Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus

”Invaginasi”

Pembimbing:

Disusun oleh:
Rani Sempana Mentari
1713020047
Definisi
Invaginasi adalah suatu proses di mana segmen intestin masuk ke dalam bagian lumen
usus yang dapat menyebabkan obstruksi pada saluran cerna.
Etiologi

– Penyebab pasti dari invaginasi belum diketahui


– Invaginasi dibedakan menjadi dua
– Idiopatik
– Kausal
– Didapatkan hal-hal sebagai berikut:
– Adanya penebalan Plaque Peyer
– Adanya perubahan flora usus sehingga timbul peristaltic yang meniggi.

3
Epidemiologi

Pada umur antara 3 bulan sampai 6 tahun


Insiden bervariasi dari 1-4 per 1.000 kelahiran
hidup
laki-laki dan perempuan  4:1
merupakan penyebab 80-90% dari kasus
obstruksi usus pada bayi dan anak

4
Patofisiologi
Gangguan motilitas usus Disritmik peristaltik

intususepsi

Gangguan vaskular

edema Iskemia  nekrosis

Obstruksi Perforasi
5
Klasifikasi

Invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya yaitu pada Invaginasi ileo-ileal


bagian usus mana yang terlibat.
– Ileo-ileal, adalah bagian ileum masuk ke bagian
ileum.
– Ileo-colica, adalah bagian ileo-caecal masuk ke
bagian kolon.
– Ileo-caecal, adalah bagian ileo-caecal masuk ke
bagian apex dari invaginasi.
– Colo-colica, adalah bagian colon masuk ke bagian
kolon.
Invaginasi ileo-caecal Invaginasi ileo-colica
Diagnosis

DIAGNOSIS KLINIS DIAGNOSIS PENUNJANG


“Trias Invaginasi”, yang terdiri dari: – Pemeriksaan Laboratorium
– Nyeri perut yang datangnya secara tiba- Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan
tiba, nyeri bersifat serang serangan, nyeri peningkatan jumlah neutrofil segmen
menghilang selama 10-20 menit, kemudian (>70%) (Ravitch, 2007).
timbul lagi serangan (colicky abdominal
pain). – Pemeriksaan Radiologi
– Teraba massa tumor di perut bentuk bujur – Foto polos abdomen
pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas
tengah, kiri bawah atau kiri atas (palpebra
abdominal mass).
– Buang air besar campur darah dan lendir
ataupun terjadi diare (red currant jelly
stools).
– Gambar Foto Polos Abdomen yang
menunjukkan dilatasi dari usus
halus dan terkumpulnya gas
kuadran kanan bawah dan kuadran
atas
– Barium enema – Barium enema dengan kontras
Dikerjakan untuk tujuan diagnosis udara menunjukkan intususepsi di
dan terapi, untuk diagnosis caecum
dikerjakan bila gejala-gejala klinik
meragukan, pada barium enema
akan tampak gambaran cupping,
coiled spring appearance yang
dapat terlihat pada gambar
– Barium enema menunjukkan intussusepsi
di colon desenden
– USG
Menunjukkan gambaran target sign
pada potongan melintang invaginasi
dan pseudo kidney sign pada
potongan longitudinal invaginasi.
Pada infeksi rotavirus akut dijumpai
gambaran lymphadenopathy dan
tampak penebalan dinding ileum
distal. Penebalan dari dinding ileum
distal merupakan lead point
terjadinya invaginasi. Karena itu
rotavirus diduga mempunyai kaitan
dengan terjadinya invaginasi.
Diagnosis Banding

– Gastroenteritis, bila diikuti dengan – Enterokolitis, tidak dijumpai adanya


invaginasi dapat ditandai jika dijumpai nyeri di perut yang hebat.
perubahan rasa sakit, muntah dan – Prolapsus recti atau Rectal prolaps,
perdarahan. dimana biasanya terjadi berulang kali.
– Diverticulum Meckel, dengan Pada colok dubur didapati hubungan
perdarahan, biasanya tidak ada rasa antara mukosa dengan kulit perianal,
nyeri. sedangkan pada invaginasi didapati
– Disentri amoeba, pada keadaan ini diare adanya celah
mengandung lendir dan darah, serta
adanya obstipasi, bila disentri berat
disertai adanya nyeri di perut, tenesmus
dan demam.
Penatalaksanaan

Tatalaksana invaginasi secara umum mencakup beberapa hal penting sebagai


berikut:
– Resusitasi cairan dan elektrolit
– Dekompresi maksudnya menghilangkan peregangan usus dan muntah dengan
selang nasogastrik, pemberian antibiotik
– Reposisi bisa dilakukan dengan konservatif / non operatif dan operatif.
Barium enema

Reposisi
Milking (surgical)

Reseksi
Dilanjutkan dengan end to end anastomose

14
TANDA-TANDA KOMPLIKASI
Umumnya terjadi setelah > 18-24 jam

Ileus obstruksi Peritonitis


Perut distended Nyeri di seluruh
Muntah lapangan perut
BAB negatif  Defans muskular
Flatus negatif  Demam tinggi
Tanda dehidrasi  Anak terlihat
“toksik”

15
Prognosis

– Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat


fatal. Angka rekurensi pasca reduksi intususepsi dengan enema
barium adalah sekitar 10% dan dengan reduksi bedah sekitar 2-5%
tidak pernah terjadi setelah dilakukan reseksi bedah. Mortalitas
sangat rendah jika penanganan dilakukan dalam 24 jam pertama
dan meningkat dengan cepat setelah waktu tersebut, terutama
setelah hari kedua
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS

1. Identitas Pasien

Nama : An. P
Tanggal Lahir : 22 September 2015
Usia : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Mesu 1/6 Bonomerto Suruh Semarang
Anak ke- :1
No. CM : 18-19-385846
B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama
Nyeri perut
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Salatiga, Minggu 17 februari 2019 dengan keluhan nyeri perut. Keluhan nyeri perut 2
hari SMRS. Keluhan nyeri perut tiba-tiba dan mendadak, perut terasa kembung, disertai mual muntah kurang
lebih 15 kali dalam satu hari. Muntah pertama berwarna hijau, yang kedua berwarna kuning, dan selanjutnya
muntahan yang keluar sesuai dengan minuman yang dikonsumsi. Muntahan terkadang memancar keluar,
didahului oleh mual. Pasien tidak langsung muntah setelah makan. Pasien juga mengeluh tidak bisa BAB
selama 4 hari. Tidak ada demam, batuk (-), pilek (-). Nafsu makan pasien menurun.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)

Cacingan (-) Diare (-) Radang usus (+)

DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)

Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)

Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain: (-)


4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a. Riwayat Antenatal

Menurut penuturan ibu, dia rajin


memeriksakan kandungannya ke bidan setiap
bulan, mendapat imunisasi TT, serta
mengkonsumsi tablet Fe dan vitamin.

c. Riwayat Neonatal
b. Riwayat Natal
Pasien lahir secara spontan, langsung menangis
Anak lahir langsung menangis dan warna
saat setelah lahir, berat badan lahir 2900gram,
seluruh badan kemerahan.
panjang badan lahir 46 cm. Persalinan ditolong
oleh bidan di rumah bidan.
Perkembangan Usia

Mengangkat kepala 2 bulan

5. Riwayat Perkembangan Tengkurap 3 bulan

Merangkak 4 bulan

Duduk 7 bulan

Berdiri 10 bulan

Berjalan 12 bulan

Usia Imunisasi
0 bulan Hepatitis B 0
6. Riwayat Imunisasi 1 bulan BGC, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak
8. Riwayat Nutrisi

7. Riwayat Penyakit Keluarga Usia Makanan


Pada anggota keluarga pasien tidak ada yang 0-6 bulan ASI
menderita gejala atau penyakit yang sama. Tidak 6-7 bulan ASI + Sari buah
terdapat riwayat penyakit keluarga seperti
7-8 bulan ASI + Bubur susu
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal,
8-12 bulan ASI + bubur + lauk pauk
penyakit jantung disangkal
12-24 bulan Makanan keluarga
24 bulan – sekarang Makanan keluarga

9. Riwayat Sosial Ekonomi


Anak tinggal di rumah dengan ukuran 15 x 8 m, terdiri 3 kamar, dengan jendela 6 buah, ventilasi cukup. Air
menggunakan air sumur. Dalam satu rumah dihuni oleh 3 orang yaitu ayah, ibu dan satu anak.
Kesimpulan: Kepadatan rumah cukup, sumber air bersih.
10. Susunan Keluarga
B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
2. Antropometri
Kesan sakit : Tampak sakit sedang Berat badan : 12 kg
Kesadaran : Compos mentis, GCS : 4 – 5 – 6 Panjang badan : 95 cm
Kesan Gizi : Baik Status gizi : WAZ : -1,92 WHZ : -2,02
Keadaan lain : Pucat (-), sianosis (-), sesak (-), tanda HAZ : -1,07 BMI : -1,92
dehidrasi (-) Kesimpulan: Status Gizi Baik (Menurut WHO)
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : tidak diukur
Nadi : 104 x/menit, regular
Suhu : 36,9°C
Respirasi : 20 x/menit
4. Pemeriksaan fisik sistematis
Pemeriksaan Sistematis Hasil Pemeriksaan
Kepala
 Bentuk dan ukuran Mesocephal
 Rambut dan Kulit kepala rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan,
Mata Mata sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil bulat, isokor, refleks cahaya positif normal di kedua mata, kornea
jernih.

Telinga Serumen -/-, sekret -/-


Hidung Septum ditengah, sekret -/-, napas cuping hidung
(+) darah menetes (-)

Mulut :
Bibir Tidak tampak labioschizis, tidak tampak palatoschizis, bibir tidak sianosis, bibir tidak kering

Leher Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening.


Thorax
 Paru-paru I : Bentuk normochest, simetris, retraksi (-), pembesaran KGB axilla (-/-)
P : Stem fremitus paru kiri = kanan
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Bunyi nafas vesikuler, RBH -/-, wheezing -/-
 Jantung I :Ictus cordis tidak terlihat
P :Ictus cordis tidak teraba
P : batas kanan : Linea sternalis dextra ICS V
Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri : ICS V Linea midclavicularis sinistra
A: bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
 Inspeksi Supel, venektasi (-), caput medusae (-)
 Auskultasi Bising usus (+) normal
 Perkusi Timpani
 Palpasi Nyeri tekan(+) regio periumbilical, massa (-), hepar/ lien tidak teraba
Tulang Belakang Spina bifida (-)
Genitalia Laki - laki, scrotum tampak edema, nyeri tekan (+).
Anus Lubang intak, tidak tampak massa yang keluar dari anus, perianal rash (-)
Anggota gerak Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, lesi kulit (-), sianosis (-), edema (-), petechiae (-), purpura
(-). Tidak ada kelemahan anggota gerak atas maupun bawah

Kulit Tidak terlihat pucat, tidak ikterik, turgor baik.


DARAH RUTIN (17-02-2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Leukosit 12,19 ribu/ul 5,50 – 15,50
5. Pemeriksaan penunjang
Eritrosit 4,60 juta/ul 3,60 – 5,20
a. Hasil laboratorium Hemoglobin 12,4 g/dl 10,8 – 12,8
Hematokrit 35,9 vol/% 35 – 43
MCV 78,0 fL 73 – 101
MCH 27,0 pg 23 – 31
MCHC 34,6 g/dl 33 – 36
Trombosit 350 ribu/ul 150 – 450
Eosinofil 0,5 % 1–5
Basofil 0,7 % 0–1
Netrofil 76,9 % (H) 25 – 60
Limfosit 18,3 % (L) 25 – 50
Monosit 3,6 % 1–6

ELEKTROLIT (17-02-2019)
Kalium 4,7 mml/e 3,6-5,5
Natrium 136 mml/e 135-155
Chlorida 103 mmol/l 95-108
URINE RUTIN (18-02-2019)
MAKROSKOPIK
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
PH/ Keasaman 5,5
Berat jenis >1,025 1,015-1,025
KIMIA
Reduksi Negatif Negatif
Urobilinogen Norm (0,1) 0,2 -1,0
Bilirubin urine Negatif < 0,20
Urobilin Negatif Negatif
Keton Positif 3 (100) <5
Nitrit Negatif Negatif
Protein albumin Negatif Negatif
SEDIMEN
Lekosit urine 1-2/lpb 1-4
Eritrosit urine 0-1/lpb 0-1
Epitel 2-3/lpk 5-15
Kristal Negatif
Bakteri Positif
Blood Negatif <5
Lekosit esterase Negatif <10
Benang mucus Negatif
2. Pemeriksaan USG

– Didapatkan hasil :
– Hepar : ukuran dan echostruktur dalam batas normal, permukaan licin, sudut kiri hepar lancip,
sistema vasculer tak melebar, sistema biliaris intra hepatal tak tampak melebar, tak tampak lesi hipo
maupun hiperechoic intraparenchimal.
– Vesica Felea : ukuran dalam batas normal, lumen sonoechoic, tak tampak batu maupun sludge
intravesical.
– Lien : ukuran dan echostruktur normal, hilus lienalis tak melebar, tak tampak nodul
intraparenchimal
– Pankreas : tak tervisualisasi dengan jelas, udara di regio epigastrik prominen
– Kedua Ren : ukuran dalam batas normal, batas korteks dan medulla tegas, tak tampak pelebaran PCS,
tak tampak massa ataupun batu
– VU : terisi cairan optimal,dinding tak tampak menebal, tak tampak batu maupun intraesikal.
– Pada explorasi regio periumbilical, tampak gambaran target sign, yang pada potongan sagital tampak
gambaran tubuler membentuk gambaran sossis sign dengan peristaltik (+).
Kesan :
– Mengarah gambaran invaginasi
– Hepar, VF, Lien, kedua ren dan VU tak tampak kelainan secara sonographic
– Tak tanpak gambaran massa maupun batu pada organ-organ tersebut diatas
– Udara di regio epigastrik prominent
Tatalaksana

Non medikamentosa
1. Menjelaskan mengenai diagnosa penyakit,
Diagnosis Kerja tatalaksana, komplikasi hingga prognosis
kepada penderita dan keluarga
2. Konsul Sp.B untuk merencanakan program
Invaginasi ileo- untuk dilakukan tindakan operatif
colica Medikamentosa
-Infus RL 14 tpm
-Inj. Ondansetron 1,5 mg/12 jam
-Inj. Ranitidin 15 mg/12 jam
Post laparotomi
-Inf. Asering 37 cc/jam
-Inj. ODR 2x1,5 mg
-Paracetamol 3x125 mg
-Ceftazidim 3x200 mg
-Amikasin I1x300 mg, II 1x200 mg
Operatif
Laparotomi
Prognosis
Ad
Fungtionam
Ad Ad
Vitam Sanationam

Dubia
ad
Bonam

Anda mungkin juga menyukai