0.0021) untuk kelompok pertama yang diobati dengan tonsilektomi, sedangkan untuk kelompok
kedua yang diobati dengan penisilin masing-masing 45.39, 14.98, dan 6.48 ml/jam (nilai P 0.020). Mean ASOT
untuk kelompok tonsilektomi masing-masing 518.29, 253.28, dan 117.13 IU/ml (nilai P 0.004), sedangkan
untuk kelompok penisilin masing-masing 526.70, 413.39, dan 262.98 IU/ml (nilai P 0.072).
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa first line pengobatan tonsilitis kronis rekuren adalah tonsilektomi, sama
efektifnya dan murah untuk anak-anak dan second line pengobatan adalang penisilin jangka panjang sebagai
tindak lanjutnya, dan pada pasien dengan kontraindikasi operasi seperti pendarahan diatesis.
Kata kunci :
Titer O antistreptolisin,penisilin jangka panjang, tonsilitis
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tonsilitis kronis mengacu pada kondisi di mana terdapat pembesaran tonsil yang
disertai dengan serangan infeksi berulang. Meskipun tonsilitis dapat terjadi pada semua
usia, paling umum pada anak-anak antara usia 5-10 tahun. Tonsil yang inflamasi
memberikan tempat yang aman bagi banyak jenis bakteri, sejenis atau kombinasi.
Tonsilektomi adalah prosedur otolaryngological yang paling sering dilakukan, terutama
pada anak-anak karena efektif dalam mengurangi jumlah dan durasi dari episode sakit
tenggorokan pada anak-anak, serta keuntungannya menjadi lebih jelas pada mereka yang
paling parah terkena dampak. Tonsilektomi adalah prosedur yang paling sering dilakukan
karena luas di kalangan anak-anak dan komplikasi poststreptococcalnya serius (demam
rematik dan glomerulonefritis). Namun, dokter anak lebih memilih untuk mengobati
tonsilitis anak-anak dengan penisilin jangka panjang. Dosis yang dianjurkan penicillin G
benzathine adalah 600.000 U intramuskular untuk pasien dengan berat 27 kg (60 mt) atau
kurang, dan 1.200.000 U untuk pasien dengan berat lebih dari 27 kg. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas tonsilektomi dibandingkan
dengan
penisilin
jangka
panjang
dalam
pengobatan
tonsilitis
rekuren
serta
membandingkan efeknya pada tingkat titer O antistreptolisin (ASOT) dan laju endap
darah (ESR).
I.2. Perumusan Masalah
Pengobatan tonsilektomi pada penderita tonsilitis kronis rekuren lebih efektif
dibandingkan dengan menggunakan pengobtan dengan penisilin jangka panjang. Hal ini
dapat dilihat dari nilai ASOT dan ESR.
I.3. Pertanyaan Penelitian
Apakah pengobatan tonsilitis
kronis
rekuren
pada
anak-anak
dengan
II.
II.2.
Cara Penelitian
Pengumpulan data untuk studi ini dilakukan oleh peneliti. Yang menjadi sasaran
populasi penelitian adalah:
1. Riwayat penyakit dahulu.
2. Pemeriksaan klinis.
3. Spesimen yang di dapat.
Populasi penelitian dibagi menjadi dua kelompok:
Grup A: pasien yang menjalani tonsilektomi.
Grup B: pasien yang diobati dengan penisilin jangka panjang.
Kedua kelompok dibentuk secara acak menggunakan teknik random simpel dan
tes dilakukan sebelum tonsilektomi dan sebelum memulai pengobatan penisilin jangka
panjang dan diulang 3 bulan dan 6 bulan setelah pengobatan dengan tonsilektomi dan
penisilin jangka panjang.
1. ASOT : pasien harus puasa selama 6 jam sebelum tes. Teknik pembuktian enzim
yang berhubungan dengan immunosorbent digunakan untuk menentukan serum
ASOT.
2. ESR : pasien harus puasa selama 6 jam sebelum tes.
II.3.
Sampel Penelitian
Anak-anak dengan tonsilitis rekuren yang dirawat di bagian THT Ismailia
General Hospital di inklusi dalam penelitian, yaitu sebanyak 200 pasien yang dipilih
berdasarkan kriteria.
Kriteria Inklusi :
1. Usia 4-15 tahun.
2. Anak-anak yang menderita tonsilitis rekuren dengan tanda-tanda tonsilitis kronis :
ukuran tosil yang berbeda, pembesaran nodus limfe servikal, dan pus pada kripta
tonsil.
3. Serangan hebat tonsilitis : 7 kali dalam 1 tahun atau 5 kali tiap tahun selama 2
tahun, atau 3 kali dalam tiap tahun selama 3 tahun.
4. Berdasarkan pedoman American Academy of Otolaryngoligy-Head and Neck
Surgery, indikasi tonsilektomi :
a. Pasien yang mengalami tiga kali atau lebih sakit tenggorokan dalam setahun,
meskipun terapi medis adekuat.
b. Serangan dari tonsilitis cukup parah untuk menyebabkan abses atau pus dan
membesar dibelakang tonsil.
c. Tonsilitis tidak membaik dengan antibiotik.
d. Tonsil anak membesar dan adenoid mengganggu pernafasan.
5. ASOT lebih dari 400 IU/ml dan ESR lebih dari 30 ml/menit dalam jam.
Kriteria Eksklusi :
1. Anak dengan perdarahan diatesis, penyakit jantung, anemia, infeksi akut, resiko
anastesi yang rendah, atau pengobatan tidak tekontrol pencegahan tonsilektomi.
2. Terdapat kriteria untuk penyakit jantung rematik dan demam rematik.
III.
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini diinklusi 200 pasien, 48% perempuan dan 52% laki-laki.
Distribusi dari populasi penelitian yang diteliti menurut kelompok umur adalah sebagai
berikut: 80 pasien antara 3-6 tahun, 53 pasien lebih dari 6-9 tahun, 46 pasien lebih dari 912 tahun, dan 20 pasien lebih dari 12-15 tahun. Usia rata-rata adalah 8 tahun (SD = 3,04)
(Gambar. 1).
Frekuensi terjadinya demam, batuk, obstructive sleep apnea, ukuran tonsil yang
berbeda, dan pus di dalam kriptus tonsilar masing-masing adalah 85.5%, 58.5%, 6.5%,
jangka
panjang.
Namun,
2).
Dalam
penelitian
ini,
ESR
adalah
30
mm/jam,
sedangkan
nilai
maksimum
diobati
dibandingkan
dengan
Namun,
kelompok
dengan
mereka
penisilin
tonsilektomi
yang
jangka
diobati
panjang.
perbedaan
antara
kedua
secara
statistik
tidak
kami
menemukan
bahwa
tingkat ASOT setelah 3 bulan lebih rendah pada pasien yang diobati dengan tonsilektomi
dibandingkan mereka yang diobati dengan penisilin jangka panjang. Perbedaan antara
kedua kelompok secara statistik signifikan (P-value = 0,012). Tingkat ASOT setelah 6
bulan didapatkan lebih rendah pada pasien yang diobati dengan tonsilektomi
dibandingkan mereka yang diobati dengan penisilin jangka panjang. Perbedaan antara
kedua kelompok secara statistik signifikan (P-value = 0,023). Seperti yang ditunjukkan
kedua
kelompok
menunjukkan
IV.
PEMBAHASAN
Tonsilektomi merupakan prosedur otolaryngological paling sering dilakukan,
terutama pada anak-anak. Indikasi yang paling umum untuk tonsilektomi adalah tonsilitis
bakteri rekuren. Efektivitas tonsilektomi telah dipertanyakan dalam sistematik review
tahun 2009 dari 7765 makalah yang diterbitkan dalam jurnal Otolaryngology - Head and
Neck Surgery. Penelitian ini menunjukkan bahwa cenderung tidak efektif, tetapi secara
sederhana cukup efektif, dan tidak ada satupun penelitian yang melaporkan bahwa
tonsilektomi selalu efektif dalam menghilangkan sakit tenggorokan. Dalam penelitian
ini, 200 pasien dengan tonsilitis rekuren dimasukkan, 52% laki-laki dan 48% perempuan,
52,5% yang tinggal di daerah perkotaan, sedangkan 47,5% tinggal di daerah pedesaan.
Usia pasien berkisar antara 4-15 tahun.
Pada kelompok yang diobati dengan tonsilektomi, kami mengamati bahwa mean
ESR semakin menurun dari 45.28 mm/jam sebelum penanganan menjadi 22.36 mm/jam
setelah 3 bulan dan kemudian menjadi 7.41 mm/jam setelah 6 bulan. Pada kelompok lain
yang diobati dengan penisilin jangka panjang, mean ESR semakin menurun dari 45.39
mm/jam sebelum penanganan menjadi 14.98 mm/jam setelah 3 bulan dan kemudian
menjadi 6.48 mm/jam setelah 6 bulan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok (P-value = 0,122). Pada kelompok yang diobati dengan tonsilektomi, mean
ASOT menurun dari 518.29 IU/ml sebelum penanganan menjadi 253.28 IU/ml setelah 3
bulan dan kemudian menjadi 117.13 IU/ml setelah 6 bulan. Kami memperkirakan bahwa
setelah 6 bulan tonsilektomi, 93% dari pasien yang menjalani prosedur menjadi normal.
Pada kelompok lain yang diobati dengan penisilin jangka panjang, mean ASOT menurun
dari 526.70 IU/ml sebelum penanganan menjadi 413.39 IU/ml setelah 3 bulan dan
kemudian menjadi 262.98 IU/ml setelah 6 bulan. Kami memperkirakan bahwa 24% dari
pasien tidak mencapai kisaran normal setelah 6 bulan pengobatan dengan penisilin
jangka panjang.
Tingkat ASOT setelah 6 bulan pengobatan didapatkan lebih rendah pada pasien
yang diobati dengan tonsilektomi dibandingkan mereka yang diobati dengan penisilin
jangka panjang. Perbedaan antara kedua kelompok secara statistik signifikan (P-value =
0,023). Perbandingan dengan penelitian lain, kami menemukan bahwa Motta et al.
memperkirakan bahwa tingkat ASOT menjadi normal pada 69.8% pasien, 2 tahun setelah
tonsilektomi. Perbedaannya secara statistik signifikan (P <0.05) dan mungkin karena
tindak lanjut yang pendek (6 bulan) untuk pasien setelah tonsilektomi dalam penelitian
kami dibandingkan dengan tindak lanjut yang lama (2 tahun) untuk pasien dalam
penelitian Motta et al. Badr-El-Din memperkirakan bahwa tingkat ASOT yang
ditemukan menjadi normal pada 36 pasien (72%) dan tinggi pada 14 pasien (28%). Sama
halnya dengan tingkat ESR yang ditemukan menjadi normal pada 18 pasien (36%) dan
tinggi pada 32 pasien (64%), 2 tahun setelah tonsilektomi. Perbedaannya secara statistik
signifikan (P <0.05) dan mungkin karena tindak lanjut yang pendek (6 bulan) untuk
pasien setelah tonsilektomi dalam penelitian kami dibandingkan dengan tindak lanjut
yang lama (2 tahun) untuk pasien dalam penelitian dengan Badr-El-Din. Masalah utama
yang kita hadapi adalah orang tua yang memperlihatkan preferensi yang kuat untuk
manajemen operasi pada tonsilitis rekuren. Beberapa pasien dari kelompok penisilin
bergeser ke operasi, yang menyebabkan hilangnya waktu dalam memilih pasien baru
untuk mengimbangi keluarnya pasien dari kelompok penisilin. Namun, hal ini pada
beberapa orang tua untuk tonsilektomi tidak mempengaruhi jumlah pasien yang dipilih
dalam kelompok penisilin jangka panjang, itu hanya meningkatkan waktu studi untuk
menginklusi lebih banyak pasien. Beberapa pasien dalam kelompok penisilin jangka
panjang mengeluh sakit parah selama suntikan dan yang lainnya memiliki reaksi
hipersensitivitas terhadap penisilin. Masalah lain adalah kurangnya sumber daya literatur
untuk studi tentang penisilin jangka panjang dan kemanjuran reaktan fase akut pada
tonsilitis rekuren.
V.
KESIMPULAN
V.1.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pilihan pertama pengobatan tonsilitis kronis
rekuren adalah tonsilektomi, yang mencakup 2 hal yaitu baik efektif secara klinis
maupun secara biaya untuk anak-anak dan pilihan kedua pengobatan adalah penisilin
jangka panjang dengan tindak lanjut yang lama serta pasien yang memiliki
kontraindikasi untuk operasi seperti diatesis perdarahan.
V.2.
Saran
Tambahan penelitian tindak lanjut yang lama yaitu lebih dari 6 bulan dibutuhkan
untuk membandingkan antara tonsilektomi dan penisilin jangka panjang untuk
pengobatan dan peningkatan hasil tonsilitis rekuren pada anak-anak.
CRITICAL APPRAISAL
Judul Jurnal : Reaksi Fase Akut Pada Anak Dengan Tonsilitis Rekuren Yang Ditangani
Dengan Tonsilektomi Versus Penisilin Jangka Panjang
Nama Jurnal : The Egyptian Journal of Otolaryngology.
Penulis
Analisis PICO:
Problem/Patient
Intervension
Comparison
Outcome
Yes
focused issue?
Yes
acceptable way?
yang benar?
Was the exposure accurately
Yes
pengacakan sederhana.
Penelitian ini menggunakan pengukuran yang
Yes
hasil
diukur
important
confounding
factors?
Sudahkan
Yes
pengacakan sederhana.
Semua faktor yang
peneliti
pengganggu?
b. Have they taken account of
the confounding factors in the
design and/or analysis?
Sudahkan
peneliti
faktor
diperkirakan
dapat
mempertimbangkan
pengganggu
6
di
desain
atau
analisis?
a. Was the follow up subjects
No
complete enough?
lengkap?
long enough?
2 tahun.
panjang?
What are the results of this
study?
0.122).
Terdapat
perbedaan
yang
Seberapa
tepatkah
penelitian
ini?
tidak
penelitian ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kohort
Apakah
kamu
Yes
mempercayai
dapat
ditentukan
seberapa
tepat
metode
penelitian
lain,
bias
sudah
Yes
local population?
Apakah
hasil
dapat
No
sehingga
penelitian
ini
dapat
diterapkan.
Penelitian lain menyebutkan bahwa terdapat
Apakah
LED
hasil
penelitian
ini
pada
kelompok
tonsilektomi
dan
untuk praktik?
tonsilitis rekuren.