R DENGAN DIAGNOSA
DIABETES MELITUS DAN ULKUS DEKUBITUS DI RUANG
DARUSSALAM 5 RS AL ISLAM KOTA BANDUNG
Disusun oleh:
2018
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, dimana atas rahmat
dan karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Praktik Belajar
Lapangan 1 Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny.E dengan Diagnosa Diabetes Melitus dan Ulkus
Dekubitus Di Ruang Darussalam 5 RS Al Islam Kota Bandung”.
Dalam proses penyusunan tugas ini, penulis mengalami banyak permasalahan
namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Popy Siti Aisyah, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu, dukungan, bimbingan, dan pemahaman kepada penulis
dalam penyusunan laporan tugas praktik belajar lapangan ini.
2. Pembimbing lapangan dan perawat diruang darussalam 5 yang telah
membantu dalam penyusunan penelitian tugasini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari tugas ini belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata semoga
Laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi menciptakan
perawat yang profesional yang berakhlakul karimah.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes melitus sejauh ini adalah penyakit endokrin yang paling sering
adekuatnya kerja insulin. Karena insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu
menurunkan kadar glukosa darah maka salah satu gambaran menonjol pada
(Sherwood, 2012).
Diabetes Melitus adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
di seluruh dunia. Pada tahun 2014, terdapat 96 juta orang dewasa dengan diabetes
dengan Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah
estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta (IDF Atlas 2015). Insidennya
Diabetes Melitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. International
Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak
menyadari bahwa mereka mengidap DM (IDF, 2011). Pada tahun 2006, terdapat
lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara (IDF, 2009).
Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun (IDF, 2011). Prevalensi
diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun
1
2
tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dengan kuintil indeks
jiwa penduduk Indonesia menderita diabetes dan diprediksi akan meningkat 2-3
menempati urutan kedua jumlah penderita diabetes melitus yang terdiagnosa yaitu
sebanyak 418.110 jiwa (Kementrian kesehatan RI, 2014). Kota Bandung sendiri
menjadi salah satu angka kejadian diabetes terbanyak di Jawa Barat yaitu
sebanyak 29.230 orang yang terdiagnosa dan angka kematian akibat diabetes
sebanyak 254 orang dalam satu tahun terakhir (Dinkes Kota Bandung, 2017).
Angka diatas semakin lama akan semakin bertambah seiring dengan gaya hidup
modern yang serba santai, serba instan, dan serba canggih (Tandra, Hans, 2008).
Kebiasaan seperti malas beraktivitas fisik dan terlalu sering bersantai menjadi
gaya hidup tidak sehat bagi masyarakat terutama yang menderita diabetes
Diabetes tidak bisa sembuh dan akan ada seumur hidup. Meski tidak bisa
menunjukan bahwa komplikasi dapat dihambat dan dicegah dengan kontrol gula
darah. Diabetes adalah penyakit serius dengan biaya mahal, tetapi dapat dikontrol.
Banyak orang yang mengalami diabetes dapat menjalani hidup normal serta
diabetika. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang
infeksi karena masuknya bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi
komplikasi yang paling di takuti dan mengesalkan para penderita DM, baik di
tinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang di perlukan untuk pengobatan
yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak di bandingkan tampa ulkus (Yusrini
2013, p.3).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
keperawatan pada Ny. E secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-
2. Tujuan Khusus
a. Proses Keperawatan
masalah yang timbul pada Ny.E dengan diagnosa medis Diabetes melitus
direncanakan.
analisis dalam bentuk studi kasus yaitu pemaparan kasus sesuai bentuk dan
A. Sistematika Penulisan
sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus,
BAB ini berisi tentang tinjauan teori dengan urusan bahasa yaitu: definisi,
sesuai teori dan rencana keperawatan yang mungkin muncul sesuai dengan
teori.
BAB ini berisi dua bahasan yaitu tentang Dokumentasi laporan kasus mulai
BAB ini berisi tentang simpulan dari data yang ditemukan di klinik dengan
teori dan saran-saran yang berkaitan dengan kendala pada tiap tahap.
BAB II
TINJUAN TEORITIS
1. Anatomi Pankreas
dinding lambung. Letaknya diantara duodenum dan limfa, di depan aorta abdominalis
dan arteri serta vena mesenterica superior (Gambar 2.1). organ konsistensinya padat,
panjanganya ± 11,5 cm, beratnya ± 150 gram. Pankreas terdiri dari 3 bagian
kepala/caput yang terletak disebeleh kanan, diikuti corpus si tengah, dan caudadi
sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari pankreas yang berada di bagian belakang
2005).
Gambar 2.1
7
8
a. Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang
disebut sebagai asinus/ pankreatic acini (Gambar 2.2), yang merupakan jaringan
Gambar 2.2
Sumber : http://health.howstuffworks.com
Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2010) yaitu :
Masuknya glukosa kedalam sel otot dipengaruhi oleh 2 keadaan. Pertama, ketika
sel otot melakukan kerja yang lebih berat, sel otot akan lebih permeabel terhadap
glukosa. Kedua, ketika beberapa jam setelah makan, glukosa darah akan meningkat
dan pankreas akan mengeluarkan insulin yang banyak. Insulin yang meningkat
tersebut menyebabkan peningkatan transport glukosa kedalam sel (Guyton dan Hall,
2006).
Insulin dihasilkan di darah dalam dengan bentuk bebas dengan waktu paruh
plasma ± 6 menit, bila tidak berkaitan dnegan reseptor pada sel target, maka akan di
degradasi oleh enzim insulinase yang dihasilkan terutama di hati dalam waktu 10-15
Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat submit yang berikatan dengan
ikatan disulfida yaitu dua submit-α yang berada di luar sel membran dan dua unit sel-
β yang menembus membran (Gambar 2.3). insulin akan mengikat serta mengaktivasi
reseptor α pada sel target, sehingga akan menyebabkan sel β terfosforilasi. Sel β akan
kenaikan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
10
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu
3. Klasifikasi
Menurut pendapat Parkeni (dalam Aini & Aridiana, 2016) Diabetes Mellitus
dan diabetes tipe-2 (diabetes tidak bergantung pada insulin), serta diabetes karena
sehingga timbul defisiensi insulin absolut, pada DM tipe-1 sistem imun tubuh sendiri
secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat pada
pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini,
namun bukti-bukti yang ada memicu bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan
11
seperti infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya. Sekitar 70-90% sel β hancur
sebelum timbul gejala klinis. Pasien DM tipe-1 harus menggunakan injeksi insulin
Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang paling umum. Penyebab
bervariasi mulai dominann resistansi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai
defek seksresi insulin disertai resistansi inulin. Penyebab resistansi insulin pada
diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, teteapi faktor yang banyak berperan antara lain
sebagai berikut.
Diabetes ini disebabkan karena terjadi resistansi insulin selama kehamilan dan
Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik
fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia,
infeksi dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan diabetes melitus.
bersifat antagonis atau melawan kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut dapat
4. Etiologi
1) Glukotoksisitas
stress oksidatif, IL-1b dan NF-kB dengan akibat peningkatan apoptosis sel β.
2) Lipotoksisitas
Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa dalam proses
lipolisis akan mengalami metabolism non oksidatif menjadi ceramide yang toksik
3) Penumpukan Amyloid
Pada keadaan resistensi insulin, kerja insulin dihambat sehingga kadar glukosa
darah akan meningkat, karena itu sel beta akan berusaha mengkompensasinya dengan
insulin juga diikuti dengan sekresi amylin dari sel beta yang akan ditumpuk disekitar
sel beta hingga menjadi jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri
sehingga akhirnya jumlah sel beta dalam pulau langerhans menjadi berkurang.
4) Efek incretin
Increatin memiliki efek langsung terhadap sel beta dengan cara meningkatkan
proliferasi sel beta, meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi apoptosis sel beta.
5) Usia
Diabetes tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi
setelah usia 40 tahun. selanjutnya terus meningkat pada usia lanjut. usia lanjut yang
13
biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
Komponen tubuh yang mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang
b) Faktor Predisposisi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel β
dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas
Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe II (Smeltzer & Bare,
1) Kelainan genetik
karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
14
2) Usia
drastis, DM tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka
yang berat badannya berlebihan sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek
penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak berbahaya
makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang
terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangat
berlebihan. Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.
5. Patofisiologi
15 menurun
Produksi insulin
DIABETES MELITUS
16
Glikogenesis
Hipertrigliserid Lipopisis BUN Glukosa Merangsang
a menjadi rasa lapar
Glukoneogenesis ATP
Hiperkolesterolemia Asam lemak bebas ke hati GFR
BB
Hiperglikemia Lelah, letih
LDL, HDL Kerusakan glomerulus
Oksidasi lemak
Polifagi
Glukosuria Dx.
Nefropati
Ketonemia Intoleransi
Asupan
aktivitas
Gagal ginjal Sekresi air makanan
Aterosklerosis Gangguan asam basa
Ureum, Poliuria BB
Hipertensi Arteri Cerebro Asidosis kreatinin
koronaria vaskuler metabolik
Osmotic, Elektrolit tubuh Dx.
Kompensasi hidrostatik hilang lewat urin Ketidakseimbangan
jantung Infark Stroke
Koma Mual, nutrisi kurang dari
miokard
diabetik muntah kebutuhan tubuh
Atrofi Cairan intrasel berpindah Merangsang
jantung ke intra vaskular rasa haus
Dx. Risiko
Dekompensasi Cairan intra sel ketidakstabilan
kordis kadar gula
Dx. Kekurangan
darah
volume cairan tubuh Dehidrasi Polidipsi
Penebalan 17 Mata
pembuluh darah
Dinding kapiler
menjadi lemah Glukosa dalam
darah tertimbun di
lensa mata
Suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan Gangguan
persepri
sensori
Hipoksia jaringan Kerusakan pada
sel saraf
Komplikasi
Kesadaran, mikrovaskular
Neuropati
gelisah pusing
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan disekresikan ke dalam urin,
Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gardien konsentrasi ke plasma
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
Sebagai kompensasi dari dehidrasi dna banyak minum, akan muncul gejala rasa
lapar atau banyak makan. Memang pada mulanya berat badan akan meningkat, tetapi
lama kelamaan otot tidak mendapat cukup glukosa untuk tumbuh dan mendapat
19
20
energi. Maka jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk memenuhi kebutuhan
energi. Berat badan menjadi turun, meskipun seseorang pengidap diabetes ini banyak
makan.
g. Kesemutan
kapiler yang kecil-kecil atau kerusakan pada pembuluh darah tepi. Diperkirakan
peningkatan kadar glukosa darah yang menyebabkan gangguan antara listrik pada
serabut saraf perifer. Selain itu pembuluh darah kapiler terganggu sehingga
7. Pemeriksaan Penunjang
b. Tes laboratorium DM
c. Tes saring
d. Tes diagnostik
8. Penatalaksanaan
Empat pilar dalam penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi, diet, olahraga
dan obat.
a. Edukasi
Menurut PERKENI (2015) edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu
dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan
yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang
Pada umumnya diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3J yaitu jumlah
(kalori), jenis dan jadwal. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori anatara
lain jenis kelamin, aktivitas fisik atau pekerjaan, dan berat badan. Penentuan status
gizi dapat menggunakan indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Broca, tetapi untuk
2016).
Indeks massa tubuh dibagi menjadi beberapa klasifikasi dengan cara menghitung
sebagai berikut :
𝐵𝐵
𝑇𝐵 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡)2
Tabel 2.1
Klasifikasi IMT
22
No Klasifikasi IMT
1 BB kurang < 18,5
2 BB normal 18,5-22,9
3 BB lebih ≥ 23
Dengan resiko 23-24,9
Obes I 25-29,9
Obes II ≥ 30
berikut.
Penghitungan status gizi pada laki-laki dengan tinggi < 160 cm dan wanita
dengan tinggi < 150 cm, BBI tidak dikurangi 10%. Penentuan status gizi dihitungan
dari :
Tabel 2.2
Klasifikasi RBW
No Klasifikasi Relative Body
Weight (Rbw)
1 BB kurang BB < 90% BBI
2 BB normal BB 90-110% BBI
3 BB lebih BB 110-120% BBI
a) Kebutuhan basal
Penyandang diabetes yang juga mengidap penyakit lain, maka pola pengaturan makan
disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu
mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang
sangat rendah (hipoglikemia) dan juga jangan terlalau banyak mengonsumsi makanan
c. Olahraga
Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Prinsip olahraga
1) Continous (terus-menerus)
24
2) Rhytmical (berirama)
Olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot berkontraksi dan relaksasi secara
3) Interval (berselang)
Contohnya, lari dapat diselingi dengan jalan cepat atau jalan cepat diselingi dengan
4) Progressive (meningkat)
sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit dan intensitas latihan mencapai 60-70%
kemampuan pernapasan dan jntung. Hal ini dipenuhi oleh olahraga seperti jalan kaki,
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi farmakologi terdiri atas
a) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan kurang,
namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Penggunakan
obat ini dalam jangka panjang tidak dianjurkan untuk orang tua, gangguan fungsi
ginjal dan hati, kurang nutrisis serta penyakit kardiovaskuler., hal ini bertujuan untuk
mencegah hipoglikemia.
b) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan Sulfonilurea, dengan
penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri atas
dua macam obat yaitu repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (dertivat
fenilalanin). Obat ini di absorbsi dengan cara setelah pemberian secara oral dan di
karena kaan memperberat edema atau retensi cairan dan juga pada gangguan fungsi
kontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin .> 1,5
mg/dl) dan hati, serta pasien dengan kecenderungan hipoksemia misalnya penyakit
efek samping mual, utuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau
sesudah makan.
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak
4) Insulin
metabolik dengan cepat (terutama kadar glukosa darah), juga memiliki efek lain yang
bermanfaat, antara lain perbaikan inflamasi. Pada pasien DMT-1 (DM tipe 1),
DMT-2 dapat menggunkan hasil konsesus Perkeni 2006 yaitu jika kadar glukosa
darah tidak terkontrol dengan baik (A1C > 6,5% dalam jangka waktu 3 bulan dengan
27
2 obat oral, maka sudah ada 9ndikasi untuk memulai terapi kombinasi obat anti
keadaan berikut :
2) Kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1C > 6,5% atau kadar glukosa darah
8) perencanaan makan
9. Komplikasi
a. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati dengan
insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan oleh
28
pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi
alkohol atau olahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia dapat berkisar
dari ringan sampai berat dan tidak disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.
b. Ketoasidosis diabetic
mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan diabetes
tipe 1, tetapi kadang kala dapat ter&adi pada individu yang menderita diabetes tipe 2
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang
hiperglikemia berat (kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl), hiperosmolaritas (di atas
280 mOSm/dl) dan dehidrasi berat akibat deuresis osmotic. Tanda gejala mencakup
kejang dan hemiparasis (yang sering kali keliru diagnosis menjadi cidera
serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran (biasanya koma atau hampir
koma).
d. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri
dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi dalam berbagai
menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah makan), diare noktural, impotensi dan
hipotensiortostatik.
e. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali lipat
dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil ini lebih
f. Infeksi kulit
glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat
lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta vaginitis.
Data-data pengkajian yang sering dijumpai pada penderita diabetes melitus yaitu
sebagai berikut (Sukarmin dan S. Riyadi, 2008 ; Camacho, PM et al., 2007; Baradero,
Poliuri menyebabkan hilangnya glukosa, elektrolit (Na, klorida, dan kalium) dan
Sel-sel tubuh mengalami kekurangan energi karena glukmosa tidak dapat masuk
Gejala a-c adalah gejala khas DM. Rasa lelah dan kelamahan otot. Kekurangan energi
sel menyebabkan pasien cepat lelah dan lemah, selin itu kondisi ini juga terjadi
kandida)
Diabetes akan menurunkan sistem kekebalan tubuh secara umum, sehingga tubuh
rentan terhadap infeksi. Selain itu, jamur dan bakteri berkembang biak pesat
5) Kepala
Rambut tipis dan mudah rontok, telinga sering mendenging dan jika keadaan ini
tidak segera di obati dapat menjadi tuli. Mata dapat menjadi katarak, glaukoma
(peningkatan bola mata), produksi air mata menurun, dan retinopati diabetik
(penyempitan perubahan darah kapiler yang disertai eksudasi dan perdarahan pada
retina sehingga mata penderita menjadi kabur dan tidak dapat sembuh dengan
6) Rongga mulut
pengecapan. Ludah penderita diabetes melitus sering kali menjadi lebih kental,
sehingga mulutnya terasa kering yang disebut xerostoma diabetik. Keadaan ludah
31
kental ini dapat mengganggu keehatan rongga mulut dan mudah mengalami infeksi.
diabetik. Jaringan yang mengikat gigi pada rahang mudah rusak sehingga gigi
penderita diabetes melitus mudah goyah banhkan mudah lepas. Gusi penderita
sering menglami infeksi, rongga mulut dan ludah penderita diabetes melitus sering
pertahanan tubuh menurun dan penderita diabetes melitus lebih mudah menderita
TBC. Penderita DM juga lebih mudah menderita infark jantung dandaya pompa otot
jantung lemah., sehingga penderita mudah sesak nafas ketika jalan atau naik tangga.
8) Hati
Penderita diabetes melitus yang tidak di rawat dengan baik, akan mengalami atau
menderita penyakit liver akibat dari diabetesnya, bukan karena kekurangan glukosa
dalam dietnya. Penyakit ini disebut dengan penyakit perlemakan hati nonalkohol,
yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun setelah menderita obesitas atau DM tipe 2.
melitus juga lebih mudah mengidap penyakit radang hati karena virus hepatitis B dan
9) Saluran pencernaan
32
a) Lambung
Serabut saraf yang emmelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung
sehingga proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tertinggal
di dalam lambung. Keadaan ini akan menimbulkan rasa mula, perut terasa penuh,
kembung, makanan tidak lekas turun, kadang-kadang timbul rasa sakit di ulu hati,
b) Usus
Gangguan pada usus adalah sukar buang air besar, perut kembung, kotoran keras,
buang air besar hanya seklai dalam 2-3 hari. Kadang terjadi sebaliknya yaitu
penderita menunjukan keluhann diare 4-5 kali sehari, kotoran banyak mengandung
air, sering timbul pada malam hari. Semua ini akibat komplikasi saraf pada usus
besar.
a) Ginjal
kecenderungan 17 kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi ginjal. Semuanya ini
disebabkan oleh faktor infeksi berulang yang sering timbul dan adanya faktor
b) Kandung kemih
Penderita sering mengalami infeksi infeksi saluran kemih (ISK) yang berulang.
Saraf yang memelihara kandung kemih sering rusak, sehingga dinding kandung
33
penderita tidak dapat BAK secara spontan, urine tertimbun dan tertahan di kandung
kemih. Keadaan ini disebut retensio urine. Seblakinya, bila kontrol saraf terganggu,
11) Impotensi
saluran darah dalam penis tidak lancar sehingga pendrita tidak dapat ereksi.
Keadaan ini disebut neuropati diabetik. Berikut ini adalah gejala-gelaja neuropati
diabetik
a) Kesemutan
c) Rasa tebal ditelapak kaki sehingga penderita merasa seperti berjalan di atas kasur
d) Kram
f) Kerusakan yang terjadi pada banyak serabut saraf yang disebut polineuropati
diabetik. Pada keadaan ini jalan penderita akan pincang dan otot-otot bkakinya
mengecil (atrofi)
diabetes melitus disebut angiopati diabetik. Angiopati diabetik pada pembuluh darah
besar atau sedang disebut makroangiopati diabetik, sedangkan pada pembuluh darah
14) Kulit
Pada umumnya kulit penderita diabetes melitus kurang sehat atau kuat dalam hal
3) Keruskan integritas jaringan b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes
melitus)
4) Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes melitus)
5) Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandunmg kemih, sfingter kuat dan
poliuri
c. Rencana keperawatan
steril
14. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
15. Hindari kerutan pada
tempat tidur
Resiko infeksi b.d 1. Immune status Infection Controk (kontrol
trauma pada jaringan, 2. Knowlage : infection infeksi)
proses penyakit control 1. Bersihkan lingkungan
(diabetes melitus) 3. Risk control setelah dipaaki
2. Pertahankan teknik
isolasi
3. Batasi pengunjung bila
perlu
4. Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
5. Gunakan sabun
antimikroba untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
38
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
10. Monitor tanda dan gejala
infeksi
11. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Retensi urine b.d 1. Urinary elimination Urinary retention care
inkomplit pengosongan 2. Urinary continence 1. Monitor intake dan
kandung kemih, output
sfingter kuat dan 2. Monitor penggunaan obat
poliuri antikolionergik
3. Monitor drajat distensi
baldder
4. Instruksikan pada pasien
dan keluarga untuk
mencatata output urine
5. Sediakan privacy untuk
eliminasi
6. Stimulasi reflek bladder
dengan kompres dingin
pada abdomen
7. Katerisasi jika perlu
8. Monitor tanda dan gejala
ISK (panas, hematuria,
39
1. Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
2. Klasifikasi
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu:
Derajat 0 :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
3. Etiologi
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati,
menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada
42
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya luka yang sukar sembuh. infeksi sering merupakan komplikasi yang
Diabetikum.(Askandar 2001).
4. Manifestasi Klinis
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5
P yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (kesemutan).
e. Paralysis (lumpuh).
5. Komplikasi
43
Menurut Subekti (2002: 161), komplikasi akut dari diabetes mellitus adalah sebagai
berikut :
a. Hipoglikemia
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa
b. Hiperglikemia
penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda khas
adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Ulkus Diabetik jika dibiarkan akan
menjadi gangren, kalus, kulit melepuh, kuku kaki yang tumbuh kedalam,
pembengkakan ibu jari, pembengkakan ibu jari kaki, plantar warts, jari kaki bengkok,
kulit kaki kering dan pecah, kaki atlet, (Dr. Nabil RA).
6. Pemeriksaan Penunjang
gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1%
menunjukkan diabetes.
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan
akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah
c. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum,
sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada
mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa
d. Urine
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada
e. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
BAB III
TINJUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Identitas klien
Nama : Ny. E
Umur : 61 tahun
Kulon Acamanik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Menikah
diabetikum
Nama : Ny. I
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Kulon Acamanik
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
47
Keluarga mengatakan terdapat luka pada bagian punggung, bokong, dan pinggul
Keluarga pasien mengatakan bahwa alasan pasien masuk ke rumah sakit yaitu
terdapat luka pada punggumg, bokong, dan panggul dan luka belum kunjung sembuh
dan keadaan pasien semakin melemah sehingga keluarga membawa pasien ke UGD.
Keluarga pasien mengatakan pasien sudah mengalami stroke sejak 4 bulan yang
lalu, 2 bulan kemudian saat berobat ke dokter pasien di diagnosa memiliki penyakit
diabetes melitus, lalu 1 bulan kemudian pasien mengalami luka pada punggung,
bokong dan panggul. Keluarga mengatakan bahwa pasien mengalami sakit seperti ini
semenjak ditinggalkan kerja ke luar kota oleh anaknya, pasien ingin anaknya tinggal
Keluarga pasien mengatakan di keluarga tidak ada riwayat penyakit yang sama
Data Psikologis
1) Konsep diri
a) Harga diri
b) Gambaran diri
48
c) Peran diri
d) Status Emosional
e) Data sosial
f) Data spiritual
Tabel 3.1
Riwayat Activity Daily Living
Minum
Jenis Air mineral Air mineral
Frekuensi Cukup sering Sedikit, memakai
sendok
Jumlah (cc) ±600 cc ±100cc
2 Eliminasi
BAB
Frekuensi 1 kali 1 hari Sejak masuk RS belum
BAB
Warna Kuning -
Konsistensi Lunak -
50
BAK
Frekuensi 3-4x/sehari Klien terpasang kateter
urin
Warna Kuning Kuning pekat kecokelatan
Jumlah (cc) Terkadang sedikit, 400cc
terkadang banyak
4 Kebiasaan diri
Mandi 2x/per hari 2x/per hari di waslap
Perawatan kuku Jika panjang dipotong Belum melakukan
Perawatan gigi Setiap mandi Belum melakukan
rambut
Ketergantungan Tidak ada ketergantungan Ketergantungan total
aktifitas
e. Pemeriksaan fisik
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4oC
Status Antopomentri : BB : 40 kg
TB : 152 cm
IMT : 17,3
LLA: 19cm
Lingkar perut: 59 cm
Bentuk hidung simetris keadaan hidung bersih, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, tidak terdapat penarikan paru, bentuk dada simetris, tidak ada lesi.
Pengembangan paru sulit dikaji, pada saat palpasi taktil premitus dikedua paru
bergetar, pada saat di perkusi terdengan bunyi resonan, pada auskultasi terdengar
jantung pada perkusi redup, CRT dalam 3 detik, TD 100/80 mmHg, nadi 90 x/mnt.
Seklera warna putih, bentuk bibir tidak simetris, mucosa mulut lembab, terdapat
gigi yang sudah lepas dan 3 gigi depan pasien sudah goyang, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak tampak pembesaran atau penebalan lidah. Pasien kesulitan
untuk mengunyah, menelan serta kesulitan untuk membuka mulut, bentuk abdomen
cekung, tidak teraba pembesaran hepar. Keluhan mual (-), perut kembung (-), nyeri
ulu hati (-), konstipasi (+) diare (-). Keluarga pasien mengatakan pasien sulit untuk
mengunyah, terkadang seperti enggan untuk makan, satu kali makan hanya 3 sendok
Terpasang kateter urin hari pertama, urin sebanyak 500cc, tidak ada keluhan,
(a) N. Olfactorius
(b) N. Opticus
(c) N. Okulomotorius
(d) N. Tracklearis
(e) N. Trigeminus
(f) N. Abducen
(g) N. Fasialis
(h) N. Akustikus
(i) N. Glosofaringeus
Reflek mengunyah dan menelan kurang baik, pasien kesulitan untuk menelan
(j) N. Vagus
Uvula klien simetris dan tertarik ke atas pada saat klien mengucapkan “AH”
(k) N. Asesorius
(l) N. Hipoglosus
Penyebaran rambut tidak merata, rambut kotor, terdapat lesi kulit, turgor kulit
baik. Sensasi kulit dapat merasakan tajam pada tangan sebelah kiri. Terdapat ulkus
dekubitus pada 3 bagian yaitu punggung 17cm, bokong 10 cm, pinggul 10x5 cm dan
54
terdapat ulkus diabetikum pada kaki sebelah kanan. Kulit telapak tangan kiri pasien
mengeras.
Ekstremitas atas bentuk simetris, tangan sebelah kanan bengkak, jari tangan
kanan bengkok, pada tangan sebelah kanan nyeri apabila digerakan, klien tidak
merasa panas seperti tertusuk jarum, klien tidak mengeluh kram pada ekstremitas atas
Ektermitas bawah bentuk simetris, tidak ada bengkak, terdapat luka ulkus
diabetikum pada kaki sebelah kanan, terdapat bekas luka pada kaki sebelah kiri,
f. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal pemeriksaan : -
Kesan : -
2) Pemeriksaan radiologi
Tanggal pemeriksaan : -
Kesan : -
55
g. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.2
Keteranga
Hasil
n
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Satuan
01/11/1 03/11/18
02/11/18
8
56
Keteranga
Hasil
n
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Satuan
01/11/1 03/11/18
02/11/18
8
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.0-16.0 g/dl 10,5 Rendah
Leukosit 4.000-10.000 sel/uL 13.600 Tinggi
Hematokrit 37-47 % 32.5 Rendah
Trombosit 150.000-450.000 sel/uL 585.00 Tinggi
KIMIA KLINIK 0
Ureum 14-45 mg/dL Tinggi
Kreatinin 0,6-1,1 mg/dL 80 Normal
Gula darah sewaktu 110-140 mg/dL 0.6 Tinggi
136
Gula darah puasa 70-110 mg/dL 145 125 Tinggi
145
GD 2 jam pp < 140 mg/dL 159 Tinggi
h. Program Terapi
57
Tabel 3.3
Program terapi
Cara
Nama Obat Dosis Jam Pemberian
Pemberian
06.00
Metrofin Oral 500gram 14.00
2. ANALISA DATA
Tabel 3.4
Analisa Data
terakhir GD 2 jam
pp: 159 mg/dl
2. DS: Diabete melitus Resiko syndrom
- Keluarga pasien disuse
gangguan metabolisme
mengatakan pasien
karbohidrat
sulit untuk
glikogenesis
mengunyah
glukoneogenesis
terkadang
hiperglikemia
mengeluarkan lagi
penebalan dinding pembuluh
makanannya darah
menelan DM
disfagia
anoreksia
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
60
Tabel 3.5
Intervensi keperawatan
10. Lakukan ROM pasif pada 10. ROM pasif dapat merilekskan otot
bagian tubuh yang tidak sakit dan memperlancar peredaran darah
11. Bantu untuk mengaplikasikan
aktivitas sehari-hari 11. Membantu memenuhi kebutuhan
(memandikan pasien di kasur, sehari-hari pasien. Pasien akan
oral hygine, membantu makan merasa lebih nyaman.
dan minum, membantu
eliminasi, kebersihan rambut
dan kuku)
65
lanjutkan intervensi
membantu personal
hygine pasien, lihat
adanya tanda infeksi
pada luka.
2 Senin, 1 15.30 1. Membantu personal - Pasien terlihat sedikit S: pasien mengeluh
05/11/18 hygine pasien gelisah nyeri saat
(memandikan pasien) - Pasien mengeluh nyeri dimobilisasi
2. Merapikan tempat tidur saat dimobilisasi O:
agar tidak ada seprei yang - Bagian tubuh yang - Pasien nampak
terlipat tidak nyeri masih bisa sedikit gelisah
3. Mengajarkan ROM pada melakukan ROM - TD: 110/60
bagian tubuh yang tidak - N: 90
nyeri - R: 20x/menit
- S: 37,5
- Luka terbalut
verban
A: masalah belum
teratasi
P: ajarkan pasien
ROM pada bagian
sisi tubuh yang
mengalami
kelemahan
3 Selasa, 1 04.00 1. Membantu personal - Pasien meringis ketika S:-
06/11/18 hygine pasien tangan kanan dan kaki O:
(memandikan pasien) kiri pasien digerakan - Mukosa mulut
2. Merapikan tempat tidur - Pasien kesakitan saat lembab dan bersih
67
BAB IV
PEMBAHASAN
keperawatan dilapangan selama ini dengan tujuan kasus penulis berupaya dalam
dengan kesenjangan dan kesamaan teori, selain itu juga penulis menemukan
A. Pembahasan Kasus
Pada pasien ini didiagnosa mengalami diabetes melitus tipe 2 dan ulkus
diabetikus, hal ini sesuai dengan teori bahwa diabetes merupakan gangguan
kerusakan sekunder di berbagai organ tubuh terutama ginjal, mata, saraf, dan
tetapi insulin yang bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin dan
ulkus diabetikus yaitu luka pada kaki yang berwarna merah kehitam-hitaman dan
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh sedang atau besar di
1. Tahap Pengkajian
gula darah sewaktu pasien yaitu 145mg/dl dengan nilai rujukan 110-140mg/dl,
hasil pemerikasaan GDP yaitu 136 mg/dl dan 125 mg/dl ddengan nilai rujukan
70-110 mg/dl, hasil pemeriksaan GD 2 PP yaitu 145 mg/dl dan 159 mg/dl dengan
nilai rujukan <140 mg/dl, hal ini sesuai dengan teori bahwa diabetes merupakan
Kejadian diabetes melitus yang dialami oleh pasien dapat disebabkan oleh
beberapa faktor resiko DM pada Ny.E berusia 61 tahun, hal ini sesuai dengan
teori bahwa beberapa faktor resiko DM adalah usia 30 tahun dan semakin sering
bagian yaitu punggung 17cm, bokong 10 cm, pinggul 10x5 cm dan kaki sebelah
kanan terdapat jaringan nekrotik dan eksudat. Berdasarkan teori Diabetic foot
ulcer (DFU) di definisikan sebagai erosi pada kulit yang meluas mulai dari lapisan
dermis sampai ke jaringan yang lebih dalam, akibat dari bermacam-macam faktor
dan ditandai dengan ketidakmampuan jaringan yang luka untuk memperbaiki diri
tepat pada waktunya. DFU disebabkan oleh neuropati, iskemik dan infeksi (Singh,
Data lain yang didapat pada saat pengkajian adalah pasien mengalami
kelemahan anggota gerak (hemaperesis) pada bagian tubuh sebelah kanan dengan
nilai kekuatan otot 0 (nol) pada kedua ektremitas bawah dan 0 (nol) pada
71
ektremitas atas sebelah kanan dan 4 pada sebelah kiri. Pasien terlah mengalami
stroke sejak 4 bulan yang lalu. Sesuai dengan teori bahwa salah satu komplikasi
dari Diabetes melitus adalah stroke. pada pasien DM akan terjadi gangguan
2. Diagnosa Keperawatan
rentan terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dari rentan normal, yang dapat
gula darah yang dilakukan yaitu gula darah sewaktu pasien yaitu 145mg/dl
dengan nilai rujukan 110-140mg/dl, hasil pemerikasaan GDP yaitu 136 mg/dl dan
125 mg/dl ddengan nilai rujukan 70-110 mg/dl, hasil pemeriksaan GD 2 PP yaitu
145 mg/dl dan 159 mg/dl dengan nilai rujukan <140 mg/dl
muskuloskeletal yang diprogramkan atau yang tidak dapat dihindari, yang dapat
72
tirah baring, tirah baring ini mengakibatkan mengakibatkan beberapa hal seperti
3. Intervensi Keperawatan
classification (NIC). Pada tahap ini, rencana asuhan keperawatan yang telah
kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia diruangan tanpa meninggalkan
intervensi penulis berpedoman pada sumber buku dan literatur yang mendukung
keluarga dalam melakukan kegiatan yang akan dilakukan pasien bersama dalam
adanya kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia di ruang perawatan dan
73
penyusunan perencanaan.
4. Tahap pelaksanaan
adalah pemberian obat oral. Obat oral yang diberikan pada pasien adal metrofin.
bokong, panggul dan kaki, mengeluarkan eksudat yang ada pada kaki pasien,
setelah itu menutup luka dengan balutan kering dan basah dengan menggunakan
balutan moist wound healing (hydrocoloid atau hydrogel). Ose dkk (2018)
menyatakan bahwa pasien dengan ulkus diabetik yang melakukan perawatan luka
yang ditetapkan pada fase penyembuhan luka. Balutan moist wound healing
bersifat lembut dan dapat mengembang apabila luka mempunyai jumlah eksudat
yang banyak dan tetap memberikan kesan lembab dan mencegah kontaminasi
penggantian balutan pada teknik ini dapat dilakukan 3 hari sekali. Hyrdrokooid
dari trauma dan menghindari resiko infeksi, mampu menyerap eksudate minimal.
Baik digunakan untuk luka yang berwarna merah, abses atau luka yang terinfeksi
(ose dkk, 2018). Hydrogel jenis topical therapy yang dapat membantu proses
Dapat digunakan terutama pada dasar luka yang berwarna kuning dan hitam
5. Evaluasi
dirawat dirumah sakit diagnosaa risiko ketidakstabilan kadar gula darah belum
Risiko disuse syndrom masalah teratasi sebagian karena luka pada bagian
punggung, bokong, dan panggul mulai membaik berwarna kemerahan dan tidak
ada jaringan nekrotik sedangkan pada daerah kaki masih terdapat eksudat. Pada
ROM pasien hanya pada bagian tubuh yang dapat digerakan karena pasien masih
mengeluh nyeri saat digerakan pada bagian tubuh yang mengalami kelemahan dan
kontraktur. Perawatan personal hygine pasiem masih dibantu oleh perawatan dan
A. Kesimpulan
Kota Bandung dari tanggal 05 November 2018 sampai 06 November 2018 . Pada
proses pelaksanaannya di dukung oleh teori yang penulis dapatkan dari berbagai
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian pada Ny. E keluhan utama terdapat luka pada
2. Diagnosa keperawatan
dari data-data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian. Diagnosa yang
3. Perencanaan
Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan dan kesenjangan yang
berdasarkan teori yang diambil dari NANDA, NIC, NOC. Sedangkan yang tidak
75
76
sesuai dengan teori disesuaikan dengan respon dan data-data yang muncul pada
4. Pelaksanaan
baik tindakan mandiri maupun kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Penulis
melibatkan pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga sangat kooperatif dan
5. Evaluasi
satu diagnosa belum teratasi yaitu risiko ketidakstabilan kadar gula darah dan satu