Anda di halaman 1dari 49

BUKU

PANDUAN
KEGAWATDARURATAN

SARJANA
TERAPAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas karuniaNya kami telah
dapat menyusun buku “Panduan Praktek Klinik Keperawatan
Kegawatdararuratan” sebagai kelanjutan pembelajaran mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat bagi mahasiswa Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Panduan Praktek Klinik Kegawatdaruratan ini berisi tentang petunjuk
pelaksanaan pengalaman belajar praktik bagi mahasiswa Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan Jurusan Keperawatan. Buku pedoman ini disusun agar semua
pihak yang terlibat dalam pembelajaran praktik klinik, yang meliputi mahasiswa,
pembimbing akademi, dan pembimbing klinik (CI) dapat mengetahui, memahami,
serta mampu melaksanakan tugas berdasarkan fungsi dan kedudukannya,
sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa sesuai dengan standar kompetensi
keperawatan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan
oleh Kementerian Kesehatan RI dan/ mematuhi ketentuan RS lahan. Dalam
rangka meningkatkan kualitas lulusan, maka buku pedoman ini akan dievaluasi
dan direvisi secara periodik, untuk itu masukan dan saran yang konstruktif sangat
diperlukan demi penyempurnaan pedoman pembelajaran ini agar sesuai dengan
kebutuhan perkembangan pendidikan keperawatan.

Semarang, Oktober 2023


Ketua Jurusan Keperawatan Semarang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Suharto, SPd., MN
NIP. 196605101986031001
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………. i


DAFTAR PENYUSUN………………………………………..………………. ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... v
A. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
B. TUJUAN UMUM.................................................................................... 1
C. TUJUAN KHUSUS................................................................................. 2
D. TEMPAT PRAKTIKUM........................................................................... 3
E. WAKTU PRAKTIKUM............................................................................ 3
F. PEMBIMBING DAN JADUAL BIMBINGAN............................................ 3
G. PESERTA DAN KELOMPOK PRAKTIKAN........................................... 4
H. METODE BIMBINGAN........................................................................... 4
I. PELAPORAN......................................................................................... 4
J. TARGET KOMPETENSI........................................................................ 5
K. EVALUASI.............................................................................................. 5
L. PENUTUP ……………………………………………………………………6

LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

1. PERATURAN PENGALAMAN BELAJAR KLINIK


2. DAFTAR HADIR PRAKTIKAN MAHASISWA
3. FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN (Contoh Skema/Pathway)
4. PENILAIAN PRE CONFERENCE
5. PENILAIAN POST CONFERENCE
6. SISTEMATIKA PROSEDUR KHUSUS
7. DAFTAR NAMA PEMBIMBING KLINIK AKADEMIK
8. TARGET PENCAPAIAN KOMPETENSI

KERANGKA ACUAN PENGALAMAN BELAJAR KLINIK

3
KEPERAWATAN GAWATDARURAT PRODI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

A. Pendahuluan
Praktek klinik keperawatan gawat darurat merupakan bentuk kegiatan
aktif dan nyata di RS yang memberikan kesempatan peserta didik Prodi
Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan Semarang untuk memperoleh
pengalaman belajar dalam suatu tatanan sebenarnya di IGD dengan tetap
mematuhi SOP dan Protokol Kesehatan. Peserta didik akan dihadapkan
pada pengalaman untuk mengaplikasikan kemampuan dalam menerapkan
prosedur tindakan keperawatan yang didesain dalam praktek klinik
mahasiswa prodi Sarjana Terapan pada stase Kegawatdaruratan.
Pada praktek klinik kegawatdaruratan ini, mahasiswa dituntut untuk
mencapai kompetensi pada mata ajar asuhan keperawatan
kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit tempat
mahasiswa praktik.
Kegiatan belajar mengajar di klinik dirancang sesuai dengan garis-
garis besar mata ajar dengan menggunakan ruang instalasi gawat darurat
(IGD) untuk mencapai kompetensi mata ajar asuhan keperawatan. Dengan
perencanan yang yang matang dan sistematis tersebut, diharapkan peserta
didik akan mendapatkan pengalaman praktek klinik secara benar dan
terarah untuk pencapaian kompetensi yang telah diisyaratkan pada
kurikulum dengan tetap mematuhi SOP dan protokol kesehatan yang
berlaku.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek klinik keperawatan gawat darurat dan
kritis, peserta didik diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien gawat darurat.

Tujuan Khusus
Pada akhir pembelajaran mata ajar ini peserta didik dapat :
1. Melaksanakan pengkajian dan menganalisa pengkajian kedaruratan,
pengkajian primer dan pengkajian sekunder, serta pengkajian
penunjang lainnya secara tepat dan komprehensif.
2. Mengelompokkan kasus-kasus kegawatdaruratan sesuai dengan
triase.
3. Menetapkan dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
hasil pengkajian baik masalah aktual maupun resiko dengan data
pendukung yang tepat.
4. Mengidentifikasi rencana tindakan kegawatdaruratan yang akan
dilakukan secara tepat baik yang mandiri maupun kolaborasi.
5. Melakukan tindakan keperawatan mandiri (misal: tindakan obsevasi,
prosedural keperawatan, dan pendidikan kesehatan) sesuai dengan
kondisi kegawatdaruratan yang terjadi.
6. Melaksanakan tindakan khusus untuk mengatasi masalah Kesehatan
dan menyusun konsep patofisiologi kasus kelolaan dan prosedur
khusus dalam WOC (Web of Caussation).
7. Mendokumentasikan proses keperawatan dalam menyelesaikan
masalah klien pada berbagai tingkat usia dalam keadaan gawat
darurat akibat gangguan fungsi sistem pernapasan, sistem
pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem
endokrin, sistem perkemihan, sistem integumen dan sistem
muskuloskeletal serta keracunan.

C. Beban SKS
Beban SKS MK Praktek Klinik Keperawatan Kegawatdaruratan
adalah 2 sks yang akan dipraktikkan di IGD rumah sakit.

D. Tempat praktikum
Tempat praktek yang akan digunakan untuk pencapaian praktek
klinik keperawatan gawat darurat bagi mahasiswa Sarjana Terapan adalah
ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di:
5
1. RSUP Dr. Kariadi
2. RSUD KRMT Wongsonegoro
3. RSUD Dr. Adhyatma Tugurejo
4. RSUD Dr. Gondo Suwarno Ungaran

E. Waktu Praktikum
Kegiatan praktek klinik keperawatan gawat darurat mahasiswa prodi
Sarjana Terapan dilaksanakan pada tanggal: 16 Oktober sampai dengan
02 Desember 2023, adapun jam praktikum dilaksanakan sesuai shift dinas
atau sesuai ketentuan yang berlaku dirumah sakit tempat mahaiswa
praktik.

F. Proses Bimbingan
Guna tercapainya kompetensi maka selama praktikum di rumah sakit,
maka praktikan berhak mendapatkan bimbingan dari pembimbing klinik
dengan kualifikasi sebagai berikut;
1. kualifikasi pembimbing klinik yang dipersyaratkan;
a. Pendidikan terakhir D4/S1 keperawatan dan Ners dengan masa
kerja minimal 3 tahun dan mempunyai sertifikat keahlian dalam
bidang keperawatan gawat darurat. Semuanya dibuktikan
dengan keberadaan sertifikat keahlian dimaksud.
b. Pembimbing klinik (CI) disetujui dan ditetapkan oleh bidang
diklat RS dimaksud
2. kualifikasi pembimbing akademik yang dipersyaratkan ;
a. Pendidikan minimal satu tingkat di atas mahasiswa terbimbing.
b. Pengalaman kerja sebagai dosen MK kegawatdaruratan dan
kritis minimal 2 tahun.
c. Mempunyai sertifikat kompetensi BTCLS-ACLS dan atau
d. Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Poltekkes
Kemenkes Semarang

G. Peserta dan Kelompok Praktikan


Praktikan adalah mahasiswa Prodi Profesi Ners Jurusan
Keperawatan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang sebanyak 84
mahasiswa yang akan praktik di RSUD KRMT Wongsonegoro 25
mahasiswa, RSUD Kudus 12 mahasiswa, RSUD Kendal 12 mahasiswa,
RS Panti Wilasa Citarum 15 mahasiswa dan RS Ken Saras 20 mahasiswa
yang telah menyelesaikan kewajiban administrasi.

H. Pelaporan Kegawatdaruratan
1. Tugas Individu
Selama dua minggu praktikan wajib membuat:
a. 1 (satu) kontrak belajar kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
2 minggu praktik.
b. 1 (satu) WOC (Web of Caussation) pada system: sistem
pernapasan, sistem pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem
persyarafan, sistem endokrin, sistem perkemihan, sistem
integumen dan sistem muskuloskeletal serta keracunan.
c. 1 (satu) laporan kasus meliputi: sistem pernapasan, sistem
pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem
endokrin, sistem perkemihan, sistem integumen dan sistem
muskuloskeletal serta keracunan.
d. 1 (satu) refleksi practice kegiatan selama 2 minggu praktik
(bagi mahasiswa RKI wajib dalam Bahasa Inggris).
e. Target kompetensi yang dilaksanakan secara mandiri ataupun
dengan bantuan sesuai dengan lampiran.
2. Tugas Kelompok
a. Pelaksanaan seminar kelompok Deskripsi Refleksi Kasus
(DRK) yang akan dilaksanakan pada minggu ke 2 atau sesuai
dengan kesepakatan pihak akademik dan CI rumah sakit.
b. Pemilihan kasus DRK di pemilih dari salah satu kasus yang
telah dibuat dari mahasiswa praktik.

I. Target Kompetensi
Setiap mahasiswa wajib mencapai target kompetensi yang
dipersyaratkan dalam keperawatan gawatdarurat sebagaimana berikut :
1. Memahami dan mampu mempraktekkan prinsip pelaksanaan SPGDT
(Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu).
7
2. Memahami dan mampu mempraktekkan prinsip bekerja di ruang
Triase
3. Memahami dan mampu mempraktekkan pengelolaan BHD/BHL
4. Memahami dan mampu mempraktekkan prinsip initial assessment
5. Memahami dan mampu mempraktekkan prinsip secondary
assessment
6. Memahami dan mampu mempraktekkan penanganan Manajemen
BLS, RJP dengan prinsip ABC/CAB dan pembebasan jalan nafas.
7. Memahami dan mampu mempraktekkan penanganan kasus
gangguan system pernafasan, pencernaan, cardiovaskuler,
perkemihan, kasus keracunan, trauma/cidera dan gigitan binatang
berbisa
8. Memahami dan mampu mempraktekan manajemen open & closed
suction
9. Mampu mempraktekan monitoring dan menghitung keseimbangan
cairan setiap jam dan setiap hari

J. Metode Bimbingan
1. Mini Conference (Pre dan Post Conference).
Pre Conference merupakan suatu metode bimbingan yang
dilakukan untuk mengidentifikasi kesiapan mahasiswa sebelum
melakukan askep pada pasien. Dalam pre conference akan
didiskusikan mengenai kontrak belajar, laporan pendahuluan yang
disusun mahasiswa. Dalam pre conference juga dikaji tentang
kesiapan skill maupun pemahaman mengenai kompetensi yang akan
dicapai.
Post Conference adalah metode bimbingan untuk
mengevaluasi pencapaian target yang ditetapkan pada saat pre
conference, identifikasi faktor pendukung dan kendala yang dihadapi
ketika melakukan askep serta strategi yang diterapkan untuk
memecahkan masalah tersebut.
2. Bed Side teaching.
Merupakan metode dimana praktikan akan dibimbing untuk
melakukan askep secara langsung oleh CI disamping klien yang
meliputi pengkajian, prosedur keperawatan, penerapan berpikir kritis,
etika dan komunikasi pada pasien.
3. Konsultasi Individual.
Konsultasi individu ataupun kelompok diberikan untuk
menambah pemahaman terhadap askep yang lakukan oleh
mahasiswa.
4. Penugasan.
Bentuk bimbingan untuk memperdalam pemahaman terhadap
pengelolaan kasus atau permasalahan tertentu. Penugasan dalam
praktek klinik ini dalam bentuk penyusunan kontrak belajar, laporan
pendahuluan, loog book laporan kasus dan penyusunan makalah
seminar kelompok.
5. Monitoring dan Bimbingan pencapaian Target kompetensi.
Suatu metode untuk melihat pencapaian kompetensi yang
sudah dilakukan dengan mengacu pada target kompetensi serta
evaluasi praktek pada buku panduan praktek.

K. Daftar Pembimbing Praktik


1. Sherly Metasari, S.ST, M.Tr. Kep (085386202976)
2. Shobirun,MN
3. Suharto,MN
4. S. Eko Ch Purnomo, S.Kp.,M.Kes
5. Sri Utami Dwiningsih, MNS
6. Mugi Hartoyo, MN
7. Nina Indriyawati, MNS
8. Rodhi Hartono, S.Kep.,Ns.,M.Kes (Biomed)
9. Syamsul Arif Setyo Negoro, S.Kep.,Ns.,M.Kes (Biomed)

L. Evaluasi
Unsur evaluasi terdiri atas :
a. Laporan pendahuluan (bentuk WOC) :10 %
b. Responsi pre dan post conference :10 %
c. Tindakan keperawatan (target kompetensi) :35 %
d. Pelaporan prosedur khusus :10 %

9
e. Seminar DRK keperawatan :10 %
f. Evaluasi Kompetensi :25 %

M. Penutup
Pembelajaran Praktek Klinik Keperawatan Gawat darurat bagi
mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Jurusan Keperawatan
Semarang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pembelajaran di
rumah sakit yang sangat penting karena akan memberikan pengalaman
belajar di tatanan yang nyata bagi mahasiswa. Pengalaman belajar klinik
ini memberikan kesempatan mahasiswa untuk menerapkan kemampuan
berfikir kritis, mengaplikasikan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat dijadikan bekal untuk menghadapi dunia kerja setelah
menyelesaikan pendidikannya.

Semarang, Oktober 2023


Ketua Jurusan Keperawatan Semarang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Suharto, SPd., MN
NIP. 196605101986031001
Lampiran 1 :

PERATURAN PENGALAMAN BELAJAR KLINIK (PBK)


PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

Peraturan PBK bagi mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Jurusan


Keperawatan Semarang adalah:
1. Praktikan adalah mahasiswa Program Studi Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan Jurusan Keperawatan Semarang yang telah memenuhi
prasyarat akademik dan administratif.
2. Mahasiswa diberi kesempatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
dengan pendampingan dari pembimbing klinik dan atau pembimbing
akademik yang ditunjuk.
3. Setiap praktikan wajib hadir 100% untuk mengikuti kegiatan praktikum yang
telah dijadualkan.
Jika tidak hadir:
a. Tanpa keterangan atau ijin karena kepentingan, tanpa persetujuan
Pembimbing Klinik/Dosen Pembimbing, atau Koordinator praktikum,
praktikan wajib mengganti praktikum 2 kali lipat dari jumlah hari yang
ditinggalkan.
b. Sakit dengan surat keterangan dokter yang telah diketahui oleh
Pembimbing Klinik/Dosen Pembimbing, atau Koordinator praktikum,
praktikan wajib mengganti 100 % dari jumlah hari yang ditinggalkan,
c. Ijin karena kepentingan dengan persetujuan Pembimbing Klinik/Dosen
Pembimbing, atau Koordinator praktikum, wajib mengganti sesuai jumlah
hari yang ditinggalkan
d. Penggantian waktu praktikum dimaksud, pelaksanaannya diatur oleh
Pembimbing Klinik/Dosen Pembimbing.
4. Saat menjalankan aktifitas praktikum, praktikan wajib menggunakan seragam
praktik beserta atribut lengkap sesuai peraturan institusi lahan praktik dan
menggunakan APD yang dipersyaratkan dari lahan praktek serta mematuhi
protokol kesehatan.

11
5. Praktikan wajib mengikuti PBP/PBK selama enam hari dalam seminggu,
dengan ketentuan hak libur 1 hari yang diatur oleh lahan praktek
6. Jam praktik: pukul 07.00 – 14.00 WIB untuk shift pagi, 14.00 – 21.00 untuk
shift sore dan 21.00 – 07.00 untuk shift malam atau sesuai peraturan lahan
praktek
7. Pada setiap awal stase (hari pertama di ruang IGD), praktikan wajib
menyusun kontrak belajar, dan WOC, sesuai dengan penugasan dari
pembimbing klinik.
a. Bagi praktikan yang tidak menyampaikan kontrak belajar dan atau WOC,
tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan praktikum, dan atau tidak
mendapatkan haknya untuk nilai kontrak belajar.
b. Penggantian kegiatan praktikum akan diatur oleh Pembimbing
Klinik/Dosen Pembimbing.
8. Praktikan diwajibkan membuat laporan hasil pelaksanaan kontrak belajar
yang telah disepakati antara praktikan dengan Pembimbing
Klinik/Pembimbing akademik dalam bentuk skema pathofisiologi kasus.
9. Penyusunan pelaporan bagi mahasiswa RKI wajib menggunakan
Bahasa Inggris dalam pembuatan refleksi practice.
10. Praktikan wajib melengkapi target kompetensi klinik yang telah ditetapkan
sesuai dengan tingkat kemampuan yang dibuktikan dengan memperoleh
paraf dari Pembimbing Klinik/Pembimbing akademik.
11. Laporan akhir praktik wajib diserahkan ke dosen pembimbing masing-
masing, selambat-lambatnya dua hari setelah praktik berakhir.
a. Terlambat 1 – 2 hari, nilai laporan dikurangi 5%
b. Terlambat 3 – 4 hari, nilai laporan dikurangi 10%
c. Terlambat lebih 4 hari, laporan tidak dinilai.
12. Praktikum dinyatakan lulus apabila nilai kumulatif dari setiap stase minimal 70
(skor : 3,00)
13. Praktikan dengan nilai 2,50 – 2,99 akan diberikan remediasi untuk mencapai
nilai lulus. Praktikan dengan nilai kurang dari 2,50 harus mengikuti PBP/PBK
ulang yang pelaksanaannya diatur oleh Prodi Sarjana Terpaan Keperawatan
Jurusan Keperawatan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.
14. Ketetapan PBP/PBK ini akan dievaluasi secara periodik, dan hal-hal yang
belum tertuang dalam ketetapan ini akan ditentukan kemudian.
Lampiran 2:

DAFTAR HADIR PRAKTIKUM MAHASISWA


Nama : ……………………………………
Ruang :…………………………….………
Rumah Sakit : …………………………………...

Tanda tangan Ket


Mahasiswa Pembimbing
NO Hari/Tanggal Jam paraf Jam paraf Klinik Akademi
datang pulang
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

13
Lampiran 3 :

LAPORAN PENDAHULUAN (berbentuk WOC)

Contoh :

Keterangan :
Disertai dengan rencana tindakan/intervensi kegawatdaruratan, pada masalah
keperawatan yang muncul….
Lampiran 4 :
PENILAIAN PRE-CONFERENCE

Nama mahasiswa :
NIM :
Bagian/Ruang :
Kasus :

JUMLAH
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI NILAI
1 2 3 4
1 Ketepatan waktu memulai dan
1
mengakhiri conference
2 Menjelaskan persiapan kasus kelolaan 1
3 Menjelaskan pathway pendahuluan:
1. Menjelaskan pengertian, etiologi
serta tanda dan gejala kasus
2. Menjelaskan pathofisiologi kejadian
3. Menjelaskan masalah kesehatan 4
yang akan muncul
4. Penguasaan pemahaman tindakan
prosedur khusus untuk mengatasi
masalah
4 Kemampuan penguasaan kasus:
1. Kemampuan menjawab pertanyaan
2. Kemampuan menyampaikan
analisa 4
3. Kemampuan berargumentasi
4. Sikap dan penampilan selama
issa jawab
JUMLAH TOTAL NILAI

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI


BOBOT (10)
………………, ………………… 2022
Pembimbing

______________________
NIP. …………………………..

15
Lampiran 5:
PENILAIAN POST-CONFERENCE

Nama mahasiswa :
NIM :
Bagian/Ruang :
Kasus :

JUMLAH
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI NILAI
1 2 3 4
1 Ketepatan waktu memulai dan 1
mengakhiri conference
2 Menjelaskan gambaran kasus kelolaan 1
3 Menjelaskan kasus yang ditangani: 4
1. Menjelaskan pengertian, etiologi serta
tanda dan gejala kasus
2. Menjelaskan pathofisiologi kejadian
kasus yang dikelola
3. Menjelaskan masalah kesehatan
yang muncul
4. Merancang tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah
dan RTL
5. Menjelaskan hasil yang telah dicapai
4 Kemampuan penguasaan kasus: 4
1. Kemampuan menjawab pertanyaan
2. Kemampuan menyampaikan analisa
3. Kemampuan berargumentasi
4. Sikap dan penampilan selama issa
jawab
JUMLAH TOTAL NILAI

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI


BOBOT (10)
……………, ………………….. 2022
Pembimbing

______________________
NIP. …………………………..
Lampiran 6 :

SISTEMATIKA LAPORAN KASUS

1. Identitas klien
2. Pengkajian Keperawatan
a. Primary survey/initial assessment/CAB
b. Secondary survey
c. Kolaborasi tim kesehatan (terapi, dll)
3. Masalah dan Rencana Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
5. Hasil evaluasi pelaksanaan
- Progress klien
- Rencana tindak lanjut
6. Hal-hal yang harus diperhatikan

17
Lampiran 7:

REFLEKSI PRACTICE

1. Uraikan mengenai pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang sudah


anda peroleh selama menempuh stase Gadar !

2. Uraikan kemajuan/perkembangan yang anda peroleh selama menjadi


mahasiswa keperawatan serta penilaian mahasiswa mengenai kemajuan
perkembangan tersebut !

3. Pendapat mahasiswa mengenai hal-hal yang menarik dan yang tidak menarik
dalam proses mendapatkan pengetahuan pengalaman tersebut !
4. Diskripsikan hasil karya anda yang terbaik selama melakukan pengelolaan
pasien di wahana praktik beseta alasannya !

19
Lampiran 8

FORMAT RESUME PRAKTIK KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Berisi data yang terfokus pada klien
Nama :
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PASIEN ICU No. RM :

Tgl.Lahir : □ Laki-
laki □ Perempuan
Tgl : Jam :
Sumber data : Pasien Keluarga
Lainnya……………………………………………
Rujukan : Tidak Ya, RS…………………. .....................
Puskesmas
Dokter ……………
Diagnosis
rujukan………………………………………………………
…………
Pendidikan Pasien : SD SMP SMA/SMK D3 S1
Lainnya…………………………………
Pekerjaan Pasien :
...................................................................................................................................................
.....

Riwayat keperawatan:

Alasan dirawat di IGD:


Pengkajian

Penggunaan alat Kepatenan jalan


o ETT : Ukuran napas Sekret:
o Trakeostomi : Ukuran Ada / Tidak
o OPA : Ukuran Karakteristk sekret
AIRWAY

o NPA : Ukuran : Jumlah:


o Lainnya : Selang ETT
Kebocoran : Ya /
Tidak Terlipat:
Ya / Tidak
Ventilator: Ya / Tidak Terapi oksigen
Mode Ventilator o Nasal kanul liter/menit; FiO2 %
o Kontrol : Pressure control (Pc) o Face mask liter/menit; FiO2 %
mmHg o RM liter/menit; FiO2 %
Volume control o NRM liter/menit; FiO2 %
cc RR x/menit Sianosis Ya / Tidak
o SIMV : Pressure support (Ps) Perifer: Ekstremitas Telinga
mmHg RR Hidung Sentral: Lidah Bibir
x/menit RR x/menit;
Back-up apnea Kedalaman : Normal
Dangkal Dalam Suara napas:
Ka Ki
o Lainnya:
Taktil fremitus: Ka Ki
PEEP/CPAP : Tidal Volume : Hasil rontgen thoraks :
cc FiO2: % I:E Ratio SaO2 RR x/menit
Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Status Oksigenasi:

AGD (Tgl ) Lainnya (tuliskan)


pH
BREATHING

pCO2
pO2
HCO3
BE

21
Auskultasi Pulsasi Nadi
S1: Normal Ulnaris :
Tidak S2: Tidak teraba Lemah
Normal Tidak Kuat Dorsalis pedis :
Gallop : Ada Tidak teraba Lemah Kuat
Tidak Murmur : Pengisian kapiler : < 2 detik > 2 detik
Ada Tidak
Tekanan darah :
CIRCULATION

mmHg MAP : Edema


mmHg Ekstremitas atas : Ka Ki
Frekuensi jantung : x/menit Ekstremitas bawah : Ka
Ki
Distensi vena jugularis : Ya / Lainnya :
Tidak CVP : cmH2O
Hasil EKG:
Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Fungsi Jantung:
Enzim Jantung (Tgl ) Lainnya (tuliskan)
CK
CK-MB
Trop-T

Kesadaran Motorik/Sens
o Compos Mentis
o Mengantuk K
orik Ka
o Letargi
i
o Stupor
o Koma
GCS Eyes Motorik Verbal
Total GCS
Pupil
Ukuran: Kiri mm / Kanan
mm Reflek
cahaya: Positif / Negatif
Pengkajian nyeri Pengkajian Risiko Jatuh
o Skala : Morse Lainnya
Skor :
Ver
Penjelasan kualitatif skor :
bal
DISABILITY

P:
Q:
R:
S:
T:
o Non-verbal: Critical care pain observation tool Pengkajian Risiko Dekubitus
(CPOT) Skala : Braden, Lainnya
Indikator Skor Deskri Ket Skor :
psi
Ekspresi 0 Tidak ada tegang otot/rileks Penjelasan kualitatif skor :
wajah Target
1 Tegang, dahi berkerut
0–1
2 Menyeringai, mengigit ETT
Gerakan 0 Tidak ada gerakan/posisi
normal Skor
tubuh 1 Lokalisasi nyeri pasie
2 Gelisah, mencabut ETT n:
Terintuba 0 Toleransi terhadap ventilator/
si/
Ekstubasi Berbicara dengan nada
normal
1 Batuk masih toleransi/
Menguap atau bergumam
2 Melawan ventilator/
Menangis
Otot 0 Rileks
1 Tegang, kaku, resisten
ringan
terhadap tahanan pasif
2 Sangat tegang atau kaku,
sangat
resisten terhadap tahanan
pasif
Manajemen Sedasi Pasien ICU, Richmond Agitation
Sedation Scale (RASS)
Skor Ada gerakan (tidak ada kontak mata) terhadap suara Penggunaan sedasi:
-3 Ya / Tidak
Skor Bangun singkat (<10 detik) dengan kontak mata terhadap
-2 rangsang suara Target Skor
Skor Pasien belum sadar penuh, tetapi masih dapat bangun RASS : 0
-1 (>10 detik), dengan
sampai -3
kontak mata/mata terbuka bila ada rangsang suara
Skor 0 Tenang dan waspada (tidak agitasi)
Skor RASS pasien:
Skor 1 Cemas atau kuatir tetapi gerakan tidak agresif
Skor 2 Pasien sering melakukan gerakan yang tidak terarah atau
pasien dan
ventilator tidak sinkron
Skor 3 Pasien menarik selang endotrakeal atau mencoba
mencabut kateter, dan
perilaku agresif terhadap perawat
URINE
Intake (sebelumnya) Kateter urin
Output (sebelumnya) Infus Terpasang : Ya / Tidak
: cc Urine : cc
Oral/NGT : cc IWL : cc Jenis : Folley Kondom Suprapubic
Med. Drip : cc
Drain : cc
Karakteristik urin
Balance cairan : cc Warna :
Kebutuhan cairan aktual:
Pola BAK (deskripsikan)

Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Fungsi Ginjal:


Elektrolit Tgl ( ) Lainnya (tuliskan)
Na+ Crea
K+ Ureum
Cl-
Ca2+
Fosfat
Mg2+
ELIMINATION

BOWEL
Karakteristik feses (warna, Nyeri
konsistensi): tekan Ka Ki
abdome
n/ teraba
masa
(+/-)

23
Pola BAB (deskipsikan):
Stat Berat badan : Kg
Bising usus : us Tinggi Badan : Kg
x/men Nutri IMT:
it Asites : Ya / Tidak si Kg/m
Lingkar abdomen : 2

cm Konjungtiva anemis : Ya / Tidak


Hemoroid : Ya / Kebutuhan nutrisi aktual:
Tidak
Stoma : Ya / Tidak Tipe/Lokasi :

Hasil Lab/Px Penunjang Lain Terkait Fungsi Abdomen/Nutrisi:


Tgl ( ) Lainnya (tuliskan)
Alb
PT
Hb
GDS
LAMPIRAN 9
FORMAT PENILAIAN
LAPORAN PENDAHULUAN, ASKEP & RESUME

NAMA MAHASISWA :............................................................................................


NIM :............................................................................................
RUANGAN :............................................................................................
HARI/ TANGGAL :............................................................................................

NO ASPEK PENILAIAN BOBOT NILAI


(%)
1 Ketepatan waktu pengumpulan laporan 10
2 Sistematika penulisan laporan 10
3 Kerapian laporan 5
4 Uraian kasus: 30
a. Definisi, etiologi
b. Tanda dan gejala, klasifikasi
c. Patofisiologi
d. Tindakan umum yang dilakukan
e. Pemeriksaan penunjang
5 Rencana perawatan: 30
a. Masalah keperawatan dan data penunjang
b. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
c. Tujuan perdiagnosa intervensi rasional
6 Kedalaman pembahasan materi 10
7 Daftar pustaka 5
TOTAL 100

Semarang,...............................................
Nama dan Paraf Pembimbing

Lahan (. ........................................... )

25
LAMPIRAN 10

PENILAIAN SEMINAR/PRESENTASI (KELOMPOK) KEPERAWATAN GADAR

Nama : Ruang :...........................


NIM :
Judul ASKEP :

No ASPEK YANG DINILAI BOBOT SKOR NILAI X


1 2 3 4 BOBOT
1 Penyaji mempersiapkan presentasi dg baik 10
2 Tujuan presentasi dikemukakan (didefinisikan 10
dengan jelas)
3 Penyaji menjelaskan kerangka konsep/ 15
informasi yang telah disampaikan
sebelum
menyajikan konsep yang baru
4 Penyaji mendorong untuk diskusi dg baik 10
5 Pembagian waktu diatur dengan baik 10
6 Memakai media dan metode presentasi 10
digunakan dengan tepat
7 Isu masalah selama presentasi dianalisa 10
secara tepat
8 Terdapat relasi kasus kelolaan dengan 15
evidence based yang diangkat, termasuk
analisa PICO
9 Menghargai pendapat orang lain dan mampu 10
mengontrol emosi
JUMLAH 100

Nilai X Bobot Nilai :


100
Semarang,......................................
Nama dan Paraf Penguji,

(………………………………………...)
FORMAT PENILAIAN
UJIAN PRAKTIK AKHIR STASE

Nama : Ruang:...................................
NIM :
Judul ASKEP :
No ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
A PERSIAPAN (25%)
1 Memberikan informasi pada klien 5
2 Melakukan pengkajian secara tepat, mengarah pada 5
masalah pasien dan tindakan yang dilakukan
3 Menyiapkan alat sesuai kebutuhan dengan tepat 5
4 Memperhatikan prinsip steril dalam menyiapkan alat 5
5 Kemampuan modifikaksi alat 5
B PELAKSANAAN (50%)
1 Menjaga privasi 5
2 Tepat mengatur posisi 5
3 Menjaga prinsip kesterilan selama tindakan 10
4 Memperhatikan prinsip aman dan nyaman selama 5
tindakan
5 Tindakan tepat dan sistematis 15
6 Tanggap terhadap respon pasien 5
7 Merapikan 5
C EVALUASI (25%)
1 Melakukan evaluasi terhadap respon pasien 10
2 Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien 15
TOTAL 100

Semarang,.........................................
Nama dan Paraf Penguji,

(…………………………………..)

27
LAMPIRAN 11
DAFTAR HADIR PEMBIMBING

No Tanggal Pembimbing Ruangan

Bimbingan

Catatan :
Apabila pembimbing melakukan bimbingan secara daring silahkan di capture,
Apabila pembimbing melakukan bimbingan secara luring silahkan di mintakan tanda tangan
Lampiran 12

BUKTI PENGUMPULAN LAPORAN & KONSULTASI

Nama : ………………………………………………………………………………………

NIM : ………………………………………………………………………………………

RS : ………………………………………………………………………………………

No Tanggal Jenis/ laporan/ konsultasi Tanda Tangan


Pembimbing Clinical
Akademik Instructor

29
LAMPIRAN 13

BUKTI PENGGANTIAN HARI PRAKTIK

Bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa tersebut telah mengganti hari praktik :
NAMA : ……………………………………………………………………………………….

NIM : ………………………………………………………………………………………..

ANGKATAN : ……………………………………………………………………………………..

TANGGAL MENGGANTI PRAKTIK : …………………………………………….

RUANG :……………………………………………………………………………………………..
Tanggal (Jumlah hari) Tanda tangan pembimbing Tanda tangan Clinical
akademik Instructor
LAMPIRAN 14
PENILAIAN PRE-CONFERENCE

Nama mahasiswa :
NIM :
Bagian/Ruang :
Kasus :
JUMLAH
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI NILAI
1 2 3 4
1 Ketepatan waktu memulai dan
1
mengakhiri conference
2 Menjelaskan persiapan kasus kelolaan 1
3 Menjelaskan pathway pendahuluan:
5. Menjelaskan pengertian, etiologi
serta tanda dan gejala kasus
6. Menjelaskan pathofisiologi kejadian
7. Menjelaskan masalah kesehatan 4
yang akan muncul
8. Penguasaan pemahaman tindakan
prosedur khusus untuk mengatasi
masalah
4 Kemampuan penguasaan kasus:
5. Kemampuan menjawab pertanyaan
6. Kemampuan menyampaikan
analisa 4
7. Kemampuan berargumentasi
8. Sikap dan penampilan selama
31issa jawab
JUMLAH TOTAL NILAI

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI


BOBOT (10)
………………, ………………… 2022
Pembimbing

______________________
NIP. …………………………..

31
Lampiran 15
PENILAIAN POST-CONFERENCE
Nama mahasiswa :
NIM :
Bagian/Ruang :
Kasus :

JUMLAH
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI NILAI
1 2 3 4
1 Ketepatan waktu memulai dan 1
mengakhiri conference
2 Menjelaskan gambaran kasus kelolaan 1
3 Menjelaskan kasus yang ditangani: 4
6. Menjelaskan pengertian, etiologi serta
tanda dan gejala kasus
7. Menjelaskan pathofisiologi kejadian
kasus yang dikelola
8. Menjelaskan masalah kesehatan
yang muncul
9. Merancang tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah
dan RTL
10. Menjelaskan hasil yang telah
dicapai
4 Kemampuan penguasaan kasus: 4
5. Kemampuan menjawab pertanyaan
6. Kemampuan menyampaikan analisa
7. Kemampuan berargumentasi
8. Sikap dan penampilan selama 32issa
jawab
JUMLAH TOTAL NILAI

NILAI AKHIR = TOTAL NILAI


BOBOT (10)
……………, ………………….. 2022
Pembimbing

______________________
NIP. …………………………..
LAMPIRAN 16
CONTOH FORMAT KONTRAK BELAJAR
NAMA : …………………………………………..
NIM : …………………………………………..
BANGSAL/RUANG : PICU/ NICU/ ICCU/ ICU RS…………………………

TUJUAN STRATEGI SUMBER HASIL YANG WAKTU


DIHARAPKAN
Setelah menjalankan Untuk mencapai Selama pembelajaran Waktu yang saya
praktek klinik di ruang tujuan tersebut Beasley, S. T., & McClain, S. (2021). praktek klinik saya akan tetapkan untuk
ICU selama 12 hari, saya akan: Examining psychosociocultural menunjukkan mencapai tujuan
diharapkan saya mampu: 1. Mencari buku influences as Predictors of Black kemampuan dalam adalah sebagai
1. Meningkatkan sumber yang College Students’ Academic Self- melakukan pengelolaan berikut;
keterampilan dalam relevan Concept and Achievement. Journal of bantuan hidup dasar Hari pertama:
melakukan tindakan 2. Konsultasi dan Black Psychology, 47(2–3), 118–150. dan lanjut, dengan 1. Menyerahkan
bantuan hidup dasar diskusi dengan https://doi.org/10.1177/009579842097 bukti: kontrak belajar
dan lanjut khususnya CI, perawat 9794 1. Tersusunnya 2. Mencari pasien
tentang ruang, dan Butcher, H. K., Bulechek, G. M., kontrak belajar yang relevan
1. pengelolalaan dokter Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. 2. Tersusunnya dengan tujuan
jalan napasan 3. Berpartisipasi (2018). Nursing interventions laporan kasus
2. memberikan langsung classification (NIC) seventh edition. In tentang Hari ke dua:
bantuan pernapas dalam H. K. Butcher, G. M. Bulechek, J. M. pengelolaan 1. Diskusi tentang
dan sirkulasi. malakukan Dochterman, & C. M. Wagner (Eds.), jalan napas ian pengelolaan jalan
tindakan Elsevier (Seventh ed). Elsevier napas buatan napas dengan CI
pengelolaan Mosby. dan bantuan 2. Berperan akitif
jalan napas Herdman, T. H., Kamitsuru, S., & Lopes, sirkulasi dalan
pasien. C. T. (2021). Nursing Diagnoses pengelolaan jalan
4. Mencari jurnal (NANDA) Definition and Classification napas pada
yang relevan di 2021-2023 (T. H. Herdman, S. pasien
internet Kamitsuru, & C. T. Lopes (eds.);
Twelfh Edi). Thieme. Dst sampai hari ke 12
https://doi.org/10.1055/b000000515
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., &
Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC)
Measurement of Health Outcomes (S.
Moorhead, M. Johnson, M. L. Maas,
& E. Swanson (eds.); Fifth Edit).

33
Elsevier Mosby.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018).
Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik (Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (ed.); 1 Cetakan).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keprawatan (I
Cetakan). Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018).
Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (P. P. N. Indonesia
(ed.); I Cetakan).

………,…………. 2022
Menyetujui,
Penyusun,
1. Pembimbing Akademik : ________________ ( )
2. Pembimbing Klinik/CI : ________________ ( )
Lampiran 17
Gibb’s Reflective

Gibbs' Reflective Cycle was developed by Graham Gibbs in 1988 to give structure to
learning from experiences. It offers a framework for examining experiences, and given
its cyclic nature lends itself particularly well to repeated experiences, allowing you to
learn and plan from things that either went well or didn’t go well. It covers 6 stages:

Description of the experience


Feelings and thoughts about the experience
Evaluation of the experience, both good and bad
Analysis to make sense of the situation
Conclusion about what you learned and what you could have done differently
Action plan for how you would deal with similar situations in the future, or general
changes you might find appropriate.

35
EXAMPLE REFLECTION
NIGHT DUTY DRUG ROUND
Stage 1 – Description (Pure Facts)
I am a third-year student nurse ‘in charge’ on night duty, in a London hospital, with a
junior nurse to deal with 23 pretty sick people in this medical ward. A doctor asked me
to give a patient (Mrs X,) 0.1 mg of Digoxin (a heart stimulant – steady, slows and
strengthens the heartbeat) to relieve symptoms of severe congestive cardiac failure and
difficulty breathing. I had never given such a high dose of Digoxin before and measured
4 tabs from the 0.25 mg bottle. I checked the script and the tablets with both the
doctor, who nodded, and my junior nurse. We were all in agreement. I checked Mrs X’s
pulse rate (standard practice for Digoxin), which was in the OK range, before giving the
tablets. I kept Mrs X on hourly observations after.
At about 2 am I suddenly realised I had given 10 times the amount of Digoxin as stated
on the Doctors script. In horror, I called the night sister who agreed with me. We filled
in an incident form, informed the doctor and Mrs X’s relatives of what happened.
Petrified, I was told to go see the hospital matron in the morning.
Mrs X did not seem to suffer any ill effects from the Digoxin during the night and went
on to make a full recovery.
Stage 2 – Description – (Feelings)
I had been on nights for a long stretch. It was a very busy ward with only two-night
staff and I was “in charge”. Mrs X was very ill and needed constant monitoring.
I had only ever seen 0.25mgs of Digoxin tablets and did not know there was a
paediatric blue table of 0.1 mg made. I was very reluctant to give such a big dose
which is why I checked the four tablets of .25 with the doctor who looked at the tablets
and said OK. I was nervous about the dosage being so high and took Mrs X’s pulse for
much longer than the customary 15 seconds.
The doctor too was under tremendous strain, his beeper kept going off and he was
rushing about all over the place. I had never met him before. He had recently come
from a paediatric ward.
Stage 3 – Evaluation
Nobody ever blamed me for the incident, neither did they reassure me. Mrs X went on
to make a full recovery and the relatives were very understanding about the situation
which was a relief. Matron was kind to me and impressed I had owned up to the error –
nobody would have ever known, she said.
I felt absolutely terrified about the error though and watched Mrs X all night for signs of
overdose. I didn’t sleep all the next day and returned to my next night shift to find Mrs
X better.
Stage 4 – Analysis
This incident really frightened me because I had done everything right – I had checked
the dosage with both the Doctor and the junior nurse. I had not known that you could
get a 0.1 mg of Digoxin or it was blue. I have no idea what prompted me to think about
the overdose later on that night except that I had been very reluctant to give it. The
Doctor agreed I had shown him 4 white tablets who said “I thought you knew what you
were doing” Which isn’t any sort of answer really. Yet he didn’t get in trouble (like me)
at all for overseeing and agreeing my mistake.
I also realised how dependant patients are on the care and insights of the medical
profession and the trust they put in us; I’d let Mrs X down.
I believe that this incident was down to a series of incidents linked to overwork,
tiredness and misunderstandings. Plus if I’d known the Doctor better I might have had
a conversation about the dose.
Stage 5 – Conclusions
I was so relieved that Mrs X survived the overdose and the relatives were
understanding but, if she had a serious reaction or even died, I’m not sure I could have
carried on nursing.
Stage 6 – Now What? (Action)
I have learnt to be more careful with drugs and to really understand the dosage. If
necessary now I will look up the drug in the reference books before I give them
because it is my responsibility if I do it wrong.
I will always be ultra-careful with new drug scripts in the future and if I am nervous,
then to go with my gut feeling and check and check again. Although, as I said to
Matron, at the time I’d felt as if I done as much as I could have.
Also, if nurses in my team are involved in incidents where they have made a clinical
mistake, I am always on hand to offer support and give them an opportunity to talk to
me.
I never want another nurse to go through what I went through alone and I definitely do
not want to harm anyone in my care.

37
EXAMPLE REFLECTION
Description
I am currently on a teaching practice placement in an adult education college in the
south-west of England, learning how to teach GCSE maths to various groups of adults.
As my placement is in the early stages, I am mainly assisting the class tutors and have
just started planning and delivering a small part of each lesson. The incident occurred
in an evening class during which I was due to deliver my very first session. The class
tutor had been teaching the learners about fractions, and my task was to continue with
this instruction, looking specifically at how to multiply two fractions. However, when I
was due to teach the session, I got to the whiteboard and became so nervous that I
struggled to speak to the group. I felt myself visibly shaking and was unable to
articulate my first sentence coherently. The students were quite understanding, as they
are all mature students who are aware that I am new to teaching and am nervous, but
the teacher was unsympathetic and responded by taking over the lesson whilst I sat at
the back of the room trying not to cry. I left the session as soon as the class was over,
and did not speak to anyone.
Feelings
I felt extremely miserable at the time and even considered leaving my teacher training
course. I was also embarrassed and upset by my own inability to speak in front of the
group, but I was also extremely angry with the class teacher for her response in the
presence of the learners. I felt afterwards that she had not given me sufficient time to
compose myself, and that she should have allowed me to address my nerves. The
situation left me very distressed and I rang in sick the following week; it was only when
I reflected on the experience that I decided I needed to speak to the placement
supervisor. I also realised later that feeling nervous is a natural reaction to speaking in
public (Jones, 2000) which made me feel less embarrassed.
Evaluation
At the time, I did not feel that the situation had been resolved at all. I very deliberately
left at the end of the class without speaking to the class teacher or the learners.
However, after speaking to a fellow trainee about his own experience, I felt much more
positive. I realised that everyone feels nervous before their first few classes. This is
clear in the relevant literature, as Greene (2006, p. 43) points out, saying that nine out
of ten new trainee teachers found their first session “incredibly daunting”. It appears
that most trainee teachers have moments of being “tongue-tied” and “losing their way
with the lesson” (Parbold, 1998, p. 223).
Analysis
The situation was made worse by both my own actions and those of the class teacher. I
feel that I should have stood up to her, rather than letting her take control of the
lesson, and that I should have spoken to her immediately after the lesson about how I
was feeling. Dealing with situations like this immediately is preferable, as Cooper (2001)
points out. Instead, I spoke to my placement supervisor several days later, and did not
see the class teacher again until a formal meeting consisting of myself, the teacher and
the supervisor. Daynes and Farris (2003) say that, by not dealing with situations
immediately and personally, and instead taking it to an authority figure, the situation
can be made worse. The class teacher could have felt that she was being “ganged up
on” (Thomas, 2003, p. 22), which could lead to future problems. The teacher’s actions
also made the situation worse, because she did not give me time to overcome my fears
and she deliberately embarrassed me in front of the class. She claimed that she had
thought she was helping me to overcome my anxieties, but I do not believe that to be
the case. However, as we only spoke about the incident over a week later in the
meeting with the supervisor, she rightly argued that I should have said something to
her at the time.
Conclusion
In retrospect, I would do several things differently. I should have spoken to the class
teacher immediately after the session and voiced my opinions. I should also have been
more assertive by advising the tutor that I could continue with the lesson. However, the
incident made me realise the importance of building up a relationship with the teacher,
a skill that Jackson (1999) stresses as fundamental to a successful placement. I feel
that, had I developed a professional relationship with the teacher in the preceding
weeks, I would have been able to explain how nervous I was beforehand. This would
have provided the opportunity to discuss strategies for dealing with nerves and perhaps
the incident could have been avoided entirely.
Action Plan
In future, I will ensure that I build up a relationship with colleagues. I am working
alongside several different teachers during my placement, and I intend to speak to each
of them about my nerves. I have already had a beneficial conversation with one teacher
and together we have developed a programme of team-teaching for the next few
weeks so that I do not feel so pressurised. I plan to do this with the other class
teachers, as it will help them to understand how I feel. I also need to speak to my
fellow trainees more often about how they feel, as I think I will be able to learn from
them. In terms of training, I have booked onto a presentation skills workshop at
University, and intend to follow it up by attending the practise sessions afterwards. This
experience has made me realise that I need to gain more confidence with presenting,
and I feel addressing my presentation skills will help me to do this.

39
Lampiran 18
TARGET PENCAPAIAN KOMPETENSI
PRAKTEK KLINIK GAWAT DARURAT
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG

MATA KULIAH KOMPETENSI TARGET LEVEL TARGET PENCAPAIAN


SUB KOMPETENSI KOMPETENSI MINIMAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Melaksanakan Tindakan Melaksanakan Independent 3
asuhan keperawatan pengkajian Airway,
keperawatan pada BHD Breathing, Circulation,
pada pasien Disability, Exposure.
Gawat darurat (ABCDE)
dengan BHD dan Penilaian kesadaran independent 5
BHL dengan GCS
kuantitatif
Penilaian kesadaran independent 5
kualitatif (APVU )
Melakukan Independent 3
pemasangan
orofaringeal dan
nasofaringeal
Tindakan intubasi Novice 2
trachea
Tindakan ekstubasi Independent 2
trakhea
Melakukan suctioning independent 3
Persiapan pasien utk Novice 3
dilakukan tindakan
Tracheostomi
Pemasangan terapi independent 5
oksigen dengan
Rebreathing Mask
Pemasangan terapi independent 5
oksigen dengan Non
Rebreathing Mask
Pemberian nafas independent 3
buatan dengan Ambu
Bag.
Melakukan Resusitasi independent 3
Jantung Paru
Penanganan pacu Novice 1
jantung dengan DC
Shock
Melakukan independent 5
pemeriksaan EKG
Interprestasi hasil Proficient 3
EKG
Melakukan pengkajian independent 2
sekunder
Mampu memasang independent 2
alat ventilator
Tindakan Mampu setting mode Proficient 1
keperawatan ventilator
pada BHL Mampu independent 1
mengoperasionalkan
alat ventilator
Mampu memasang independent 3
alat bed side monitor
Mampu menyeting Proficient 2
bedside monitor
Mampu independent 2
mengoperasionalkan
bedside monitor
Mampu independent 2
menginterprestasikan
hasil bedside monitor

41
Melaksanakan Tindakan Melakukan pengkajian independent 3
asuhan keperawatan primer ( ABCDE)
keperawatan kegawatan - airway
pada pasien pada - breathing
Gawat darurat keracunan - circulating
dengan cidera
- Disability,
dan trauma
- Exposure.
Melakukan tindakan independent 4
stabilisasi jalan napas
dengan melakukan
suction
Melakukan tindakan independent 2
stabilisasi jalan napas
dengan pemasangan
Opha
Melakukan tindakan independent 3
stabilisasi status
hemodinamik dengan
resusitasi cairan
Melakukan independent 3
perangsangan reflek
vagal /reflek muntah
Melakukan gastrik independent 1
lavage
Kolaborasi pemberian independent 3
antidotum
Monitoring dampak independent 2
lanjut akibat
keracunan meliputi
ggn asam basa,
depresi sistem saraf
pusat, depresi sistem
pernapasan
Tindakan Melakukan pengkajian Proficient 2
perawatan RTS
pada multiple Menginterpretasikan Proficient 2
trauma hasil pengukuran RTS
Penanganan multiple Proficient 2
trauma
Tindakan Melakukan independent 2
keperawatan debridement pada
kegawatan luka
pada cidera Melakukan tindakan independent 5
menjahit luka
Tindakan Melakukan pengkajian independent 3
keperawatan primer dengan prinsip
pada ABCDE
kegawatan Stabilisasi sistem Proficient 3
trauma pernapasan
abdomen Stabilisasi status independent 3
hemodinamik dengan
resusitasi cairan
Persiapan pasien independent 2
untuk tindakan USG
Persiapan pasien independent 3
untuk tindakan foto
BNO-IVP
Pesiapan pasien independent 2
untuk tindakan
peritoneal lavage
Asuhan Tindakan Monitoring status independent 5
keperawatan keperawatan Hemodinamik
Profesional gawat kegawatan independent 5
darurat pada pada aritmia Terapi titrasi
gangguan sistem Keperawatan Monitoring independent 3
tubuh I kegawatan hemodinamik
pada AMI Melakukan ndependent 3
pemeriksaan fisik
jantung
Terapi oksigen lewat independent 3
masker

43
Terapi oksigen lewat ndependent 5
nasal kanul
Terapi oksigen lewat Proficient 3
Jackson Riece
Keperawatan Monitoring independent 3
kegawatan hemodinamik
pada gagal Mengukur JVP independent 3
jantung Mengukur CVP independent 3
Keperawatan Monitoring independent 3
kegawatan hemodinamik
pada gagal Setting ventilator independent 3
napas / distess Pemilihan mode Proficient 3
pernapasan ventilator pada gagal
napas
Melakukan independent 3
pengambilan sampel
BGA
Interprestasi BGA independent 2
Keperawatan Melakukan terapi independent 3
kegawatan inhalasi dengan
pada astma nebulizer
Melakukan independent 3
pengukuran faal paru
dengan spirometer
dan peak flow meter
Keperawatan Pengkajian primer independent 2
kegawatan dengan mengacu
pada trauma prisip ABC
dada Persiapan pasien independent 2
untuk tindakan
thorakosentesis
Tindakan Pengkajian primer independent 3
keperawatan dengan mengacu
kegawatan prinsip ABC
pada Menghentikan Proficient 1
perdarahan perdarahan per
saluran cerna enteral
Penanganan syok independent 2
hipovolemik
Evakuasi darah dari independent 2
saluran cerna :
- umbah
lambung
- lavement
Persiapan pasien independent 1
untuk pemeriksaan
endoskopi
Asuhan Tindakan Melakukan Proficient 2
keperawatan keperawatan pemeriksaan fisik
Profesiona gawat kegawatan terkait dengan cidera
darurat pada pada trauma saluran perkemihan
gangguan sistem saluran
tubuh II perkemihan
Melakukan Independent
2
pemasangan kateter
Melakukan tindakan independent 5
keperawatan syok
Penaganan Melakukan independent 5
kegawatan pemeriksaan fisik
obstruksi terkait dengan
saluran kemih obstruksi sal kemih
Melakukan independent 3
pemasangan kateter
dengan mandrin
Tindakan Melakukan stabilisasi Independent 5
keperawatan pasien dengan Prinsip
kegawatan ABC.
pada luka Menentukan % luas independent 2
bakar luka bakar

45
Memberikan independent 2
resusitasi cairan pada
luka bakar
Melakukan Proficient 1
debridement luka
bakar
Tindakan Pengkajian primer independent 2
keperawatan dengan mengacu
kegawatan prinsip ABC
pada fraktur Imobilisasi fraktur Proficient 1
spinal servikal
Imobilisasi trauma Proficient 1
thorak
Imobilisasasi fraktur Proficient 1
spinal
Tindakan Melakukan independent 2
kegawatan pemeriksaan fisik
pada fraktur pada pasien fraktur
ekstremitas Melakukan Proficient 1
pemasangan Gips
Melakukan independent 2
pemasangan spalk
Melakukan advance 1
penglepasan Gips
Melakukan pengkajian independent 2
adanya kompartemen
sindroma
Asuhan Tindakan Pengkajian primer independent 5
keperawatan keperawatan dengan mengacu
Profesiona gawat kegawatan prinsip ABC
darurat pada pada trauma Stabilisasi jalan napas independent 3
gangguan sistem kepala Pemeriksaan status independent 2
tubuh III kesadaran (GCS)
Pemeriksaan tanda independent 3
peningkatan TIK
Pemeriksaan reflek independent 3
patologis
Pengelolaan pada independent 2
peningkatan TIK
- pemberian manitol
- pengaturan posisi
- dll
Tindakan Pengelolaan koma independent 2
keperawatan diabetikum
kegawatan Interprestasi hasil independent 2
pada diabetes BGA pada DM
melitus Koreksi ketoasidosis independent 2
Koreksi hipoglikemia independent 2
Asuhan Tindakan Pengelolaan syok independent 2
keperawatan keperawatan hipovolemik
Profesional pada kegawatan Asistensi terhadap independent 1
klien dengan pada tindakan curretage
kegawatdaruratan perdarahan Menghentikan Proficient 1
pada kelompok antenatal perdarahan
khusus pervaginam
Persiapan pasien independent 2
untuk tindakan SC
cito
Tindakan Membebaskan jalan advance 3
keperawatan napas :
kegawatan 1. memasang
pada kejang orofaringeal &
demam nasofarengeal
2. mengatur
hiperekstensi
kepala
Stabilisasi suhu tubuh Proficient 5
Pengelolaan kejang Independent 2
Tindakan Stabilisasi jalan napas Proficient 2

47
keperawatan Stabilisasi suhu tubuh Proficient 2
kegawatan dengan inkubator
pada prematur
Tindakan Melakukan pengkajian Proficient 3
keperawatan primer mengacu pada
kegawatan prinsip ABC
pada Melakukan stabilisasi Proficient 3
asphyksia jalan napas (suction)
Melakukan bantuan Independent 2
napas buatan dengan
ambubag
Melakukan RJP pada independent 2
neonatus
Asuhan Tindakan Identifikasi kasus Independent 3
keperawatan keperawatan berdasarkan tingkat
Profesional pada kegawatan kegawatan
klien dengan pemilahan
kegawatdaruratan kasus
pada tahap
TRIASE

Keterangan :
Independent : Mandiri penuh
Advance : Melaksanakan dengan sedikit bantuan
Proficient : Melaksanakan dengan banyak bantuan
Novice : Hanya melihat

Anda mungkin juga menyukai