Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

AGREGET REMAJA (KESEHATAN MENTAL)

KELOMPOK 8

NAMA KELOMPOK :
ARDI RAMA LUKITA
NPM : 2040703057

HADIJAH
NPM : 2040703064

MARYAM SRIBAYANI
NPM : 2040703073

ROSNAWATI
NPM : 2040703084

YUNITA
NPM : 2040703097

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN KELAS KERJASAMA
TAHUN 2021/2022

1
DAFTAR ISI
Daftar Isi.....................................................................................................................2

Kata Pengantar...........................................................................................................5

BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................................6

1.1...............................................................................................................................
Latar Belakang.....................................................................................................6
1.2...............................................................................................................................
Tujuan Penulisan..................................................................................................7
1.3...............................................................................................................................
Manfaat Penulisan................................................................................................7

BAB 2 : TINJAUAN TEORI.....................................................................................8

A. Kesehatan Mental Pada Remaja..........................................................................9


a) Proses Biologis...............................................................................................10
b) Proses Kognitif...............................................................................................10
c) Proses Sosisal-Emosional...............................................................................10
B. Indikasi Awal yang Mengarah pada Gangguan Kesehatan Mental.....................11
a) Emosi..............................................................................................................11
b) Prilaku............................................................................................................11
c) Perkembangan................................................................................................12
C. Upaya Pemberian Dukungan Kesehatan Mental..................................................12
D. Perkembangan Remaja.........................................................................................12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS............................................13

A. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


pada Kelompok Khusus Remaja.........................................................................17
1. Pengkajian......................................................................................................17
2. Analisa Data...................................................................................................18
3. Prioritas Masalah............................................................................................18
4. Diagnosa Keperawatan...................................................................................18
5. Intervensi........................................................................................................19

2
6. Implementasi..................................................................................................19
7. Evaluasi..........................................................................................................20
B. Tinjauan Kasus....................................................................................................20
1. Analisa Data...................................................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................................21
3. Intervensi........................................................................................................22
4. Implementasi..................................................................................................25
5. Evaluasi..........................................................................................................25

Penutup.....................................................................................................................26

Kesimpulan................................................................................................................26

Daftar Pustaka............................................................................................................27

3
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana kami dapat
menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan Komunitas Agreget Remaja (Kesehatan

Mental).  Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan
Komunitas yang diampuh oleh Bapak Donny Triwahyudi.

Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu
kami ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk
kami jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah
kekayaan intelektual bangsa.

Tarakan, 06 April 2021

Kelompok VIII

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sebelum kita membahas tentang asuhan keperawatan komunitas agrerat remaja


yang berhubungan dengan kesehatan mental,Kita perlu memahami pengertian dari
sehat itu sendiri,.Sehat menurut World Health Organization (WHO) Adalah: A state
of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of
disease or infirmity (WHO, 2001). WHO memberikan pengertian tentang sehat
sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang lengkap sejahtera dan tidak
semata-mata karena tidak adanya penyakit atau kelemahan. Definisi ini semakin
menjelaskan bahwa kesehatan mental merupakan bagian dari kesehatan. Kesehatan
mental juga sangat berhubungan dengan kesehatan fisik dan perilaku. WHO lalu
memberikan pengertian tentang kesehatan mental sebagai: A state of well-being in
which the individual realizes his or her own abilities, can cope with normal stresses
of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to
his or her community (WHO, 2001).

Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan


yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam
kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu
memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Mengutip dari jargon yang digunakan
oleh WHO, “there is no health without mental health” menandakan bahwa
kesehatan mental perlu dipandang sebagai sesuatu yang penting sama seperti
kesehatan fisik. Mengenali bahwa kesehatan merupakan kondisi yang seimbang
antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan membantu masyarakat dan individu
memahami bagaimana menjaga dan meningkatkannya (WHO, 2004).

Sedangkan remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke


dewasa. Remaja menurut WHO (2014), remaja adalah seseorang yang berusia 10
sampai 19 tahun. Kebanyakan remaja memiliki kesehatan fisik dan mental yang
baik,namun akibat perubahan emosi dan sosial,termasuk kemiskinan atau tindak
kekerasan dapat menyebabkan remaja rentan terhadap masalah kesehatan mental..
Namun, tidak sedikit remaja melakukan hal-hal ekstrem untuk menarik perhatian
lingkungannya. Setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan akan mengalami
perkembangan moral, spiritual, dan psikososial, begitu juga pada remaja.

Masa remaja merupakan masa di mana individu yang sedang mencari


identitas dirinya. Namun, jika remaja tidak dapat menyelesaikan tugas
perkembangannya dengan baik maka akan membuat remaja merasa kebingungan
akan perannya. Saat masa inilah remaja sangat rentan mengalami masalah-masalah

5
yang berhubungan dengan terganggunya kesehatan mental.Hal-hal tersebut bisa
diatasi dengan melakukan berbagai macam pencegahan. Perawat berperan dalam
menanggulangi permasalahan-permasalahn tersebut sesuai tingkatan pencegahan
baik pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak menuju masa
dewasa. Pada masa transisi, remaja mengalami proses pencarian identitas diri,
melepas ketergantungan dari orang tua, dan berusaha mencapai kemandirian
sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa (Friedman, Bowden, &
Jones, 2010). Pada masa ini, terjadi perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
emosional (Santrock, 2007). Perubahan-perubahan tersebut cenderung membuat
remaja berusaha mengeksplor diri, mengaktualisasikan peran, dan gaya hidup
berisiko (Stanhope, & Lancaster, 2004).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana kesehatan mental yang dialami oleh remaja
sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang komperenhensif
pada remaja, menjelaskan karakteristik remaja, tahapan pertumbuhan dan
perkembangan remaja, masalah yang sering dialami oleh remaja serta peran perawat
komunitas dalam menangani masalah, kesehatan mental pada remaja.

2. Tujuam Khusus
 Mampu menjelaskan konsep teori tentang remaja.
 Mampu melaksanakan pengkajian pada remaja dengan masalah yang
ada.
 Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas remaja.
 Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
remaja.
 Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada remaja.
 Mampu membuat kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas pada remaja.
 Mampu membuat kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas pada remaja

C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep remaja.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami perubahan fisik, psikologi,
dan sosial pada remaja.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tugas perkembangan pada
remaja.

6
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengkajian kesehatan pada
remaja.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengkajian aspek psiko,
sosial,cultural,spiritual.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan
komunita spada remaja.
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan
komunitas berdasarkan kasus

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kesehatan Mental Pada Remaja

WHO melaporkan bahwa 450 juta orang di seluruh dunia memiliki gangguan
kesehatan mental, dengan prevalensi 20% kejadian terjadi pada anak remaja (O’Reilly,
2015). Dengan angka kejadian yang meningkat setiap tahunnya, memperluas
pengetahuan terkait kesehatan mental pada remaja menjadi hal yang penting.Kesehatan
mental remaja dapat mempengaruhi masa depan dirinya sendiri sebagai individu, dan
berdampak pada keluarga hingga masyarakat. Oleh karenanya, kekhawatiran ini
berkembang baik untuk institusi kesehatan dan peneliti akademis.

Memahami kesehatan mental pada remaja artinya perlu memahami juga faktor-
faktor apa saja yang dapat membahayakan kesehatan mental (risk factor) dan faktor-
faktor apa saja yang dapat melindungi kesehatan mental (protective factor). Risk factor
menimbulkan kemungkinan kerentanan dalam diri anak, sedangkan protective factor
menimbulkan kemungkinan kekuatan dalam diri anak. Semakin banyak risk factor,
maka semakin besar tekanan pada anak. Di sisi lain, semakin banyak protective factor,
maka besar kemungkinan anak untuk dapat terhindar dari gangguan. Risk factor
merupakan faktor yang dapat memunculkan kerentanan terhadap distress. Artinya,
ketidakmampuan menyesuaikan diri dapat dikarenakan adanya kondisi-kondisi yang
menekan, seperti anak remaja yang tumbuh pada keluarga yang memiliki status
ekonomi rendah, tumbuh di lingkungan penuh kekerasan dan adanya pengalaman
trauma (Schoon, 2006).

Kesehatan mental yang baik bukan hanya dilihat dari tidak adanya masalah
kesehatan mental yang didiagnosis, melainkan berhubungan dengan well-being
seseorang. Well-being adalah sebuah konsep yang lebih luas dibanding kesehatan
mental. Walaupun begitu, keduanya memiliki keterkaitan. Gangguan yang terjadi pada
kesehatan mental anak dapat memberikan dampak pada keseluruhan well-being anak,
sebaliknya well-being yang buruk dalam bentuk apapun dapat menjadi resiko terhadap
kesehatan mental.

Masa remaja yang masih erat kaitannya dengan masa perkembangan membuat
adanya kesulitan dalam melakukan diagnosis dan memberikan perlakuan (Remschmidt,
et al., 2007). Kesulitan ini muncul karena tidak ada garis yang jelas dalam membedakan
perkembangan yang normal dan abnormal. Kesehatan mental melibatkan lebih dari
masalah medis. Banyak faktor yang memengaruhi, seperti adanya faktor sosial
ekonomi. Masalah kesehatan mental dapat muncul di berbagai area mulai dari ranah
individu seperti penyalahgunaan zat, kejahatan, kekerasan, kehilangan produktivitas
hingga bunuh diri.

8
Kesehatan mental pada remaja juga melibatkan kapasitasnya untuk dapat
berkembang dalam berbagai area seperti biologis, kognitif dan sosial-emosional
(Remschmidt, et al., 2007). Oleh karenanya, penting bagi kita memahami tahapan
perkembangan sebagai upaya untuk melihat adanya indikasi permasalahan pada
perkembangan remaja.

Remaja yang memiliki kesehatan mental memiliki ciri-ciri yang dapat kita amati
dari proses perkembangannya :

a. Proses Biologis

Proses biologis pada remaja melibatkan terjadinya perubahan fisik pada tubuh
anak (Santrock, 2014). Perkembangan fungsi-fungsi tubuh seperti fungsi seksual
akan memengaruhi perilaku dan perkembangan remaja. Beberapa contohnya adalah
gen yang diwarisi dari orang tua, perkembangan otak, tinggi badan dan kenaikan
berat badan, kemajuan dalam keterampilan motorik serta perubahan hormonal.
Anak remajaperlu mendapatkan nutrisi yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhan fisiknya. Mereka perlu ruang dan waktu untuk bermain dengan aman.
Dengan melakukan aktivitas bermain dan aktivitas belajar, anak melatih dirinya
untuk mengembangkan kemampuan koordinasi tubuhnya. Remaja yang sehat
mental dapat melakukan aktivitas yang produktif seperti bermain dan belajar sesuai
dengan kapasitas intelektual dan usianya.

b. Proses Kognitif

Proses kognitif melibatkan perubahan dalam cara berpikir individu dan


kecerdasan seseorang (Santrock, 2014). Proses ini sangat erat kaitannya dengan
perkembangan otak. Remaja yang sehat mental dan memiliki perkembangan
kognitif yang memadai memunculkan kemauan untuk mempelajari hal baru di
sekitarnya, memiliki kreativitas, dan kemampuan bahasanya pun berkembang.
Proses ini lalu berkembang sampai pada kemampuan remaja untuk mampu
membedakan hal-hal yang dianggap benar dan salah, menghafal, memecahkan
masalah sederhana, memilih dan mengambil keputusan, serta mengendalikan
dirinya

c. Proses Sosial-Emosional

Proses sosial-emosional melibatkan perubahan emosi, kepribadian, hubungan


dengan orang lain dan lingkungan sosial (Santrock, 2014). Proses sosialemosional
yang berkembang dengan baik membuat anak mampu menyadari, membedakan,
mengelola serta mengekspresikan emosi secara tepat. Seiring perkembangannya,
remaja perlu untuk menjadi sadar akan adanya orang lain dan berusaha
menumbuhkan empatinya terhadap orang lain. Di lingkungan, remaja memiliki
kemampuan untuk masuk dan menjalin hubungan serta mempertahankan hubungan

9
tersebut. remaja yang sehat mental memiliki kedekatan dalam hubungan dan
mampu merasa aman berada dilingkungannya.

Masa remaja adalah periode permulaan (onset) untuk adanya berbagai perilaku
dan kondisi yang memengaruhi kesehatan dan juga dapat menyebabkan gangguan
pada masa dewasa. Adanya masa pubertas merupakan salah satu tantangan bagi
remaja. Pubertas mengacu pada masa transisi perkembangan yang ditandai dengan
perubahan biologis yang mengakibatkan kematangan dari segi fisik dan seksual
(Santrock, 2014). Kadar hormon selama masa pubertas dapat mempengaruhi
respons stress dalam tubuh dan otak. Faktor lain yang juga penting adalah pengaruh
peer (teman sebaya) yang dapat membuat anak perlu mengembangkan kemampuan
terkait penyesuaian diri dan regulasi diri. Ketika remaja merasa diterima di
lingkungan pertemanannya dan tidak membandingkan diri secara berlebihan, hal ini
mampu membuat mereka merasa aman di lingkungan. Mental illness seperti
gangguan kepribadian serta emosi banyak dimulai di masa ini. Perilaku-perilaku
tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras dan penggunaan obat-obatan
terlarang sering dimulai pada masa remaja dan berhubungan erat dengan
peningkatan masalah hingga kematian yang merupakan tantangan utama dalam
kesehatan.

B. Indikasi Awal yang Mengarah pada Gangguan Kesehatan Mental

Meskipun masalah kesehatan mental saat ini banyak ditemui mengganggu orang
dewasa seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, dan psikosis, namun banyak
masalah kesehatan mental tersebut yang sudah memunculkan gejala atau hambatan saat
masih anak dan remaja(O’Reillt,2015)

Masalah kesehatan mental remaja dapat diamati dari adanya permasalahan pada
tahapan perkembangan pada tiga area besar, yaitu area emosi, perilaku dan
perkembangan.

a. Emosi

Berbicara tentang emosi erat kaitannya dengan kemampuan menilai serta


menyadari emosi yang dimiliki, membedakan emosi yang dirasakan, mengelola
emosi, serta mengekspresikan emosi (Nolen, 2009). Remaja yang selalu merasa
sedih, mudah murung dan merasa kurang bahagia memiliki kemungkinan
mengalami permasalahan kesehatan mental.

b. Perilaku

Dalam mengamati permasalahan perilaku pada remaja, penting untuk mengingat


proses pembentukan perilaku berdasarkan pendekatan behavioristik. Pendekatan
ini memiliki prinsip dimana gangguan perilaku terjadi karena adanya pengalaman
salah belajar. Salah belajar disini memiliki dua arti, yaitu anak mempelajari dengan

10
benar contoh perilaku yang tidak baik, atau anak mempelajari dengan salah contoh
perilaku yang baik.

c. Perkembangan

Adanya masalah perkembangan sangat terkait dengan tahapan perkembangan


remaja. Beberapa permasalahan terkait perkembangan dapat dilihat dari faktor
kognisi dan juga atensi. Faktor kognisi terkait dengan permasalahan kecerdasan
dan juga kesulitan belajar. Atensi adalah fokus dari sumber daya mental
(Santrock, 2011). Atensi akan berkembang seiring dengan usia dan aktivitas
anak. Kesulitan anak memusatkan perhatian pada tugas, anak yang gelisah, tidak
bisa diam, mudah teralihkan perhatiannya menjadi indikasi masalah kesehatan
mental.

C. Upaya Pemberian Dukungan Kesehatan Mental

Kualitas kesehatan mental individu pada masa remaja memengaruhi kesehatan


mental mereka di masa dewasa. Melakukan promosi terhadap kesehatan mental remaja
dan remaja artinya meningkatkan kesehatan mental masyarakat di masa depan secara
keseluruhan. Upaya pemberian dukungan pada kesehatan mental dapat dilakukan
melalui tiga cara, yaitu promosi, prevensi, dan intervensi (kurasi). Merancang upaya
dukungan terhadap kesehatan mental pun perlu dilakukan secara sistemik dan
melibatkan berbagai pihak, mulai dari orang tua (keluarga), guru atau pihak sekolah,
komunitas, serta pemerintah. Kualitas kesehatan mental individu pada masa remaja
memengaruhi kesehatan mental mereka di masa dewasa. Melakukan promosi terhadap
kesehatan mental remaja artinya meningkatkan kesehatan mental masyarakat di masa
depan secara keseluruhan. Upaya pemberian dukungan pada kesehatan mental dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu promosi, prevensi, dan intervensi (kurasi). Merancang
upaya dukungan terhadap kesehatan mental pun perlu dilakukan secara sistemik dan
melibatkan berbagai pihak, mulai dari orang tua (keluarga), guru atau pihak sekolah,
komunitas, serta pemerin

D. Perkembangan Remaja

Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami


perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20
tahun. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan
dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,
pola perilaku,dan juga penuh dengan masalah-masalah.

Remaja merupakan tahapan seseorang yang berada di antara fase anak dan dewasa.
Hal ini ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosional.
Seorang remaja akan diberikan tanggungjawab yang lebih besar dari kedua orang
tuanya agar semakin mempelajari dunia dewasa dan perlahan meninggalkan jiwa
kekanak-kanakannya. Remaja yang baik akan mulai mengaktualkan dirinya di dunia

11
sosial. Selain itu, remaja mulai mengenal dan memahami lawan jenisnya dan timbul
rasa ingin diperhatikan oleh lingkungan. Tidak sedikit remaja melakukan hal-hal
ekstrim untuk menarik perhatian lingkungannya.

Menurut Piaget dalam Djiwandono (2005), tahapan perkembangan kognitif pada


remaja adalah operasional formal. Remaja tidak serta-merta menerima informasi secara
pasif. Sebenarnya mereka mencari kebenaran informasi tersebut dengan berbagai
kemampuan mereka. Setelah itu mereka akan membuat konsep dari informasi tersebut
yang diyakini paling benar. Konsep tersebut akan selalu dipahami dan dijadikan
pedoman dalam mengembangan informasi lainnya. peran orangtua dalam hal ini adalah
menanamkan banyak informasi penting kepada anak sejak dini agar saat remaja mereka
sudah tidak kebingungan dalam mengembangkan kognitif mereka.(Nursalam, 2007)

Pada awal tahap operasional formal, remaja berpikir sangat egois, idealis,
tertantang dengan berbagai hal baru dan khawatir jika tidak bisa melakukannya dan
merubahnya. Hal ini menyebabkan remaja lebih merasa hebat. Pada dasarnya remaja
harus memikirkan cara paling bijak dan benar, jika tidak maka remaja akan mudah
frustasi dan mencoba hal-hal yang tidak baik. Remaja yang mampu mengendalikan
pikirannya dengan baik memiliki banyak support sistem yang terus mengajarkan
tentang kebaikan. Support sistem tersebut berada pada orang tua, lingkungan,budaya,
agama dan komunitas yang diikutinya (Kyle, 2008).

Bebas dari kebergantungan emosional merupakan tugas perkembangan penting yang


dihadapi remaja. Apabila tidak memiliki kebebasan emosional, mereka akan menemui
berbagai kesukaran dalam masa dewasa, tidak bisa membuat keputusan sendiri dan
bertanggung jawab atas pilihan yang ditempuhnya.

1. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dengan


masalah ekonomi.

Tugas lainnya adalah kesanggupan berdiri sendiri dalam maslah ekonomi karena
kelak mereka akan hidup sebagai orang dewasa. Kesanggupan disini mencakup dua
tugas:

a. Mencari sumber keuangan atau pemasukan.


b. Pengelolaan keuangan.

12
2. Memperoleh nilai-nila dan falsafah hidup

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa masalah yang berkaitan dengan


kehidupan dan falsafah hidup seperti tujuan hidup, perilaku dirinya, keluarganya
dan orang lain, serta soal keagamaan menjadi daya tarik tersendiri bagi remaja. Para
remaja memang diharapkan memiliki pola pikir, sikap perasaan, dan perilaku yang
menuntun dan mewarnai berbagai aspek kehidupannya di masa dewasa kelak.
Dengan demikian mereka memiliki kepastian diri, tidak mudah bingung, tidak
mudah terbawaa arus kehidupan yang terus berubah yangpadaakhirnya
tidakmendapatkankebahagiaan.

3. Perkembangan Moral

Perkembangan seorang individu dimulai pada masa anak-anak awal, namun


akan membentuk sebagai kepribadian pada masa remaja. Remaja menggunakan
pertimbangannya sendiri untuk menilai peraturan dan tidak lagi menggunakan
peraturan hanya untuk menghindari hukuman seperti pada masa anak-anak. Remaja
berbeda dengan anak pada tahap usia sebelumnya dalam hal penerimaan keputusan.
Anak pada tahap usia sebelum remaja hanya dapat menerima sudut pandang orang
dewasa, sedangkan seorang remaja harus mengganti seperangkat moral dan nilai
mereka sendiri untuk memperoleh otoritas dari orang dewasa. Saat prinsip yang
lama tidak lagi diikuti, tetapi nilai yang baru belum muncul, remaja akan mencari
peraturan moral yang sesuai dengan jati diri mereka dan mengatur tingkah laku
mereka, terutama dalam menghadapi tekanan yang kuat untuk melanggar keyakinan
yang lama. Keputusan mereka yang melibatkan dilema moral harus berdasarkan
pada prinsip-prinsip moral awal yang ditanamkan dalam diri mereka sebagai sumber
untuk mengevaluasi tuntutan situasi dan merencanakan serangkaian tindakan yang
konsisten dengan ide mereka.

4. Perkembangan Spiritual

Menurut Fowler dalam Kozier (2009), remaja atau individu dewasa muda
mencapai tahap sintetik-konvensional perkembangan spiritual. Saat menghadapi
berbagai kelompok di masyarakat, remaja terpapar dengan berbagai jenis pendapat,
keyakinan, dan perilaku terkait masalah agama. Menurut Kozier (2009), remaja

13
dapat menyelesaikan perbedaan dengan cara memutuskan bahwa perbedaan adalah
hal yang salah atau mengelompokkan perbedaan. (misalnya seorang teman tidak
dapat pergi hangout pada setiap malam jumat karna menghadiri acara keagamaan,
namun teman tersebut dapat melakukan kegiatan bersama pada harilain). Remaja
sering percaya bahwa berbagai keyakinan dan praktik keagamaan lebih memiliki
kesamaan daripada perbedaan. Pada tahap ini, remaja berfokus pada persoalan
interpersonal, bukan konseptual. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang
formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar
mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep
keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan agama orang lain dapat
menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaaan mereka sendiri tetapi pada
akhirnya akan menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.

5. Perkembangan Psikososial

Masa remaja terdiri atas tiga subfase yang jelas, yaitu remaja awal atau early
adolescence (11-14 tahun), remaja pertengahan atau middle adolescence (1517
tahun), dan remaja akhir atau late adolescence (18-20 tahun) (Wong, 2001).

Remaja awal (early adolescence) biasanya masih terheran-heran dengan


perubahan fisik yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Pada tahap remaja awal terdapat
tekanan untuk memiliki suatu kelompok dan memiliki hubungan persahabatan
dengan teman sesame jenis. Remaja menganggap memiliki sebuah kelompok adalah
hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka rasa status. Remaja akan mulai mencocokan cara
dan minat berpenampilan sesuai dengan kelompoknya dan cemas terhadap
penampilan fisiknya. Pada tahap remaja awal, remaja akan menyatakan kebebasan
dan merasa sebagai seorang individu, bukan hanya sebagai seorang anggota
keluarga. Proses perkembangan identitas pribadi ini memakan waktu dan penuh
dengan periode kebingungan, depresi, dan keputusasaan. Dampak negatif proses
perkembangan identitas tersebut adalah perilaku memberontak, kasar dan melawan.
Pada tahap ini, remaja mulai menentukan batasan ketergantungan dari orang tua dan
berusaha mandiri (Wong,2001)

14
Remaja pertengahan (middle adolescence) biasanya merasa senang jika banyak
teman yang menyukainya. Remaja cenderung mencintai dirinya sendiri dan
menyukai teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Remaja
ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman-temannya daripada dengan
keluarga, mulai berpacaran, dan menolak campur tangan orang tua dalam
mengendalikannya Pada tahap ini merupakan titik rendah dalam hubungan orang tua-
anak. Terdapat konflik besar mengenai kemandirian remaja dengan orangtua
(Wong,2001)

Remaja akhir (late adolescence) merupakan masa konsolidasi menuju periode


dewasa dan ditandai dengan minat yang makin mantap terhadap fungsi fungsi
intelek, terbentuk identitas sesksual yang tidak akan berubah lagi, egosentris (terlalu
memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri. Pada tahap ini remaja akan memiliki pasangan yang lebih
serius dan banyak mengahabiskan waktu dengan mereka. Jika terdapat kecemasan
dan ketidakpaastian masa depan, maka hal tersebut dapat merusak harga diri dan
keyakinan diri remaja tersebut. Pada tahap ini, pemisahan emosional dan fisik dari
orang tua telah dilakukan daan tercapainnya kemandirian remaja jika berasal dari
keluarga dengan konflik yang minimal (Wong, 2001).

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Khusus remaja

Berikut tahap proses keperawatan yang dapat dilaksanakan oleh perawat


komunitas.

a. Pengkajian
1) Core :jumlah remaja,riwayat atau perkembangan
remaja,kebiasaan,prilaku yang ditampilkan,nilai,keyakinan,dan agama.
2) Lingkungan fisik : bagaimana kondisi jalan, bangunan, fasilitas umum
seperti tempat perbelanjaan,sekolah,taman.
3) Pelayanan kesehatan dan sosial : bagaimana yankes dan sosial khusus
remaja, seperti ada klinik konsultasi untuk remaja atau adakah kelompok
social remaja dan bila ada berapa jaraknya.
4) Ekonomi : bagaimana perekonomian di wilayah tersebut, apakah remaja
dilibatkan bekerja?
5) Transportasi dan keamanan : Apakah wilayah tempat remaja tinggal
termasuk wilayah dengan mobilitas yang tinggi? Fasilitas transportasi
yang dapat digunakan? Kebiasaan remaja menggunakan alat transportasi?
Sistem keamanan terhadap pengaruhluar?
6) Politik dan pemerintahan : bagaimana dukungan pemerintah setempat
terhadap perkembangan remaja? Jenis dukungannya? Apakah ada
instruksi/ SK yang mengatur/melindungi hak dan kewajiban remaja?
Bagaimana strategi pemerintah setempat dalam membina remaja
7) Komunikasi : bagaimana cara remaja berkomunikasi dgn remaja
lainvatauvdengankeluarga?Media yang digunakan?
8) Pendidikan : sekolah yang ada di sekitar remaja tinggal, kegiatan yang
dilakukan diluar sekolah?peran sekolah?
9) Rekreasi : tempat rekreasi yang sering digunakan remaja? Frekuensi?
Orang yang mendampingi? Tempat rekreasi yang ada didekat wilayah
tempat tinggal remaja.

16
b. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan


menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Tujuan analisa data;

a. Menetapkan kebutuhan komunitas


b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunitas
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

c. Prioritas Masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan


yang perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria penapisan, diantaranya:

a. Sesuai dengan perawat komunitas


b. Jumlah yang berisiko
c. Besarnya resiko
d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e. Minat masyarakat
f. Kemungkinan untuk diatasi
g. Sesuai dengan program pemerintah
h. Sumber daya tempat
i. Sumber daya waktu
j. Sumber daya dana
k. Sumber daya peralatan
l. Sumber daya orang

17
d. Diagnosa Keperawatan

Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian


petunjuk timbulnya masalah.

Untuk menentukan masalah kesehatan pada remaja dapatlah dirumuskan


diagnose keperawatan komunitas yang teridiri dari :

1. Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi
2. Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok, lingkungan fisik dan
biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan
lingkungannya
3. Tanda dan gejala (Sign and symptom)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian
petunjuk timbulnya masalah
4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan
tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria
hasil untuk mencapai tujuan.
e. Intervensi Keperawatan
1. Upaya Pencegahan Primer
1) Pendidikan kesehatan pada orang tua dan remaja
2) Melatih remaja dan keluarga tentang Teknik komunikasi,cara
menyelesaikan remaja
3) Memberikan dukungan remaja : bentuk kelompok remaja
4) Upaya pencegahan sekunder : Pembinaan atau layanan konsultasi
remaja,program PKPR dipuskesmas.
f. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah disusun dengan
menggunakan empat pendekatan yaitu:

18
1 Proses kelompok : Kegiatan dilakukan dengan melibatkan orang lain,
seperti keluarga atau sesama kelompok, contoh : membentuk kelompok
peduli remaja.

2 Pendidikan Kesehatan Peningkatan pendidikan kesehatan pada


masyarakat yaitu melalui penyebarluasan informasi kesehatan melalui
berbagai saluran media.

3 Kemitraan Hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan


kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan untuk mencapai
tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-
masing (Departemen Kesehatan RI, 2003), misalnya bermitra dengan
BNN, KPAN, Kemendikbud,dan lain-lain.

4 Pemberdayaan masyarakat,melibatkan masyarakat untuk berperan aktif


dalam mengatasi masalah remaja. Contoh : pertemuan warga dapat
dijadikan media untuk membahas dan mengatasi masalah remaja.
g. Evaluasi
Perawat komunitas bersama komunitas dapat mengevaluasi semua
implementasi yang telah dilakukan dengan merujuk pada tujuan yang telah
ditetapkan yaitu mencapai kesehatan anak usia sekolah yang optimal. Contoh
evaluasi yang dapat dilaporkan adalah : pengetahuan remaja tentang masalah
kesehatan meningkat,sikap remaja meningkat’ketrampilan remaja dalam
mengatasi masalahnya meningkat; Kelompok remaja terbentuk,adanya
komitmen masyarakat untuk melanjutkan intervensi secara mandiri.
B. TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan di wilayah RT 01 Kelurahan Parak Gadang Timur,
yang mempunyai remaja berumur antara 12-18 thn sekitar 40 orang.Dari data
tsb didapat,sekitar 22 remaja berpendidikan SMA,10 orang berpendidikan
SMP,dan sisanya cuma tamatan SD.Berdasarkan hasil pengkajian pada remaja
tersebut didapat 25 orang tidak mengerti masalah kesehatan mental pada
remaja,7 orang pernah mengalami kekerasaan dikeluarga dan 8 orang remaja pernah
terlibat dalam kekerasan seperti perkelahian dan tawuran.Remaja RT.01

19
mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan.Para remaja banyak tidak mengikuti dan tidak berperan serta dalam
kelompok organisasi dikomunitas mereka.

1. ANALISA DATA
DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN
DS :Remaja RT.01 mengaku belum Defisit pengetahuan (D.0111)tentang
pernah mendapatkan penyuluhan atau masalah kesehatan mental
Pendidikan kesehatan
DO : 25 orang remaja tidak mengerti
masalah kesehatan mental pada
remaja
DS : Penurunan koping dalam keluarga(D.0097)
DO : 7 orang remaja pernah mengalami
kekerasan dalam keluarga
DS : Koping komunitas tidak efektif((D.0095)
DO :- 8 orang pernah terlibat dalam
kekerasan seperti perkelahian dan
tawuran
-Para remaja banyak tidak
mengikuti dan tidak berperan dalam
kelompok organisasi dikomunitas
mereka

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit pengetahuan(D.0111):kurangnya informasi dan ketidaktahuan
menemukan sumber informasi,ditandai dengan
DS:Remaja RT.01 mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan atau
Pendidikan kesehatan
DO:25 remaja tidak mengerti masalah kesehatan mental pada remaja

2. Penurunan koping dalam keluarga(D.0097):kurangnya saling mendukung,


Ditandai dengan

20
DS :
DO:7 remaja pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
3. Koping komunitas tidak efektif(D.0095):ketidakadekuatan sumber daya untuk
pemecahan masalah,ditandai dengan
DS :
DO:-8 remaja pernah terlibat dalam kekerasan seperti perkelahian dan tawuran.
- Para remaja banyak tidak mengikuti dan berperan dalam kelompok
Organisasi mereka.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KRITERIA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
1 Defisit Setelah dilakukan Remaja Menjelaskan
pengetahuan edukasi kesehatan mampu faktor resiko
(D.0111) dalam waktu 1x24 menjelaskan terjadinya masalah
jam,diharapkan pengetahuan kesehatan mental
tingkat pengetahuan tentang dengan cara:
membaik masalah 1. Identifikasi
kesehatan kesiapan dan
mental kemampuan
menerima
informasi.
2. Identifikasi
faktor faktor
yang dapat
menyebabkan
terjadinya
masalah
kesehatan
mental
3. Jelaskan
faktor resiko
yang dapat
mempengaru

21
hi kesehatan
mental
4. Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatka
n perilaku
hidup sehat
sehingga
terhindar dari
masalah
gangguan
kesehatan
mental
5. Jadwalkan
Pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
2 Penurunan koping Setelah dilakukan Kepuasaan Memfasilitasi
dalam keluarga tindakan keperawatan remaja peningkatan nilai
(D.0097) 3x24 jam,anggota terhadap nilai, minat dan
keluarga dapat prilaku tujuan dalam
memberi rasa bantuan keluarga dengan
nyaman,,membantu anggota cara :
dan memotivasi keluarga 1. Identifikasi
kemampuan dalam cukup respon
beradaptasi,mengelola meningkat, emosional
dan mengatasi komunikasi remaja terhadap
masalah kesehatan antara anggota kondisi saat ini
mental keluarga 2. Dengarkan

22
meningkat, masalah,
perasaan perasaan, dan
tertekan pertanyaan
(depresi) remaja dan
remaja keluarga
menurun, 3. Fasilitasi
pengungkapan
perasaan antara
remaja dan
keluarga atau
antar anggota
keluarga
4. Terima nilai-
nilai keluarga
dengan cara
tidak
menghakimi
3 Koping komunitas Setelah memfasilitasi  Adanya Mengidentifikasi
tidak efektif anggota kelompok pemecahan isu konflik yang
(D.0095) remaja untuk pada terjadi dengan
mengidentifikasi masalah cara:
isu,konflik yg yang 1. Identifikasi
masalah/isu yg
terjadi,diharapkan terjadi
terjadi
penyelesaian masalah  Kegiatan dikalangan
remaja
memuaskan. komunitas
2. Libatkan
remaja remaja dalam
musyawarah
memenuhi
untuk
harapan mendefinisikan
isu negative
masyarakat
yang
 Terjalinnya berkembang
3. Kembangkan
komunikasi
strategi dalam
yg efektif manajemen
konflik

23
4. Perkuat
komunikasi
antara remaja
untuk
bermusyawarah
dalam
menyelesaikan
konflik.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan berfokus pada tingkat pencegahan :
1. Pencegahan primer
Melakukan promosi kesehtan pada agrerat remaja yg bertujuan untuk
meningkatkan perilaku dan mental yg sehat
2. Pencegahan sekunder
Memodifikasi perilaku hidup remaja kearah yang positif
3. Pencegahan tersier
Membantu keluarga yang mempunyai anak remaja dengan masalah perilaku
kekerasan dalam mengawasi proses tumbuh kembang remaja

5. EVALUASI

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam,didapatkan hasil


sebagai berikut :
1. Remaja memahami dan mampu menjelaskan kembali apa itu kesehatan mental
2. .Remaja mampu mengidentifikasi faktor faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan mental.
3. Remaja dapat mengidentifikasi respon emosional kearah yang positif.
4. Remaja mampu meningkatkan perilaku hidup sehat sehingga terhindar dari
masalah kesehatan mental.
5.

24
PENUTUP
Kesimpulan

Remaja merupakan tahapan seseorang yang berada diantara fase anak dan
dewasa.Difase tersebut remaja berusaha mencari identitas dirinya,dengan ditandai
perubahan fisik,perilaku,kognitif,biologis,dan emosional.Kualitas kesehatan mental
individu pada masa remaja mempengaruhi kesehatan mental mereka dimasa
dewasa.Melakukan promosi terhadap kesehatan mental remaja artinya
meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimasa depan secara keseluruhan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Nolen, Hoeksema, Fredikson, B. L., Loftus, G.R., and Wagenaar, W.A. (2009).
Atkinson & Hilgard’s Introduction to Psychology, 15th edition. United Kingdom:
Cengage Learning EMEA.

Remschmidt, H., et al. (2007). The Mental Health of Children and Adolescents: An
Area of Global Neglect. England: John Wiley & Sons, Ltd. O’Reilly

O’Reilly, M & Lester, J.N. (2015). The Palgrave Handbook of Child Mental Health.
UK: Pagrave Macmillan.

Santroc, J.W. (2014). Adolescence 15th Edition. New York: McGraw Hill

Schoon, Ingrid. (2006). Risk and Resilience: Adaptations in Changing Times.


London: Cambridge University Press.

WHO. (2001). Basic documents, 43rd Edition. Geneva: World Health Organization.

WHO. (2001c). Atlas: mental health resources in the world. Geneva: World Health
Organization

26

Anda mungkin juga menyukai