Oleh :
B. Definisi
C. Etiologi ( Penyebab)
D.Patofisiologi DM
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti
obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan pertambahan umur (Kaku, 2013).
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang tinggi. Jika
kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih
dengan jumlah yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan sering haus dan akan banyak
minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut terbuang didalam air kemih sehingga
penderita akan mengalami penurunan beratbadan. Untuk mengkompensasi hal ini seringkali
penderita akan merasakan lapar yang luar biasa sehingga penderita akan banyak makan dalam
jumlah yang banyak (polifagi).
Gejala lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan
tubuh selama beraktifitas atau olahraga. Penderita Diabetes Melitus dengan kadar gula kurang
terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Muttaqin, 2010).
Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang disebut
ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar sel tidak dapat
menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel diambil dari sumber lain,
sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan akan menghasilkan
keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang mengakibatkan darah menjadi asam
(ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih dengan
jumlah yang banyak, mual, muntah, lelah dan nyeri perut. nafas menjadi dalam dan cepat
karena tubuh berusaha memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita akan berbau seperti
aseton, jika tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma,
biasanya hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi insulin, penderita
Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami etoasidosis jika penderita lupa atau melewatkan
penyuntikan insulin atau enderita mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit
yang serius Soegondo, 2010).
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan nsulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada normalnya nsulin akan terikat
reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya eseptor dengan insulin maka terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme lukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
Diabetes Melitus tipe II disertai engan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin
tidak efektif untuk enstimulus dalam pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi
gukosa yang lambat maka Diabetes Melitus tipe II dapat berjalan tanpa erdeteksi. Jika pasien
mengalami gejala tersebut bersifat ringan dan mencakup klelahan, iritabilitas, poliuri,
polidipsia, luka yang lama proses penyembuhanya, nfeksi vagina atau pandangan kabur (jika
kadar glukosa sangat tinggi) (Andra aferi, 2013).
E.Manifestasi Klinis DM
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi) yang tidak
khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes.
b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah dengan cara
Hegedroton Jensen (reduksi).
1) Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4) Urine = glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negative (Bare&suzanne, 2002).
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akamn menimbulkan berbagai penyakit
dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai
tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan
jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca
yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal yaitu
untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk
kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk
dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa
porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit
yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
a. Obat Hipoglikemik
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
2) Menurunkan ambang sekresi insulin.
3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko
hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai
untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.
Sebagai obat tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih
(imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan
ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan
makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis
insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai
dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai
dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan
kombinasi sulfonylurea dan insulin.
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup
yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare
& Suzanne, 2002)
H. Penyimpangan Dm
C. Intervensi keperawatan
N Diagnos SLKI SIKI
o. a
1 Nyeri Setelah dilakukan Intervensi utama:
akut tindakan selama 3 Manajemen nyeri
ber- jam,tingkat nyeri Observasi
hubunga menurun dengan Identifikasi
n kriteria hasil: lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualit
dengan • Keluhan a,intensitas nyeri,
agen nyeri Identifikasi skala nyeri
pencede menurun Identifikasi respon nyeri non verbal
ra fisik • Kesulitan Identifikasi faktof yang memperberat dan
tidur memperinan nyeri
membaik Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
• Gelisah tentang nyeri
menurun Identifikasi pengaruhbudaya terhadap
• Frekuensi
nyeri
nadi
membaik Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidip
Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di berikan
Monitor efek samping penggunaan
analgetik
• Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS,hipnosis,akupresur,terapi
musik,biofeedback,terapi
pijat,aromaterapi,teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat atau
dingin,terapi bermain)
• Kontrol lingkungan yang mempererat rasa
nyeri (mis.suhu
ruangan,pencehayaan,kebisingan)
• Fasilitas istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
• Edukasi
• Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
• Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
• Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intervensi pendukung:
• Pemantauan nyeri
• Observasi
• Identifikasi faktor pencetus dan pereda
nyeri
• Monitor kualitas nyeri (mis.terasa
tajam,tumpul,diremas remas,ditimpa
beban berat)
• Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
• Monitor insentitas nyeri dengan
menggunakan skala
• Monitor durasi frekuensi nyeri
• Terapeutik
• Atur interval waktu pemantauansesuai
dengan kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
• Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan jika
perlu
2 Perfusi Setelah dilakukan Intervensi utama:
jaringan tindakan selama 3 Perawatan sirkulasi
prifer jam, maka perfusi • Observasi
tidak perifer meningkat • Periksa sirkulasi perifer (mis.nadi
efektif dengan kriteria perifer,edema,pengisian
berhubu hasil: kapiler,warna,suhu,anklebrachial index)
ngan • Denyut • Identifikasi faktor resiko gangguan
dengan nadi perifer sirkulasi (mis. Deabetes,perokok,orang
peningk membaik tua,hipertensi,dan kadar kolestrol tinggi)
atan • Penyembu • Monitor panas,kemerahan,nyeri,atau
tekanan han luka bengkak pada ektremitas
darah meningkat • Terapeutik
• Warna • Hindari pemasangan infus dan hindari
kulit pucat pengukuran tekanan darah pada
membaik ekstremitas dengan keterbatasan difusi
• Tekanan • Hindari pemasangan dan penekanan
darah tourniquet pada area yang cedera
membaik • Lakukan pencegahan infeksi
• Lakukan perawatan kaki dan kuku
• Lakukan hidrasi
• Edukasi
• Anjurkan berhenti merokok
• Anjrkan berolahraga rutin
• Anjurkan mengecek kamar mandi untuk
menghindari kulit terbakar
• Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanandarah ecara teratur
Intervensi pendukung
• Edukasi latihan fisik
• Observasi
• Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
• Terapeutik
• Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
• Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
• Berikan kesempatan untuk bertanya
• Edukasi
• Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
fisiologis olagraga
• Jelaskan jenis latihan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan
• Jelaskan frekuensi,durasi dan
intensitas program latihan yang
diingnkan
• Ajarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat
• Ajarkan teknik menghindari jedera
saat berolahragaajarkan teknik
pernapasan yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan oksigen
selama latihan fisik
Intervensi pendukung
Pemberian obat
Observasi
Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi dan
kontraindikasi obat
Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
Periksa tanggal kadaluarsa obat
Monitor tanda vital dan nilai laboratorium
sebelum pemberian obat jika perlu
Monitor efek terapetik obat
monitor efek samping, toksisitas, dan
interaksi obat.
Terapeutik
Perhatikan prosedur pemberian obat yang
aman dan akurat
hindari interupsi saat mempersiapkan,
memverifikasi, dan mengelola obat
Lakukan prinsip 6 benar
Perhatikan jadwal pemberian obat jenis
hipnotik, narkotika, dan antibiotik
Hindari pemberian obat yang tidak diberi
label dengan benar
Buang obat yang tidak terpakai atau
kadaluarsa
Fasilitasi minum obat
Tanda tangani pemberian narkotika, sesuai
protokol
Dokumentasikan Pemberian obat dan
respons terhadap obat
Edukasi
jelaskan jenis obat, alasan pemberian,
tindakan yang diharapkan, dan efek samping
sebelum pemberian
Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektivitas obat.
Pencegahan syok
Observasi
Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi napas, tD,MAP)
Monitor status oksigenasi(oksimetri nadi,
AGD)
Monitor status cairan (masukan dan
haluaran, turgor kulit, CRT)
Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Periksa riwayat alergi
Therapeutik
Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen>94%
Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika
perlu
Pasang jalur IV, jika perlu
Pasang kateter urin untuk menilai produksi
urin jika perlu
Aku kan skin test untuk mencegah reaksi
alergi
Edukasi
Jelaskan penyebab / faktor resiko syok
Jelaskan tanda dan gejala awal syok
Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan gejala
awal syok
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfusi darah jika
perlu
Kolaborasi pemberian anti inflamasi jika perlu
D. Implementasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.pkr.ac.id/1200/1/Welni%20Fitri%20Anggraini.pdf
https://www.academia.edu/7625364/ANFIS_DM
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=u_MeEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=askep+diabetes+mellitus&ots=w
B0l8qthGg&sig=Rle25l5TmbIMOTG-ocvJ_3bz_-M&redir_esc=y#v=onepage&q=askep
%20diabetes%20mellitus&f=false