DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
SELVIANA 2022032053
SITI HASMAYUNI 2022032053
AYU ASTRIA ZADAR 2022032006
ROSANTI 2022032045
BADRUN KALUPEK 2022032007
JIHAN PAHIRA 2022032018
NIKADEK MAHARANI 2022032024
i
LEMBAR PENGESAHAN
STASE
KEPERAWATAN JIWA
Mengetahui :
Ns. Elin Hidayat, S.Kep., M.Kep Ns. Yulta Kadang, S.Kep., M.Kep
NIK. 20230901156 NIK. 20220901145
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
CI LAHAN CI INSTITUSI
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus yang berjudul ”Pada Ny.H Dengan
Anutapura Palu”. Terimakasih atas bimbingan dan arahan dari Pembimbing Institusi
dan kepada Pembimbing lahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar
kasus ini. Tentunya juga berkat Kerjasama dari teman-teman kelompok di praktik stase
Kegawatdaruratan.
Kami menyadari bahwa laporan seminar kasus ini masih ada kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan masukan demi
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan seminar kasus ini dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran secara khusus dalam pemberian asuhan keperawatan Pada Ny.H
Dengan Diagnosa Medis Hipoglikemia Di Ruangan Intensive Care Unit (Icu) Di RSUD
Anutapura Palu dan dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya profesi keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai
oleh kenaikan glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas
dan atau ganguan/resistensi insulin (International Diabetes Federation (IDF).2018).
DM tipe 2 merupakan kasus diabetes terbanyak terjadi pada 90% penderitas
diabetes diseluruh dunia. DM tipe 2 adalah kondisi dimana sel-sel dalam tubuh
merespon sepenuhnya terhadap insulin atau disebut dengan resistensi insulin.
Ketika dalam keadaan resistensi insulin, horman dalam tubuh bekerja tidak efektif
dan tidak pada waktunya, sehingga terjadinya peningkatan glukosa dalam darah
(International Diabetes Federation, 2019).
Diabetes mellitus terbanyak didunia, berdasarkan data dari International
Diabetes Federation, 2017 menunjukan bahwa terdapat lebih dari 10 juta penduduk
Indonesia menderita penyakit diabetes tipe 2. Bersadarkan data pada tahun 2017
kasus diabetes mellitus meningkat sebanyak 425.000.000 (8,8%) kasus di dunia
(Internasional Diabetes Federation, 2018). Angka kejadian ini dilaporkan semakin
meningkat dengan berjalannya waktu, terbukti dari laporan riset kesehatan dasar
(Riskesdas) yang menunjukkan bahwa prevalensi diabetes mellitus pada penduduk
dewasa di Indonesia sebesar 6,9% ditahun 2013 dan diprediksi melonjak pesat ke
angka 8,5% di tahun 2018. Word Health Organization (WHO), bahkan
memprediksikan penyakit diabetes mellitus akan menimpa lebih dari 21 juta
penduduk Indonesia ditahun 2030. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia
sebagai Negara ke ketuju dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak di
dunia (Kemenkes RI, 2019).
Kondisi terkait penyakit diabetes mellitus mengakibatkan komplikasi akut
yang dapat terjadi secara berulang dan resiko kesehatan, salah satu dampak negatif
yang sering terjadi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 adalah hipoglikemia
(Sutawardana et al, 2016). Hipoglikemia adalah suatu keadaan menurunnya
konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya system autonom dan
neuroglikopenia, hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa dalam
darah (Yale, dkk 2018).
Penderita diabetes mellitus tipe 2 memerlukan terapi insulin dalam jangka
panjang, penggunaan terapi insulin dapat menyebabkan resiko berupa hipoglikemia
yang disebabkan ketidakadekuatan pemberian insulin yang cenderung berlebihan
atau bahkan terjadinya kegagalan suatu mekanisme counter regulatory akibat proses
penyakit diabetes mellitus yang lebih berlangsung lama. Hipoglikemia terhadap
pasien diabetes mellitus merupakan komplikasi akut dari diabetes mellitus yang
dapat terjadi secara berulang dan dapat memperberat penyakit diabetes mellitus
bahkan sampai menyebabkan kematian (Sutawardana et al, 2016).
Prevalensi penderita yang mengalami hipoglikemia di Indonesia saat ini
belum diketahui secara pasti, berdasarkan hasil studi Health Maintenance
Organization (HMO) menyatakan bahwa kejadian hipoglikemia sejalan dengan
peningkatan prevalensi diabetes. Angka kejadian untuk pasien diabetes mellitus tipe
2 terapi insulin berkisah dari 3 sampai 70 pasien per 100 pasien pertahun. Angka
kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2 mencapai 10% selama
pemberian terapi insulin (Bilous, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penulisan
ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana Bentuk Asuhan Keperawatan
Pada Ny.H Dengan Diagnosa Medis Hipoglikemia Di Ruangan Intensive Care Unit
(ICU)?”.
C. Tunjuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan dengan Diagnosa Medis
Diagnosa Medis Hipoglikemia Di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) di
RSUD Anutapura palu.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis Hipoglikemia
Di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) di RSUD Anutapura palu
b. Merumuskan masalah keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Hipoglikemia Di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) di RSUD Anutapura
Palu
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Hipoglikemia Di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) di RSUD
Anutapura Palu
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Hipoglikemia Di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) di RSUD Anutapura
Palu
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Intitusi Pengambil Kebijakaan Rumah Sakit
Bagi intitusi pengambil kebijakan rumah sakit asuhan keperawatan ini bisa
dijadikan sumber referensi dalam pelaksanaan perawatan kegawat daruratan
dengan masalah Hipoglikemia.
2. Bagi Universitas Widya Nusantara Palu
Asuhan keperawatan ini bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk
pegembangan ilmu pengetahuan, khiususnya tentang perawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Hipoglikemia.
3. Bagi Kelompok
Bagi kelompok asuhan keperawatan ini dapat dijadikan bahan referensi
untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Hipoglikemia.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan seminar kasus ini, penulis menggunakan tehnik
pengumpulan data yaitu dengan wawancara langsung terhadap keluarga pasien
dengan tehnik anamnesa baik pada keluarga, serta teman sejawat. Observasi dengan
melakukan pengamatan kepada pasien, studi kepustakaan dengan mempelajari
buku-buku yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hipoglikemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah berada di
bawah normal. Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh kadar
gula darah (glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh
mempertahankan kadar gula antara 70-110 mg/ dl. Hipoglikemia merupakan
salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes melitus..
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur
dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai
hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Della Vira Afriana, 2019)
2. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh (Carlson, A., et al. 2021):
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di
hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak. Saat menyuntikan obat insulin, anda
harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi
gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau
kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak
sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat
pemeriksa gula darah sendiri.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit. Penderita diabetes sebaiknya
mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat
yang kerja cepat sesaat sebelum makan.Kadar insulin dalam darah harus
seimbang dengan makanan yang dikonsumsi.Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah
hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat. Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek
yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan
menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah
akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan. Alkohol menganggu pengeluaran
glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari. Pengobatan
diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda
salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat
di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan. Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan
suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari.
Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan
menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan. Tiap tiap obat insulin
sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik
atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa. Beberapa
penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus.Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
i. Gangguan hormonal. Orang dengan diabetes terkadang mengalami
gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan
kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi. Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah
bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya. Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya
mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat
ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami
hipoglikemia lagi.
3. Patofisiologi
Pada DM tipe 2, hipoglikemia terjadi akibat adanya kelebihan insulin dan
juga terjadinya gangguan pertahnan fisiologis yaitu terdapat penurunan pada
plasma glukosa. Glukosa sendiri merupakan bagian terpenting di dalam tubuh
sebagai bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Terjadinya
penurunan kadar gula dalam darah akan berkaitan pada sistem saraf pusat,
sistem pencernaan dan sistem peredaran darah.
Konsentrasi glukosa yang dimiliki dalam darah yang normal berjumlah
70-110 mg/dl. Penurunan jumlah kadar glukosa dalam darah akan memicu
repon pada tubuh, dimana ketika tubuh mengalami penurunan kadar gula dalam
darah akan memicu terjadinya penurunan konsentrasi insulin secara fisiologis,
serta akan membuat tubuh kehilangan kesadaran. Oleh karena itu, jika jumlah
kadar gula yang disuplai oleh darah mengalami penurunan, tentunya akan
mempengaruhi fungsi kerja otak. Saat tubuh ingin melakukan aktivitas yang
banyak, otak akan sangat bergantung pada suplai glukosa yang akan diberikan
secara terus menerus dari dalam jaringan sistem saraf pusat. Disaat otak
kehilangan suplai glukosa yang dibutuhkan, tubuh akan merespon dan secara
berlanjut akan terjadi penurunan kesadaran sehingga mengakibatkan terjadinya
pola napas tidak efektif. Ketergantungan yang dimiliki otak pada setiap menit
suplai glukosa yang dimiliki melalui sirkulasi diakibatkan karena
ketidakmampun otak dalam pemenuhan kadar cadangan glukosa sebagai
glikogen di dalam otak. Selain itu juga otak tidak dapat mencampurkan glukosa
dan hanya dapat menyimpan cadangan glukosa dalam bentuk glikogen namun
dalam jumlah yng kecil. Oleh karena itu, fungsi kerja otak yang normal akan
sangat bergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.
4. Pathway
Faktor Genetik DM Insulin Asupan Karbohidrat Penyakitt kronis
kurang
Hipoglikemia
Metabolisme pemecahan
otak glucagon/glikogen Hipermetabolisme
seluler
Intoleransi
Aktifitas
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari hipoglikemia terdiri dari dua fase antara lain:
a. Fase pertama yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom
di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya
berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan
mual (glukosa turun 50 mg%.)
b. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur,
ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus,
penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
6. Komplikasi
a. Pusing dan hilang keseimbangan sehingga beresiko mengalami kecelakaan
b. Kejang
c. Penurunan kesadaran
d. Cacat otak permanen
e. Kematian
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan kadar gula darah
b. Tes fungsi ginjal, hati dan kelenjar adrenlin
c. Jika dicurigai berasal dari tumor pankreas
1) CT Scan
2) MRI
8. Penatalaksanaan
a. Hipoglikemia Ringan-Sedang
Pemberian karbohidrat sebanyak 15 gram dalam bentuk tablet atau
larutan glukosa maupun sukrosa diperlukan sebagai pertolongan pertama
hipoglikemia ringan hingga sedang pada orang dewasa. Terapi awal ini
cukup untuk memicu kenaikan glukosa darah hingga 38 mg/dL dalam 20
menit dan perbaikan gejala pada sebagian besar individu dengan
hipoglikemia ringan-sedang. Pilihan rejimen terapi awal lainnya seperti susu
dan jus jeruk kurang cepat dalam menaikkan kadar glukosa darah dan
memperbaiki gejala.
Apabila pasien memiliki riwayat DM, pengukuran kadar glukosa
dilakukan dalam 15 menit sejak pemberian terapi glukosa awal. Jika kadar
glukosa darah masih di bawah 70 mg/dL, pemberian 15 gram glukosa atau
sukrosa dapat diulang. Apabila tablet glukosa tidak tersedia, sediakan
karbohidrat 15 gram oral lainnya yang ekivalen adalah 15 mL gula pasir
yang dilarutkan dalam air, 5 kubus kecil gula, dan 15 mL madu.
b. Hipoglikemia Berat
Apabila pasien mengalami hipoglikemia berat namun masih sadar
penuh dan memiliki riwayat diabetes, pemberian karbohidrat oral 20 gram
dilakukan dalam bentuk glukosa tablet dan sediaan lain yang ekivalen.
kadar glukosa darah kemudian diperiksa dalam kurun waktu 15 menit
setelah pemberian terapi glukosa awal. Pemberian glukosa 15 gram dapat
diulang apabila kadar glukosa darah masih < 70 md/dL. Jika pasien
mengalami hipoglikemia berat dan tidak sadarkan diri, pemberian 10-25
gram glukosa atau 20-50 mL dekstrosa 50% dalam air (D50W) dapat
diberikan secara intravena selama 1-3 menit apabila pasien memiliki akses
intravena. Jika pasien tidak memiliki akses intravena, 1 mg glukagon dapat
diberikan secara subkutan atau intramuskular. Pedoman klinis di Amerika
Serikat dan Kanada menyarankan agar pasien dengan DM dan keluarga
yang merawat memiliki sediaan glukagon serta mampu memberikan obat
tersebut sesuai indikasi. Namun, sediaan glukagon saat ini belum tersedia di
Indonesia dan bahkan di negara maju harganya masih sangat mahal.
c. Jika Hipoglikemia telah Teratasi
Apabila hipoglikemia telah teratasi, pasien harus mendapatkan
makanan atau kudapan yang semestinya dia dapatkan sesuai jadwal makan
harian guna mencegah hipoglikemia berulang. Apabila jadwal makan lebih
dari 1 jam sejak kejadian hipoglikemia, kudapan (termasuk karbohidrat 15
gram dan protein) perlu diberikan bagi pasien.
9. Pencegahan
a. makan tepat waktu
b. batasi konsumsi minum alkohol
c. pantau kadar gula darah secara berkala
d. selalu siapkan makanan atau obat-obat pereda gejala
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian.
Dalam pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk
menunjang diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat
digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien masuk ke RS dengan
keluhan nyeri, kesemutan pada esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit
kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infark miokard 56
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif
terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat
badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot
pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan
aktivitas sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang
luka,sehingga klien mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan
mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh ,
lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun
ereksi serta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme.
Adanya perdangan pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan
dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan
ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan
darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau
normal, nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis
Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorax)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa
kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa
terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15 Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
b. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Anoreksia
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
5. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Nyeri Akut Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri Observasi :
Dengan Agen Cedera Fisik Keperawatan ...x24 jam diharapkan nyeri
menurun - Identifikasi identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
KH : frekuensi, kualitas,intensitas nyeri
Tingkat nyeri menurun
- Identifikasi skala nyeri Terapeutik :
Penyembuhan luka membaik
Tingkat cidera menurun - Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Edukasi teknik nafas dalam Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam
2 Defisit Nutrisi Berhubungan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Promosi Berat Badan
Dengan Anoreksia selama ...x24 jam maka status nutrisi
membaik dengan Observasi
KH : - Identifikasi kemungknan penyebab BB kurang
Verebalisasi keinginan untuk - Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
meningkatkan nutrisi meningkat - Monitor berat badan
Pengetahuan tentang pilihan Terapetik
makanan yang sehat meningkat - Sediakan makan yang bergizi, namun tetap terjangkau
Frekuensi makan membaik - Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan
Integritas kulit dan yang dicapai
jaringan membaik Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi, namun tetap
terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Terapi aktivitas
Berhubungan Dengan selama ...x24 jam intoleransi aktivitas
Imobilitas membaik Observasi :
KH :
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Toleransi aktivitas membaik - Identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam
Tingkat keletihan menurun aktivitas tertentu
Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuiakan
lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta
masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2017).
7. Evaluasi
evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan
tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP
(Nursalam, 2017)
BAB III
TINJAUAN KASUS
NAMA : Kelompok I
LOKASI PRAKTIK : RSU Anutapura Palu
RUANGAN : Intensive Care Unit (ICU)
TANGGAL PRAKTIK :
II. IdentitasKlien
Nama : Ny.H Umur : 69 tahun
No. MR : 415845 JenisKelamin : perempuan
Tanggal MRS : 23 Agustus 2023 Hari rawat ke :2
Agama : Islam Status :.Menikah
Alergi : Durian (pusing) Berat badan : 60 kg
Alamat Rumah : Jl. Tg. Angin Lr.2
Diagosa Medis : Hipoglikemia
Tanggal Pengkajian : 24-08-2023
III. Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran
V. Pengkajian Primer
1. Airway
Jalan nafas : Paten
Ada Sumbatan: tidak ada sumbatan pada jalan nafas
Suara Nafas tambahan: tidak ada suara napas tambahan
2. Breathing
RR: 29 x/menit
Retraksi Dinding Dada : tidak terdapat retraksi
Alat bantu nafas : Oksigen 10 L/menit, memakai NRM
Ventilator:Vol. Tidal:......,Fi02:......PEEP:.....
saturasi Oksigen : 96 %
3. Circulation
Nadi 96 x/menit,
Tekanan Darah : 146/ 75 MmHg
Irama: reguler
Akral: hangat
Perdarahan: Tidak Ada perdarahan pada mulut dan telinga
Terpasang infus: cairan RL, Lokasi: ekstremitas atas ( tangan kanan)
Berapa Tetes/Menit: 20 tts/ menit
Pengeluaran cairan aktif (Diare, Muntah): Tidak Ada
4. Disability
GCS :Eye: 1, Verbal: 1, Motorik: 2, Total : 4 (stupor/ suporatus komatus)
Pupil : Isokor pada mata kiri dan tampak
5. Exposure
Suhu : 37 0
C
Terdapat Injury: Tidak
VI. Pengkajian B1-B6
1. B1 (Breathing)
RR: 29 X/Menit
Terpasang 02 : NRM 10 lpm
Terdapat sekret, lendir pada jalan nafas : Tidak
Terdapat Retraksi dinding dada : Tidak
Terpasang Ventilator : Tidak
Ventilator: Vol. Tidal:......,Fi02:......PEEP:.....
Satu Rasi Oksigen: 96 %
Suara nafas : Vesikuler
Bunyi nafas tambahan : ronchi
Vocal Premitus : tidak dapat di evaluasi karena pasien kesadaran menurun
Perkusi dada : Sonor paru kiri dan kanan
2. B2 (Blood/Sirkulasi)
Tekanan Darah : 146/ 75 MmHg
Nadi: 96 X/menit
Suhu: 37 0C
Heart Rate: 111 X/menit
Konjungtiva: tidak Anemis
CRT: < 3 Detik
Sianosis : tidak
Akral: Hangat
3. B3 (Brain/Persyarafan)
GCS: Eye: 1 Verbal: 1 Motorik : 2 Total: 4
Kesadaran : stupor/ suporatus komatus
Pupil: pupil kiri 2,5 cm isokor tetapi dengan rangsangan cahaya lambat
sedangkan pupil kanan terdapat glukoma
Refleks Bisep: menurun
Refleks Patella: tidak bisa di evaluasi klien mengalami penurunan kesadaran
Nervus 1 (Olfaktorius) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
Nervus 2 (Optikus) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
Nervus 3 (Okulomotorius) : pupil kiri 2,5 cm isokor tetapi dengan rangsangan
cahaya lambat sedangkan pupil kanan terdapat glukoma
Nervus 4(Trokhlearis) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
Nervus 5 (Trigeminus) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
Nervus 6 (Abdusen) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
Nervus 7 (Facialis) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
Nervus 8 (Akustikus) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
Nervus 9 (Glososfaringeus) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
N10 (Vagus) : tidak dapat di evaluasi karena pasien mengalamami penurunan
kesadaran
Nervus 11 (Aksesorius) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
Nervus 12 (Hipoglosus) : tidak dapat di evaluasi karena pasien
mengalamami penurunan kesadaran
4. B4 (Bladder/Perkemihan)
Urine Output : 2074 cc 24jam
Distensi Kandung Kemih : Tidak
Kebutuhan cairan : 1.800 cc 24jam
Iritasi kulit alat kelamin : Tidak
Lochea : Tidak
Hidrokel : Tidak
Balance Cairan (Jika Perlu): cc
5. B5 (Bowel/Pencernaan)
Peristaltik : 10 x/menit
Terpasang NGT: Ya, pada hidung sebelah kiri
Residu NGT: 10 cc warna putih seperti susu
Distensi Abdomen: Tidak
Accites: Tidak
Muntah: Tidak
6. B6 (Bone/Muskoloskletal dan Integumen)
Warna Kulit : Kuning langsat
Pergerakan Sendi: Tidak Bebas/ ROM menurun
1 1
Kekuatan Otot :
1 1
1 1
Kekuatan Otot Penurunan tahanan tubuh
1 1
Pergerakan Sendi: ROM menurun
Tidak Bebas/ ROM
menurun
Aktivitas terbatas
Reflek bisep menurun
Adanya fraktur , pada
Gangguan mobilitas fisik
collum femur sinistra
dan pasien sudah
dilakukan tindakan
operasi
XII. Diagnosa Keperawatan (SDKI) Urutkan dari yang paling Prioritas
1. Ketidak stabilan kadar gukosa darah berhubungan dengan penggunaan insulin
atau obat glikemik oral (diabetes militus)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
3. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
XIII. Rencana Intervensi Keperawatan (SIKI)
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Keperawatan Rasional
Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. A
glukosa darah b.d keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi kemungkinan penyebab 2. Karbohidrat merupakan sumber
hipoglikemia
penggunaan insulin atau diharapkan jadar glukosa meningkat Terapeutik enegi bagi tubuh dan juga dapat
obat glikemik oral teratasi dengan KH : 2. Berikan kabohidrat kompleks dan meningkatkan kadar glukosa dalam
protein sesuai diet
(diabetes militus) - Kesadaran meningkat 3. Pertahankan kepatenan jalan napas darah
(composmentis) 4. Pertahankan akses IV, Jika perlu 3.
Edukasi
- Kesulitan bicara
5. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
- Kadar glukosa dalam darah (mis. tanda dan gejala, faktor resiko,
dan pengobatan hipoglikemia)
membaik (60-200 mg/dL)
6. Ajarkan perawatan mandiri untuk
- Jumlah urine membaik mencegah hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin atau agen oral
dan atau meningkatkan asupan
makanan untuk berolahraga)
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian dekstrose, Jika
perlu
(DS/DO) Keperawatan
XV. EVALUASI
DIAGNOSA EVALUASI
TANGGAL/
JAM
Ketidakstabilan kadar glukosa 25-8-2023 S: anak pasien mengatakan gulanya naik turun
darah O:
14.00 GDS : 348 mg/dL
Pasien dengan kesadaran semi koma, GCS E1V1M1
TTV: TD: 109/54 mmhg
ND: 103 x/menit
SB: 36,40 C
RR: 41 x/menit
SpO2: 100%
A:
Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Penurunan kapasitas adaptif 14.00 S: anak pasien mengatakan pasiennya belum ada buka mata atau respon
intrakranial yang bagus
O: tingkat kesadarn semi koma dengan GCS E1V1M2 (4)
A:
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
s
Gangguan mobilitas fisik 14.00 S: anak pasien mengatakan aktivitas pasien masih dibantu keluarag dan
berhubungan dengan gangguan perawat
neuromuskuler O: adl masih dibantu oleh perawat dan kelurga
Posisi miring kiri dan kanan tiap 2 jam
Kekuatan otot
A:
Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
TANGGAL/
DIAGNOSA EVALUASI
JAM
Ketidakstabilan kadar glukosa 26-08-2023 S: anak pasien mengatakan gulanya tambah naik sekali
darah 12.00 O:
GDS : 400 mg/dL
Pasien dengan kesadaran semi koma, GCS E1V1M2
TTV: TD: 127/ 58 mhg
ND: 101 x/menit
SB: 36,60 C
RR: 39x/menit
SpO2: 100%
A:
Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah belum teratasi
P:
Intervensi diberhentikan pasien meninggal
Penurunan kapasitas adaptif 14.00 S: anak pasien mengatakan pasiennya belum ada buka mata atau respon
intrakranial yang bagus
O: tingkat kesadaran koma dengan GCS E1V1M1 (3)
A:
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial belum teratasi
P:
Intervensi diberhentikan pasien meninggal
Gangguan mobilitas fisik 14.00 S: anak pasien mengatakan aktivitas pasien masih dibantu keluarag dan
berhubungan dengan gangguan perawat
neuromuskuler O: adl masih dibantu oleh perawat dan kelurga
Posisi miring kiri dan kanan tiap 2 jam
Kekuatan otot
A:
Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P:
Intervensi diberhentikan pasien meninggal
XVI. Monitoring TiapJam
6 7 8 9 10 11 12 13 14
H 4
0
E
M
O 3
9
D
I
N
A 3
8
M
I
K
3
7
3
6
Kesadaran
Irama
EKG
Nyeri
CVP
3
Resp Tipe Vent 5
PEEP/
CPAP
RR
TV
Neuro Mata
Ukuran
Reaksi
Kaki
Tangan
GCS
Input Line 1
Line 2
Line 3
Line 4
Enteral
Total
Output NGT
Urine
BAB
Drain
Total
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar glukosa dalam darah berada
di bawah normal 70-110 mg/dL, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Pada
pasien yang mengalami hipoglikemia akan menunjukkan tanda dan gejala merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin,
detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran.
Adapun hasil-hasil pengkajian yang di dapatkan di lapangan pada pasien yang
mengalami hipoglikemia adalah pasien mengalami penurunan kesadaran, kadar
glukosa dalam dalam darah tidak seeimbang, kekuatan otot menurun, ROM
menurun, dan tekanan darah pasien meningkat, sehingga perumusan masalah-
masalah yang mucul pada pasien yaitu ketidakseimbangan kadar glukosa dalam
darah, penurunan kapasitas adaptif intrakranial dan gangguan mobilitas fisik.
B. Saran
1. Institusi Pengambil Kebijakan Rumah Sakit
Dengan hasil laporan ini diharapkan Institusi Pengambil Kebijakan
Rumah Sakit dapat menjadikan refrensi sebagai salah satu cara yang dapat
dikembangkan dalam pelaksanaan perawatan pada pasien yang mengalami
hipoglikemia.
3. Bagi Kelompok
Bagi kelompok diharapkan hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi untuk kajian ilmiah dari teori yang didapat dan implementasi
dalam perawatan pasien dengan kasus hipoglikemia
DAFTAR PUSTAKA
Alsahli M, Gerich JE. J Clin Med. (2018). Hypoglycemia in Patient with Diabetes
Renal Deases.
ADA. Glycemic targets : Standards of medical care in diabetes. (2018). Diabetes Care
Amin HN & Hardhi K (2022). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC_NOC(2021-2023). Jilid 12. Jogjakarta: MediAction
Publishing Carlson, A., et al. (2021). Hypoglycemia and Glycemic Control
in Older Adults
International Diabetes Federation (IDF). 2019. IDF Diabetes Atlas 9th Edition 2019:
International Diabetes Federation
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018. [Internet].
Tersedia dalam : http:// www. riset. unisma.
ac.id/index.php/jki/article/view/2925 [diakses 03 desember 2020].
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2017. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI
With Type 1 Diabetes : Baseline Result From the WISDM Study. Journal of Diabetes
Science and Technology, 15 (3). 582-92.
Yale, JF., Paty, B., Senior, PA. 2018 Clinical Practice Guidelines Hypoglycemia
Diabetes Canada Clinical Practice Guidelines Expert Committee. Can J
Diabetes 42: S104–S108