Anda di halaman 1dari 14

Hematothorax

Tia Andriani
(1907101030096)
Definisi
• Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura,
bersumber dari darah dinding dada, parenkim paru –
paru, jantung atau pembuluh darah besar . Jumlah
perdarahan pada hematothoraks dapat mencapai 1500 ml,
apabila jumlah perdarahan lebih dari 1500 ml disebut
hematothoraks masif.

Broderick SR. Hematotoraks: etiology, diagnosis, and management. Thorac SurgClin. 2013;23(1):89-96.
Patologi dan etiologi
1. Akibat trauma tajam atau tumpul,hal ini bisa terjadi apabila trauma tumpul
dapat menimbulkan fraktur tulang iga, sehingga dapat terjadi robekan pada
pembuluh darah interkostalis dan menimbulkan robekan pada jaringan
paru.
2. ketika adanya trauma pada dinding dada yang awalnya berakibat terjadinya
hematom pada dinding dada, kemudian terjadi ruptur dan masuk ke dalam
cavitas pleura, atau ketika terjadinya laserasi pembuluh darah akibat
fraktur costae, yang diakibatkan karena adanya pergerakan atau pada saat
pasien batuk
3. Robekan aneurisma aorta.
4. Komplikasi karena pemberian obat antikoagulansia pada infark paru.
5. Pada penderita dengan kelainan “haemorrhagic diathesis”
6. Komplikasi pada operasi thoraks
Gejala Klinis
Gejala dan keluhan hemothorax bergantung dari berat
ringannya trauma.
 Asimtomatik / tanpa gejala
 Simptomatik: Pasien dapat mengeluh sesak napas, nyeri
dada, tanda-tanda shok seperti hipotensi,
Klasifikasi
Hematothoraks
• Hematotoraks dibagi berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
a. Hematotoraks kecil: yang tampak sebagian bayangan
kurang dari 15 % pada foto rontgen, perkusi pekak
sampai iga IX. Jumlah darah sampai 300 ml.
b. Hematotoraks sedang: 15–35 % tertutup bayangan pada
foto rontgen, perkusi pekak sampai iga VI. jumlah darah
sampai 800 ml.
c. Hematotoraks besar: lebih 35 % pada foto rontgen,
perkusi pekak sampai cranial, iga IV. Jumlah darah
sampai lebih dari 800 – 1500 ml.

Mary C. Hemothorax [internet]. USA: Medscape; 2011 [diakses tanggal 12 mei 2017]. Tersedia dari: http://
emedicine.medscape.com/article/20 47916-overview#a0156
Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : pucat, anxiety (gelisah), cyanosis, anemia,
hypoxemia, dipsnea
Palpasi : akral dingin, tachycardia, deviasi trakea ke sisi
yang tidak terkena, gerak dan pengembangan rongga
dada tidak sama (paradoxical), adanya krepitasi
Perkusi : dullness
Auskultasi: penurunan suara napas atau menghilang pada sisi
yang terkena
Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
• Pada keadaan dini dimana
cairan yang ada di dalam
cavum pleura masih kurang
dari 200 cc, maka pada foto
tegak dengan posisi PA belum
terlihat bayangan cairan
secara radiologis, karena
terletak di belakang difragma.
Kadang-kadang hanya terlihat
sebagai sinus yang tumpul.
Tetapi, pada foto dengan
posisi lateral.
2. Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan
gambaran hipoksemi meskipun pada
kebanyakan pasien sering tidak diperlukan.
Pada pasien dengan gagal napas yang berat
secara signifikan meningkatkan mortalitas
sebesar 10%. 3.
3. USG dada
Bisa membantu mengidentifikasi adanya
akumulasi cairan dalam jumlah kecil.
Tatalaksana

Prinsip
Prinsip penatalaksanaan hematotoraks adalah
stabilisasi hemodinamik pasien, menghentikan
sumber perdarahan dan mengeluarkan darah
serta udara dari rongga pleura.
•Langkah pertama stabilisasi hemodinamik adalah
dengan melakukan resusitasi yaitu dengan pemberian
oksigenasi, rehidrasi cairan, serta dapat dilanjutkan
dengan pemberian analgesik serta antibiotik.
•Setelah hemodinamik pasien stabil dapat direncanakan
untuk pengeluaran cairan (darah) dari rongga pleura
dengan pemasangan chest tube yang disambungkan
dengan water shield drainage dan didapatkan cairan
(darah). Pemasangannya selama beberapa hari untuk
mengembangkan paru ke ukuran normal.

Gopinath N. Invited arcticle thoracic trauma. J Indian of Thoracic and Cardiovascular Surgery. 2014;20(3):144-8.
Chest Tube
Langkah-langkah dalam pemasangan chest tube adalah sebagai
berikut:
1. Memposisikan pasien pada posisi trandelenberg.
2. Disinfeksi daerah yang akan dipasang chest tube dengan
menggunakan alkohol atau povidon iodine pada ICS V atau
ICS VI posterior mid axillary line pemilihan berdasarkan 2
alasan: lokasi ini aman karena berada diatas diafragma, area
ini merupakan dinding dada dengan lapisan otot paling tipis,
oleh karena itu pada lokasi ini dapat dilakukan pemasangan
chest tube lebih tepat dan tidak sakit.
Chest Tube
3. Kemudian dilakukan anastesi lokal dengan
menggunakan lidokain.
4. Selanjutnya insisi sekitar 3-4cm pada Mid Axillary Line.
5. Pasang curved hemostat diikuti pemasangan tube dan
selanjutnya dihubungkan dengan WSD (Water Sealed
Drainage)
6. Lakukan jahitan pada tempat pemasangan tube.

Parry GW, Morgan WE, Salama FD. Management of haemothorax. Ann R CollSurg Engl. 1996;78(4):325-6 .
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai