“PNEUMONIA”
PEMBIMBING
dr. Ninik Haryanti, Sp.Rad
DISUSUN OLEH:
R A N I S E M PA N A M E N TA R I
1713020047
PENDAHULUAN
Bakteri
Pf: •
•
Pi: redup
A: suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-
kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian
menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
• Pada pemeriksaan laboratorium: leukosit, LED.
• Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan
Pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
Laboratorium • Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia,
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
1. Terapi kausa
2. Terapi suportif
Dosis Dewasa (dosis
Kondisi Klinik Patogen Terapi Dosis Anak (mg/kg/hari)
total/hari)
Sebelumnya sehat Pneumococcus, Eritromisin 30-50 1-2 g
Mycoplasma Klaritromisin 15 0,5-1 g
Pneumoniae Azitromisin 10 pada hari 1,diikuti5 mg
selama 4hari
Komorbiditas S. pneumoniae, Cefuroksim 50-75 1-2g
(manula, Hemophilus Cefotaksim 50-75 1-2g
DM, gagal influenzae, Ceftriakson 50-75 1-2g
ginjal, gagal jantung, Moraxella catarrhalis,
keganasan) Mycoplasma,
Chlamydia
pneumoniae dan
Legionella
Aspirasi Anaerob mulut Ampicilin 100-200 2-6g
Community Anaerob mulut, S.aureus, gram(-) Amoxicillin 100-200 2-6g
Hospital enterik Klindamisin 8-20 1,2-1,8g
Klindamisin 8-20 1,2-1,8g
+aminoglikosida
Nosokomial
PneumoniaRingan, K. pneumoniae, P.aeruginosa, Cefuroksim 50-75 1-2g.
Onset <5hari, Risiko Enterobacter spp. Cefotaksim 50-75 1-2g.
Rendah S. aureus, Ceftriakson 50-75 1-2g
Ampicilin-Sulbaktam 100-200 4-8g
Tikarcilin-klav 200-300 12g
Gatifloksasin - 0,4g
Levofloksasin - 0,5-0,75g
Pneumonia K. pneumoniae, P.aeruginosa, Gentamicin/Tobramicin 7,5 4-6mg/kg
berat**, Enterobacter spp. atau Ciprofloksasin )* + - 0,5-1,5g
Onset > 5 S. aureus, Ceftazidime atau 150 2-6g
hari, Risiko Cefepime atau 100-150 2-4g
Tinggi Tikarcilinklav/
Meronem/Aztreonam
Terapi Suportif
• Terapi suportif yang dapat diberikan pada pasien dengan pneumonia adalah sebagai berikut:11
• Terapi O2untuk mencapai PaO280-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.
• Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai nebulizer untuk pemberian
bronkodilator bila terdapat bronkospasme.
• Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk, khususnya anjuran untuk batuk dan napas
dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan ekspirasi dan pengeluaran CO2. Posisi tidur
setengah duduk untuk melancarkan pernapasan.
• Pengaturan cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia, dan paru lebih sensitive terhadap
pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik,
termasuk pada gangguan sirkulasi dan gagal ginjal. Overhidrasi untuk maksud mengencerkan dahak tidak
diperkenankan.
• Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan. Terapi ini tidak bermanfaat pada renjatan septik.
• Pertimbangkan obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi
gangguan sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.
• Ventilasi mekanis. Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah:
• Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan menggunakan masker.konsentrasi O2 yang tinggi
menyebabkan penurunan kompliens paru hingga tekanan inflasi meninggi. Dalam hal ini perlu dipergunakan PEEP
untuk memperbaiki oksigenisasi dan menurunkan FiO2 menjadi 50% atau lebih rendah.
• Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan CO2 didapat asidosis, henti napas, retensi sputum yang sulit diatasi secara
konservatif.
• Drainase empiema bila ada.
• Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi yang cukup kalori terutama didapatkan dari lemak (50%), hingga dapat
dihindari produksi CO2 yang berlebihan.
PROGNOSIS
• Pada umumnya prognosisnya adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat
serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat.
KESIMPULAN