Anda di halaman 1dari 20

R E F E R AT

“PNEUMONIA”
PEMBIMBING
dr. Ninik Haryanti, Sp.Rad

DISUSUN OLEH:
R A N I S E M PA N A M E N TA R I
1713020047
PENDAHULUAN

Infeksi saluran WHO 1999


napas bawah masih menyebutkan Indonesia
tetap merupakan bahwa penyebab menduduki
masalah utama kematian tertinggi peringkat ke-6
dalam bidang akibat penyakit dunia untuk kasus
kesehatan, baik di infeksi didunia pneumonia pada
negara yang adalah infeksi balita dengan
sedang saluran napas akut jumlah penderita
berkembang termasuk mencapai 6 juta
maupun yang pneumonia dan jiwa
sudah maju. influenza.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
ETIOLOGI

Gram(+) : Streptococcus pneumoniae (pnemokokus),


Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus

Bakteri

Gram(-) : Klebsiela pneumonia, Legionella, Haemophilus


beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri influenza.
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
pneumonia komuniti
Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus, chicken-
Virus pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herpes
simpleks, Hanta virus.

Fungi Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetes dermatitidis,


Histoplasma kapsulatum.

Aspirasi Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,


benda asing
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan klinis dan 3. Berdasarkan predileksi lokasi secara
epidemiologis radiologis
• Pneumonia pada penderita – Pneumonia lobaris
imunokompromis
– Bronkopneumonia
• Pneumonia aspirasi
– Pneumonia interstitialis
• Pneumonia nosokomial
• Pneumonia komuniti
2. Berdasarkan penyebab
• Pneumonia tipikal
• Pneumonia atipikal
• Pneumonia virus
Patofisiologi
DIAGNOSIS
Gejala • 1.Batuk
• 2.Sputum produktif
• 3. Demam (suhu>38 0c)
Mayor
• 1. sesak napas
• 2. nyeri dada
Gejala Minor: • 3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
• 4. jumlah leukosit >12.000/L

Gambaran • didahului oleh ISPA selama beberapa hari, demam, menggigil,


suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40º C, sakit
tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan
klinis: sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.

• I: dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas


• P: fremitus dapat mengeras,

Pf: •

Pi: redup
A: suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-
kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian
menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
• Pada pemeriksaan laboratorium: leukosit, LED.
• Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan
Pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
Laboratorium • Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia,
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

• Perselubungan/konsolidasi homogen atau inhomogen sesuai


dengan lobus atau segment paru secara anantomis.
• Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
• Volume paru tidak berubah
• Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi
Gambaran dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan
jantung atau di lobus medius kanan.
• Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Radiologis • Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis
yang paling akhir terkena.
• Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
• Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign
(terperangkapnya udara pada bronkus karena tidanya pertukaran
udara pada alveolus).
Pneumonia lobaris:
• Tampak perselubungan
homogen pada lapangan
atas/tengah/bawa paru D/S
• Cor: Bentuk dan ukuran
dalam batas normal
• Kedua sinus dan diafragma
• Tulang-tulang tervisuaisasi
baik
Pneumonia lobularis
(bronkopneumonia)
Merupakan Pneumonia yang
terjadi pada ujung akhir bronkiolus
yang dapat tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus.
Pada gambar diatas tampak
konsolidasi tidak homogen di
lobus atas kiri dan lobus bawah
kiri.
Pneumonia Intersisial
Terjadi edema dinding
bronkioli dan juga
edema jaringan
interstitial prebronkial.
Radiologis berupa
bayangan udara pada
alveolus masih terlihat,
diliputi oleh
perselubungan yang
tidak merata.
DIAGNOSIS BANDING

Tuberculosis Paru (TB) : Gejala klinis TB antara lain


batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu),
nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas,
hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.
Atelektasis: Atelektasis adalah istilah yang berarti
pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru
yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
Memberikan gambaran yang mirip dengan
pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat
penarikan jantung, trakea, dan mediastinum ke arah
yang sakit karena adanya pengurangan volume
interkostal space menjadi lebih sempit dan
pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru
yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris
Efusi Pleura: Memberi gambaran yang mirip
dengan pneumonia, tanpa air bronchogram.
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi
pendorongan jantung, trakea, dan mediastinum
kearah yang sehat. Rongga thorax membesar. Pada
edusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign
(+) tanda khas pada efusi pleura
PENATALAKSANAAN

1. Terapi kausa
2. Terapi suportif
Dosis Dewasa (dosis
Kondisi Klinik Patogen Terapi Dosis Anak (mg/kg/hari)
total/hari)
Sebelumnya sehat Pneumococcus, Eritromisin 30-50 1-2 g
Mycoplasma Klaritromisin 15 0,5-1 g
Pneumoniae Azitromisin 10 pada hari 1,diikuti5 mg
selama 4hari
Komorbiditas S. pneumoniae, Cefuroksim 50-75 1-2g
(manula, Hemophilus Cefotaksim 50-75 1-2g
DM, gagal influenzae, Ceftriakson 50-75 1-2g
ginjal, gagal jantung, Moraxella catarrhalis,
keganasan) Mycoplasma,
Chlamydia
pneumoniae dan
Legionella
Aspirasi Anaerob mulut Ampicilin 100-200 2-6g
Community Anaerob mulut, S.aureus, gram(-) Amoxicillin 100-200 2-6g
Hospital enterik Klindamisin 8-20 1,2-1,8g
Klindamisin 8-20 1,2-1,8g
+aminoglikosida
Nosokomial
PneumoniaRingan, K. pneumoniae, P.aeruginosa, Cefuroksim 50-75 1-2g.
Onset <5hari, Risiko Enterobacter spp. Cefotaksim 50-75 1-2g.
Rendah S. aureus, Ceftriakson 50-75 1-2g
Ampicilin-Sulbaktam 100-200 4-8g
Tikarcilin-klav 200-300 12g
Gatifloksasin - 0,4g
Levofloksasin - 0,5-0,75g
Pneumonia K. pneumoniae, P.aeruginosa, Gentamicin/Tobramicin 7,5 4-6mg/kg
berat**, Enterobacter spp. atau Ciprofloksasin )* + - 0,5-1,5g
Onset > 5 S. aureus, Ceftazidime atau 150 2-6g
hari, Risiko Cefepime atau 100-150 2-4g
Tinggi Tikarcilinklav/
Meronem/Aztreonam
Terapi Suportif
• Terapi suportif yang dapat diberikan pada pasien dengan pneumonia adalah sebagai berikut:11
• Terapi O2untuk mencapai PaO280-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.
• Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai nebulizer untuk pemberian
bronkodilator bila terdapat bronkospasme.
• Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk, khususnya anjuran untuk batuk dan napas
dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan ekspirasi dan pengeluaran CO2. Posisi tidur
setengah duduk untuk melancarkan pernapasan.
• Pengaturan cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia, dan paru lebih sensitive terhadap
pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik,
termasuk pada gangguan sirkulasi dan gagal ginjal. Overhidrasi untuk maksud mengencerkan dahak tidak
diperkenankan.
• Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan. Terapi ini tidak bermanfaat pada renjatan septik.
• Pertimbangkan obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi
gangguan sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.
• Ventilasi mekanis. Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah:
• Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan menggunakan masker.konsentrasi O2 yang tinggi
menyebabkan penurunan kompliens paru hingga tekanan inflasi meninggi. Dalam hal ini perlu dipergunakan PEEP
untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2 menjadi 50% atau lebih rendah.
• Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan CO2 didapat asidosis, henti napas, retensi sputum yang sulit diatasi secara
konservatif.
• Drainase empiema bila ada.
• Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi yang cukup kalori terutama didapatkan dari lemak (50%), hingga dapat
dihindari produksi CO2 yang berlebihan.
PROGNOSIS
• Pada umumnya prognosisnya adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat
serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat.
KESIMPULAN

Infeksi parenkim paru yang


Pneumonia dapat menyerang segala Paling banyak disebabkan
usia oleh infeksi bakteri

Prognosisnya baik jika


mendapat terapi antibiotik
yang adekuat, faktor Tatalaksana antibiotik
Diagnosis gejala
predisposisi pasien dan yang sesuai & terapi
klinis, p.,f p.penunjang
ada tidaknya komplikasi suportif
yang menyertai.
• Terapi nebulisasi menggunakan sabutamol diberikan
pada pasien ini dengan dosis 1 respul/8 jam. Terapi
nebulisasi bertujuan untuk mengurangi sesak akibat
penyempitan jalan nafas atau bronkospasme akibat
hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat
agonis beta-2 adrenegik yang selektif terutama pada
otot bronkus. Salbutamol menghambat pelepasan
mediator dari pulmonary mast cell.

Anda mungkin juga menyukai