Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS JURNAL

HYPERGLIKEMI EMERGENCY
DOSEN FASILITATOR: AHMAD PUJIANTO.S. Kep Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IX KELAS KERJASAMA S1 KEPERAWATAN

FADLI NPM : 2040703061


ENOK UMAY UMIATI NPM : 2040703098
PURNAMA BANJAR NAHOR NPM : 2040703080

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS KERJASAMA
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat allah SWT karna atas berkat rahat dan
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
HIPERTENSI EMERGENCY“ ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini selain dari hasil kerja kelompok IX,
kami juga mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, dan pada
kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan banyak terimaksih kepada :
1. Ns.Maria Imaculata Ose.S.Kep.M.Kep selaku dosen pengampuh mata
kuliah keperawatan gawat darurat yang telah meluangkan
Ilmu,waktu,kritik & sarannya dalam pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai pada waktunya.
2. Dosen Fasilitator bapak Ns.Ahmad Pujianto. S.Kep.M.Kepyang telah
membimbing kelompok kami sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Keluarga tercinta kami yang membantu dalam doa dan dukungan
semangat sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu.
Pemilihan judul tersebut merupakan salah satu tugas mata muliah
keperawatan gawat darurat, Kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kesalahan dalam penyususnan, baik dari segi (ejaan yang
disempurnakan)EYD, kosa kata, tata Bahasa,etika maupun isi. Oleh
karnanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sbagai bahan evaluasi.
Demikian makalah ini dapat di terima sebagai ide / gagasan yang
menambah kekayaan intelektual bangsa. Terima kasih & Assalamualaikum
Wr.Wb

Tarakan, 22 Maret 2021


Kelompok IX

i
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.....................................................................................i
HALAMAN JUDUL.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan penulisan ..................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Hypergliglikemia
1. Pengertian hyperglikemia.................................................................5
2. Etilogi hyperglikemia ......................................................................5
3. Klasifikasi hyperglikemia.................................................................6
4. Patofisiologi hyperglikemia..............................................................7
5. Manifestasi klinis hyperglikemia......................................................8
6. Komplikasi hyperglikemia...............................................................9
7. Pemeriksaan diagmnostik.................................................................9
8. Penatalaksanaan hyperglikemia........................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hyperglikemia
1. Pengkajian......................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................14
3. Intervensi Keperawatan..................................................................15
4. Implementasi Keperawatan............................................................20
5. Evaluasi Keperawatan....................................................................20
C. Analisis Jurnal
1. Latar belakang jurnal......................................................................22
2. Metode junal...................................................................................22
3. Pengumpulan data jurnal................................................................24
4. Analisis data jurnal.........................................................................25
5. Hasil jurnal.....................................................................................26
6. Pembahasan jurnal..........................................................................28

ii
7. Kesimpulan jurnal...........................................................................29
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................31
B. Saran....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegawatdaruratan diabetes mellitus merupakan suatu keadaan yang


mengancam jiwa yang terkait dengan komplikasi akut diabetes mellitus
sehingga perlu mendapatkan pertolongan dengan segara. Yang
termasuk dalam keadaan gawatdaruratan diabetes mellitus yaitu
hipoglikemia dan krisis hiperglikemia yang meliputi ketoasidosis
diabetes, hyperosmolar hyperglycemic state, serta koma laktoasidosis
(Tjokroprawiro, 2015).(Maiti & Bidinger, 1981)

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolisme yang diakibatkan


oleh adanya peningkatan kadar gula darah diatas nilai normal
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Dalam keadaan puasa dan makan,
istirahat dan aktivitas jasmani masuknya glukosa ke sirkulasi serta
ambilan dari sirkulasi sangat bervariasi. Untuk mempertahankan kadar
glukosa plasma dalam rentang batas yang sempit terdapat mekanisme
yang sangat peka dan terelaborasi. Kadar glukosa plasma yang tinggi
mengganggu keseimbangan air di jaringan, menimbulkan glukosuria
dan meingkatkan glokolisasi jaringan. Sebaliknya kadar yang terlalu
rendah menyebabkan disfungsi otak, koma dan kematian. Pada individu
normal yang sehat, hipoglikemia yang sampai menimbulkan gangguan
kognitif yang bermakna tidak terjadi karena mekanisme homeostasis
glukosa endogen berfungsi dengan efektif. Secara klinis masalah kadar
glukosa darah timbul pada Diabetes Mellitus akibat mekanisme
homeostasis endogen terganggu (Setiati, 2016).

WHO (2016) menyebutkan bahwa diseluruh dunia terdapat 415


Juta Jiwa penderita yang diasumsikan bahwa 1 dari 11 orang dewasa
menderita Diabetes mellitus dengan rentang usia 20-79 tahun. di
Amerika Utara dan Karibia terdapat 44,3 juta jiwa penderita, Amerika

1
selatan dan tengah terdapat 29,6 Juta Jiwa, Afrika terdapat 14,2 Juta
jiwa, Eropa terdapat 59,8 Juta Jiwa Penderita, Pasifik barat 153,2 Juta
Jiwa Penderita, Timur tengah dan Afrika utara sebanyak 35,4 Juta jiwa
penderita. Di Asia tenggara proporsi penderita diabetes Mellitus sebesar
8,5% dan diperkirakan 1 juta jiwa orang dewasa meninggal karena
diabetes melitus (WHO, 2016)(Doengoes, 1999)

International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan


bahwa epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukkan
kecenderungan meningkat. Indonesia adalah negara peringkat keenam
di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko
dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta
orang (Kementerian Kesehatan, 2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013 menyebutkan bahwa proporsi diabetes di Indonesia mencapai
6,9% dimana 36,6% mengalami gula darah puasa terganggu, 29,9%
mengalami toleransi glukosa terganggu (Kementerian Kesehatan,
2019).

Kondisi kegawatdaruratan pada penderita diabetes mellitus


berupa hiperglikemia yang merupakan komplikasi akut yang serius.
Secara klinis kondisi koma hypergligemia ditandai dengan kondisi
poliuria, polidipsi, mual dan muntah, pernapasan kusmaul dalam dan
frekuen, lemah, dehidrasi, hipotensi sampai syok, kesadaran terganggu
sampai koma. Kondisi kedaruratan diebetes mellitus pada keadaan
koma hiperglikemia terdiri atas karegori ringan, sedang, berat dan
sangat berat (Tjokroprawiro, 2015).

Hiperglikemia merupakan pengertian dari suatu kondisi ketika


kadar glukosa darah meningkat melebihi batas normalnya.
Hiperglikemia menjadi salah satu gejala awal seseorang mengalami
gangguan metabolik yaitu diabetes mellitus (Kementerian Kesehatan
RI, 2014). Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa
jumlah penderita diabetes dengan ciri khusus yaitu kondisi
hiperglikemia di Indonesia semakin meningkat sejak tahun 2007 yaitu

2
sebesar 5,7% menjadi 6,8% di tahun 2013. Hiperglikemia dapat
disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan insulin
maupun ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin yang
dihasilkan dengan baik (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Faktor utama hiperglikemia pada pasien Diabetes Mellitus,


dikarenakan adanya defisiensi insulin, baik bersifat relative maupun
absolut, pada keadaan resistensi insulin yang meningkat, insulin tidak
adekuat untuk mempertahankan kadar glukosa serum yang normal dan
mensupresi ketogenesis. Kondisi DM hiperglikemia selanjutnya akan
melemahkan kapasitas sekresi insulin dan menambah berat resistensi
insulin sehingga membentuk lingkaran yang saling memberikan efek
samping, hal ini akan membuat DM hiperglikemia bertambah berat dan
produksi insulin akan semakin berkurang (Augusta et al, 2012). DM
hiperglikemia yang menetap atau berkepanjangan pada masa kritis
dapat meningkatkan resiko kematian akibat gagal jantung, infark
miokard atau hemoragik dan lainnya yang berakhir dengan kegagalan
organ (ADA, 2014).
Oleh karenanya penulis melakukan penelitian yang berjudul
hiperglikemia emergency sebagai salah satu tugas dari keperawatan
gawat darurat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep keperawatan gawat darurat pada klien
dengan Hiperglikemi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Hiperglikemi
b. Mengetahui etiologi Hiperglikemi
c. Mengetahui klasifikasi Hiperglikemi
d. Mengetahui patofisiologi Hiperglikemi
e. Mengetahui manifestasi klinis Hiperglikemi

3
f. Mengetahui komplikasi Hiperglikemi
g. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Hiperglikemi
h. Mengetahui penatalaksanaan Kritis Krisis Hiperglikemi
i. Mengetahui hasil Analisis Jurnal

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Hiperglikemia berasal dari bahasa yunani diantaranya, hyper yang
artinya lebih, glyc artinya manis dan emia yang berarti darah, jadi
hiperglikemia merupakan keadaan dimana jumlah glukosa dalam darah
melebihi batas normal (> 200 mg/dl atau 11,1 mmol/L) (Reference
ranges for blood tests). Peningkatan glukosa dalam darah terjadi ketika
pankreas memiliki sedikit insulin atau ketika sel tidak dapat menerima
respon insulin untuk menangkap glukosa dalam darah (American
Assisiation Diabetes, 2000). Hiperglikemia berbeda dengan diabetes
militus, hiperglikemia merupakan tanda dari diabetes militus. Seseorang
yang memiliki hiperglikemia belum tentu memiliki penyakit diabetes
militus. Namun ketika hiperglikemia semakin kronis, hal ini bisa
memicu timbulnya diabetes dan ketoasidosis (AIDS Info, 2005).
Hiperglikemia, atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana
jumlah yang berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah.
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada
rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non
puasa sekitar 140-160 mg /100 ml darah (Corwin, 2001).
2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Penyebab yang lain akibat pengangkatan
pankreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans, Faktor
predisposisi herediter, obesitas, faktor imunologi; pada penderita
hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan repon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.

5
Krisis hiperglikemia pada diabetes tipe 2 biasanya terjadi karena ada
keadaan yang mencetuskannya. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini
antara lain :
a. Infeksi : meliputi 20 –55% dari kasus krisis hiperglikemia
dicetuskan oleh Infeksi. Infeksinya dapat berupa : Pneumonia,
Infeksi traktus urinarius, abses, sepsis.
b. Penyakit vaskular akut: Penyakit serebrovaskuler, Infark miokard
akut, emboli paru, thrombosis vena mesenterika
c. Trauma, luka bakar, hematom subdural. Heat stroke
d. Kelainan gastrointestinal : Pankreatitis akut, kholesistitis akut.
obstruksi intestinal
e. Obat-obatan :Diuretika, steroid, Lain-lain
Pada diabetes tipe 1, krisis hiperglikemia sering terjadi karena
yang bersangkutan menghentikan suntikan insulin ataupun
pengobatannya tidak adekuat. Keadaan ini terjadi pada 20-40% kasus
KAD. Pada pasien muda dengan DM tipe 1, permasalahan psikologis
yang diperumit dengan gangguan makan berperan sebesar 20% dari
seluruh faktor yang mencetuskan ketoasidosis. Faktor yang bisa
mendorong penghentian suntikan insulin pada pasien muda meliputi
ketakutan akan naiknya berat badan pada keadaan kontrol metabolisme
yang baik, ketakutan akan jatuh dalam hypoglikemia, pemberontakan
terhadap otoritas, dan stres akibat penyakit kronis..
3. Klasifikasi
a. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula
darah dalam level >126 mg/dl untuk gula darah puasa.
a. Hyperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk
gula darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa
adanya hypoglikemic medication. Pada hiperglikemia kronis
sudah harus dilakukan tindakan dengan segera, karena dapat
meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal,

6
kerusakan neurologi, jantung, retina, ekstremitas dan diabetic
neuropathy merupakan hasil dari hiperglikemi jangka panjang.
(Frier, BM et al,.2004)

7
4. Patofisiologi

8
5. Manifestasi Klinis
a. Hiperglikemia sedang
Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang
bermakna, namun seseorang yang memiliki hiperglikemia akut
biasanya mengalami osmotik dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi
karena kontrol gula darah yang rendah.

b. Hiperglikemia berat
Pada hiperglikemia kronis, biasanya seseorang sudah memiliki
tanda gejala yang bermakna diantaranya:
a. Polyphagia (Peningkatan frekuensi makan karena sering lapar)
b. Polydipsia (Peningkatan frekuensi minum karena sering haus)
c. Polyuria (Peigkatan urinary)
d. Blurred vision (penglihatan kabur)
e. Fatigue (sleepiness) (Kelelahan)
f. Weight loss (Kehilangan berat badan tanpa alasan)
g. Poor wound healing (Proses penyembuhan luka lama)
h. Dry mouth (Mulut kering)
i. Dry or itchy skin (Kulit kering atau gatal)
j. Tingling in feet or heels (Kesemutan pada ekstremitas)
k. Erectile dysfunction (Disfungsi ereksi)
l. Recurrent infections, external ear infections (swimmer's ear)
(Rentan terjhadap infeksi)
m. Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)
n. Stupor (Kejang)
o. Coma (Koma)
p. Seizures (Pingsan)
(Jauch Chara K, et al,)

9
6. Komplikasi
Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak
ditangani dengan tepat. Ketoasidosis merupakan salah satu
komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang dimana tanda
gejalanya antara lain: nafas pendek, nafas bau buah, mual muntah
dan mulut kering. Selain ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat
meningkatkan komplikasi pada gagal jantung dan ginjal. Jika
hiperglikemia terjadi lama hal ini dapat menyebabkan penurunan
aliran darah terutama pada kaki dan terjadi kerusakan saraf, sehingga
kaki mudah mendapat luka dan sulit sembuh (Gangren).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200
mg% (Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan
test toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM
menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain
yang perlu diperhatikan:
a. Glukosa darah
b. Hb
c. Gas darah arteri
d. Insulin darah
e. Elektrolit darah
f. Urinalisis
g. Ultrasonografi

8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen
dalam penatalaksanaan hiperglikemia :

10
A. Olahraga (namun jika gula darah diatas 240 mg/dl dan ketika
diperiksa terdapat keton dalam urin maka olahraga harus
dihentikan)
B. Diet rendah gula
C. Terapi insulin
D. Hypoglicemic medication

Penanganan komplikasi Hiperglkemia yaitu ketoasidosis (KAD)


membutuhkan koreksi dehidrasi, hiperglikemia dan gangguan
keseimbangan elektrolit; identifikasi komorbid yang merupakan faktor
presipitasi; dan yang sangat penting adalahperlu dilakukan monitoring
pasien yang ketat. Faktor presipitasi diobati, serta langkah-langkah
pencegahan rekurensi perlu dilaksanakan dengan baik.

11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hiperglikemia
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, alamat, usia, pekerjan,jenis kelamin, agama,dll.
b. Data Subjektif
Keluhan Utama
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit, Keluhan yang paling
utama di keluhkan oleh pasien sehingga masuk rumah sakit.
Pada HHS: Pasien datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria,
Polidipsi, Polifagi; lemas, luka sukar sembuh atau adanya
koma/penurunan kesadaran dengan sebab tidak diketahui. Pada
lansia dapat terjadi nepropati, neurophati atau retinophati, serta
penyakit pembuluh darah.
2. Keluhan saat pengkajian, Keluhan yang dikeluhkan pasien
saat dilakukan pengkajian
Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Terdahulu, Catatan tentang penyakit yang
pernah dialami pasien sebelum masuk rumah sakit. Pada HHS:
Penyakit DM yang tertanggulangi maupun tidak terdiagnosis.
Penyakit hipertensi dan pankreatitis kronik
2. Riwayat Penyakit Sekarang, Catatan tentang penyakit yang
dialami pasien saat ini (saat pengkajian)
3. Riwayat Penyakit Keluarga: DM dan penyakit jantung pada
anggota keluarga.
Data Objektif
1. Primary Survey
a) Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya
sputum atau benda asing yang menghalangi jalan nafas.
b) Breathing: hiperventilasi, napas bau aseton
c) Circulation: lemah, tampak pucat ( disebabkan karena
glukosa Intra Sel Menurun sehingga Proses Pembentukan
ATP/Energi Terganggu)

12
d)Disability: perubahan kesadaran (jika sudah terjadi
ketoasidosis metabolic.
2) Secondary Survey
a) Exposure: -
b) Five Intervension:
 Glukosa Darah : meningkat 100-200 mg/dL, atau lebih,
 Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok,
 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol
meningkat,
 Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang
dari 330mOsm/l,
 Elektrolit
c) Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C, Dapat
Memperkirakan Risiko Komplikasi Akibat DM HbA1c atau
A1C Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara
glukosa dengan hemoglobin (glycohemoglobin). Jumlah
A1C yang terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah.
Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan
(sesuai dengan sel darah merah) Kadar A1C mencerminkan
kadarglukosa darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3 bulan
sebelum pemriksaan. Give Comfort : Nyeri di bagian
abdomen karena ketoasidosis diabetic
c. Pengkajian pola fungsional
1) Aktivitas / istirahat
a) Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
b) Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas, letargi /disorientasi, koma
2) Sirkulasi
a) Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi,
kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama, takikardia.

13
b) Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yang menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena
jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung.
3) Integritas/ Ego
a) Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi
b) Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
a) Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
b) Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat
berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi),
abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif (diare)
5) Nutrisi/Cairan
a) Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi
diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan
berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus,
penggunaan diuretik (Thiazid), nyeri abdomen.
b) Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6) Neurosensori
a) Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan
b) Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma
(tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau

14
mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas
kejang (tahap lanjut dari DKA).
7) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
b) Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat
berhati-hati
8) Pernafasan
a) Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak), nafas
kusmaul, takhipneu, nafas bau aseton, vesikuler pada lapang
paru.
b) Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat.

3) Diagnosa Keperawatan
A. Kurang volume cairan b/d diuresis osmotik (dari hiperglikemia).
(PPNI, 2016)
B. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glokosa
oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme
protein/lemak)(Swanson, elisabeth, 2013)
C. Intoleransi aktivitas b/d penurunan energy metabolic. (Swanson,
elisabeth, 2013)
D. Ansietas b/d kurang informasi tentang penyakit diabetes
mellitus(PPNI, 2016)

15
2.1.1 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan


Keperawatan
1. Kurang volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
cairan b/d diuresis keperawatan selama….. 1. Timbang berat badan /
osmotik (dari defisit volume cairan popok setiap hari dan
hiperglikemia). teratasi dengan kriteria monitor status pasien
hasil: 2. Jaga intake yang akurat
a. Mempertahankan urine dan catat output
output sesuai dengan 3. Masukkan kateter urini
usia dan BB, BJ urine 4. Monitor status hidrasi
normal, (membrane mukosa
b. Tekanan darah, nadi, lembab, denyut nadi
suhu tubuh dalam batas adekuat dan tekanan darah
normal ortostatik)
c. Tidak ada tanda tanda 5. Berikan cairan IV sesuai
dehidrasi, Elastisitas suhu kamar
turgor kulit baik, 6. Berikan terapi IV sesuai
membran mukosa dengan yang ditentukan
lembab, tidak ada rasa 7. Tingkatkan asupan oral
haus yang berlebihan
d. Orientasi terhadap Manajemen Hipovolemi
waktu dan tempat baik 1. Monitor status
e. Jumlah dan irama hemodinamik meliputi
pernapasan dalam batas nadi, tekanan darah, MAP
normal 2. Monitor adanya sumber
f. Elektrolit, Hb, Hmt kehilangan cairan seperti
dalam batas normal perdarahan, muntah, diare
g. pH urin dalam batas keringat berlebih

16
normal 3. Tawarkan minum setiap 1
h. Intake oral dan sampai 2 jam saat terjaga
intravena adekuat jika ada kontraindikasi
4. Berikan cairan isotonic/
hipotonik
5. Instruksikan pada pasien
untuk menghindari posisi
yang berubah cepat
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari keperawatan selama…. makanan
kebutuhan tubuh nutrisi kurang teratasi 2. Kolaborasi dengan ahli
b/d ketidakcukupan dengan indikator: gizi untuk menentukan
insulin (penurunan 1. Albumin serum jumlah kalori dan nutrisi
ambilan dan 2. Pre albumin serum yang dibutuhkan pasien
penggunaan 3. Hematokrit 3. Yakinkan diet yang
glokosa oleh 4. Hemoglobin dimakan mengandung
jaringan 5. Total iron binding tinggi serat untuk
mengakibatkan apacity mencegah konstipasi
peningkatan 6. Jumlah limfosit 4. Ajarkan pasien bagaimana
metabolisme membuat catatan makanan
protein/lemak) harian.
5. Monitor adanya penurunan
BB dan gula darah
6. Monitor lingkungan
selama makan
7. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
10. Monitor mual dan

17
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan
yang adekuat dapat
dipertahankan.
13. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
14. Pertahankan terapi IV
line
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya
b/d penurunan keperawatan selama …. pembatasan klien dalam
energy metabolic. Pasien bertoleransi melakukan aktivitas
terhadap aktivitas dengan 2. Kaji adanya faktor yang
Kriteria Hasil : menyebabkan kelelahan
1. Berpartisipasi dalam 3. Monitor nutrisi dan
aktivitas fisik tanpa sumber energi yang
disertai peningkatan adekuat
tekanan darah, nadi dan 4. Monitor pasien akan
RR adanya kelelahan fisik dan
2. Mampu melakukan emosi secara berlebihan
aktivitas sehari hari

18
(ADLs) secara mandiri 5. Monitor respon
3. Keseimbangan aktivitas kardivaskuler terhadap
dan istirahat aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek

4. Ansietas b/d kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan


informasi tentang keperawatan selama …. yang tenang dan

19
penyakit diabetes Ansietas terkontrol dengan meyakinkan
mellitus kriteria hasil : 2. Berikan dukungan emosi
1. Klien mampu pada pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan dan dorong harapan yang
mengungkapkan gejala realistis
cemas 3. Jelaskan semua prosedur
2. Vital sign dalam batas yang akan dilakukan dan
normal sensasi yang dirasakan
3. Tidak ada gangguan 4. Beri informasi factual
tidur perawatan
4. Mengidentifikasi, 5. Dorong keluarga
mengungkap dan mendampingi klien
menunjukan tehnik dengan cara yang tepat
untuk mengontrol 6. Dorong verbalisasi
cemas perasaan
5. Postur tubuh, ekspresi 7. Beri usapan punggung
wajah, bahas tubuh dan dan leher yang baik
tingkat aktivitas secara tepat
menunjukan 8. Identifikasi perubahan
berkurangnya kecemasan
kecemasan. 9. Edukasi rileksasi
terhadap penurunan
kecemasan
10. Pahami situasi krisis
yang terjadi dari
perspektif klien
11. Evaluasi laporan individu
dalam penggunaan
rileksasi

20
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan
sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :

S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan
A : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
pada respon klien.

21
C. Analisis Jurnal

ANALISIS JURNAL

“ MANAJEMEN GAWAT DARURAT KETOASIDOSIS


DIABETIK DAN KEADAAN HIPERGLIKEMIK
HIPEROSMOLAR”

“FAKTOR RESIKOUNTUK HASIL YANG MERUGIKAN


PADA PASIEN HIPERGLIKEMIK YANG DATANG KEUNIT
GAWAT DARURAT “

“KUNJUNGAN SENTINEL PADA PASIEN INSTALASI


GAWAT DARURAT DENGAN DIABETES MELLITUS SEBAGAI
TANDA PERINGATAN KEGAWATDARURATAN
HIPERGLIKEMIK”

“PROFILE OF DIABETIC KETOACIDOSIS PATIENTS


AT REGIONAL PUBLIC HOSPITAL DRSOETOMO IN 2017”

&

“ANALYSIS OF FACTOR AFFECTING THE


EMERGENCY OF DIABETIC KETOACIDOSIS IN PATIENT
DIABETES MELLITUS”

DENGAN JUDUL KASUS “ HYPERGLIKEMIA


EMERGENCY “

Dalam esay ini akan dijelaskan mengenai hyperglikemia emergency


yang bersumber dari 5 (lima) jurnal. Jurnal yang pertama berjudul
“manajemen gawat darurat ketoasidosis diabetik dan keadaan
hyperglikemik hiperomolar: survei sikap dan praktik nasional”, jurnal
kedua berjudul “ faktor resiko untuk hasil yang merugikan pada pasien
hyperglikemik yang datang ke unit gawat darurat: tinjauan sistematis”,
jurnal ketiga berjudul “ kunjungan sentinel pada pasien instalasi gawat
darurat dengan diabetes mellitus sebagai tanda peingatan kegawat

22
daruratan hyperglikemi”, jurnal keempat berjudul “profile of diabetic
ketoacidosis patents at regional public hospital dr.soetomo in 2017”,
dan jurnal kelima berjudul “analysis of factor affecting the emergency
of diabetic ketoacidosis in patient diabetes mellitus” pada bagian
berikut akan mulai dari latar belakang, metode, hasil, pembahasan,
keterbatasan dan kesimpulan.

1. Latar belakang
Pedoman praktik klinik Canadian diabetes association (CDA) 2011
dikembangkan untuk membantu dokter menangani keadaan darurat
hyperglikemik di unit gawat darurat, termasuk ketoasidosis diabetic
(DKA) dan keadaan hyperglikemik hyperosmolar (HHS).(Dewata et al.,
2020)
Hyperglikemia merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang
signifikan, seringkali mengakibatkan hasil yang merugikan seperti
kunjungan DE berulang, rawat inap, atau kematian.(P140 : Faktor
Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik Yang
Datang Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan Sistematis, 2021)
Diabetes milletus adalah penyakit kronis yang semakin umum , dengan
perkiraan bahwa hingga 40% orang dewasa dapat mengembangkan
diabetes selama hidup mereka. Pasien dengan diabetes yang tidak
terkontrol sering mengunjungi IGD untuk penanganan episode
hyperglikemik, termasukketoasidosis diabetikum (KAD) dan keadaan
hyperglikemik hyperosmolar(Gushulak et al., 2021)
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan salah satu komplikasi
diabetes mellitus .yang berbahaya yang ditandai dengan hyperglikemia
berat, asidosismetabolik dan ketoanemia, komplikasi ini dapat
berakibat koma hingga kematian apabila tidak di tangani dengan
baik(Dewata et al., 2020)
Factor-faktor yang yang berhubungan dengan kegawatan hyperglikmi
antara lain factor KAP ( knowledge,attitude and practice) dan factor
stress.(Ludfitri, 2015)

23
Latar belakng dari jurnal yang pertama adalah pedoman bagi tenaga
dokter yaitu asosiasi dokter darurat kanada (CAEP) untuk
mengidentifikasi potensi tgerjadinya DKA & HHS, pada jurnal kedua
melakukan tinjauan sistematis untuk mengidentifikasi predictor dari
hasil yang merugikan di antara pasien yang datang ke IGD dengan
hyperglikemia.jurnal ketiga adalah untuk mendeskripsikan
epidemiologi dan hasil dari pasien dengan kunjungan ED sentinel
sebelum kunjungan darurat hyperglikemia pasien mereka. Jurnal
keempat melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil
pasien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD) di RS Soetomo pada
tahun 2017. sedangkan jurnal kelima untuk menganalisis factor yang
mempengaruhi kegawatan ketoasidosis diabetikum pada pasien diabetes
milletus.
2. Metode
Metode yang digunakan untuk ke-5 penelitian tersebut berbeda.pada
seperti.
mendistribusikan survei cross-sectional online kepada 500 anggota
Asosiasi Dokter Darurat Kanada (CAEP) yang dipilih secara acak yang
saat ini berpraktik sebagai dokter. (Dokter & Kanada, 2021)
Pencarian elektronik dari Medline dan EMBASE dilakukan untuk
studi yang diterbitkan dalam bahasa Inggris antara tahun 1946 dan Juni
2017. Studi dengan pasien yang datang ke UGD dengan hiperglikemia
memenuhi syarat untuk dimasukkan. Baik populasi orang dewasa dan
anak-anak dimasukkan, seperti j juga pasien diabetes dan non-diabetes.
Dua peninjau secara independen menyaring semua judul dan abstrak
untuk relevansinya dengan pertanyaan penelitian. Jika konsensus tidak
dapat dicapai, naskah lengkap ditinjau. Untuk setiap perbedaan,
peninjau ketiga dikonsultasikan, dan ketidaksepakatan diselesaikan
melalui diskusi. Kualitas studi dinilai dengan menggunakan Skala
Penilaian Kualitas Newcastle-Ottawa. Data khusus studi dan pasien
kemudian diekstraksi dan disajikan secara deskriptif dalam tinjauan
sistematis.(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada

24
Pasien Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan
Sistematis, 2021)
tinjauan catatan kesehatan 1 tahun dari pasien ≥18 tahun yang datang
ke salah satu dari empat unit gawat darurat perawatan tersier dengan
diagnosis keluarnya hiperglikemia, DKA, atau HHS. Petugas penelitian
terlatih mengumpulkan data tentang karakteristik pasien, manajemen,
disposisi, dan menentukan apakah pasien datang ke UGD dalam 14 hari
sebelum kunjungan hiperglikemia mereka. Statistik deskriptif
digunakan untuk meringkas data. (Gushulak et al., 2021)
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan data dari
rekam medis pasien KAD di RSUD Dr. Soetomo tahun 2017. Total
sampel pada penelitian ini adalah 63 pasien. Variabel yang diteliti
adalah jenis kelamin, usia, tipe DM, derajat keparahan KAD, faktor
pencetus, keluhan utama, tanda vital, kadar glukosa darah acak, kadar
elektrolit, dan analisis gas darah. Kami menganalisis frekuensi, rata-
rata, dan standar deviasi.(Dewata et al., 2020)
observasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan
purposive sampling. Jumlah sampel 20 responden. Pengumpulan data
menggunakan kuisioner dan lembar cek list.(Ludfitri, 2015)ur
3. Pengumpulan data
Sebanyak 3 email notifikasi dibagikan pada hari ke 1, 7 dan 14.
Survei terdiri dari 23 pertanyaan yang berkaitan dengan manajemen
dokter DKA dan HHS di UGD.(Dokter & Kanada, 2021)
Pengumpuln data dengan cara ada dua peninjau secara independen
menyaring semua judul dan abstrak untuk relevansinya dengan
pertanyaan penelitian. Jika konsensus tidak dapat dicapai, naskah
lengkap ditinjau. Untuk setiap perbedaan, peninjau ketiga
dikonsultasikan, dan ketidaksepakatan diselesaikan melalui diskusi.
(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien
Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan
Sistematis, 2021)

25
Pengumpulan data dengan melihat kunjungan ED sentinel (dalam 14
hari sebelumnya untuk alasan apapun sebelum kunjungan
hiperglikemia. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa kunjungan
tunggal untuk hiperglikemia juga dapat menjadi kunjungan sentinel
untuk kunjungan hiperglikemia berikutnya dalam 14 hari berikutnya.
Hasil sekunder termasuk menjelaskan alasan presentasi dan perjalanan
klinis untuk kunjungan sentinel ini, serta mengkarakterisasi hasil
penting pasien pada kunjungan hiperglikemia seperti konsultasi di
UGD, disposisi pasien, dan kunjungan kembali 30 hari (setelah
kunjungan hiperglikemia) ke UGD, rumah sakit, atau masuk unit
perawatan intensif (ICU).(Gushulak et al., 2021)
Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, tipe DM, derajat
keparahan KAD, faktor pencetus, keluhan utama, tanda vital, kadar
glukosa darah acak, kadar elektrolit, dan analisis gas darah. Kami
menganalisis frekuensi, rata-rata, dan standar deviasi.(Dewata et al.,
2020)
Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan lembar cek list.
(Ludfitri, 2015)

4. Analisa data
Analisa data yang digunakan untuk jurnal 1,2,3,4 dan 5 adalah berbeda
mendistribusikan survei cross-sectional online kepada 500 anggota
asosiasi dokter darurat kanada ,(Dokter & Kanada, 2021)
menggunakan Skala Penilaian Kualitas Newcastle-Ottawa.(P140 :
Faktor Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik
Yang Datang Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan Sistematis, 2021)
mengumpulkan data dari kertas dan rekam medis elektronik
menggunakan alat pengumpulan data standar Catatan elektronik
ditinjau untuk menentukan apakah pasien melakukan kunjungan
sentinel ke UGD. Rincian seputar kedua kunjungan, termasuk alasan
kunjungan, temuan klinis yang relevan, hasil investigasi, manajemen

26
dokter, disposisi pasien, dan diagnosis akhir, dikumpulkan. Data dari
alat pengumpulan kemudian dimasukkan ke dalam database Microsoft
Excel khusus studi (Microsoft Corporation, Redmond, WA). Statistik
deskriptif dirangkum menggunakan sarana dan deviasi standar dengan
interval kepercayaan 95% (CI) jika sesuai.(Gushulak et al., 2021)
Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, tipe DM, derajat
keparahan KAD, faktor pencetus, keluhan utama, tanda vital, kadar
glukosa darah acak, kadar elektrolit, dan analisis gas darah. Kami
menganalisis frekuensi, rata-rata, dan standar deviasi.(Dewata et al.,
2020)
Uji bivariat & a uji multivariat uji bivariat adalah analisis yang
dilakukan unuk mengetahuai hubungan antara 2 variabel. Sedangkan uji
multivariat adalah metode pengolahan variable dalam jumlah yang
banyak,diman tujuannya adalah mencari peengaruh variabel-variabel
tersebut terhadap suatu objek Secara similtan atau serentak.(Ludfitri,
2015)

5. Hasil
Tingkat respon survei adalah 62,2% (311/500) dengan karakteristik
peserta sebagai berikut: laki-laki (62,6%), pelatihan CCFP (EM)
(46,1%) dan bekerja di pusat-pusat akademik utama (50,5%). Tingkat
kesadaran keseluruhan dari pedoman CDA adalah 22,9% (95% CI =
18,3%, 27,5%). 58,9% (95% CI = 53,3%, 64,3%) melaporkan bahwa
pedoman CDA berguna(Dokter & Kanada, 2021)
Tiga belas (13) studi observasi dimasukkan, dengan total gabungan
664.829 pasien. Studi ini mendapatkan skor antara 5 sampai 8 pada
Skala Penilaian Kualitas dari kemungkinan total 8.(P140 : Faktor
Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik Yang
Datang Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan Sistematis, 2021)
Kunjungan UGD sebanyak 1.148 disaring untuk kelayakan dari
Januari sampai Desember 2014. Setelah menerapkan kriteria eksklusi
dan menghilangkan kunjungan yang salah kode, 833 kunjungan

27
akhirnya dimasukkan. 833 kunjungan hiperglikemia ini mewakili 645
pasien unik, karena 548 pasien hanya memiliki satu kunjungan
sementara 97 pasien memiliki beberapa kunjungan terhitung untuk sisa
285 kunjungan.(Gushulak et al., 2021)
Mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan (66,67%) dan berada
pada kelompok usia 50-59 tahun (38,10%). Pasien DM Tipe 2 (88,89%)
mendominasi jumlah kasus KAD di RSUD Dr. Soetomo. Lebih dari
setengah total pasien (58,73%) menderita KAD derajat berat.
Penurunan kesadaran (46,03%) dan sesak (26,98%) merupakan keluhan
utama yang paling umum didapatkan pada pasien KAD. Hampir
seluruh pasien memiliki faktor pencetus infeksi (88,89%) dengan jenis
infeksi yang paling banyak dialami adalah Sepsis (92.86%), Pneumonia
(30.36%), dan Infeksi Saluran Kemih (23.21%). Dua pertiga dari
jumlah pasien (66,67%) dirawat dengan durasi 0-7 hari. Sebanyak
57,14% pasien KAD meninggal saat menjalani perawatan. (Dewata et
al., 2020)
Hasil penelitian menggunakan uji bivariat dengan uji Spearman’s
rho p value <  0,05 dan menunjukkan faktor yang mempengaruhi
kegawatan ketoasidosis diabetik yaitu sikap (p = 0,005 r =-0,604),
perilaku (p =0,06 r = -0,595) dan stres (p =0,019 r = 0,518) dan yang
paling berpengaruh adalah faktor sikap. Sedangkan pada uji multivariat
dengan uji regresi logistik multinomial faktor yang diukur adalah faktor
sikap, perilaku dan stres yang diuji secara bersama-sama dan
menunjukkan nilai uji simultan p value = 0,000 <  0,05 menunjukkan
bahwa minimal ada satu buah variabel independent yang signifikan
mempengaruhi variabel dependent (ketoasidosis diabetik). Uji kebaikan
model menunjukkan bahwa p value = 1.000 >  0,05 artinya bahwa
model telah sesuai dan untuk nilai Cox dan Snel = 0,762 yang berarti
bahwa keragaman data variabel independent (sikap, perilaku dan stres)
dalam penelitian ini mampu menjelaskan keragaman data variabel
dependentnya sebesar 76,2% sedangkan sisanya 23,8% dijelaskan oleh
variabel bebas lain yang ada di luar model penelitian.(Ludfitri, 2015)

28
6. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dengan adanya
pedoman praktik klinik Canadian diabetes association (CDA) sangat
membatu dokter dan dokter UGD kanada pun mendukung pedoman
tersebut dengan beberapa hambatannya.(Dokter & Kanada, 2021)
Factor resiko untuk hasil yang merugikan pada pasien hyperglikemi
yang datang ke UGD dengan menggunakan penilaian kualitaas
Newcastle-ottawa sangat merugikan pasien yang datang ke UGD dalam
memand manajemen dn tindak lanjut pasien dengan hyperglikemi.
(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien
Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan
Sistematis, 2021)
Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol dapat melakukan
kunjungan ke bagian gawat darurat (ED) "sentinel" untuk memicu
gangguan sebelum menemui dokter lagi untuk keadaan darurat
hiperglikemik, seperti ketoasidosis diabetik (AD) atau sindrom
hiperglikemia hiperosmolar (SHH). Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan epidemiologi kunjungan sentinel ke UGD dan evolusi
keadaan kesehatan pasien yang bersangkutan sebelum konsultasi
darurat mereka saat ini untuk hiperglikemia.(Gushulak et al., 2021)
Pasien di RS soetomo dengan hyperglikemi pasien berjenis sehinga
kelamin perempuan usia 50-59 tahun sekitar 66,67%. Dengan kata lain
perempuan dan usia lanjut lebih rentan terhadap KAD dengan infeksi
sebagai factor pencetus paling umum.(Dewata et al., 2020)
Factor kegawatan hyperglikemi terdiri dari penegtahuan,sikap dan
prilaku,akan tetapi penegtahuan tidak mempegaruhi kegawatan
hyperglikemkia,(Ludfitri, 2015)

7. Kesimpulan
Dalam penelitian ini, meskipun dokter UGD Kanada umumnya
mendukung pedoman CDA, banyak yang tidak menyadari bahwa

29
pedoman ini ada dan hambatan penerapannya dilaporkan. Penelitian di
masa depan harus fokus pada strategi untuk standarisasi manajemen
DKA dan HHS dengan memastikan kesadaran dan pendidikan dokter
untuk memastikan perawatan pasien dengan kualitas terbaik (Dokter &
Kanada, 2021)
Tinjauan sistematis ini menemukan delapan prediktor dan empat
faktor pelindung untuk hasil yang merugikan pada pasien yang datang
ke UGD dengan hiperglikemia. Faktor-faktor ini harus dipertimbangkan
untuk memudahkan identifikasi pasien berisiko tinggi untuk hasil yang
merugikan dalam rangka memandu manajemen dan tindak lanjut.
(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien
Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan
Sistematis, 2021)
Dalam studi ED yang unik ini, pasien diabetes yang melakukan
kunjungan sentinel sering kali harus kembali ke departemen yang sama
dan dirawat di rumah sakit karena hiperglikemia. Dokter harus berhati-
hati untuk mengukur glukosa darah dan memberikan instruksi yang
jelas saat pulang mengenai pemantauan dan pengelolaan glukosa darah
untuk mencegah keadaan darurat hiperglikemik di masa mendatang.
(Gushulak et al., 2021)
Jumlah pasien KAD derajat berat dan kematian pada penelitian ini
lebih tinggi dibanding penelitian lain. Perempuan dan usia lanjut lebih
rentan terhadap KAD dengan infeksi sebagai faktor pencetus paling
umum.(Dewata et al., 2020)
faktor yang mempengaruhi kegawatan ketoasidosis diabetik pada
pasien diabetes melitus adalah sikap, perilaku dan stres. Dari
keseluruhan faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah faktor
sikap.(Ludfitri, 2015)

30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasus krisis hiperglikemi dapat memicu berbagai macam komplikasi
salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada hiperglikemi
krisis adalah KAD. Tujuan utama penanganan Hiperglikemia adalah
dengan menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan
upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati.
Hiperglikemia berbeda dengan diabetes militus, hiperglikemia
merupakan tanda dari diabetes militus. Seseorang yang memiliki
hiperglikemia belum tentu memiliki penyakit diabetes militus. Namun
ketika hiperglikemia semakin kronis, hal ini bisa memicu timbulnya
diabetes dan ketoasidosis.

3.2 Saran
Kasus hiperglikemi dapat memicu berbagai macam komplikasi, maka
perawat harus berperan aktif dalam memberikan edukasi pada pasien
diabetes mellitus dan keluarga sebagai support sistem untuk mencegah
terjadinya hiperglikemik dan perawat juga hendaknya meningkatkan
pengetahuan dalam penanganan pasien dengan hiperglikemik untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut pada pasien.

31
DAFTAR PUSTAKA
Dewata, D. G. U. B., Novida, H., & Aryati, A. (2020). Profile of Diabetic
Ketoacidosis Patients At Regional Public Hospital Dr. Soetomo in
2017. Jurnal Berkala Epidemiologi, 8(3), 301.
https://doi.org/10.20473/jbe.v8i32020.301-309
Doengoes, M. (1999). rencana asuhan nkeperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan (egc).
Dokter, A., & Kanada, D. (2021). LO067 : Manajemen gawat darurat
ketoasidosis diabetik dan keadaan hiperglikemik hiperosmolar :
survei sikap dan praktik nasional. 17–19.
Gushulak, K. M., Columbus, M. P., Hamelin, A. L., Wells, G. A., & Stiell,
I. G. (2021). Kunjungan sentinel pada pasien IGD dengan diabetes
mellitus sebagai tanda peringatan kegawatdaruratan hiperglikemik.
1–23.
Ludfitri, R. (2015). Analysis of Factor Affecting the Emergency of
Diabetic Ketoacidosis in Patient Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan
Hesti Wira Sakti, 3, 12–17.
Maiti, & Bidinger. (1981). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
P140 : Faktor risiko untuk hasil yang merugikan pada pasien
hiperglikemik yang datang ke unit gawat darurat : tinjauan
sistematis. (2021). 2017–2019.
PPNI, tim pokja S. D. (2016). standar diagnosis keperawatan indonesia
(1st ed.).
Swanson, elisabeth, D. (2013). Nursing outcomes (NOC) (bahasa ind).

32

Anda mungkin juga menyukai