Anda di halaman 1dari 8

TERAPI PPOK dan ASMA

PPOK ASMA
1. Bronkodilator  diberikan secara tunggal atau 1. Oksigen
kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan 2. Agonis β2  Dianjurkan pemberian inhalasi dengan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat nebuliser atau dengan IDT yang menghasilkan efek
penyakit pilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, bronkodilatasi yang sama dengan cara nebulisasi, onset
nebulizer tidak dianjurkan pada penggunaan jangka yang cepat, efek samping lebih sedikit dan
panjang. Macam-macam bronkodilator: membutuhkan waktu lebih singkat dan mudah di darurat
a. Golongan antikolinergik bisa mengurangi gawat. Pemberian inhalasi ipratropium bromide
sekresi lendir (maksimal 4x/hari) kombinasi dengan agonis beta-2 kerja singkat inhalasi
Ex: iprapropium bromida 20 µgr meningkatkan respons bronkodilatasi dan sebaiknya
b. Golongan Agonis β2  bentuk inhaler diberikan sebelum pemberian aminofilin. Alternatif
digunakan untuk mengatasi sesak. Sebgai pemberian adalah pemberian injeksi (subkutan atau
obat pemeliharaan sebaiknya digunakan intravena), pada pemberian intravena harus dilakukan
tablet, bentuk nebuliser dapat digunakan pemantauan ketat (bedside monitoring). Alternatif
untuk eksaserbasi akut, tidak dianjurkan agonis beta-2 kerja singkat injeksi adalah epinefrin
untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk (adrenalin) subkutan atau intramuskular. Bila dibutuhkan
injeksi, drip digunakan untuk eksaserbasi dapat ditambahkan bronkodilator aminofilin intravena
berat. Ex: Agonis β2 kerja lambat formoterol dengan dosis 5-6 mg/ kg BB/ bolus yang diberikan
6µgr, 12 µgr/semprot. dengan dilarutkan dalam larutan NaCL fisiologis 0,9%
c. Kombinasi antikolinergik dan Agonis β2  atau dekstrosa 5% dengan perbandingan 1:1. Pada
kombinasi kedua obat ini memperkuat efek penderita yang sedang menggunakan aminofilin 6 jam
bronkodilatasi. sebelumnya maka dosis diturunkan setengahnya; untuk
d. Golongan xantin pemeliharaan jangka mempertahankan kadar aminofilin dalam darah,
panjang terutama derajat sedang-berat. pemberian dilanjutkan secara drip dosis 0,5-0,9 mg/
Bentuk tablet atau puyer untuk mengatasi kgBB/ jam.
sesak, bentuk suntikan atau bolus untuk 3. Glukokortikosteroid Glukokortikosteroid sistemik
mengatasi eksaserbasi akut. diberikan untuk mempercepat resolusi pada serangan
2. Antiinflamasi diberikan jika terjadi eksaserbasi asma derajat manapun kecuali serangan ringan, terutama
akut PO, Injeksi iv  menekan inflamasi yang jika: Pemberian agonis beta-2 kerja singkat inhalasi pada
terjadi  golongan metilprednisolon atau prednison pengobatan awal tidak memberikan respons, Serangan
3. Antibiotik Digunakan apabila terdapat infeksi. terjadi walau penderita sedang dalam pengobatan dan
Obat yang dapat digunakan: Lini I : Amoksisilin Serangan asma berat
sediaan 250 mg, 500mg, makrolid eritromisin,
azitromisin, spiramisin, Lini II : Amoksisilin dan
asam klavulanat  claneksi tab 500 mg, syr 60 ml,
sefalosporin  ceftriaxone inj 1 gram, kuinolon
levofloxacin inf 100 ml, tab 500 mg,
4. Antioksidan  dapat diberikan jika eksaserbasi
lebih sering terjadi, ex: N-asetilsistein kaps 200 mg
5. Mukolitik  hanya diberikan pada keadaan
eksaserbasi akut. Ex: bromheksain tab 8 mg, syr 4
ml, ambroksol syr 15 ml, tab 30 mg
6. Antitusif  obat ubtuk menekan reflek batuk,
digunakan pada gangguan saluran nafas yang tidak
produktif dan batuk akibat teriritasi antitusif
bekerja di perifer dan sentral.
Antitusif perifer  demulcent
Antitusif sentral narkotik (kodein), non-narkotik
(dekstrometorfan, butamirat sitrat, difenhidramin)
TABEL OBAT PENGONTROL
TABEL OBAT PELEGA

Anda mungkin juga menyukai