Disusun Oleh:
FATHUR ROHMAN
NIM. 2201031027
A. KONSEP MEDIS
1. Anatomi Fisiologis
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak
retroperitoneal dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan
II. Kepala pankreas terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya
sampai ke lien. Pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin
dan kelenjar eksokrin. Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari
kelompok sel yang membentuk pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau
Langerhans berbentuk oval tersebar di seluruh pankreas. Dalam tubuh manusia
terdapat 1-2 juta pulau-pulau Langerhans yang dibedakan atas granulasi dan
pewarnaan, setengah dari sel ini menyekresi hormone insulin (Syaifuddin,
2010).
Efek Insulin :
a. Efek insulin pada metabolisme karbohidrat, glukosa yang diabsorbsi dalam
darah menyebabkan sekresi insulin lebih cepat, meningkatkan
penyimpanan dan penggunaan glukosa dalam hati dan meningkatkan
metabolisme glukosa dalam otot. Penyimpanan glukosa dalam otot
meningkatkan transport glukosa melalui membrane sel otot.
b. Efek insulin pada metabolisme lemak dalam jangka panjang. Kekurangan
insulin menyebabkan arteriosclerosis, serangan jantung, stroke, dan
penyakit vascular lainnya. Kelebihan insulin menyebabkan sintesis dan
penyimpanan lemak, meningkatkan transport glukosa ke dalam sel hati,
kelebihan ion sitrat, dan isositrat. Penyimpanan lemak dalam sel adipose
menghambat kerja lipase yang sensitive hormone dan meningkatkan
transport ke dalam sel lemak.
c. Efek insulin pada metabolisme protein : transport aktif banyak asam amino
ke dalam sel, membentuk protein baru meningkatkan translasi messenger
RNA, meningkatkan kecepatan transkripsi DNA
Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang dikenal dengan
diabetes melitus yang mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel (cairan
ekstraseluler), mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan
glukosa/energi dan akan merangsang glikogenolisis di sel hati dan sel jaringan.
Glukosa akan dilepaskan ke dalam cairan ekstrasel sehingga terjadi
hiperglikemia. Apabila mencapai nilai tertentu sebagian tidak diabsopsi ginjal,
dikeluarkan melalui urine sehingga terjadi glikosuria dan polyuria (Syaifuddin,
2010).
2. Definisi
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa darah
yang ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah ≥200 mg/dL dan
gula darah puasa ≥126 mg/dL (PERKENI, 2011). Menurut World Health
Organization (WHO) hiperglikemia adalah kadar glukosa darah >126
mg/dl, dimana kadar glukosa darah antara 100-126 mg/dl dianggap suatu
keadaan toleransi abnormal glukosa (Kemenkes RI, 2014).
Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas dari penyakit diabetes
mellitus. Hiperglikemia terjadi karena adanya peningkatan kadar glukosa
dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan keadaan
peningkatan kadar glukosa darah puasa melebihi 126 mg/dL atau kadar
glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg/dL yang dibuktikan melalui
pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah dan gambaran klinis pasien.
(Farid, 2014)
3. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,
pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor predisposisi
herediter, obesitas. Faktor imunologi pada penderita hiperglikemia
khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai
jaringan asing (Nurarif dan Kusuma, 2015).
4. Patofisiologis
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pankreas yang berlebih, dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk
kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam
darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon
sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan
penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.
Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang
mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus
(polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi
badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas
bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis. Dengan menurunnya
insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat
kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah
terinfeksi.
Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa
pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak sehingga pembuluh
darah menjadi keras (arterosklerosis) dan bila plak itu telepas akan
menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat menutup aliran darah
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain (tergantung letak
tersumbatnya, misal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat
menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata
dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian (Nurarif & Hardi, 2015).
Sumber : (Anggit, 2017), (Brunner & Suddart, 2015), dan (Rohmawardani,2018)
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hiperglikemia menurut American Diabetes
Association (2014) yaitu : poliuria, polidipsia, penurunan berat badan,
terkadang dengan polifagia, penglihatan kabur, penurunan pertumbuhan dan
kerentanan terhadap infeksi tertentu juga dapat menyertai hiperglikemia
kronis.
a. Polyuria
Polyuria (peningkatan pengeluaran urine) terjadi apabila peningkatan
glukosa melebihi nilai ambang ginjal untuk reabsorpsi glukosa, maka akan
terjadi glukossuria. Hal ini menyebabkan diuresis osmotic yang secara
klinis bermanifestasi sebagai polyuria (Rahmasari, 2019)
b. Polydipsia
Polydipsia (peningkatan rasa haus) terjadi karena tingginya kadar
glukosa darah yang menyebabkan dehidrasi berat pada sel di seluruh
tubuh. Hal ini terjadi karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi
melewati pori-pori membran sel. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat
katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada
pasien diabetes kronis juga berperan menyebabkan kelelahan (Rahmasari,
2019).
c. Polyfagia
Polyfagia (peningkatan rasa lapar) terjadi karena penurunan aktivitas
kenyang di hipotalamus. Glukosa sebagai hasil metabolisme karbohidrat
tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga menyebabkan terjadinya
kelaparan sel (Rahmasari, 2019).
6. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan PERKENI (2021), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosis dari hiperglikemia adalah :
a. Glukosa darah puasa bagi orang-orang tanpa diabetes, hiperglikemia di
indikasikan jika:
1) Pembacaan 100 mg/dL hingga 126 mg/dL menunjukkan gangguan
toleransi glukosa atau pra diabetes, yang menunjukkan peningkatan
risiko terkena diabetes total.
2) Angka di atas 126 mg / dL adalah ambang batas diagnosis diabetes.
Biasanya ini harus dikonfirmasi dua kali atau dicek silang dengan tes
diagnostik lain. Bagi penderita diabetes, hiperglikemia diindikasikan
bila: Pembacaan lebih dari 130 mg/dL yang terjadi beberapa hari
berturut-turut dapat menunjukkan pola gula darah pagi yang tinggi
b. Pemeriksaan hemoglobin A1C Hiperglikemia di indikasikan bila:
1) Untuk orang tanpa diabetes yaitu < 5,7%
2) Untuk pre diabetes 5,7 -6,4 %
3) Untuk penderita diabetes > 6,5 %
c. Pemeriksaan DKA dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium,
Pada mulanya, urine (apabila tersedia), harus diuji terhadap glukosa dan
ketone dan darah diperiksa terhadap keberadaan glukosa dengan
menggunakan strip uji.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data umum, apabila hiperglikemia terjadi pada penderita DM tipe 2
biasanya usia > 30 tahun, dan cenderung meningkat pada usia > 65 tahun.
Faktor pendidikan dan pekerjaan orang yang memiliki pendapatan tinggi
cenderung memiliki gaya hidup dan pola makan yang salah. Konsumsi
makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
b. Primary survey
1) Respon, kaji respon pasien. apakah berespon ketika ditanya. Untuk
menentukan kesadaran pasien gnakan skala AVPU (alert, verbal, pain,
unresponsive). Apakah pasien alert, berespon terhadap stimulus verbal,
berespon terhadap stimulus pain, apakah unresponsive.
2) Airway, kaji apakah airway patent dan tidak ada sumbatan/ jika ya ada
sumbatan dan pasien responsive berikan pertolongan untuk
pembebasan jalan napas, seperti pada pasien tersedak. Jika ada
sumbatan jalan napas dan pasien tidak responsive lakukan head tilt dan
chin lift untuk membuka jalan napas. Pastikan terhadap risiko adanya
obstruksi airway seperti adanya stridor.
3) Breathing, cek pernapasan dan cek apakah ventilasinya adekuat.
Pertimbangkan oksigen
4) Circulation, kaji denyut nadi pasien apakah nadi positif, tentukan
apakah denyut nadi adekuat. Cek capillary refill.
5) Disability, kaji singkat trauma neurologis, cek kemampuan gerak
ekstremitas, cek GCS, lateralisasi pupil/refleks pupil.
6) Exposure, kaji pasien dari kepala sampai kaki, lepaskan pakaian pasien
agar dapat mengkaji lebih baik untuk mencari trauma di tempat lain.
cegahan kehilangan panas tubuh.
c. Secondary survey
1) Riwayat penyakit sekarang Klien memiliki keluhan sering lapar, haus,
sering kencing, berat badan berlebih
2) Riwayat kesehatan terdahulu; memiliki riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti infark miokard, obesitas, arterosklerosisi, tindakan
medis yang pernah dilakukan, riwayat alergi atau obat-obatan yang
biasa dikonsumsi klien
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : yang sering muncul adalah kelemahan fisik.
2) Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pada klien yakni composmentis
atau bisa jadi mengalami penurunan kesadaran
3) Tanda-tanda vital : pada pasien dengan hiperglikemia biasanya tanda-
tanda vital dalam batas normal.
e. Aktivitas/istirahat
- Gejala : lemah, letih, sulit bergerak / berjalan. Kram otot, tonus
otot menurun. Gangguan tidur/ istirahat.
- Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas. Letargi/ disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
f. Sirkulasi
- Gejala : adanya riwayat hipertensi ; im akut. Klaudikasi, kebas, dan
kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama.
- Tanda: takikardia, perubahan tekanan darah postural ; hipertensi.
Nadi yang menurun / tak ada. Distritmia. Krekels ; dvj (gjk). Kulit
panas, kering, dan kemerahan ; bola mata cekung.
g. Integritas ego
- Gejala : stres; tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
- Tanda : ansietas, peka rangsang
h. Eliminasi
- Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri /
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), isk baru / berulang. Nyeri
tekan abdomen. Diare.
- Tanda : urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat
berkembang menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia
berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras,
adanya asites. Bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare).
i. Makanan/cairan
- Gejala : hilang nafsu makan. Mual / muntah. Tidak mengikuti diet ;
peningkatan masukan glukosa / karbohidrat. Penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari / minggu. Haus. Penggunaan
diuretik (tiazid).
- Tanda : kulit kering / bersisik, tugor jelek. Kekakuan /
distensi abdomen, muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah). Bau
halotosis / manis, bau buah (napas aseton).
j. Neurosensori
- Gejala : pusing / pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemhan
pada otot. Parestesia. Gangguan penglihatan.
- Tanda : disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap
lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks
tendon dalam (rtd) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut
dari dka).
k. Nyeri / kenyamanan
- Gejala : abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
- Tanda : wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-
hati.
l. Pernapasan
- Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi / tidak).
- Tanda : lapar udara. Batuk, dengan / tanpa sputum purulen
(infeksi). Frekuensi pernapasan.
m. Keamanan
- Gejala : kulit kering, gatal ; ulkus kulit
- Tanda:demam, diaforesis. Kulit rusak, lesi / ulserasi.
Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak. Parestesia /paralisis
otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam).
n. Seksualitas
- Gejala: raba vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada
pria; kesulitan orgasme pada wanita
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif herubngan dengan viskositas pada darah
ditandai dengan anemia (D.0009)
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan viskositas darah
meningkat ditandai dengan tekanan darah meningkat (D.0008)
c. Defisit nutrisi glukosa tidak dapat menjai ATP ditandai dengan
kelemahan (D.0019)
d. Hipervolemi berhubngan anabolisme protein ditandai dengan edema
(D.0022)
e. Ketidakseimbangan kadar glukosa darah b.d hiperglikemia (D.0027)
f. Gangguan eliminasi uri berhubngan dengan malabsorpsi ginjal ditandai
dengan distensi kandung kemih (D. 0040)
g. Ganggaun mobilitas fisik berhubungan dengan makroangiopati
ditandai dengan fisik lemah (D.0054)
h. Keletihan b.d kondisi fisiologis (penyakit kronis) (D.0057)
i. Gangguan integritas kulit berhubngan dengan perubahan sirkulasi
ditandai dengan kerusakan jaringan (D.0192)
j. Risiko infeksi berhubngan denngan penyakit kronis (D.0142)
3. Intervensi keperawatan
5. Gangguan eliminasi uri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eliminasi urine (I.04152)
berhubngan dengan selama 1x 24 jam emliminasi urine Observasi
malabsorpsi ginjal pasien membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
ditandai dengan distensi
kandung kemih (D. 0040) Eliminasi urine (L. 4034 - Identifikasi faktor penyebab
1. Desakan berkemih menurun Teraupetik
2. Distensi kandung kemih menurun - Batasi asupan cairan
3. Nokturia menurun - Ambil urine tengah atau kultur
4. Mengompol menurun Kolobrasi
5. Anuria membaik - Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra
6. Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hiperglikemia (I.03115) Observasi
selama 1x2 jam, diharapkan glukosa - Identifikasi penyebab hiperglikemia
darah pasien dalam rentang normal - Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
dengan kriteria hasil : - Monitor intake dan output cairan
Kestabilan Kadar Glukosa Darah Terapeutik
(L.05022) - Berikan asupan cairan oral
1. Kesadaran meningkat Edukasi
2. Kadar glukosa dalam darah - Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
membaik - Ajarkan peneglolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat
3. Kadar glukosa dalam urine oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat dan
membaik bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian insulin
7. Ganggaun mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan jatuh (I.14540)
berhubungan dengan selama 1 x 24 jam mobilitas fisik Observasi
makroangiopati ditandai
dengan fisik lemah meningkat dengan kriteris hasil : - Identifikasi risiko jatuh (misal usia >65 tahun)
(D.0054) Mobilitas fisik (L.05042) - Monitor kemampuan berpindah
1. pergerakan otot ekstremitas Teraupetik
meningkat - Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
2. kekuatan otot meningkat - Pasang handrall tempat tidur
3. rentang gerak meningkat - Atur tempat tidur mekanis
- Tempatkan pasien risiko jatuh dengan pantauan perawata
dari nurs station
8. Keletihan b.d kondisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen energi (I. 05178)
fisiologis (penyakit selama 1x24 jam tingkat keletihan Observasi
kronis) (D.0057) menurun dengan kriteria hasil : - Identifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan keletihan
Tingkat keletihan (L.05046) Teraupetik
1. Verbalisasi lelah menurun - Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
2. Lesu menurun - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
3. Sianosis menurun Edukasi
4. Gelisah menurun - Anjurkan tirah baring
5. Pola napas memabaik - Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
9. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan luka (I. 14564)
berhubngan dengan selama 1x 24 jam integritas dan jaringan Observasi
perubahan sirkulasi
ditandai dengan meningkat dengan kriteria hasil : - Monitor karakteristik luka
kerusakan jaringan Integritas kulit dan jaringan - Monitor tanda-tanda infeksi
(D.0192) 1. Kemerahan menurun Teraupetik
2. Pigmentasi abnormal menurun - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
3. Suhu kulit membaik - Bersihkan dengan cairan Nacl
- Pasang balutan luka sesuai jenis luka
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
10. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemberian obat intravena (I. 02065)
berhubngan denngan selama 1x24 jam tingkat infeksi menurun Observasi
penyakit kronis (D.0142) dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan
1. Kemerahan menurun kontraindikasi obat
2. Nyeri menurun - Monitor tanda vital dan nilai laboratorium
3. Kadar sel darah putih membaik - Monitor efek teraupetik obat
4. Kultur darah membaik - Monitor efek samping, toksisitas
Teraupetik
- Lakukan prinsip enam benar
- Berikan obat Iv dengan kecepatan yang tepat
Edukasi
- Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek samping pemberian
DAFTAR PUSTAKA
Farid, M. dkk (2014) ‘Artikel Penelitian Pengaruh Hiperglikemia terhadap Gambaran
Histopatologis Pulau Langerhans Mencit’, Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), pp.
420–428. Available at:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/162/157
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Nurarif, A. H. &, Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan nanda nic-noc. Yogyakarta: Penerbit Mediaction Jogja.
PERKENI. Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:
PERKENI; 2011.
PERKENI. 2015. Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia
2015.
Syaifuddin, H. 2010. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rahmasari. (2019). Efektivitas momordica carantia (pare) terhadap penurunan kadar
glukosa darah. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan, 9(1),
57–64.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standrat Intervensi Keperawatan Insonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI