Anda di halaman 1dari 65

BUKU PANDUAN

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
PENULIS:
IDA ROSIDAWATI, S.KEP.,NERS.,M.KEP
HANA ARIYANI, S.KEP.,NERS.,M.KEP
AGUS ANDRIANA, S.KEP.,NERS

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H
T A S I K M A L A Y A
1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.
Atas berkat rahmat Allah SWT, Buku Petunjuk Praktikum Keperawatan Gawat
Darurat, untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan semester V FIKES
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya tahun akademik 2023-2024 telah tersusun.
Buku ini diterbitkan untuk melengkapi proses belajar mengajar mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat untuk mahasiswa program studi S1Ilmu Keperawatan
semester V FIKES Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
Buku ini berisi petunjuk praktikum mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat,
materi praktikum disusun sedemikian rupa menyesuaikan perkembangan kurikulum
yang ada. Semoga buku panduan praktikum ini dapat bermanfaat bagii mahasiswa
program studi S1 Ilmu Keperawatan semester V FIKES Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya. Kepada berbagai pihak yang telah membantu terealisasinya buku
petunjuk praktikum Keperawatan Gawat Darurat ini saya ucapkan terimakasih. Tentu
saja buku ini banyak kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, masukan yang
membangun sangat kami harapkan.
Wassalamualaikum Wr Wb

Tasikmalaya, Desember 2023

Penyusun
2

VISI FAKULTAS ILMU KESEHATAN


“Menjadi Fakultas Ilmu Kesehatan yang unggul, islami, dan terkemuka
tingkatglobal pada tahun 2035”.

MISI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan yang berkualitas;


2. Menyelenggarakan penelitian kesehatan dengan prinsif kebebasan
berfikir ilmiah;
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang
kesehatan;
4. Mengintegrasikan pembinaan dan pengembangan Al-Islam
Kemuhammadiyahan dalam penyelenggaraan Tri Dharma
Perguruan Tinggi bidang kesehatan.
5. Menyelenggarakan kerjasama dalam meningkatkan kualitas
pendidikan kesehatan.

VISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN/NERS


“Program Studi Keperawatan yang Unggul dan Islami dalam Bidang
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS)”

MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN/NERS


1. Menyelenggarakan Pendidikan Keperawatan dengan
mengedepankan service excellent berbasis nilai-nilai islam.
2. Menyelenggarakan Pendidikan yang professional berbasis teknologi
informasi dengan pendekatan Student Centre Learning (SCL) untuk
mencapai kompetensi keperawatan.
3. Mengembangkan penelitian khususnya di bidang kesehatan secara
berkelanjutan.
4. Menerapkan bidang ilmu keperawatan sebagai bagian dari
pengabdian pada masyarakat dengan mengedepankan peningkatan
pengetahuan dan perubahan prilaku kesehatan
3

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ............................................................... 1
Visi Misi Fakultas dan Program ............................................................... 2
Studi
Daftar Isi ............................................................... 3
Kegiatan Praktikum ............................................................... 4
A. TOPIK 1 Pengkajian ABC ............................................................... 7
B. TOPIK 2 Triase in Hospital ............................................................... 13
C. TOPIK 3 Manajemen Airway ............................................................... 18
D. TOPIK 4 Manajemen ............................................................... 41
Breathing
E. TOPIK 5 Manajemen ............................................................... 46
Sirkulasi
F. TOPIK 6 Transportasi Pasien ..................................................................... 59
Gawat Darurat

Daftar Pustaka
Lampiran
4

KEGIATAN BELAJAR PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FIKES UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

a. Deskripsi Mata Kuliah


Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang berdasarkan
pada ilmu keperawatan gawat darurat dan teknik keperawatan gawat darurat yang
berbentuk pelayanan secara komprehensif (bio-psiko-sosio-spiritual) ditujukan pada
klien dengan berbagai tingkat usia dengan atau yang cenderung mengalami
gangguan fisiologi serta dengan atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.

Gangguan yang terjadi pada pasien bisa mengancam nyawa, karena kematian
merupakan suatu hak bagi seluruh makhluk hidup yang bernyawa, sesuai dengan
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 185 yang artinya “Tiap-
tiap yang berjiwa akan merasakan mati ”

Akan tetapi selaku hamba Allah SWT yang telah diberi akal, manusia (dalam hal ini
pasien atau perawat) bisa berusaha dengan segenap kemampuannya untuk tetap
mempertahankan kehidupannya/life saving, barangkali pada saat ini Allah SWT
belum mengizinkan kematian menjemputnya, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surat AL- Imran ayat 145:

yang artinya “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan
izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya“.
5

b. Tujuan Umum
Kegiatan praktikum mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan
tindakan pengkajian airway, breathing, circulation; manajemen airway dan
breathing; bantuan hidup dasar; triase; transportasi pasien gawat darurat.
c. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian airway, breathing,
circulation
2) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan triase
3) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan manajemen airway
4) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan manajemen breathing
5) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan manajemen sirkulasi &
BHD
6) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan transportasi pasien gawat darurat.
d. Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan Praktikum dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Apabila
waktunya bertepatan dengan hari libur, maka jadwalnya bisa dipindah dan
disepakati dengan jadwal mahasiswa.
e. Metode Evaluasi
Ujian Praktikum dengan Nilai Batas Lulus adalah 75.
f. Pembimbing Praktikum
Pembimbing Praktikum terlampir sesuai jadwal.
g. Tata Tertib
1) Praktikan harus sudah datang 10 menit sebelum acara praktikum dimulai
2) Apabila berhalangan hadir, praktikan harus menyerahkan surat izin
3) Sebelum menjalankan praktikum, praktikan harus sudah mempelajari buku
panduan praktikum dan teori yang terkait
4) Selama praktikum, praktikan diwajibkan memakai jas praktikum
5) Pada percobaan yang berhubungan dengan arus listrik maka pemasangan ini
sebelum percobaannya dimulai harus terlebih dahulu melaporkan kepada dosen /
asisten untuk diketahui apakah pemasangan benar atau tidak.
6

6) Selama praktikum, praktikan diwajibkan mengganti alat apabila merusakkan atau


menghilangkan
7) Setelah selesai praktikum, praktikan wajib membersihkan alat praktikum dan
mengecek kelengkapannya.
8) Apabila 1 kali melanggar tata tertib tersebut diatas, tergantung dari macam dan
sifat pelanggarannya, akan dikeluarkan dari ruang praktikum
9) Apabila karena alasan yang tidak sah tidak dapat mengikuti praktikum, maka
praktikan harus melakukan praktikum tersebut pada waktu yang lain sesuai
perjanjian dengan pembimbing atau koordinator praktikum
10) Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.
7

TOPIK 1
PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING AND CIRCULATION
KEGAWATDARURATAN

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah praktikum topik ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan simulasi
pengkajian padaairway, breathing dan circulation kegawatdaruratan.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti praktikum topik ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan hasil pengkajian di airway
2. Menjelaskan hasil pengkajian di breathing
3. Menjelaskan hasil pengkajian di circulation
C. Pendahuluan
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan selalu
diawali dengan melakukan pengkajian. Pengkajian kegawatdaruratan pada umumnya
menggunakan pendekatan A-B-C (Airway=JALAN NAFAS,
Breathing=PERNAFASAN dan Circulation = SIRKULASI). Perlu diingat sebelum
melakukan pengkajian Anda harus memperhatikan proteksi diri (keamanandan
keselamatan diri) dan keadaan lingkungan sekitar.
Proteksi diri sangatlah penting bagi Anda dengan tujuan untuk melindungi dan
mencegah terjadinya penularan dari berbagai penyakit yang dibawa oleh korban.
Begitu juga keadaan lingkungan sekitar haruslah aman,nyaman dan mendukung
keselamatan baik korban maupun penolong. Coba bayangkan bila Anda menolong
korban apabila ada api di dekat Anda, tentu Andatidak akan aman dan nyaman ketika
anda menolong korban. Oleh sebab sangatlah penting proteksi diri dan lingkungan
yang aman dan nyaman tersebut.
PENTING UNTUK DIINGAT SEBELUM PENGKAJIAN !!

MENGGUNAKAN PROTEKSI DIRI


LINGKUNGAN SEKITAR HARUS AMAN DAN NYAMAN

Alat proteksi diri Alat alat pengkajian


1. Celemek/apron: 1. Stetoskop

2. Sarung tangan 2. Tensi meter


8

3. Masker 3. Penlight

4. Kaca mata (goggle) 4. Arloji

5. Sepatu boot 5. Pulpen

6. Tutup kepala 6. Buku Catatan

Setelah Anda menggunakan proteksi diri dan membawa alat - alat pengkajian ke
dekat korban maka Anda berada di dekat/samping korban mengatur posisi korban
dengan posisi terlentang atau sesuai dengan kebutuhan.
D. Pengkajian Airway (Jalan Nafas)
Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten (longgar)
atau mengalami obstruksi total atau partial sambil mempertahankan tulang servikal.
Sebaiknya ada teman Anda (perawat) membantu untuk mempertahankan tulang
servikal. Pada kasus non trauma dan korban tidak sadar, buatlah posisi kepala head tilt
dan chin lift (hiperekstensi) sedangkan pada kasus trauma kepala sampai dada harus
terkontrol atau mempertahankan tulang servikal posisi kepala,maka teknik jaw thrust
yang dilakukan.
Pengkajian pada jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan lihat:
Apakah ada vokalisasi, muncul suara ngorok; Apakah ada sekret, darah, muntahan;
Apakah ada benda asing seperti gigi yang patah; Apakah ada bunyi gurgling (adanya
sekret,darah), snoring (pangkal lidah jatuh ke belakang), dan crowing (edema laring).
9

Apabila ditemukan jalan nafas tidak efektif maka lakukan tindakan untuk
membebaskan jalan nafas.
E. Pengkajian breathing (pernafasan)
Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah penilaian jalan nafas.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi. Bila diperlukan
auskultasi dan perkusi. Inspeksi dada korban: Jumlah, ritme dan tipe pernafasan;
Kesimetrisan pengembangan dada; Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis.
Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan; Adakah penurunan ekspansi paru.
Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun); Adakah
suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural friksion rub. Perkusi,
dilakukan di daerah thorak dengan hati hati, beberapa hasil yang akan diperoleh
adalah sebagai berikut: Sonor (normal); Hipersonor bila ada udara di thorak; redup
bila ada cairan.
F. Pengkajian circulation (sirkulasi)
Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilai kemampuan
jantung dan pembuluh darah dalam memompa darah keseluruh tubuh. Pengkajian
sirkulasi meliputi: Tekanan darah; Jumlah nadi; Keadaan akral: dingin atau hangat;
Sianosis; Bendungan vena jugularis
G. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
Seorang laki-laki, 35 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sakit kepala. Hasil
pengkajian: pasien mengeluh nyeri pada pundak, sedikit sesak, TD 150/100 mmHg,
frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensinafas 28 x/menit, Suhu 36 0C, CRT 8 detik,GCS
13.
Dari data diatas buatlah data pengkajian pasien ?
Petunjuk Jawaban Latihan
Klasifikasikan data pengkajian pasien berdasarkan data subjektif dan objektif. Serta
berdasarkan pengkajian Airway, Breathing, dan Circulation
10

RINGKASAN
Selamat Anda telah menyelesaikan materi pengkajian Airway, Breathing dan
Circulation kegawat daruratan. Dengan demikian sekarang Anda memiliki kompetensi
untuk melakukan pengkajian Airway, Breathing dan Circulation kegawatdaruratan.
Dari materi tersebut ada harus mengingat hal hal penting yaitu :
1. Sebelum Anda melakukan pengkajian keperawatan kedaruratan, Anda wajib
menggunakan pelindung diri (universal precaution) serta mempersiapkan alat alat
pengkajian.
2. Pengkajian keperawatan kedaruratan pada umumnya menggunakan urutan Airway
(jalannafas), Breathing (pernafasan) dan Circulation (sirkulasi).
3. Pengkajian jalan nafas bertujuan untuk mengetahui dan menilai kepatenan jalan
nafas.
4. Pengkajian pernafasan (breathing) bertujuan untuk mengetahui dan menilai fungsi
paru dan oksigenisasi.
5. Pengkajian sirkulasi (circulation) bertujuan untuk mengetahui fungsi jantung dan
pembuluh darah memompa darah keseluruh jaringan.

Selanjutnya Anda diharapkan dapat melakukan pengkajian airway (jalan nafas),


breathing (pernafasan) dan sirkulasi (circulation) di laboratorium.
11

LATIHAN SOAL
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Seorang laki-laki, 24 tahun, korban tabrak lari dan dibawa ambulan menuju ruang
UGD dengan kondisi tidak sadar. Anda sedang praktek dan akan melakukan
pengkajian. Untuk melindungi keamanan diri baik korban maupun Anda, alat-alat
proteksi diri yang diperlukan untuk melakukan pengkajian adalah:
a. Celemek, apron,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle), sepatu boot, tutup
kepala.
b. Celemek, tensi meter,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle), sepatu boot,
tutup kepala
c. Celemek, apron,sarung tangan, masker, stetoskop, sepatu boot, tutup kepala.
d. Celemek, apron,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle), penlight, tutup
kepala.
2. Seorang laki-laki, 40 tahun, korban tabrak lari, berada di ruang UGD dalam keadaan
tidak sadar. Anda sebagai perawat jaga akan melakukan pengkajian kedaruratan.
Alat proteksi diri sudah digunakan. Alat alat pengkajian yang perlu Anda siapkan
adalah:
a. Stetoskop, masker, penlight, arloji, pulpen, buku catatan.
b. Stetoskop, sarung tangan, penlight, arloji, pulpen, buku catatan,
c. Stetoskop, celemek, penlight, arloji, pulpen, buku catatan,
d. Stetoskop, tensi meter, penlight, arloji, pulpen, buku catatan.
3. Seorang perempuan, 50 tahun, dibawa ke ruang UGD. Anda sudah memakai
proteksi diri dan alat-alat pengkajian sudah didekatkan. Anda segera melakukan
pengkajian jalan nafas. Hal yangperlu dikaji pada jalan nafas adalah:
a. Vokalisasi, ada secret, darah, tekanan darah, benda asing, bunyi stridor.
b. Vokalisasi, ada secret, nadi, muntahan, benda asing, bunyi stridor.
c. Vokalisasi, ada secret, darah, muntahan, benda asing, bunyi stridor.
d. Vokalisasi, ada secret, darah, muntahan, benda asing, retraksi dada.
4. Seorang laki-laki, 20 tahun, korban tabrak lari dibawa ke ruang UGD. Anda sudah
memakai proteksi diri dan alat-alat pengkajian sudah didekatkan. Anda segera
melakukan inspeksi pada breathing.
a. Kesimetrisan pengembangan dada
b. Benda asing di mulut
c. Adanya darah di hidung
d. Adanya lidah yang menyumbat.
5. Seorang laki-laki, 22 tahun, korban tabrak lari dibawa ke ruang UGD. Anda telah
melakukan inspeksi pada breathing, selanjutnya Anda akan melakukan auskultasi
dengan caramemperhatikan
a. Adanya jejas di dada
b. Pola nafas
c. Bentuk dada
d. Bunyi nafas dada.
12

6. Seorang laki-laki, 35 tahun, dibawa ke ruang UGD setelah mengalami kecelakaan,


tubuh terhimpit antara kursi dan setir. Hasil pengkajian pasien mengeluh sesak
nafas, sesak bertambah hebat. Hasil rongent thorak menunjukkan hasil ada
hemothorak (adanya darah di dalam rongga pleura). Hasil pemeriksaan fisik
(perkusi) thorak/dada didapat hasil:
a. Timpani
b. Hipersonor
c. Sonor
d. Redup
7. Seorang perempuan, 42 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri pada dada
depan. Hasil pengkajian tampak memar pada dada kiri sebelah atas mamae. 2 hari
yang lalu kecelakaan lalu lintas, dadanya terbentur stir mobil yang dikendarainya.
Apakah yang harus perawat kaji untuk memastikan ada tidaknya fraktur pada
tulang dada atau kostae?
a. Adanya nyeri dada pada daerah yang memar
b. Adanya edema pada daerah yang memar
c. Adanya krepitasi pada daerah yang memar
d. Adanya hiperemi pada daerah yang memar

Kunci Jawaban :
1. A
2. D
3. C
4. A
5. D
6. D
7. C

Tugas mandiri
Seorang pria, 25 tahun, terjatuh dari sepeda motor, dibawa ambulan ke ruang
UGD. Andasebagai perawat jaga, coba anda lakukan di depan pantom yang meliputi:
1. Penggunaan proteksi diri
2. Persiapan alat
3. Pemeriksaan airway
4. Pemeriksaan breathing
5. Pemeriksaan sirkulasi.
13

TOPIK 2 TRIASE IN HOSPITAL

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah praktikum topik ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan Tindakan
triase in hospital
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti praktikum topik ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tentang level triase berdasarkan Emergency Severity Index (ESI)
2. Melakukan simulasi triase berdasarkan ESI pada kasus yang diberikan
C. Pendahuluan
• Sistem triase IGD memiliki banyak variasi dan modifikasi yang sesuai dengan
kondisi masing-masing rumah sakit. Namun pada intinya petugas triage akan
memproritaskan pasienberdasarkan tingkat kegawat daruratannya.
• ESI merupakan konsep baru triage yang menggunakan 5 skala dalam
pengklasifikasian pasien di IGD, ESI ini dikembangkan oleh US Emergency
Departement. ESI diadopsi secara luas di Eropa, Australia, Asia, dan rumah
sakit-rumah sakit di indonesia
• Saat perawat bertemu dengan pasien pertama kali, harus dapat segera melakukan
penilaian kondisi pasien dan memberikan keputusan akhir perawatan,
pemulangan atau pemindahan keruang perawatan
D. Kategori triase berdasarkan ESI
Berikut adalah kategori triase berdasarkan ESI:

1. PRIORITAS 1 / ESI 1 (LABEL BIRU)


a. Merupakan pasien-pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa
(impending life/limb threatening problem) sehingga membutuhkan tindakan
penyelematan jiwa yang segera.
b. Parameter prioritas 1 adalah semua gangguan signifikan pada ABCD.
c. Contoh prioritas 1 antara lain:
• Henti jantung
• Henti napas
• Obstruksi jalan napas total
• Distres respirasi berat
• Syok
• Dehidrasi berat
• Kejang
14

• Takikardi/bradikardi, klinis buruk


• Penurunan kesadaran akut (GCS 3-8)
• Trauma multiple, klinis buruk.
2. PRIORITAS 2 / ESI 2 (LABEL MERAH)
a. Merupakan pasien-pasien dengan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa
atau organ sehingga membutuhkan pertolongan yang sifatnya segera dan
tidak dapat ditunda.
b. Parameter prioritas 2 adalah pasien-pasien haemodinamik atau ABCD stabil
c. Contoh prioritas 2 antara lain:
• Risiko tinggi memburuk (mengancam jiwa /organ)
• Penurunan kesadaran akut (GCS 9-12)
• Nyeri berat (perlu penanganan lanjut)
• Serangan asma, abdomen akut, luka sengatan listrik
• Gangguan psikis berat (gaduh gelisah, percobaan bunuh diri)
3. PRIORITAS 3 / ESI 3 (LABEL KUNING)
a. Merupakan pasien-pasien yang membutuhkan evaluasi yang mendalam
dan pemeriksaan klinis yang menyeluruh.
b. Contoh prioritas 3 antara lain, sepsis yang memerlukan pemeriksaan
laboratorium, radiologis dan EKG, demam tifoid dengan komplikasi dan
lain-lain.
4. PRIORITAS 4 / ESI 4 (LABEL KUNING)
a. Merupakan pasien-pasien yang memerlukan satu macam sumber daya
perawatan IGD.
b. Contoh prioritas 4 antara lain pasien BPH yang memerlukan kateter urine,
vulnuslaceratum yang membutuhkan hecting sederhana dan lain-lain.
5. PRIORITAS 5 / ESI 1 (LABEL PUTIH)
a. Merupakan pasien-pasien yang tidak memerlukan sumber daya.
b. Pasien ini hanya memerlukan pemeriksaan fisik dan anamnesis tanpa
pemeriksaanpenunjang.
c. Pengobatan pada pasien dengan prioritas 5 umumnya per oral atau rawat
luka sederhana. Contoh prioritas 5 antara lain, common cold, acne,
eksoriasi, dan lain-lain.
15

E. Algoritma triase berdasarkan ESI

F. Standar Prosedur Operasional Triase

Kategori Lingkungan
Sub Kategori Keamanan dan Proteksi
Definisi Memilah pasien yang tiba di instalasi gawat darurat sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratan pasien
Diagnosis Gangguan Ventilasi Spontan
Keperawatan Gangguan Sirkulasi Spontan
Risiko Gangguan Sirkulasi Spontan
Penurunan Curah Jantung
Penurunan Kapasitas Adaptif Intra Kranial
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Risiko Perdarahan
Risiko cedera
Luaran Ventilasi Spontan Meningkat
Keperawatan Sirkulasi Spontan Meningkat
Curah Jantung Meningkat
Perfusi Serebral Meningkat
Kapasitas Adaptif Intra Kranial Meningkat
Tingkat Perdarahan Menurun
Tingkat Cedera Menurun
16

Prosedur 1. Baca Basmallah


2. Perkenalkan diri perawat kepada pasien atau keluarga/pengantar
3. Tanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien
4. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur, jika memungkinkan
5. Siapkan ruangan dan alat yang diperlukan:
a. Sarung tangan
b. Formulir triase
6. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
7. Pasang sarung tangan
8. Catat tanggal dan jam kedatanganan pasien
9. Identifikasi cara kedatangan pasien (seperti datang sendiri, berjalan,
kursi roda, ambulans, telentang, digendong)
10. Identifikasi status konfirmasi (SPGDT atau non-SPGDT), jika pasien
rujukan
11. Periksa jalan napas, pernapasan, sirkulasi dan kesadaran
12. Identifikasi keluhan utama dan riwayat kesehatan singkat
13. Tentukan kategori triase berdasarkan hasil pemeriksaan
14. Identifikasi kriteria isolasi (seperti batuk > 2 minggu, demam atau
riwayat demam, riwayat kontak dengan pasien penyakit menular,
riwayat perjalanan dari daerah pandemi)
15. Transfer (disposisi) pasien ke zona atau ruangan yang sesuai dengan
kategori triase (seperti zona merah, zona kuning, zona hijau, ruang
isolasi)
16. Lakukan pengkajian dan penanganan awal sesuai response time
kategori triase
17. Lepaskan sarung tangan
18. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
19. Baca Hamdalah
20. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Cydulka, R.K., Cline, D.M., Ma, O.J, et al (2018). Tintinalli’s
Emergency Medicine Manual (8th ed). New York:Mc Graw Hill
Education
2. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical
Care (8th ed). USA : Jones & Barlett Learning
17

3. Emergency Nurses Association (2010). Sheehy’s Emergency Nursing


: Principles and Practice (6th ed). St. Louis:Elsevier
4. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
5. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
6. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI

G. Latihan Kasus
1. Seorang laki-laki, 18 tahun, dibawa ke UGD RS karena tidak sadarkan diri.
Pasien diantar oleh panitia konser karena terinjak-injak penonton lain. Hasil
pengkajian TD 80/palpasi, frekuensi nadi 143 x/menit (lemah), frekuensi nafas
35 x/mnt; pasien tampak sangat gelisah, hanyamengigau; tampak luka lecet pada
tangan, kaki dan punggung. Tampak Jejas berwarna merah kebiruan nampak di
daerah perut, perut tampak disetended, pasien Post pemasangan catheter urine
output 0 cc.
2. Seorang laki-laki, 16 tahun, dilarikan ke UGD RS. Keluarga yang
mengantarnya mengatakan bahwa pasien kemungkinan mengalami over dosis
heroin. Hasil pengkajian pasien tidak sadar, kulit dingin dan kebiruan serta
terlihat tanda bekas tusukan jarum pada lengan. Frekuensi nafas 4 x/menit,
frekuensi nadi teraba lambat dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda trauma
baik dikepala ataupun leher.
3. Seorang anak laki-laki usia 6 tahun diantar ke IGD karena jatuh dr sepeda. Hasil
pemeriksaan RR: 22x/menit, Frekuensi Nadi: 100x/menit, suhu: 37C. Tampak
luka terbuka di bagian dagu dengan panjang 2cm dan kedalaman 0,5cm.
Tampak perdarahan dari luka kurang lebih 2cc
18

TOPIK 3 MANAJEMEN AIRWAY

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah praktikum topik ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan simulasi
penanganangangguan jalan napas (airway).
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti praktikum topik ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan masalah yang terjadi pada airway
2. Mengidentifikasi factor penyebab masalah pada airway
3. Melakukan simulasi penanganan masalah pada airway
C. PEMASANGAN COLLAR NECK
1. Definisi
Collar servikal adalah suatu alat ortopedi dari peralatan medis digunakan
untuk menopangmedulla spinalis dan kepala klien.
2. Tujuan
a. Membantu mengembalikan posisi medula spinalis seseorang
b. Mengurangi nyeri
c. Menopang leher klien selama proses penyembuhan dari cedera yang
mengakibatkanbergesernya disk spinal dari vertebra klien.

3. Langkah-langkah
Memperoleh ukuran yang tepat
a. Ukuran yang benar adalah hal kritikal bagi kesembuhan klien. Collar yang
terlalu pendek mungkin tidak akan menopang dengan cukup baik, sementara
terlalu panjang membuat collar menjadi hiperekstensi. Kuncinya adalah pada
jarak berdasarkan imajinasi tarikan garis melintasi atas bahu, diman collar akan
terpasang dan bagian bawah dagu klien
b. Kunci pada collarnya adalah jarak antara sisi pemgikat belakang dan bagian
terbawah plastik keras yang melingkar
c. Ketika klien ditempatkan pada posisi netral, gunakan jari-jari anda untuk
mengukur jarak dari bahu ke dagu
d. Anda dapat menggunakan jari-jari untuk menentukan ukuran stifneck
extrication collar yang lebih mendekati dengan dimensi kunci klien
19

Pemasangan
Masukkan pengencang pada lubangnya
e. Collar disiapkan dengan memindahkan pengencang hitam (sizing post) pada
ujung cincin teratas di sisi dalam collar lalu tarik pengencang hitam ke dalam
lubang terkecil. Tekan denganlembut
f. Sebelum pemasangan stifneck collar, tahan kemudian fleksikan collar
g. Fleksikan collar sampai ibu jari anda menyentuh jari-jari yang lain. Ini akan
membentuk collardalam bentu silinder untuk pengaplikasian segera
Aplikasi yang benar
h. Dengan kepala klien bertopang pada aligment netral, posisikan bagian penahan
dagu dengan mendorong collar keatas menyusuri dinding dada. Pastikan dagu
bertopang dengan benar dan bahwa dagu terekstensikan cukup setidaknya
menutupi pengencang sentral. Kesulitan memposisikan penahan dagu mungkin
mengindikasikan kebutuhan akan collar yang lebih pendek
i. Cek ulang posisi kepala klien dan collar pada aligment yang tepat. Pastikan
bahwa dagu klien setidaknya tertutupi oleh pengencang sentral pada penahan
dagu. Jika tidak, kencangkan collar untuk menopang sesuai kebutuhan. Pilih
ukuran yang lebih kecil jika anda pikir pengencangan kembali collar akan
menyebabkan klien menjadi lebih terekstensi
Aplikasi pada posisi supine
j. Jika klien dalam posisi supine, mulai dengan melingkarkan bagian belakang
collar di belakangleher klien. Pastikan untuk melipat loop velcro pada bagian
atas balutan busa untuk mencegahlipatan kulit yang dapat membatasi
kemampuannya. Sekali loop velcro terlihat, pusatkanperhatian anda untuk
memposisikan penahan dagu dan pasang velcro dalam dua tahap Aplikasi pada
posisi alternatif supine
k. Suatu alternatif untuk memulai memberi posisi penahan dagu dan kemudian
lingkarkan bagianbelakang collar di belakang leher klien
l. Sekali diposisikan, tahan collar dengan menggunakan pengait. Anda dapat
menghindari menekan leher dengan menggunakan pengait sebagai titik pusat
ketika pertama kali menarik secara lateral untuk mengencangkan dan memasang
loop velcro didepan sehinggan terfiksasi dan juga paralel dengan ujung velcro.
Pastikan untuk mempertahankan posisi aligment netral selama melalui prosedur
ini.
D. Sumbatan Jalan Napas
1. Pendahuluan
Sumbatan jalan napas merupakan gangguan pada jalan napas yang dapat
diatasi namun jarang terjadi dan berpotensi menimbulkan kematian bila tidak
mendapatkan penatalaksanaan yang benar. Orang yang tidak sadarkan diri
mudah mengalami sumbatan jalan napas, baik yang disebabkan oleh lidah
ataupun benda asing. Penatalaksanaan yang baik merupakan kunci untuk
mencegah kematian akibat sumbatan jalan napas. Kasus sumbatan jalan napas
20

pada dewasa umumnya terjadi pada saat makan. Sedangkan pada bayi atau anak,
keadaan tersebut terjadi pada saat makan atau sedang bermain walaupun sudah
diawasi oleh orang tua atau pengasuh anak.
2. Pengenalan sumbatan jalan napas oleh benda asing pada dewasa
Karena pengenalan sumbatan jalan napas akibat benda asing merupakan kunci
utama untuk kesuksesan penatalaksanaan, maka penolong harus bisa
membedakan keadaan tersebut dengan pingsan, serangan jantung, kejang atau
kondisi lainnya yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan mendadak,
sianosis atau penurunan kesadaran.
Sumbatan yang disebabkan oleh benda asing bisa bersifat ringan atau
berat, bergantung dari seberapa besar sumbatan yang terjadi. Bila penolong
menjumpai penderita memberikan tanda-tanda sumbatan jalan napas yang berat,
maka pertolongan harus segera dilakukan. Tanda- tanda sumbatan jalan napas
yang terganggu antara lain pertukaran udara yang buruk serta diikuti dengan
kesulitan bernapas yang meningkat seperti batuk tanpa suara, sianosis atau tidak
bisa bicara. Kadangkala penderita memperagakan cekikan dilehernya. Apakah
dia tersedak? Bila penderita menjawab dengan anggukan berarti penderita
mengalami sumbatan jalan napas yang berat.
3. Penatalaksanaan sumbatan jalan napas oleh benda asing pada dewasa
Yang harus diutamakan adalah pengenalan terhadap gejala sumbatan berat
oleh benda asing, karena tindakan tersebut memerlukan penatalaksanaan segera
untuk mencegah terjadinyakematian.
a. Penatalaksanaan penderita tidak sadarkan diri
• Segera aktifkan sistem layanan gawat darurat, panggil bantuan
• Segera baringkan penderita, lakukan kompresi 30 kali. Bila mulut
penderita terbuka, segera periksa mulut penderita apakah benda asing
sudah bisa dikeluarkan atau belum. Bila belum bisa dikeluarkan terus
lakukan kompresi jantung. Kompresi ini bertujuan untuk mengeluarkan
benda asing yang menyumbat jalan napas dan tujuan sekundernya untuk
membantu sirkualsi.
• Teknik blind finger sweep tidak direkomendasikan lagi untuk
mengeluarkan benda asing pada sumbatan jalan napas. Bila benda asing
yang padat sudah bisa terlihat, maka benda asing boleh dikeluarkan secara
manual.
b. Penatalaksanaan penderita sadar
1) Sumbatan ringan
Bila penderitan masih bisa berbicara dan hanya mengalami sumbatan
ringan, maka penolong merangsang penderita untuk batuk tanpa melakukan
tindakan dan terus mengobservasi.
2) Sumbatan berat
Penolong bertanya kepada penderita, apa yang terjadi. Setelah yakin
dengan kondisi penderita selanjutnya penolong melaukan abdominal thrust
21

dengan cara sebagai berikut:


• Penolong berdiri di belakang penderita, kemudian lingkarkan kedua
lengan pada bagianatas abdomen
• Condongkan penderita ke depan, kepalkan tangan penolong dan letakkan
diantaraumbilikus dan iga
• Raih kepalan tangan tersebut dengan lengan yang lain dan tarik ke dalam
dan atas secara mendadak sebanyak 5 kali. Bila tersebut gagal, lakukan
kembali 5 abdominal thrust berulang-ulang sampai sumbatan berhasil
dikeluarkan atau penderita tidak sadarkan diri.

4. Sumbatan jalan napas oleh benda asing pada bayi dan anak
Panduan terbaru yang dikeluarkan American Heart Association tidak
terdapat perbedaan dengan panduan sebelumnya. Namun, pedoman yang
dilakukan untuk dewasa tidak bisa diterapkan pada bayi dan anak. Umumnya
benda asing yang menyebabkan sumbatan jalan napas pada anak adalah benda
cair, diikuti benda asing yang bersifat padat seperti kancing, mainan atau
makanan padat.
Tanda anak bila mengalami sumbatan jalan napas adalah menangis sambil
diikuti refleks batuk untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Batuk
merupakan refleks yang aman untuk mengeluarkan benda asing pada anak
dibanding maneuver yang lain.
5. Penatalaksanaan sumbatan jalan napas oleh benda asing pada bayi dan anak
a) Penatalaksanaan pada penderita sadar
• Tindakan back blows bisa dilakukan untuk bayi atau anak. Cara
melakukannya sebagaiberikut:
✓ Posisikan bayi atau anak dengan posisi kepala mengarah ke bawah supaya
gaya gravitasidapat membantu pengeluaran benda asing
✓ Penolong berlutut atau duduk, dapat menopang bayi di pangkuannya
dengan lebih amansaat melakukan tindakan
✓ Untuk bayi, topang kepala dengan menggunakan ibu jari di satu sisi
rahang dan rahang yang lain menggunakan satu atau dua jari dari tangan
yang sama. Jangan sampai menekan jaringan lunak dibawah rahang,
karena akan menyebabkan sumbatan jalan napas kembali. Sedangkan
untuk anak berusia diatas 1 tahun, kepala tidak perlu ditopang secara
khsusus.
22

✓ Lakukan 5 hentakan back blows secara kuat dengan menggunakan


telapak tangan di tengah punggung. Tujuan tindakan tersebut untuk
mengupayakan sumbatan benda asing terlepas setelah satu hentakan,
bukan karena akumulasi ke-5 hentakan
✓ Bila gagal, dilakukan tindakan selanjutnya yaitu chest thrust pada bayi
dan abdominal thrust pada anak berusia diatas 1 tahun

• Tindakan chest thrust


✓ Tindakan tersebut dilakukan dengan memposisikan bayi dengan kepala
di bawah dan posisi telentang. Tindakan ini akan lebih aman bila
penolong meletakkan punggung bayi di lengan yang bebas serta
menopang ubun-ubun dengan tangan
✓ Topang peletakkan bayi pada lengan dengan menggunakan bantuan paha
penolong
✓ Identifikasi daerah yang akan dilakukan tekanan (bagian bawah
sternum). Kemudian lakukan chest thrust. Tindakan ini mirip dengan
kompresi dada pada bantuan hidup dasar, namun lebih lambat dan lebih
menghentak sebanyak 5 kali. Bila benda asing belum keluar tindakan
diulang kembali dari awal
• Abdominal thrust
✓ Tindakan ini dilakukan hanya untuk anak yang berumur diatas 1 tahun.
Cara melakukannya dengan berdiri atau berlutut di belakang penderita.
Letakkan lengan penolong dibawah lengan penderita serta mengelilingi
pinggangnya
✓ Kepalkan tangan penolong serta letakkan antara umbilikus dan strenum
✓ Raih kepalan tersebut dengan tangan yang lain serta hentakkan ke arah
atas danbelakang (arah tubuh penderita)
✓ Lakukan sebanyak 5 kali, serta pastikan bahwa tindakan yang dilakukan
tidak mengenai prosesus xyphoideus atau iga bagian bawah. Bila benda
sing tidak berhasil dikeluarkan maka tindakan tersebut diulang kembali
✓ Karena risiko trauma yang terjadi, setiap penderita yang dilakukan
abdominal thrust harus diperiksa dokter
23

b) Penatalaksanaan pada penderita tidak sadarkan diri


Segera aktifkan sistem layanan gawat darurat, berikan kompresi sebanyak 30
kali, tidak diperlukan untuk memeriksa nadi, dilanjutkan dengan pemberian 2
napas bantuan. Usahakan untuk memeriksa posisi benda asing setiap kali
mulut penderita terbuka saat dilakukan kompresi. Bila memungkinkan untuk
dikeluarkan sebaiknya dikeluarkan

E. Sumbatan Jalan Napas Parsial


1. Sumbatan Jalan Napas karena Cairan
Setiap pasien trauma mempunyai resiko mengalami sumbatan jalan napas
karena cairan yang disebabkan oleh darah, secret, air liur atau karena
muntahan. Sumbatan karena cairan dapat menyebabkan aspirasi yaitu
masuknya cairan asing ke dalam paru-paru pasien. Suara napasnya akan
terdengar bunyi gurgling. Upaya penanganan dilakukan dengan melakukan
penghisapan/suction sesegera mungkin. Suction dapat dilakukan dengan
kateter suction baik yang kaku (rigid tip) maupun yang lembut (Soft tip). Soft
tip digunakan untuk penghisapan cairan (darah, secret, dsb) sedangkan rigid tip
untuk darah yang menggunpal atau sisa makanan.
Tindakan suction dapat menghisap oksigen yang ada dalam jalan napas, oleh
karena itu lamanya suction maksimal 15 menit pada orang dewasa, 5 menit
pada anak-anak, dan 3 menit pada bayi. Sebelum dan sesudah suctioning pasien
harus diberikan oksigenasi untuk mencegah terjadinya hipoksia. Bila pasien
muntah dalam jumlah yang banyak dan tindakan suctioning tidak menolong
maka kepala pasien harus dimiringkan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
Hati-hati pada pasien trauma yang dicurigai mengalami fraktur servikal jangan
hanya memiringkan kepalanya saja, tetapi harus seluruh badan pasien
dimiringkan dengan tindakan log roll.
2. Sumbatan Jalan Napas Karena pangkal lidah
Pasien yang mengalami penurunan kesadaran maka kemungkinan pangkal
lidahnya jatuh ke belakang dan menyumbat hipofaring. Hal ini karena otot-otot
lidah lemas atau mengalami kelumpuhan Maka akan terdengar suara snoring.
Pada prinsipnya cara mengatasinya sumbatan jenis ini adalah dengan
mengangkat pangkal lidah agar tidak menyumbat jalan napas. Tindakan yang
dilakukan bias secara manual atau menggunakan alat.
24

a Manual
Penanganan secara manual dibedakan pada pasien non trauma dan pasien
trauma.
1) Non trauma (head tilt chin lift)
Head tilt chin lift maneuver (dorong kepala ke belakang sambil
mengangkat dagu). Tindakan ini aman dilakukan bila penderita tidak
dicurigai mengalami gangguan/trauma tulang leher. Tindakan chin lift
dilakukan dengan cara jari jemari satu tangan diletakkan dibawah
rahang, yang kemudian secara hati-hati diangkat ke atas untuk
membawa dagu kearah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan
ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut. Ibu jari dapat juga
diletakkan dibelakang gigi seri bawah dan secara bersamaan dagu
dengan hati-hati diangkat.

2) Trauma (chin list atau jaw trhust)


Bila penderita dicurigai mengalami trauma leher, maka
tindakan untuk membuka jalan napas dilakukan dengan cara menekan
rahang bawah ke arah belakang(jaw thrust) dan mengangkat dagu (chin
lift).
Tindakan jaw thrust adalah mendorong rahang kea rah atas
dengan cara memegang sudut rahang bawah (angulus mandibula) kiri
dan kanan, lalu mendorong rahang bawah ke arah atas, dengan
terdorongnya rahang kearah atas maka airway yangsebelumnya tertutup
oleh pangkal lidah dapat terdorong ke atas sehingga membebaskan
saluran pernafasan.
25

b Alat
1) Oro Pharingeal Airway (OPA)
Pipa orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan
menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat
menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar.
Pada pasien yang masih ada refleks batuk atau muntah tidak
diindikasikan untuk pemasangan OPA
Ukuran Oral airway dewasa umumnya berukuran kecil (80
mm/Guedel No 3), medium (90 mm/Guedel no 4), dan besar (100
mm/Guedel no 5).

PEMASANGAN OPA
1. Ambil OPA 2. Ukur OPA

3. Masukkan OPA 4. Putar 180 derajat

2) Naso Pharingeal Airway (NPA)


• Tidak seperti alat bantu jalan nafas orofarings, alat bantu jalan
nafas nasofarings dapat digunakan pada pasien yang sadar atau
setengah sadar, jadi yang masih mempunyai refleks batuk dan
muntah.
• Alat ini berbentuk pipa dari plastik yang lembut dan tidak berbalon
yang berfungsi sebagai jalan aliran udara antara lubang hidung dan
farings
• Indikasi lain penggunaan NPA adalah bila ditemui kesulitan pada
penggunaan OPA seperti adanya trauma di sekitar mulut atau
26

trismus. Panjang nasal airway dapat diperkirakan sebagai jarak


antara lubang hidung ke lubang telinga, dan kira-kira 2-4 cm lebih
panjang dari oral airway. Disebabkan adanya resiko epistaksis,
nasal airway tidak boleh digunakan pada pasien yang diberi
antikoagulan atau anak dengan adenoid. Juga, nasal airway jangan
digunakan pada pasien dengan fraktur basis cranii. Setiap pipa
yang dimasukkan melalui hidung (nasal airway, pipa
nasogastrik, pipa nasotrakheal) harus dilubrikasi. Nasal airway
lebih ditoleransi daripada oral airway pada pasien dengan anestesi
ringan.
PEMASANGAN Nasopharingeal Tube
1. Ambil NPA. Samakan 2. Ukur NPA
besarnya dengan
kelingking pasien

3. Masukkan NPA
27

3) Laringeal Mask Airway (LMA)


• LMA merupakan pipa yang ujungnya berbentuk sungkup dengan
balon yang bisadikembangkan.
• LMA dimasukkan ke dalam farings tanpa laringoskop sampai
terasa ada tahanan.
• Adanya tahanan ini menunjukkan ujung distal pipa sampai pada
hipofarings dan balon segera dikembangkan sehingga mendorong
sungkup menutupi pembukaan trakea dan menjadikan tidak ada
kebocoran
• Pemberian ventilasi terjadi lewat lubang yang ada pada bagian
tengah sungkup LMA

4) Endotrakeal tube (ETT)


Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi adalah
memasukkan pipa jalannafas buatan kedalam trachea melalui mulut.
TUJUAN
① Membebaskan jalan nafas
② Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).

INDIKASI
Pembedahan
• Pembedahan yang lama
• Bedah khusus
– Kepala, leher, toraks, perut
– Rongga mulut, hidung
• Posisi khusus
- Telungkup, duduk, miring
28

Non Pembedahan
• Ventilator ( ICU, UGD)
• Patensi jalan nafas
– Resusitasi
– Bersihkan jalan nafas
PERSIAPAN
Non Pembedahan
• Ventilator ( ICU, UGD)
• Patensi jalan nafas
– Resusitasi
– Bersihkan jalan nafas
Pipa trakea (Kinking & non Kinking)
– Usia > 5th balon (+)
– Usia < 5th balon (-) Ukuran Endotrakeal tube (ETT)

Alat-alat untuk pemasangan Endotrakheal Tube


S = Scope : Laryngoscope, Stetoscope
T = Tube : (Ett Kinking/ Non Kinkig)
A = air way
Oropharyng aiway (guedel)Nasopharyng airway
T = Tapes / Plester
I = Introducer / StyletC = Conectors
S = Suction Partne, Spuit 10 Cc / 20 C, Jelly (Ky Jelly)

PEMASANGAN
• Terlentang, bantal ±10 cm (fleksi pd leher & ekstensi pada
sendi oksipito-atlantis)
• Tangan kanan buka mulut, kiri gagang L
• Singkirkan lidah ke kiri dengan daun L
• Pita suara (+) → pipa T masuk(-) → tekan
cricoid
• Cek suara paru kiri - kanan
• Pipa masuk → balon diisi Baik (ka dan ki
sama) → fiksasi
29

1. Siapkan Peralatan 2. Hiperventilasi pasien

3. Pasang laringoskop 4. Masukkan ETT yang sudah dikasih


jelly, menyusuri pinggir laringoskop

5. Setelah masuk, Hubungkan dengan 6. Cek apakah sudah masuk ke paru-


bag valve mask (BVM) paru atau belum dengan cara
mendengarkan suara napas di paru-
paru pasien menggunakan
stestoskop sambil memijit BVM
(paru-paru kanan dan kiri harus
sama)

7. Kalau sudah masuk.isi balon 8. Fiksasi ETT


ETT
dengan udara. Tarik sedikit
sampaimentok
9. Hubungkan dengan ventilator 10. Bereskan alat
atau
Oksigen

POSISI TEPAT
30

KOMPLIKASI
• Segera
–Trauma bibir pita suara
–Dislokasi rahang, ariteroid
–Nasal, mimisan
–Spasme laring
–Tensi , nadi , aritmia
• Lambat
– Mucosa trakea kering
– Pita suara rusak
KEGAGALAN INTUBASI
• Teknik Khusus :
1. Intubasi Retrograd
2. Transtrakheal Jet Ventilation
3. Surgical Airway :
- Krikotirotomi
- Trakheostomi

3. Sumbatan anatomis
Sumbatan anatomis disebabkan oleh penyakit saluran pernafasan (missal
difteri) atau karena adanya trauma yang mengakibatkan pembengkakan/edema
laring misalnya trauma inhalasi pada kebakaran atau trauma tumpul pada leher.
Suara napas terdengar suara crowing. Penanganan sumbatan anatomis
seringkali membutuhkan penanganan secara surgical dengan membuat airway
alternatif tanpa melalui mulut atau hidung pasien.
31

F. Standar Prosedur Operasional Pembebasan Jalan Napas Dengan Head-Tilt


Dan Chin-Lift

Kategori Fisiologis
Sub Kategori Respirasi
Definisi Membebaskan jalan napas untuk menjamin kepatenan pertukaran udara dengan
mendongakkan kepala dan mengangkat dagu.
Diagnosis Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
Pola Napas Tidak Efektif
Gangguan Ventilasi Spontan
Gangguan Penyapihan Ventilator
Gangguan Sirkulasi Spontan
Risiko Aspirasi
Luaran Keperawatan Bersihan Jalan Napas Meningkat
Pertukaran Gas Meningkat
Pola Napas Membaik
Ventilasi Spontan Meningkat
Penyapihan Ventilator Meningkat
Sirkulasi Spontan Meningkat
Tingkat Aspirasi Menurun
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir,
dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur kepada keluarga, jika memungkinkan
4. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih
6. Atur posisi perawat di samping kepala pasien
7. Letakkan telapak tangan di dahi
8. Tekan dahi ke bawah hingga posisi kepala tengadah
9. Pegang tulang dagu dengan ibu jari dan jari telunjuk
10. Angkat dan dorong tulang dagu ke depan
11. Lepaskan sarung tangan
12. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
13. Baca Hamdalah
14. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Aehlert, B. (2017). ACLS Study Guide (5th ed). St. Louis:Elsevier
2. American Heart Association (2016). ACLS Provider Manual Implementary Material.
USA:AHA
3. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing : Principles and
Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
4. Burns, S.M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3 th ed). New York:
McGraw-Hill Education
5. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th ed). USA
: Jones & Barlett Learning
6. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
8. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI

G. Standar Prosedur Operasional Pembebasan Jalan Napas Dengan Jaw Thrust

Kategori Fisiologis
Sub Kategori Respirasi
Definisi Membebaskan jalan napas untuk menjamin kepatenan pertukaran udara dengan
mendorong rahang ke arah depan
32

Diagnosis Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
Pola Napas Tidak Efektif
Gangguan Ventilasi Spontan
Gangguan Penyapihan Ventilator
Gangguan Sirkulasi Spontan
Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
Risiko Aspirasi
Luaran Bersihan Jalan Napas Meningkat
Keperawatan Pertukaran Gas Meningkat
Pola Napas Membaik
Ventilasi Spontan Meningkat
Penyapihan Ventilator Meningkat
Sirkulasi Spontan Meningkat
Kapasitas Adaptif Intrakranial Meningkat
Tingkat Aspirasi Menurun
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur kepada keluarga, jika
memungkinkan
4. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih
6. Atur posisi perawat di bagian atas kepala pasien
7. Letakkan kedua tangan di samping kanan dan kiri rahang pasien
8. Dorong rahang ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan
barisan gigi atas
9. Hindari adanya ekstensi pada leher
10. Lepaskan sarung tangan
11. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
12. Baca Hamdalah
13. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Aehlert, B. (2017). ACLS Study Guide (5th ed). St. Louis:Elsevier
2. American Heart Association (2016). ACLS Provider Manual Implementary
Material. USA:AHA
3. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing :
Principles and Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
4. Burns, S.M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3 th ed). New
York: McGraw-Hill Education
5. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th
ed). USA : Jones & Barlett Learning
6. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
8. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI

H. Standar Prosedur Operasional Pemasangan Jalan Napas Buatan


Oropharingeal Airway (OPA)

Kategori Fisiologis
Sub Kategori Respirasi
Definisi Memasukkan pipa jalan napas buatan ke dalam faring melalui mulut
33

Diagnosis Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
Pola Napas Tidak Efektif
Gangguan Ventilasi Spontan
Gangguan Penyapihan Ventilator
Gangguan Sirkulasi Spontan
Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
Risiko Aspirasi
Luaran Bersihan Jalan Napas Meningkat
Keperawatan Pertukaran Gas Meningkat
Pola Napas Membaik
Ventilasi Spontan Meningkat
Penyapihan Ventilator Meningkat
Sirkulasi Spontan Meningkat
Kapasitas Adaptif Intrakranial Meningkat
Tingkat Aspirasi Menurun
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur kepada keluarga, jika
memungkinkan
4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. OPA sesuai ukuran
b. Sarung tangan bersih
c. Spatel lidah
5. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Posisikan pasien telentang dengan leher ekstensi
8. Bersihkan rongga mulut, jika perlu
9. Pilih ukuran OPA yang tepat (panjang OPA sama dengan jarak antara ujung
mulut ke ujung daun telinga)
10. Buka mulut pasien dengan teknik cross finger (ibu jari dan telunjuk)
11. Metode 1: masukkan OPA terbalik (sisi lengkung menghadap ke atas)
sampai menyentuh palatum mole, lalu putar 1800. Metode 2: tekan lidah
dengan spatel lidah dan masukkan OPA ke daerah faring posterior
12. Lepaskan sarung tangan
13. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
14. Baca Hamdalah
15. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Aehlert, B. (2017). ACLS Study Guide (5th ed). St. Louis:Elsevier
2. American Heart Association (2016). ACLS Provider Manual Implementary
Material. USA:AHA
3. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing :
Principles and Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
4. Burns, S.M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3 th ed). New
York: McGraw-Hill Education
5. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th
ed). USA : Jones & Barlett Learning
6. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
8. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
34

I. Standar Prosedur Operasional Pemasangan Jalan Napas Buatan


Nasopharingeal Airway (NPA)

Kategori Fisiologis
Sub Kategori Respirasi
Definisi Memasukkan pipa jalan napas buatan ke dalam faring melalui hidung
Diagnosis Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
Pola Napas Tidak Efektif
Gangguan Ventilasi Spontan
Gangguan Penyapihan Ventilator
Gangguan Sirkulasi Spontan
Risiko Aspirasi
Luaran Bersihan Jalan Napas Meningkat
Keperawatan Pertukaran Gas Meningkat
Pola Napas Membaik
Ventilasi Spontan Meningkat
Penyapihan Ventilator Meningkat
Sirkulasi Spontan Meningkat
Tingkat Aspirasi Menurun
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur kepada keluarga, jika
memungkinkan
4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. NPA sesuai ukuran
b. Sarung tangan bersih
c. Jeli
5. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Posisikan pasien telentang dengan leher ekstensi
8. Bersihkan lubang hidung, jika perlu
9. Pilih ukuran NPA yang tepat (panjang NPA sama dengan jarak antara lubang
hidung ke ujung daun telinga)
10. Lumasi ujung NPA dengan jeli
11. Masukkan NPA ke dalam lubang hidung dengan bevel menghadap ke septum
secara perlahan hingga faring posterior
12. Rapihkan pasien dan alat-alat yang digunakan
13. Lepaskan sarung tangan
14. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
15. Baca Hamdalah
16. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Aehlert, B. (2017). ACLS Study Guide (5th ed). St. Louis:Elsevier
2. American Heart Association (2016). ACLS Provider Manual Implementary
Material. USA:AHA
3. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing :
Principles and Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
4. Burns, S.M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3 th ed). New
York: McGraw-Hill Education
5. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th
ed). USA : Jones & Barlett Learning
6. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
35

8. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI

J. Standar Prosedur Operasional Pemasangan Jalan Napas Buatan Laringeal


Mask Airway (LMA)

Kategori Fisiologis
Sub Kategori Respirasi
Definisi Memasukkan pipa jalan napas buatan ke dalam laring melalui mulut
Diagnosis Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
Pola Napas Tidak Efektif
Gangguan Ventilasi Spontan
Gangguan Penyapihan Ventilator
Gangguan Sirkulasi Spontan
Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
Risiko Aspirasi
Luaran Bersihan Jalan Napas Meningkat
Keperawatan Pertukaran Gas Meningkat
Pola Napas Membaik
Ventilasi Spontan Meningkat
Penyapihan Ventilator Meningkat
Sirkulasi Spontan Meningkat
Kapasitas Adaptif Intrakranial Meningkat
Tingkat Aspirasi Menurun
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur kepada keluarga, jika
memungkinkan
4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. LMA sesuai ukuran
b. Stetoskop
c. Plester dan gunting
d. Connector (selang penyambung)
e. Suction
f. Sarung tangan
g. Masker
h. Jeli
i. Spuit 20 cc
j. Bag Valve Mask (BVM)
5. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan dan masker
7. Periksa integritas balon LMA
8. Lumasi bagian posterior LMA dengan jeli
9. Posisikan pasien telentang dengan kepala ekstensi
10. Buka mulut pasien dengan teknik cross finger (ibu jari dan telunjuk)
11. Lakukan suction, jika perlu
12. Masukkan LMA ke dalam faring dan teruskan hingga terasa ada tahanan
13. Kembangkan balon LMA
14. Sambungkan LMA dengan BVM
15. Periksa ketepatan posisi LMA dengan auskultasi bunyi paru
16. Fiksasi LMA dengan plester
17. Sambungkan LMA dengan connector sumber oksigen
18. Rapihkan pasien dan alat-alat yang digunakan
36

19. Lepaskan sarung tangan dan masker


20. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
21. Baca Hamdalah
22. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Aehlert, B. (2017). ACLS Study Guide (5th ed). St. Louis:Elsevier
2. American Heart Association (2016). ACLS Provider Manual Implementary
Material. USA:AHA
3. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing :
Principles and Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
4. Burns, S.M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3th ed). New
York: McGraw-Hill Education
5. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th
ed). USA : Jones & Barlett Learning
6. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
8. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
K. Standar Prosedur Operasional Pemasangan Jalan Napas Buatan Endotracheal
Tube (ETT)

Kategori Fisiologis
Sub Kategori Respirasi
Definisi Memasukkan pipa jalan napas buatan ke dalam trakea melalui mulut
Diagnosis Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
Pola Napas Tidak Efektif
Gangguan Ventilasi Spontan
Gangguan Penyapihan Ventilator
Gangguan Sirkulasi Spontan
Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
Risiko Aspirasi
Luaran Bersihan Jalan Napas Meningkat
Keperawatan Pertukaran Gas Meningkat
Pola Napas Membaik
Ventilasi Spontan Meningkat
Penyapihan Ventilator Meningkat
Sirkulasi Spontan Meningkat
Kapasitas Adaptif Intrakranial Meningkat
Tingkat Aspirasi Menurun
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur kepada keluarga, jika
memungkinkan
4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. Scope (laringoskop dan stetoskop)
b. Tube (ETT sesuai ukuran)
c. Airway ( pipa orofaring atau nasofaring)
d. Tape (Plester dan gunting untuk fiksasi)
e. Introducer (mandrin atau stylet)
f. Connector (selang penyambung)
g. Suction
h. Sarung tangan steril
i. Masker
37

j. Jeli
k. Spuit 20 cc
l. Bag Valve Mask (BVM)
5. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan dan masker
7. Periksa integritas balon ETT
8. Pasang mandrin pada bagian dalam ETT
9. Lumasi ETT dengan jeli
10. Posisikan pasien telentang dengan leher ekstensi
11. Lakukan pendampingan pasien selama pemasangan dilakukan operator:
a. Buka mulut pasien dengan teknik cross finger (ibu jari dan telunjuk)
b. Masukkan ETT melewati epiglotis dengan tangan kanan
c. Kembangkan balon ETT
d. Angkat blade laringoskop dari mulut pasien
e. Pegang ETT dengan satu tangan dan lepas mandrin dengan tangan
lainnya
12. Lakukan suction, jika perlu
13. Sambungkan ETT dengan BVM
14. Periksa ketepatan posisi ETT dengan auskultasi bunyi paru
15. Fiksasi ETT dengan plester
16. Sambungkan ETT dengan connector sumber oksigen
17. Rapihkan pasien dan alat-alat yang digunakan
18. Lepaskan sarung tangan dan masker
19. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
20. Baca Hamdalah
21. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Aehlert, B. (2017). ACLS Study Guide (5th ed). St. Louis:Elsevier
2. American Heart Association (2016). ACLS Provider Manual Implementary
Material. USA:AHA
3. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing :
Principles and Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
4. Burns, S.M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3 th ed). New
York: McGraw-Hill Education
5. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th
ed). USA : Jones & Barlett Learning
6. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
8. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI

L. Standar Prosedur Operasional Ekstubasi Selang Endotrakheal

Kategori Fisiologis
Sub Kategori Respirasi
Definisi Melepaskan selang endotrakhea dari jalan napas melalui mulut
Diagnosis Pola Napas Tidak Efektif
Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
Gangguan Ventilasi Spontan
Gangguan Penyapihan Ventilator
Luaran Pola Napas Membaik
Keperawatan Pertukaran Gas Meningkat
Ventilasi Spontan Meningkat
Penyapihan Ventilator Meningkat
Prosedur 1. Baca Basmallah
38

2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,


tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Identifikasi indikasi pelepasan selang endotrakheal
4. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur kepada keluarga, jika
memungkinkan
5. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. Sarung tangan steril
b. Spuit 20 cc
c. Selang oksigen pengganti (seperti RM, NRM) sesuai kebutuhan
d. Kasa
e. Selang suction, ukuran sesuai kebutuhan
f. Mesin suction
6. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
7. Pasang sarung tangan bersih
8. Posisikan pasien telentang atau sesuai kebutuhan
9. Lakukan penghisapan lendir pada selang endotrakheal dan mulut, jika perlu
10. Kempiskan balon endotrakheal menggunakan spuit 20 cc
11. Lepaskan fiksasi luar
12. Tarik selang endotrakheal melalui mulut
13. Ulangi penghisapan lendir, jika perlu
14. Bersihkan area bibir dengan kasa, jika perlu
15. Berikan oksigen via selang oksigen pengganti, sesuai kebutuhan
16. Atur aliran oksigen, sesuai kebutuhan
17. Rapihkan pasien dan alat-alat yang digunakan
18. Lepaskan sarung tangan
19. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
20. Baca Hamdalah
21. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Aehlert, B. (2017). ACLS Study Guide (5th ed). St. Louis:Elsevier
2. American Heart Association (2016). ACLS Provider Manual Implementary
Material. USA:AHA
3. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing :
Principles and Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
4. Burns, S.M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3 th ed). New
York: McGraw-Hill Education
5. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th
ed). USA : Jones & Barlett Learning
6. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
8. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI

M. Standar Prosedur Operasional Pemasangan Neck Collar

Kategori Lingkungan
Sub Kategori Keamanan dan Proteksi
Definisi Memasang alat penyokong untuk immobilisasi leher atau tulang servikal
Diagnosis Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
Keperawatan Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Risiko Cedera
Luaran Perfusi Serebral Meningkat
Keperawatan Tingkat Cedera Menurun
Prosedur 1. Baca Basmallah
39

2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,


tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur kepada keluarga, jika
memungkinkan
4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. Sarung tangan bersih
b. Neck Collar, sesuai ukuran
5. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Lakukan pengukuran neck collar
8. Lakukan immobilisasi leher pasien secara manual dengan kedua lengan
perawat
9. Masukkan neck collar secara perlahan ke bagian belakang leher dengan
sedikit melewati leher
10. Letakkan bagian neck collar yang berlekuk tepat pada dagu
11. Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain
12. Lepaskan sarung tangan
13. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
14. Baca Hamdalah
15. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamental
of Nursing (10th ed). USA:Perason Education
2. Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procedures
(9th ed). UK: The Royal Marsden NHS Foundation Trust.
3. Perry, A.G. & Potter, P.A. (2014). Nursing Skill & Procedures (8 th ed). St.
Louis:Mosby Elsevier
4. Burns, S.M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3 th ed). New
York: McGraw-Hill Education
5. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th
ed). USA : Jones & Barlett Learning
6. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
8. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
9. Wilkinson, J.M., Treas, L.S., Barnett, K. & Smith, M.H. (2016). Fundamental
of Nursing (3th ed). Philadelphia: F.A Davis Company.
40

N. LATIHAN PRAKTEK
Coba praktekan bersama teman:
1. Pemasangan collar neck
2. Pemasangan OPA dan ETT
3. Penanganan sumbatan jalan napas total
O. LATIHAN SOAL
1. Seorang laki-laki, 25 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas tabrakan motor
dengan motor, korban tidak menggunakan helm dan terlempar beberapa meter.
kemudian dibawa ke UGD oleh keluarganya. Hasil pengkajian:komposmentis,
ada jejas diatas klavikula, TD 100/80 mmhg, frekuensi nadi 90 x/menit, frekuensi
napas 28 x/menit. Manakah tindakan yang akan dilakukan pada pasien tersebut?
a. Pasang collar neck
b. Lakukan cross finger
c. Lakukan head tilt chin lift
d. Lakukan tindakan suctioning
e. Pasang mayo/ oro pharingeal airways
2. Seorang perempuan, 45 tahun, mengalami kecelakaan, kemudian dibawa ke UGD
oleh keluarganya. Hasil pengkajian: somnolen, suara napas snoring, TD 100/80
mmhg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 28x/menit. Manakah tindakan
yang akan dilakukan pada pasien tersebut?
a. Lakukan cross finger
b. Berikan terapi oksigen
c. Lakukan head tilt chin lift
d. Lakukan tindakan suctioning
e. Pasang mayo/ oro pharingeal airways
3. Seorang bayi perempuan, 3 bulan, dibawa ibunya ke ruang unit gawat darurat,
pasien mengalami sumbatan jalan napas total. Hasil pengkajian didapatkan warna
kulit mulai terlihat kebiru-biruan, dan kesadaran pasien mulai menurun. Manakah
tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?
a. Chest trust
b. Abdominal trust
c. Heimlich manuveur
d. Cek kesadaran pasien
e. Berikan terapi oksigen
4. Seorang perempuan, 35 tahun, dibawa ke ruang UGD, pasien mengalami
sumbatan jalan napas total. Hasil pengkajian didapatkan warna kulit mulai terlihat
kebiru-biruan, dan kesadaran pasien mulai menurun. Manakah tindakan selanjutnya
yang harus dilakukan?
a. Chest trust
b. Abdominal trust
c. Cek kesadaran pasien
d. Berikan terapi oksigen
e. Anjurkan batuk efektif
41

TOPIK 4 MANAJEMEN BREATHING

A. Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mampu mengetahui masalah dan penanganan pada pernapasan/
breathing.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui masalah yang terjadi pada breathing
2. Mengidentifikasi factor penyebab masalah pada breathing
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala adanya gangguan pada breathing
4. Mengatasi masalah gangguan pada breathing
C. Pendahuluan
Airway sudah stabil maka tindakan selanjutnya adalah menjamin pernapasan
adekuat bagi pasien. Otak, jantung dan hati sangat sensitif terhadap suplai oksigen
yang tidak adekuat. Sel-sel otak akan mengalami kematian hanya beberapa menit
tanpa oksigen. Perhatikan usaha pasien untuk bernapas. Naik turunnya pergerakan
dada, penggunaan otot bantu pernapasan. Pada pasein sadar penting di cek
kemampuan berbicaranya ketika mampu berbicara berarti pernapasan pasien baik,
sebaliknya apabila hanya bias mengeluarkan suara atau biacarnya putus-putus
berarti pernapasannya tidak adekuat.
Pada pasien tidak sadar, setelah pemeriksaan nadi karotis dan teraba, buka jalan
napasnya dan pastikan tidak ada sumbatan total jalan napas. Setelah itu lakukan
teknik look listen and feel dalam waktu ± 10 detik yakni lihat pergerakan dada,
dengarkan suara napas dan rasakan hembusan napas pasien. Jika tidak ada berarti
pasien mengalami henti napas lakukan segera napas buatan.
D. Tanda-tanda pernapasan tidak adekuat
1. Pernapasan yang sangat cepat atau sangat lambat Frekuensi napas normal
adalah
• Orang dewasa 12-20x/menit
• Anak-anak 15-30x/menit
• Bayi 30-50x/menit
Apabila lebih cepat atau lebih lambat itu menandakan adanya gangguan
pernapasan.
2. Pergerakan dinding dada yang tidak adekuat
Pernapasan yang adekuat adalah pernapasan normal yang diikuti oleh naik
turunnya dada. Jika tidak ada pergerakan dada atau hanya satu dinding dada
yang bergerak maka menandakan bahwa pernapasan tidak adekuat.
3. Sianosis
Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan membrane mukosa.
Terlihat jelas pada kuku, bibir, hidung dan telinga pasien. Hal tersebut
menandakan bahwa jaringan tubuh mengalami kekurangan oksigen.
42

4. Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran seringkali berhubungan dengan status jalan napas dan
pernapasan pasien. Pasien yang mengalami disorientasi, kebingungan dan
tidak sadar bukan tidak mungkin mengalami pernapasan yang tidak adekuat.
(Contoh pada pasien tidak sadar kerja silia tidak berfungi sehingga pasien
tidak bisa batuk, alhasil produksi secret menumpuk dan menyumbat jalan
napas sehingga asupan oksigen tidak adekuat. Selain itu juga pada pasien tidak
sadar pangkal lidahnya akan jatuh ke belakang dan menyumbat jalan napas
juga).
5. Usaha bernapas yang berlebihan/sesak
Tanda pernapasan yang tidak adekuat adalah ketika pasien bernapas dengan
menggunakan otot-otot bantu napas seperti otot perut, tampak tarikan
otot/retraksi diantara tulang rusuk dan otot sekitar leher. Pada anak dapat
terjadi “chain saw” dimana pernapasan menggunakan pergerakan dada dan
perut.
6. Sesak dan ngorok
Suara tersebut menandakan pasien kesulitan dalam bernapas. Waspadai suara
napas abnormallain seperti gurgling, snoring, stridor, crowing.
7. Denyut nadi yang lambat diikuti oleh frekuensi napas yang lambat.
Pada tahap lanjut ketika pernapasan tidak adekuat maka akan diikuti dengan
denyut nadi yang lemah dan lambat, dan frekuensi pernapasan yang tadinya
cepat menjadi lambat.

E. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Perhatikan frekuensi napas, irama dan bentuk pernapasan. Perhatikan juga
pergerakan dada apakah simetris atau tidak, lihat juga apakah ada
dispneua/sulit bernapas.
2. Auskultasi
Dengarkan bunyi napas vesikuler atau ada bunyi tambahan seperti ronchi.
Bunyi napas harus sama kiri dan kanan. Tempat pemeriksaan utama dibawah
klavikula pada garis aksila anterior.
3. Perkusi
Keadaan normal akan terdengar sonor, hipersonor menandakan adanya
penumpukan udara pada rongga dada (tension pneumothoraks), dull/redup
menandakan adanya cairan/dada padarongga dada (hemothoraks).
4. Palpasi
Identifikakasi adanya nyeri tekan dan krepitasi. Kemungkinan adanya patah
tulah iga pada kondisi trauma thoraks.
43

F. Pemasangan pulse oksimeter


Pemasnagan pulse oksimeter dapat membantu penolong untuk mendeteksi dini
terjadinya perburukan system pernapasan atau kardiovaskuler sebelum munculnya
gejala klinis yang nyata. SpO2 normal adalah 95-100. Apabila turun sampai
dibawah 90 kemungkinan besar telah terjadi perburukan pengiriman oksigen ke
jaringan.
Saturasi oksigen Interpretasi Intervensi
(oksimeter)
95-100 Normal Nasal kanul (4 liter/menit)
90-94 Hipoksia ringan-sedang Simple mask (6-8
liter/menit)
85-89 Hipoksia sedang-berat Non rebreathing (8-
12
liter/menit)
<85 Hipoksia berat – Assisted ventilation
mengancam
nyawa
G. Oksigen dan ventilasi
Tujuan utama dari oksigenasi dan ventilasi adalah tercukupinya
kebutuhan oksigen sel dan jaringan dengan cara memberikan oksigen
dan ventilasi yang cukup.
Alat Flow Delivery O2
rate
Nasal Kanul 1 liter/Menit 21-24%
2 liter/Menit 25-28%
3 liter/Menit 29-32%
4 liter/Menit 33-36%
5 liter/Menit 37-40%
6 liter/Menit 41-44%
Rebreathing Mask 6-10 liter/ Menit 35-60%
Non Rebreathing Mask 8 liter/ Menit 80%
9 liter / Menit 90%
10-15 liter/menit 95-100%
44

Alat-alat yang digunakan untuk pemberian oksigen adalah :


1. Nasal kanul
Nasal kanul lebih dapat ditolerir oleh anak-anak, orang dewasa juga lebih
merasa nyaman. Kekurangannya adalah konsentrasi yang dihasilkan kecil.
Selain itu pemberian oksigen melalui nasal kanul tidak boleh lebih dari 6
liter/menit karena bisa mengakibatkan iritasi pada mukosa hidung dan oksigen
akan terbuang.

2. Simple mask
Simple mask lebih baik daripada nasal kanul karena konsentrasinya lebih
tinggi. Kekurangannya udara bersih dan udara ekspirasui masih tercampur
sehingga konsentrasi oksigen masih belum maksimal.

3. Non rebreathing mask


Ini yang paling tinggi konsentrasi oksigennya. Alat ini hampir sama dengan
rebreathing mask tapi yang membedakannya adalah alat ini dilengkapi dengan
klep agar udara inspirasi dan ekspirasi tidak tercampur. Selain itu alat ini
dilengkapi dengan reservoir (kantung udara) untuk menampung udara untuk
inspirasi. Apabila menginginkan pemberian dengan kosentrasitinggi, maka
pemakaian alat ini merupakan pilihan yang paling baik.

4. Rebreathing mask
Pemakaian alat ini lebih baik daripada simple mask walaupun masih aka nada
pencampuran antara udara bersih dan udara hasil ekspirasi.
45

Pemberian ventilasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:


1. Mouth to mouth ventilation
Tindakan ini hanya dilakukan apabila tidak tersedia alat untuk memberikan
napas buatan. Biasanya ini dilakukan oleh oramg awam. Dalam hal ini penting
menggunakan filter / barrierdevice untuk menghindari kontak langsung.
2. Mouth to mask ventilation
Pemberian napas buatan dari mulut ke masker lebih aman karena tidak ada
kontak langsung dengan pasien. Masker yang digunakan biasanya pocket
mask. Hal yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya kebocoran
agar pernapasan yang diberikan efektif. Tindakan ini juga bisa dilakukan
sambil melakukan fiksasi kepala pada pasien trauma.
3. Bag valve mask (BVM)
Alat bag valve terdiri dari kantong udara dan non rebreathing valve yang dapat
disambungkan dengan masker, ETT atau alat airway definif lainnya. Tindakan
ini lebih baik dilakukan oleh berdua, seorang bertugas memompa satu orang
lagi memegang masker sambal melakukan fiksasi kepala. Apabila
disambungkan ke tabung oksigen dan dipasang reservoir akan menghasilkan
konsentrasi oksigen sampai dengan 100%. Pemompaan dilakukan sampai
terlihat pengembangan dada. Pemakaian BVM yang terlalu lama pada pasien
tidak sadar akan mengakibatkan penumpukan udara di lambung yang beresiko
terjadinya muntah, oleh akrena itu sebaiknya segera dilakukan pemasangan
ETT.
4. Assisted Ventilation
Jika pasien bernapas tetapi tidak adekuat maka harus diberikan bantuan
pernapasan (assisted ventilation). Apabila frekuensi napasnya kurang maka
harus ditambahkan diantara inspirasi pasien. Apabila terlalu dangkal maka
harus dibantu dengan dorongan bagging.
46

TOPIK 5 MANAJEMEN SIRKULASI


A. BANTUAN HIDUP DASAR PADA DEWASA
1. Definisi
Bantuan hidup dasar pada dewasa adalah tindakan pertolongan medis sederhana
yang dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung sebelum diberikan
tindakan pertolongan medis lanjutan.
2. Tujuan
Memberikan bantuan sirkulasi dan pernapasan yang adekuat sampai keadaan
henti jantung teratasi atau sampai penderita dinyatakan meninggal.
3. Indikasi
a. Henti jantung
b. Henti napas
4. Pelaksanaan bantuan hidup dasar
Urutan pelaksanaan bantuan hidup dasar yang benar akan memperbaiki tingkat
keberhasilan. Berdasarkan panduan hidup dasar yang dikeluarkan oleh
American Heart Association dan European Society of Resuscitation,
pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita,
aktivasi layanan gawat adrurat dan dilanjutkan dengan tindakan pertolongan
yang diawali denga Circulation-Airway-Breathing-Defibrilator (CABD).
Mata rantai keberhasilan/the chain of survival

a. Penilaian respons
Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah
aman untuk melakukan pertolongan. Penilaian respons dilakukan dengan
cara menepuk-nepuk dan menggoyangkan penderita sambil berteriak
memanggil penderita.
47

Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respons penderita,


yaitu :
• Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respons yang diberikan,
maka usahakan tetap mempertahankan posisi seperti pada saat ditemukan
atau diposisikan ke posisi mantap sambil terus melakukan pemantauan tanda-
tanda vital sampai bantuan datang
• Bila penderita tidak memberikan respons serta tidak bernapas atau bernapas
tidak normal (gasping), maka penderita dianggap mengalami keadaan henti
jantung. Langkah selanjutnyayang perlu dilakukan adalah melakukan aktivasi
sistem layanan gawat darurat
b. Pengaktifan sistem layanan gawat darurat
Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran penderita dan tidak didapatkan
respons, hendaknya penolong meminta bantuan orang terdekat untuk menelepon
sistem layanan gawat darurat, bila tidak ada orang maka sebaiknya penolong
menelepon sistem layanan gawat darurat dan menjelaskan lokasi penderita,
kondisi penderita, serta bantuan yang telah diberikan.
c. Kompresi jantung (circulation)
Sebelum melakukan kompresi dada, penolong harus melakukan pemeriksaan
awal untuk memastikan bahwa penderita dalam keadaan tanpa nadi saat akan
dilakukan pertolongan. Pemeriksaannya dengan melakukan perabaan denyut
arteri karotis dalam waktu maksimal 10 detik. Pemeriksaan arteri karotis
dilakukan dengan memegang leher penderita dan mencari trakea dengan 2-3
jari. Selanjutnya dilakukan perabaan bergeser ke lateral sampai menemukan
batas trakea dengan otot samping leher (tempat arteri karotis berada).
Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada
setengan bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah yang
akan meningkatkan tekanan intratorakal serta penekanan langsung pada dinding
jantung. Komponen yang perlu diperhatikan yaitu:
• Penderita dibaringkan ditempat yang datar dan keras
• Tentukan lokasi kompresi di mid sternum dengan cara meletakkan tumit telapak
tangan yang telahsaling berkaitan dibagian setengah bawah dinding sternum
48

• Melakukan kompresi dada pada kecepatan 100-120x/menit


• Kedalaman minimal 5 – 6 cm
• Rekoil penuh setelah setiap kali kompresi dan meminimalkan jeda dalam
kompresi.
• Membuka jalan napas dengan teknik head tilt chin lift (jika tidak ada trauma
servikal), jaw thrust (jika ada trauma servikal)
• Memberikan ventilasi yang cukup (2 nafas buatan setelah 30 kompresi, setiap
napas buatan diberikan lebih dari 1 detik, setiap kali diberikan dada akan
terangkat.
• Lanjutkan melakukan kompresi dan ventilasi dengan perbandingan 30
kompresi : 2 Ventilasi selama 2 menit/5 siklus.
49

d. Airway
Pada penderita yang tidak sadarkan diri, maka tonus otot-otot tubuh akan
melemah termasuk otot rahang dan leher. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan lidah dan epiglotis terjatuh ke belakang dan menyumbat jalan
napas. Jalan napas dapat dibuka oleh penolong dengan metode:
• Head tilt chin lift maneuver (dorong kepala ke belakang sambil mengangkat
dagu). Tindakan ini aman dilakukan bila penderita tidak dicurigai mengalami
gangguan/trauma tulang leher.

• Bila penderita dicurigai mengalami trauma leher, maka tindakan untuk


membuka jalan napas dilakukan dengan cara menekan rahang bawah ke arah
belakang (jaw thrust)

Setelah dilakukan tindakan membuka jalan napas, langkah selanjutnya adalah


dengan pemberian napas bantuan. Tindakan pembersihan jalan napas, serta
maneuver look,listen and feel tidak dikerjakan lagi kecuali jika tindakan
pemberian napas bantuan tidak menyebabkan paru berkembang secara
baik.
e. Breathing (ventilasi)
Tindakan pemberian napas bantuan kepada penderita henti jantung setelah satu
siklus kompresi selesai dilakukan (30 kali kompresi). Pemberian napas bantuan
bisa dilakukan dengan metode:
• Mulut ke mulut (mouth to mouth)
Metode ini merupakan metode yang paling mudah dan cepat. Oksigen yang
dipakai berasal dari udara yang dikeluarkan oleh penolong. Caranya yaitu:
✓ Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang dilajutkan dengan
menjepit hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan
✓ Buka sedikit mulut penderita, tarik napas panjang dan tempelkan rapat
bibir penolong melingkari mulut penderita, kemudian hembuskan lambat,
setiap tiupan selama 1 detik dan pastikan sampai dada terangkat.
✓ Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut
penderita, lihatapakah dada penderita turun waktu ekshalasi
50

• Mulut ke hidung (mouth to nose)


Napas bantuan ini dilakukan bila pernapasan mulut ke mulut sulit dilakukan,
misalnya karena trismus. Caranya adalah katupkan mulut penderita disertai
chin lift, kemudian hembuskan udara seperti pernapasan mulut ke mulut.
Buka mulut penderita waktu ekhalasi.
• Mulut ke sungkup
Penolong menghembuskan udara melalui sungkup yang diletakkan diatas
dan melingkupi mulut dan hidung penderita. Sungkup ini terbuat dari plastik
transparan sehingga muntahan dan warna bibir penderita dapat terlihat.
Cara melakukan pemberian napas mulut ke sungkup, yaitu:
✓ Letakkan sungkup pada muka penderita dan dipegang dengan kedua ibu
jari
✓ Lakukan head tilt chin lift/ jaw thrust, tekan sungkup ke muka
penderita, kemudianhembuskan udara melalui lubang sungkup sampai
dada terangkat
✓ Hentikan hembusan dan amati turunnya pergerakan dinding dada
• Dengan kantung pernapasan
Alat ini dari kantung yang berbentuk balon dan katup satu arah yang
menempel pada sungkup muka. Volume kantung napas ini 1600ml. Alat ini
digunakan untuk pemberian napas bantuan dengan disambungkan ke sumber
oksigen. Bila alat tersebut disambungkan ke sumber oksigen maka kecepatan
aliran oksigen bisa sampai 12 L/menit. Penolong hanya memompa sekitar
400-600ml (6-7ml/kg) dalam 1 detik ke penderita. Bila tanpa oksigen
dipompakan 10ml/kg BB penderita dalam 1 detik.
Caranya dengan menempatkan tangan untuk membuka jalan napas dan
meletakkan sungkup menutupi muka dengan teknik E-C Clamp (bila seorang
diri), yaitu jari-jari ketiga, ke empat dan kelima membentuk huruf E dan
diletakkan dibawah rahang bawah untuk mengekstensi dagu dan rahang
bawah, ibu jari dan telunjuk membentuk huruf C untuk mempertahankan
sungkup di muka penderita. Tindakan ini akan mengangkat lidah dari
belakang faring dan membuka jalan napas.
✓ Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan telunjuk melingkari pinggir sungkup
dan jari-jari lainnya mengangkat rahang bawah (E-C Clamp), tangan yang
lain memompa kantung napas sambil melihat dada terangkat.
✓ Bila dengan 2 penolong, 1 penolong pada posisi diatas kepala penderita
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untuk mencegah
agar tidak terjadi kebocoran disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang
lain mengangkat rahang bawah dengan mengeskstensikan sambil melihat
pergerakan dada. Penolong kedua secara perlahan memompa kantung
sampai dada terangkat.
51

5. Komplikasi
a. Aspirasi regurgitasi
b. Fraktur kosta-sternum
c. Pneumotoraks, hematoraks, kontusio paru
d. Laserasi hati atau limpa
52
53

B. BANTUAN HIDUP DASAR PADA IBU HAMIL


Resusitasi pada ibu hamil memerlukan penanganan khusus. Selama kehamilan normal
terjadi peningkatan cardiac output sebesar 50%. Denyut jantung ibu, isi sekuncup,dan
kebutuhan oksigen tentu akan naik. Jika korban dalam posisi telentang uterus yang
gravid akan menekan vena kava inferior, vena iliaka, dan aorta abdominalis dan akan
mengakibatkan penurunan cardiac output sebesar 25%. Kasus potensial yang dapat
menyebabkan henti jantung pada kehamilan adalah sebagaiberikut :
1. Cairan emboli dari amnion
2. Eklamspsia
3. Keracunan obat
Henti jantung sendiri mungkin berhubungan dengan penyakit-penyakit yang dialami
oleh penderita tersebut, termasuk kardiomiopati kongestif, diseksi aorta, emboli paru,
perdarahan akibat kehamilan yang berhubungan dengan kondisi patologis. Untuk
mencegah henti jantung pada wanita hamil, jika memungkinkan letakkan penderita
pada posisi lateral kiri. Hal ini akan mengurangi tekanan pada vena kava inferior dan
mungkin menaikkan volume darah yang menuju ke jantung. Kompresi dada lebih
efektif jika penderita dimiringkan ke kiri.

PENTING UNTUK DIINGAT: KAPAN RJP DIHENTIKAN !!

Kembalinya ventilasi dan sirkulasi spontan


Ada penolong yang lebih bertanggung jawab
Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon,
Adanya DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
Adanya tanda kematian yang irreversibel.

PENTING UNTUK DIINGAT : KAPAN RJP TIDAK


DILAKUKAN !!

Tanda kematian : rigormortis


Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek
denganterapi maksimal
Bila menolong korban akan membahayakan penolong
54

C. Circulation
Masalah yang biasa timbul dari system sirkulasi adalah akibat perdarahan baik luar
maupun dalam yang dapat menimbulkan terjadinya syok. Perdarahan eksternal itu
terjadi apabila terjadi perlukaan sehingga penanganannya adalah dilakukan direct
pressure (penekanan langsung) pada daerah luka atau 3T (Tutup, Tekan,
Tinggikan). Apabila dicurigai adanya perdarahan internal, maka harus jeli
melakukan pemeriksaan fisik dengan cepat menggunakan teknik inspeksi,
auskultasi dan palpasi pada daerah yang dicurigai mengalami perdarahan. Cedera
pada tulang/daerah yang menampung cairan darah yang banyak (thoraks, abdomen,
pelvis, femur, retro peritoneal) ini bias menyebabkan syok, sehingga harus segera
dilakukan stabilisasi dengan pemasanganspalk/bidai dan resusitasi cairan.
Tanda-tanda terjadinya shok adalah :
• Nadi teraba lemah, cepat >100x/menit, atau lambat < 60x/menit
• Akral dingin : hipotermia
• Sianosis pada daerah mulut dan perifer
Penanganannya yaitu dengan resusitasi cairan intravena dengan cairan kristaloid
(RL), suhu hangat (39-400 C), 2 jalur akses vena, IV line diameter besar, tetesan
loading/guyur, dan pada saat pemasangan infus ambil darah untuk crossmatch dan
pada pasien remaja- dewasa cek HCG untuk kemungkinan kehamilan.
“ASUMSI PENGGANTIAN CAIRAN YANG HILANG ADALAH 3 FOR 1 RULE.
ARTINYA SETIAP 1 CC CAIRAN YANG HILANG DIGANTI DENGAN 3 CC
CAIRAN”
Berikut protokol penanganan masalah sirkulasi:
• Kontrol perdarahan dengan balut tekan/3T atau tindakan pembedahan lebih
lanjut
• Jika terjadi shok, lakukan pemasangan infus 2 jalur dengan ukuran kanul paling
besar
• Ambil darah pada saat akses IV untuk pemeriksaan crossmatch
• Kolaborasi pemberian cairan kristaloid seperti ringer laktat (RL) hangat (39-400
C)
• Jika terjadi patah tulang lakukan pembidaian.
55

D. Standar Prosedur Operasional Resusitasi Jantung Paru Pada Pasien Dewasa


Kategori Fisiologis
Sub Kategori Sirkulasi
Definisi Memberikan pertolongan pertama pada kondisi henti napas dan henti jantung
dengan teknik kombinasi kompresi pada dada dan bantuan napas pada pasien
dewasa.
Diagnosis Gangguan Sirkulasi Spontan
Keperawatan Gangguan Ventilasi Spontan
Luaran Sirkulasi Spontan Meningkat
Keperawatan Ventilasi Spontan Meningkat
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Periksa respons pasien dengan memanggil, menepuk bahu dan/atau
memberikan rangsangan nyeri
3. Aktifkan Emergency Medical System atau berteriak minta tolong
4. Pasang sarung tangan bersih, jika memungkinkan
5. Posisikan pasien di tempat datar dan keras (jika pasien di lantai), atau
tempatkan papan RJP dibawah tubuh pasien pas bagian dada (jika pasien di
tempat tidur)
6. Atur posisi penolong berlutut disamping dada pasien (jika pasien di lantai),
atau berdiri di samping dada pasien (jika pasien di tempat tidur)
7. Periksa nadi karotis dan napas secara bersamaan dalam waktu < 10 detik
8. Lakukan rescue breathing jika nadi karotis teraba tetapi tidak ada napas
9. Lakukan kompresi dada jika nadi karotis tidak teraba:
a. Posisikan tumit telapak tangan menumpuk di atas telapak tangan yang
lain tegak lurus pada pertengahan dada atau seperdua bawah sternum
b. Lakukan kompresi dada dengan kecepatan 100-120 kali/menit dan
kedalaman 5-6 cm
10. Buka dan bersihkan jalan napas dengan teknik atau head tilt – chin lift jaw
thrust (jika curiga cedera servikal)
11. Berikan bantuan napas (ventilasi) 2 kali dengan menggunakan BVM
12. Lakukan kompresi dan ventilasi dengan kombinasi 30:2 sebanyak 5 siklus
atau sekitar 2 menit
13. Periksa nadi karotis dan napas setiap 2 menit atau 5 siklus:
a. Lakukan RJP kembali jika nadi karotis tidak teraba
b. Lakukan rescue breathing 10-12 kali/menit jika nadi karotis teraba dan
napas tidak ada
14. Berikan posisi pemulihan (recovery position) jika nadi karotis teraba dan
napas ada tetapi belum sadar (jika pasien di lantai) atau berikan posisi semi
fowler (jika pasien di tempat tidur)
15. Lepaskan sarung tangan
16. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
17. Baca Hamdalah
18. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Aehlert, B. (2017). ACLS Study Guide (5th ed). St. Louis:Elsevier
2. American Heart Association (2016). ACLS Provider Manual Implementary
Material. USA:AHA
3. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing :
Principles and Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
4. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
5. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
6. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. Wilkinson, J.M., Treas, L.S., Barnett, K. & Smith, M.H. (2016). Fundamental
of Nursing (3th ed). Philadelphia: F.A Davis Company.
56

E. Standar Prosedur Operasional Pemasangan Bidai

Kategori Fisiologis
Sub Kategori Aktivitas dan Istirahat
Definisi Melakukan pemasangan penopang untuk menstabilisasi, mengimobilisasi, dan
memproteksi bagian tubuh yang cedera.
Diagnosis Gangguan Integritas Jaringan
Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik
Nyeri Akut
Risiko Gangguan Integritas Jaringan
Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
Risiko Luka Tekan
Luaran Integritas Jaringan Meningkat
Keperawatan Mobilitas Meningkat
Tingkat Nyeri Menurun
Neurovaskuler Perifer Meningkat
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. Sarung tangan
b. Bidai sesuai ukuran (melewati dua persendian ekstremitas yang cedera)
c. Mitela atau perban elastis
d. Kassa steril, jika perlu
5. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan
7. Atur posisi pasien senyaman mungkin
8. Buka pakaian yang menutupi area faktur
9. Lakukan penghentian perdarahan dengan balut tekan, jika terjadi perdarahan
10. Lakukan perawatan luka, pada fraktur terbuka atau terdapat luka
11. Periksa pulsasi, motorik dan sensorik (PMS)
12. Pasang bidai melewati dua persendian
13. Fiksasi bidai dengan mitela atau perban elastis
14. Periksa kembali pulsasi, motorik dan sensorik (PMS)
15. Lepaskan sarung tangan
16. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
17. Baca Hamdalah
18. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. American Nurses Association (2018). Sheehy’s Emergency Nursing :
Principles and Practice (7th ed). St. Louis:Elsevier
2. Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8 th
ed). USA : Jones & Barlett Learning
3. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
4. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
5. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
57

F. LATIHAN PRAKTEK
Coba praktekan RJP pada Dewasa pada phantom.
G. LATIHAN SOAL
1. Urutan tindakan dalam melakukan tindakan resusitasi jantung paru pada klien yang mengalami henti
jantung dan hentinafas adalah :
a. D – R – B – A – C
b. D – R – A – B – C
c. D – R – C – A – B
d. R – D – A – B – C
e. R – D – C – A – B
2. Seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan dibawa ke ruang unit gawat darurat, tiba-tiba pasien
mengalami henti napas danhenti jantung. Perawat memakai alat pelindung diri, kemudian mengecek
respon pasien dan mengaktifkan sistem emergency, Manakah tindakan selanjutnya yang harus
dilakukan?
a. Mengecek nadi karotis pasien
b. Mengecek nadi brachialis pasien
c. Memberikan bantuan nafas sebanyak 2 kali
d. Melakukan kompresi jantung sebanyak 30 kali
e. Membuka jalan napas dengan teknik head tilt chin lift
3. Seorang laki-laki berusia 33 tahun dibawa ke ruang unit gawat darurat karena menelan biji
rambutan. Tiba-tiba pasien mengalami penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan pasien mengalami
henti napas dan henti jantung. Perawat langsung melakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP).
Dimanakah posisi tangan perawat tersebut?
a. Mid sternum
b. Seper tiga sternum
c. Bagian atas sternum
d. Intercosta ke empat
e. Procesus xypoideus
4. Seorang laki-laki berusia 39 tahun dibawa ke ruang unit gawat darurat karena serangan jantung.
Tiba-tiba pasien mengalami penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan pasien mengalami henti
napas dan henti jantung. Perawat langsung melakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP).
Berapakah kedalaman pijatan tangan perawat tersebut?
a. 1 cm
b. 2 cm
c. 3 cm
d. 4 cm
e. 5 cm
5. Seorang perempuan berusia 35 tahun dibawa ke ruang unit gawat darurat dalam keadaan tidak
sadarkan diri. Pada saat dikaji pasien mengalami henti napas henti jantung, perawat melakukan
tindakan resusitasi jantung paru. Berapakah kecepatan minimal melakukan kompresi dalam waktu
satu menit?
a. 10-30 x/menit
b. 30-60x/menit
c. 60-100x/menit
d. 100-120x/menit
e. 120-140x/menit
58

TOPIK 6 TRANSFER PASIEN GAWAT DARURAT

A. Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mampu melaksanakan simulasi transfer pasien gawat darurat.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan
tindakan transfer pasien gawat darurat
C. Standar Prosedur Operasional Transfer Pasien
Kategori Lingkungan
Sub Kategori Keamanan dan Proteksi
Definisi Menyiapkan dan mengirimkan pasien ke ruangan lain
Diagnosis Risiko Cedera
Keperawatan Risiko Jatuh
Luaran Tingkat Cedera Menurun
Keperawatan Tingkat Jatuh Menurun
Prosedur 1. Baca Basmallah
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
3. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. Sarung tangan
b. Brankar atau kursi roda, sesuai kebutuhan
c. Tabung oksigen, jika perlu
d. Emergency kit, jika perlu
e. Formulir transfer pasien
f. Rekam medis pasien
5. Lakukan kebersihan/cuci tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Periksa keadaan umum pasien
8. Lengkapi formulir transfer pasien
9. Koordinasi dengan perawat ruangan yang di tuju bahwa pasien telah siap
ditransfer
10. Transfer pasien ke ruangan yang di tuju dengan alat transfer yang sesuai
(seperti brankar, kursi roda)
11. Monitor kondisi pasien selama proses transfer
12. Lakukan dukungan ventilasi selama transfer, jika perlu
13. Pindahkan pasien dari brankar atau kursi roda ke tempat tidur ruangan yang
dituju
14. Lakukan serah terima pasien dengan perawat ruangan yang dituju
15. Lepaskan sarung tangan
16. Lakukan kebersihan/ cuci tangan 6 langkah
17. Baca Hamdalah
18. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien
Referensi 1. Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamental
of Nursing (10th ed). USA:Perason Education
2. Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procedures
(9th ed). UK: The Royal Marsden NHS Foundation Trust.
3. Perry, A.G. & Potter, P.A. (2014). Nursing Skill & Procedures (8 th ed). St.
Louis:Mosby Elsevier
4. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
59

Indikator Diagnostik (1th ed). Jakarta:DPP PPNI


5. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
6. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP PPNI
7. Wilkinson, J.M., Treas, L.S., Barnett, K. & Smith, M.H. (2016). Fundamental
of Nursing (3th ed). Philadelphia: F.A Davis Company.
60

DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2020). Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association 2020
untuk CPR danECC.

Hammond B B & Gerber P Z. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Care. United


States of America: Elsevier Mosby

Kozier & Erb. (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi -5. EGC. Jakarta

Krisanty, P., S. Manurung, et al. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.


Jakarta, CV. TransInfo Media.

PPNI. (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan (1th ed). Jakarta:DPP
PPNI

Pro Emergency (2022). Basic Trauma Life Support (BTLS). Jakarta

Pusdik SDM Kesehatan. (2016). Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana.
KementerianKesehatan Republik Indonesia.

Rosidawati, I. (2020). Penanganan Kegawatdaruratan Berbasis Masyarakat.


Tasikmalaya: Edu Publisher

Rosidawati I, Sudiayem I, Zaenal M, Agus P A, & Delfina R. (2020). Pengantar


Keperawatan Prinsip Dasar, Manajemen dan Praktik. Yogyakarta: Bintang
Pustaka Madani
61

JADWAL PRAKTIKUM TINGKAT 3 S1 ILMU


KEPERAWATAN

Pert Kelompok Nama


ke- Pembimbing
Kel 1 Hana Ariyani, M.Kep (Pengkajian kegawatdaruratan dan
Manajemen AB)
1
Kel 2 Agus Andriana, S. Kep.Ners (Triase dan Transfer Pasien)

Kel 3 Ida Rosidawati, M. Kep (Resusitasi Jantung Paru dan


Pembidaian)
Kel 2 Hana Ariyani, M.Kep (Pengkajian kegawatdaruratan dan
Manajemen AB)
2
Kel 3 Agus Andriana, S. Kep.Ners (Triase dan Transfer Pasien)

Kel 1 Ida Rosidawati, M. Kep (Resusitasi Jantung Paru dan


Pembidaian)
Kel 3 Hana Ariyani, M.Kep (Pengkajian kegawatdaruratan dan
Manajemen AB)
3
Kel 1 Agus Andriana, S. Kep.Ners (Triase dan Transfer Pasien)

Kel 2 Ida Rosidawati, M. Kep (Resusitasi Jantung Paru dan


Pembidaian)
6

PEMBAGIAN KELOMPOK PRAKTIKUM KELAS 3A


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FIKES UMTAS
TAHUN AKADEMIK 2023-2024
DOSEN
No NIM Nama Mahasiswa KELOMPOK
Pert-1 Pert-2 Pert-3

1 C1914201009 ILHAM MAOLANA YUNUS

2 C2014201051 NUR ALVYANA SOPYAN

3 C2114201004 MAYA PEBRIANTI

4 C2114201005 PUPUNG PURNAMA SYABANIAH

5 C2114201010 PUTRI NUR SABRINA

6 C2114201011 FIRDA INAYATI HAMDI UMI


1 Ida R Hana A Agus A
7 C2114201012 SANTI SEPTIANI
8 C2114201014 FAIZAL YANUAR

9 C2114201016 EGI ASIDIQI

10 C2114201018 ADIT RIJKI MAULANA

11 C2114201023 ANISA NURUL ZANNAH


FAUZIA MAULANA
12 C2114201024 FERDIANSYAH

13 C2114201027 FAISAL ASMI ZAELANI

14 C2114201029 WILDAN MAWARDI

15 C2114201031 HELMI FAUZAN ZAMALUDIN

16 C2114201032 MUHAMAD IQBAL ASSABIQ

17 C2114201034 SITI LEDIAWATI

18 C2114201040 NISSA NUR AWALLIYAH 2 Hana A Agus A Ida R

19 C2114201043 SALMA SITI KHUJAIPAH

20 C2114201046 ANANTA PUTRA

21 C2114201053 SUPRAYOGI

22 C2114201058 NASYWA LEILANI WIDYADHANA

23 C2114201059 NAFIL IKHSAN HIBATULLAH

24 C2114201060 RESSA OCTAVIA

25 C2114201065 DEDE OVI SOPIAH


26 C2114201071 ELSA LESTARI

27 C2114201084 KAKA AZI FADHILAH PEBRIAN

28 C2114201085 CHAIRUNNISA NURRAHIMAH

29 C2114201087 NENG HANA NUR FADILAH 3 Agus A Ida R Hana A

30 C2114201094 FIFI FITRIYAH AFIFAH

31 C2114201096 REVAL GUNAWAN FIKRIANSYAH

32 C2114201099 ANGGI RAMDHANI

33 C2114201111 RIFAN ARDIANSAH ABDILLAH

34 C2114201114 MUHAMAD FADIL YAKHSYALLAH


6

PEMBAGIAN KELOMPOK PRAKTIKUM KELAS 3B


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FIKES UMTAS
TAHUN AKADEMIK 2023-2024

DOSEN
No NIM Nama Mahasiswa KELOMPOK
Pert-1 Pert-2 Pert-3

1 C2114201002 NAFISA AWALIAH HERTANTO

2 C2114201006 SITA DANIYAH

3 C2114201009 WINDIYANI

4 C2114201013 VIKA ADELIA PUTRI


Hana Agus
5 C2114201015 VINA MARDIANA 1 Ida R
A A
6 C2114201017 RHENDY EDYTIA

7 C2114201020 RISYAF MUKTI JUANSYAH

8 C2114201021 TENI AMELIANI

9 C2114201022 GINA NURMALINA

10 C2114201042 MUTIA JULIANI

11 C2114201044 NAILA RIZKA APIPAH


12 C2114201055 NABILA BINTANG RAHMADANTI

13 C2114201057 HERNI DEVI PUSPITA SARI


Hana Agus
14 C2114201063 NONI USWA KUSWAYA 2 Ida R
A A
15 C2114201067 FARDILA NURHAMIDAH

16 C2114201068 ALSA DAIVA AZHAARA

17 C2114201074 IIP ARIFAH

18 C2114201075 TIARA OKTAVIANI

19 C2114201077 RIKA SEPTIANI

20 C2114201082 NENTI SUGIARTINI

21 C2114201091 NABILA MEISYENUR

22 C2114201095 RINDA NURAISYAH


Agus Hana
23 C2114201097 DELFI SEFTYANI 3 Ida R
A A
24 C2114201102 WILFA SILMI NURHAJIJAH

25 C2114201105 DILA PEBRIANTI


26 C2114201113 NIA KURNIA DEWI

27 C2114201115 SHEENA HASEENA ANDRIYANI


6

PEMBAGIAN KELOMPOK PRAKTIKUM KELAS 3C


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FIKES UMTAS
TAHUN AKADEMIK 2023-2024

DOSEN
No NIM Nama Mahasiswa KELOMPOK
Pert-1 Pert-2 Pert-3

1 C1814201075 INTAN AULIA BILQIS

2 C2114201026 YUSUP ANDANI

3 C2114201028 ICEP AGNI MAULANA 1 Ida R Hana A Agus A

4 C2114201037 AGUM DWI GUMELAR

5 C2114201049 AI YUNI APRIANI

6 C2114201050 AGNI AGUSTI ALASYPARI

7 C2114201061 JAHROTUN NISA

8 C2114201069 ALDEN JAYANA SURYA 2 Hana A Agus A Ida R

9 C2114201076 ERI IRYAWAN

10 C2114201081 SINDI NURMALIA

11 C2114201093 SHALZA AULIA YUSTIANDARI

12 C2114201098 TEGUH ZICHAM NOVANSYACH

13 C2114201101 AULIA PUTRI MAHARANI 3 Agus A Ida R Hana A

14 C2114201110 WAHIBATUL MASULA

15 C2114201116 FANDU FAUZAN SUNTANA

Anda mungkin juga menyukai