Anda di halaman 1dari 32

1

ANALISIS JURNAL
KEGAWATAN OBSTETRI
“PERDARAHAN POST PARTUM”

Diajukan sebagai salah satu tugas keperawatan gawat darurat


DOSEN FASILITATOR:
Hendi Lesmana. Kep Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XII KELAS KERJASAMA S1 KEPERAWATAN

ROSNAWATI NPM : 2040703084


NURHAYATI NPM : 2040703078

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KELAS KERJASAMA S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat allah SWT karna atas berkat rahat dan hidayahnya lah
kami dapat menyelesaikan makalah kegawatan obstetri yang berjudul “
PERDARAHAN POST PARTUM“ ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini selain dari hasil kerja kelompok IX, kami
juga mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, dan pada kesempatan kali ini
kami ingin mengucapkan banyak terimaksih kepada :
1. Ns.Maria Imaculata Ose.S.Kep.M.Kep selaku dosen pengampuh mata kuliah
keperawatan gawat darurat yang telah meluangkan Ilmu,waktu,kritik &
sarannya dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai
pada waktunya.
2. Dosen Fasilitator bapak Ns.Hendi Lesmana. S.Kep.M.Kep yang telah
membimbing kelompok kami sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
3. Keluarga tercinta kami yang membantu dalam doa dan dukungan semangat
sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
4. Teman – teman kelas kerjasama dan seluruh yang terkait yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu
Pemilihan judul tersebut merupakan salah satu tugas mata muliah
keperawatan gawat darurat, Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kesalahan dalam penyususnan, baik dari segi (ejaan yang disempurnakan)EYD,
kosa kata, tata Bahasa,etika maupun isi. Oleh karnanya kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk
kami jadikan sbagai bahan evaluasi.
Demikian makalah ini dapat di terima sebagai ide / gagasan yang
menambah kekayaan intelektual bangsa. Terima kasih & Assalamualaikum
Wr.Wb

Tarakan, Maret 2021


Kelompok XII

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar
Belakang................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

2.1 Tinjauan
Teori......................................................................................................3
2.1.1. Klasifikasi...................................................................................3
2.1.2 Etiologi........................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi................................................................................4
2.1.4 Manifestasi Klinis......................................................................5
2.1.5 Komplikasi..................................................................................7
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................8
2.1.7 Penatalaksanaan...........................................................................8

2.2. Asuhan
keperawatan........................................................................................13

2.3 Analisis
jurnal...................................................................................................20
BAB III PENUTUP......................................................................................28
Daftar Pustaka...............................................................................................29

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan perempuan memiliki peranan penting dalam meningkatkan
kualitas hidup manusia. Salah satu indikator untuk menentukan derajat
kesehatan perempuan adalah angka kematian ibu (AKI).
Sedangkan kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah
namun tidak sedikit perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan
dan proses persalinan bahkan berakhir pada kematian. Setiap hari diperkirakan
830 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (WHO, 2015).
Secara global angka kematian ibu sebanyak 216 per 100.000 kelahiran (WHO,
2015). Angka kematian ibu di Indonesia 305 per 100.000 penduduk (WHO,
2015; Kemenkes RI, 2016). Perdarahan post partum merupakan salah satu
penyebab tingginya angka kematian ibu di dunia tak terkecuali di Indonesia.
Prevalensi kematian ibu akibat perdarahan post partum di dunia sekitar 27,1%
(WHO, 2015). Di Indonesia 30,3% dari angka kematian ibu disebabkan oleh
Perdarahan post partum (Kemenkes RI, 2014).
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu adalah hal yang penting untuk
dilakukan dengan meminimalkan komplikasi dan menurunkan risiko bagi ibu
dan bayi. Upaya-upaya untuk menurunkan angka kematian ibu sebagian besar
dilaksanakan dalam bentuk pelayanan di rumah sakit, termasuk asuhan
keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat maternitas. Perawat maternitas
mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan kesehatan perempuan
(Perry et al, 2010).

Perawat maternitas berperan memberikan asuhan keperawatan yang cepat


dan tepat dalam penanganan kasus perdarahan postpartum (Walvekar, 2006;
Ayadi, 2013). Hal ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teori
keperawatan “Need for Help Wiedenbach” untuk mengatasi kondisi
emergensi. Teori ini didefinisikan sebagai kegiatan “here and now” yang
diberikan perawat kepada pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya dan
berpusat pada pasien. Teori ini juga menjelaskan bahwa langkah – langkah
pemecahan masalah melalui empat tahap yaitu identifikasi, seleksi
(ministrasi), validasi, dan koordinasi (Alligood &Tomey, 2006). (Sunarno et

1
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
analisa jurnal dengan metode studi kasus yang berjudul “ Penerapan teori
keperawatan Need For Help Wiedenbach dan Conservation Levine pada
Asuhan keperawatan Ibu perdarahan Post Partum” dan “ Aplikasi Model
Need For Help Wiedenbach pada Ibu dengan perdrahan Post partum “
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan analisa artikel ini adalah :
a. Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area
keperawatan terkait dengan Perdarahan Post Partum
b. Memberikan penjelasan tentang inovasi penanganan pasien Perdarahan
Post Partum dalam bidang keperawatan.
c. Meningkatkan critical thinking tentang manfaat hasil penelitian tersebut
bagi dunia keperawatan

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori


Perdarahan post partum merupakan kehilangan darah maternal dari
dalam uterus yang melebihi 500 ml dalam periode 24 jam sesudah
melahirkan(Saputra Lyndon, Dr, 2014 ).(Armini et al., 2016)
Perdarahan pasca persalinan ( PPP ) adalah perdarahan yang masif yang
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan
sekitar dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping
perdarahan karena hamil ektopik dan abortus (Sarwono, 2010 ).(Armini et
al., 2016)
2.1.1. Klasifikasi
Menurut waktu terjadinya perdarahan post partum dibagi atas dua
bagian:
1. Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, biasanya
disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir dan sisa sebagian
plasenta, dalam kasus yang jarang, bisa karena inversion uteri.
2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15
dari postpartum, biasanya disebabkan oleh sisa plasenta.
2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan postpartum dibedakan atas ( Bobak,
2004 );
1. Hipotoni sampai atonia uteri
- Akibat anastesi
- Distensi berlebihan ( gemeli, anak besar, hidramnion )
- Partus lama atau partus kasep
- Partus presipitatus/ partus terlalu cepat
- Multipartus
- Pernah atonia uteri sebelumnya
2. Retensi jaringan plasenta
- Avulsi kotiledon, lobus suksenturiatus atau selaput ketuban

3
tersisa
- Perlekatan abnormal: akreta, inkreta, perkreta
3. Trauma saluran genetalia
- Episiotomi yang melebar
- Robekan pada perineum, vagina, dan serviks
- Ruptur uteri
4. Gangguan koagulasi
Jarang terjadi tetapi dapat memperburuk keadaan di atas,
misalnya pada kasus trombofilia, syndrome HELLP, preeklamsi,
solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, infeksi,
hepatitis dan emboli air ketuban (Bobak, 2004).
2.1.3 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam
uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh
darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis
ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka
tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan
retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan
pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan pasca
persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti
robekan serviks, vagina dan perinium.
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar
untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri dan subinvolusi
uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh
darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehingga terjadi
perdarahan terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi
yang lebar, laserasi perineum, dan ruptur uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada
ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga

4
merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan
yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan syok hemoragik.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian
masih melekat pada tempat implantasinya yang akan menyebabkan
terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian
pembuluh darah terbuka serta menimbulkan perdarahan. Perdarahan
placenta rest dapat diterangkan dalam mekanisme yang sama ketika
akan terjadi gangguan pembentukan trombus di ujung pembuluh
darah, sehingga menghambat terjadinya perdarahan. Pembentukan
epitel akan terganggu sehingga akan menimbulkan perdarahan
berkepanjangan.(Manuaba, 2007).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Setelah persalinan, pasien mengeluh lemah, pucat, limbung,
berkeringat dingin, menggigil, pusing, gelisah hipernea, sistolik < 90
mmhg, nadi > 100x/mnt, Hb < 8 % ini terjadi akibat kehilangan darah
lebih dari normal, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah
rendah, ekstermitas dingin, dan mual (Abdul Bari dalam buku Asuhan
keperawatan praktis, 2016).
Ada pun gejala klinis berdasarkan penyebab:
1. Atonia Uteri
Atonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus/ kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir
(Sarwono, 2010).
- Gejala yang selalu ada: uterus tidak berkontraksi dan lembek
dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan
postpartum primer),
- Gejala yang kadang – kadang timbul: syok ( tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, gelisah,
mual dll)

2. Robekan Jalan Lahir

5
Robekan jalan lahir pada umumnya terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan
traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu
hindari memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum
lengkap.
- Gejala yang selalu ada: perdarahan segera dan segar, mengalir
segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik dan plasenta
baik.
- Gejala yang kadang-kadang muncul : pucat, lemah dan
menggigil
3. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta yang tertinggal dalam uterus
setengah jam setelah kelahiran. Plasenta yang sukar dilepaskan
dengan pertolongan aktif kala III disebabkan adhesi yang kuat
antara plasenta dan uterus. Plasenta akreta adalah akibat ketiadaan
total atau parsial desidua basalis dan ketidak-sempurnaan
perkembangan lapisan Nitabuch atau fibrinoid, fili plasenta
melekat pada miometrium. Sedangkan plasenta inkreta adalah
kondisi ketika fili benar-benar menginvasi ke dalam miometrium,
dan plasenta prekreta adalah kondisi ketika fili menembus ke
seluruh lapisan/ ketebalan miometrium. ( Cunningham, 2012)
- Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
- Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat
retraksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan
lanjut.
4. Tertinggalnya Plasenta (sisa plasenta)
- Gejala yang selalu ada: plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan
segera
- Gejala yang kadang-kadang muncul: uterus berkontraksi baik
tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang

6
5. Inversio Uterus
Inversio uteri adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat osteum uteri eksternum yang
dapat bersifat komplit / non komplit
- Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera dan nyeri sedikit atau berat
- Gejala yang kadang-kadang timbul: syok neurogenic, pucat
atau limbung.
6. Perdarahan Terlambat (endometritis dan sisa plasenta )
- Gejala yang selalu ada: sub involsio uteri, nyeri tekan
perut bawah, perdarahan > 24 jam setelah persalinan.
Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus
atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi )
- Gejala yang kadang – kadang timbul : anemia atau demam
7. Robekan dinding uterus atau ruptur uteri
- Gejala yang selalu ada : perdarahan segera ( perdarahan
intraabdominal dan
- /atau vaginum, nyeri perut berat (kurangi dengan ruptur)
- Gejala yang kadang- kadang timbul : syok, nyeri tekan perut,
atau denyut nadi ibu cepat
2.1.5 Komplikasi
Memudahkan terjadinya:
- Anemia yang berkelanjutan
- Infeksi puerporium
Terjadi insufisiensi hipofisis anterior atau sindrom Sheehan
- Kelemahan umum dan letargi
- Involusi mammae dan kegagalan laktasi
- Hipersensitif terhadap dingin
- Produksi keringat menurun
- Involusi uteri berlebihan
- Atrofi genetalia eksterna

7
- Amenorrhea dan oligomenorrhea
- Luruhnya bulu-bulu termasuk rambut di daerah pubis
Kematian perdarahan post partum
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
- Golongan darah : Menentukan Rh, Golongan ABO, dan
pencocokan silang
- Jumlah darah lengkap : Menunjukan penurunan
hemoglobin/hemotokrit (Hb/Ht) dan/ atau peningkatan sel darah
putih, dan peningkatan laju sedimen menunjukan infeksi
- Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
- Fibrinogen : untuk mendeteksi masalah pembekuan
- PT (protombin time) dan PTT (partial thromboplastin time) :
untuk mendeteksi masalah pembekuan
- Golongan darah dan crossmatch: persiapan donor
- Elektrolit serum : untuk mendeteksi ketidakseimbangan
elektrolit
- Gas darah arteri : untuk mengkaji oksigenasi
2.1.7 Penatalaksanaan
Penanganan Umum
1. Mintalah bantuan segera. Mobilisasi seluruh tenaga yang ada
dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk
TTV.
3. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan.
4. Pastikan kontraksi uterus baik:
- Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah.
Bekuan darah yang terperangkap dalam uterus akan
menghalangi kontraksi uterus yang efektif
- Kolaborasi pemberiaan 10 unit oksitisin IM.
5. Pasang infuse cairan IV.
6. Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar masuk
7. Periksa kelengkapan plasenta
8. Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum

8
9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah
10. Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah darah berhenti)
periksa kadar hemoglobin:
- Jika Hb < 7g/dl atau hemotokrit < 20 % (anemia berat)
berikan sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg
ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali per hari selama
6 bulan
- Jika Hb 7 -11 g/dl: berikan sulfas ferrosus 600 mg atau ferous
fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali
per hari selama 6 bulan
- Pada daerah endemik cacing gelang (prevalensi ≥ 20 %),
berikan terapi :
 Albendazol 400 mg/ hari oral
 Mebendazol 500 mg/hari oral atau 100 mg 2x1 selama 3
hari
- Pada daerah endemik tinggi cacing gelang (prevalensi ≥ 50
%), berikan dosis tersebut selama 12 minggu. (Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2010)
Penanganan Sesuai Penyebab:
1. Perdarahan kala uri
- Memberikan oksitosin
- Mengeluarkan plasenta menurut cara credee (1-2 kali)
- Mengeluarkan plasenta dengan tangan
- Pengeluaran plasenta secara manual segera setelah bayi lahir
dilakukan bila:
 Menyangka akan terjadi perdarahan post partum
 Perdarahan banyak (lebih 500 cc)
 Retensio plasenta
 Melakukan tindakan obstetric dalam narkosa
 Riwayat perdarahan post partum pada persalinan yang
lalu
Jika masih ada sisa plasenta yang agak melekat dan masih

9
terdapat perdarahan segera lakukan utero-vaginal tamponade
selama 24 jam diikuti pemberian uterotonika dan antibiotikselama
3 hari berturut-turut dan pada hari ke - 4 baru lakukan kuretase
untuk membersihkannya.

Gambar : Manual plasenta


2. Atonia Uteri
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat di cegah dengan:
 Melakukan manajemen aktif kala III secara rutin pada semua
wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan postpartum akibat atonia uteri
 Memberikan misoprostol peroral 2 – 3 tablet (400 – 600 µg)
segera setelah bayi lahir
Faktor-faktor predisposisi atonia uteri adalah sebagai berikut:
1) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli,
polihidramnion, atau anak terlalu besar
2) Kelelahan karna persalinan lama atau persalinan kasep
3) Kehamilan grade-multipara
4) Ibu dengan keadaan umum jelek, anemia atau penyakit
menahun
5) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
6) Infeksi intrauterine (korioamnionitis)
7) Adanya riwayat pernah atonia uteri sebelumnya
Diagnosis atonia uteri ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta
lahir perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada
palpasi didapat fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih
dengan kontraksi lembek
Penanganan atonia uteri:
1) Teruskan pemijatan uterus
2) Berikan uterotonika
3) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
4) Antipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan tranfusi

10
sesuai kebutuhan
5) Jika perdarahan terus berlangsung:
 Pastikan plasenta lahir lengkap
 Jika terdapat tanda – tanda sisa plasenta, keluarkan sisa
plasenta tersebut
 Lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan
pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak
yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya
koagulopati.
6) Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakkan
diatas telah dilakukan, lakukan:
 Kompresi bimanual internal
 Kompresi aorta abdominalis
7) Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan
kompresi:
 Lakukan ligasi arteri uterine dan ovarika
 Lakukan histerektomi jika terdapat perdarahan yang
mengamcam jiwa setelah ligasi
3. Robekan Jalan Lahir
 Periksa dengan seksama dan perbaiki robekan pada
serviks, vagina dan perineum
 Lakukan uji pembekuan darah sederhana

4. Retensio Plasenta
 Plasenta atau bagian – bagiannya dapat tetap berada dalam
uterus setelah bayi lahir.
 Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk
mengedan, jika dapat merasakan plasenta dalam vagina
keluarkan.
 Pastikan kandung kemih kosong. Jika diperlukan pasang
kateter.
 Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM,

11
jika belum dilakukan pada penanganan aktif kala III.
 Jika plasenta belum dilahirkan selama 30 mnt pemberian
oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan
tali pusat terkendali.
 Jika traksi terkendali tali pusat belum berhasil, coba
lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
 Jika perdarahan terus berlangsung lakukan uji bekuan darah
sederhana.
 Jika terdapat tanda – tanda infeksi (demam, sekret vagina
berbau) berikan antibiotika untuk metritis.
5. Sisa Plasenta
 Sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus
tertinggal, maka uterus tdak dapat berkontraksi secara
efektif.
 Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta.
Eksplorasi manual uterus.
 Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum , atau
kuretase. Catatan : jika melekat kuat curiga plasenta akreta.
 Jika perdarahan berlanjut lakukan uji pembekuan darah
sederhana.
6. Inversio Uteri.
Inversi uterus adalah keadaan saat lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum
yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit
Faktor - faktor yang memungkinkan terjadinya inversio uteri
adalah:
 Adanya atonia uteri
 Serviks yang masih terbuka lebar
 Adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah (misalnya
plasenta akreta, inkreta, dan perkreta yang tali pusatnya ditarik
keras dari bawah)
 Ada tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver crede)

12
 Tekanan intra-abdomen yang keras dan tiba- tiba (misalnya
batuk keras dan bersin)
Tanda – tanda inversio uteri:
 Syok karena kesakitan
 Perdarahan banyak dan bergumpal
 Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang masih melekat
 Bila baru terjadi, prognosis baik, tetapi bila kejadian cukup
lama maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus
mengalami iskemik, nekrosis, dan infeksi.
2.2. Asuhan keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenal respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan .(Tim Pokja DPP PPNI,
2018)
Diagnosa keperawatan Berdasarkan SDKI
1) Hipovolemia ( D.0023 ) b.d perdarahan post partum
dd.
- Nadi teraba lemah
-Tekanan darah menurun
-Volume urine menurun
-Frekuensi nadi meningkat
2) Nyeri Melahirkan ( D.0079 ) b.d pengeluaran janin
dd.
- Mengeluh Nyeri
- Ekspresi wajah meringis
- Berposisi meringankan nyeri

13
14
N LUARAN KRITERIA INTERVESI
DIAGNOSA
O UTAMA TAMBAHAN HASIL UTAMA PENDUKUNG
1 Hipovolemia Keseimbangan - Curah jantung Setelah dilakukan Management syok hipovolemia : Management perdarah
( D.0023 ) b.d cairan - Perfusi renal tindakan keperawatan Observasi : pasca persalinan
perdarahan post - Status cairan segera diharapkan : - Monitor status kardiopulnonal Observasi:
partum - Keseimbangan - Asupan cairan - Monitor status oksigenasi - Periksa uterus
dd. asam basa meningkat - Monitor status cairan - Identifikasi penyeb
- Nadi teraba - Output urine - Periksa tingkat kesadaran dan kehilangan darah
lemah meningkat pupil - Identifikasi keluhan ib
- Tekanan - Kekuatan nadi - Periksa seluruh permukaan tubuh - Identifikasi riway
darah meningkat terhadap adanya DOTS perdarahan pa
menurun Terapeutik : kehamilan lanjut
- Volume urine - Pertahankan jalan nafas paten - Monitor juml
menurun - Berikan oksigen untuk kehilagan darah
- Frekuensi mempertahankan saturasi oksigen - Monitor kadar Hb, H
nadi > 94% PT dan APTT sebelu
meningkat - Lakukan penekanan langsung dan sesudah perdaraha
pada perdarahan eksternal - Monitor membr

15
- Berikan posisi syok mukosa
- Pasang jalur IV berukuran besar Terapeutik :
- Pasang kateter urine - Lakukan penekan
- Pasang selang NGt untuk pada area perdarah
dekompresi lambung jika perlu
- Ambil sampel darah untuk - Pasang oksimetri
pemeriksaan darah lengkap dan - Berikan oksigen nasal
elektrolit liter/ m
Kolaborasi - Pasang IV line sela
- Kolaborasi pemberian cairan transfusi
kristaloid 1 – 2 L pada dewasa - Pasang khateter unt
- Kolaborasi pemberian transfuse meningkatkan kontrak
darah uterus
- Lakukan pijat uter
untuk merasangsa
kontraksi uterus
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberi
transfusi darah

16
- Kolaborasi pemberi
uterotonika
antikoagulan jika perl
Nyeri Tingkat Nyeri Kontrol Nyeri Setelah di lakukan Management Nyeri ; Perawatan pasca persalina
Melahirkan Status tindakan keperawatan Observasi : Observasi :
( D.0079 ) b.d kenyamanan segera di harapkan : - Identifikasi loksi, karakteristik, - Monitor tanda – tanda
pengeluaran Tingkat ansietas - keluhn nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, itensitas vital
janin Tingkat nyeri - Monitor lokia
DD. pengetahuan - Identifikasi skala nyeri - Periksa perineum atau
- Mengeluh - Identifikasi respon nyeri non verbal robekan
Nyeri Terapeutik: - Monitor nyeri
- Ekspresi - Berikan teknik non farmakologis - Identifikasi kemampua
wajah - Kontrol ingkungan yang ibu merawat bayi
meringis memperberat rasa nyeri - Identifikasi adanya
- Berposisi - Pertimbangkan jenis dan sumber masalah adaptasi
meringankan nyeri dalam pemilihan strategi psikologis ibu post
nyeri meredakan nyeri partum
Edukasi : Terapeutik :
- Jelaskan penyebab, periode dan - Kosongkan kandung

17
pemicu nyeri kemih sebelum
- Jelaskan strategi meredakan nyeri pemeriksaan
- Anjurkan memonitor nyeri secara - Masase fundus sampai
mandiri kontaksi kuat
Kolaborasi : - Dukung ibu untuk
Kolaborasi pemberian analgetik bila melakukan ambulasii
perlu dini
- Diskusikan kebutuhan
aktivitas dan istirahat
selama masa psot
partum
Edukasi :
Jelaskan tanda bahaya nif
pada ibu dan keluarga
Ajarkan perawatan
perineum yang tepat
Ajarkan ibu mengatasi
nyeri secara
nonfarmakologis

18
19
2.3 Analisis jurnal

ANALISIS JURNAL

Penerapan teori keperawatan Need For Help Wiedenbach dan


Conservation Levine pada Asuhan keperawatan Ibu perdarahan Post
Partum”(Sunarno et al., 2014)
dan
“ Aplikasi Model Need For Help Wiedenbach pada Ibu dengan
perdarahan Post partum “
(Winarti & Tri Budiati, 2018)
Dalam esay ini akan dijelaskan mengenai tentang penanganan perdarahan
post partum dengan pendekatan teori Need For Help Wiendebach yang
bersumber dari dua jurnal. Jurnal yang pertama berjudul Penerapan teori
keperawatan Need For Help Wiedenbach dan Conservation Levine pada
Asuhan keperawatan Ibu perdarahan Post Partum dan jurnal kedua berjudul
Aplikasi Model Need For Help Wiedenbach pada Ibu dengan perdarahan Post
partum.
Fokus dari jurnal yang pertama adalah mengenai penerapan teori
keperawatan Need For Help pada ibu perdarahan post partum, sedangkan
untuk jurnal kedua mengenai ibu post partum yang mengalami perdarahan
post partum di Rumah Sakit umum Daerah Cibinong dan Rumah Sakit Pusat
Ciptomangunkusuma. Pada bagian berikut akan mulai dari latar belakang,
metode, hasil, pembahasan, keterbatasan dan kesimpulan.
1. Latar Belakang
Perdarahan post partum adalah kehilangan darah lebih dari 500 cc yang
terjadi pada persalinan pervaginam dan >1000 cc pada persalinan dengan
seksio sesaria, kehilangan darah yang cukup untuk menyebabkan
hipovolemia, penurunan hematrokit sebesar 10% sehingga membutuhkan
transfusi darah. Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan, sementara perdarahan pasca persalinan sekunder
adalah perdarahan pervaginam yang antara 24 jam hingga enam minggu
setelah persalinan (Cunningham, 2010: Depkes RI, 2013: Edhi, Aslam,

20
Hashmi, 2013: & Raof, 2014). Penyebab terjadinya perdarahan post partum
adalah karena atonia uteri, robekan jalan lahir/laserasi jalan lahir, sisa
placenta, retensio placenta, inersia uteri, dan abnormalitas koagulasi
(Cunningham, 2010: Chapman & Durham, 2010: & Thompson, Roberts,
Ellwood, 2011). Thompson, Roberts dan Ellwood, (2011) mengidentifikasi
masalah fisik dan emosional pada perdarahan post partum.
Perawat berperan memberikan asuhan keperawatan yang cepat dan tepat
dalam penanganan kasus perdarahan postpartum (Walvekar, 2006; Ayadi,
2013). Hal ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teori keperawatan
“Need for Help Wiedenbach” untuk mengatasi kondisi emergensi. Teori ini
didefinisikan sebagai kegiatan “here and now” yang diberikan perawat
kepada pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya dan berpusat pada
pasien. Teori ini juga menjelaskan bahwa langkah – langkah pemecahan
masalah melalui empat tahap yaitu identifikasi, seleksi (ministrasi), validasi,
dan koordinasi (Alligood &Tomey, 2006).
Latar belakang dari jurnal yang pertama adalah karena penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui mengaplikasikan teori keperawatan “Need for
Help Wiedenbach” untuk mengatasi emergency dan fokus jurnal kedua
adalah penerapan aplikasi Model Need For Help Wiedenbach pada Ibu
dengan perdarahan Post partum
Sehingga pendekatan yang digunakan antara jurnal pertama dan kedua sama
yaitu untuk jurnal yang pertama menggunakan Teori Need For Help
Wiedenbach pada 5 kasus perdarahan post partum, dan untuk jurnal kedua
pada perdarahan post partum akibat retensio plasenta dengan keluhan
perdarahan aktif.
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan untuk kedua penelitian tersebut sama
yaitu sama – sama dengan metode pendekatan studi kasus.
3. Pengumpulan Data
Jurnal pertama :
Proses pengumpulan data dilakukan pada lima ibu post partum dengan
perdarahan dan dilakukan pengkajian sampai dengan intervensi

21
menggunakan teori Need for Help Wiedenbach dan Conservation Levine.
Jurnal kedua :
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu post partum yang mengalami
perdarahan post partum di Rumah Sakit umum Daerah Cibinong dan Rumah
Sakit Pusat Ciptomangunkusuma. Sampel adalah lima kasus dengan
perdarahan post partum akibat retensio plasenta.
4. Analisa Data
Analisa data yang digunakan untuk jurnal pertama dan kedua adalah sama
dengan metode studi kasus. Pada jurnal di lakukan 5 kasus ibu melahirkan
dengan penerapan kedua teori yaitu “Need for Help Wiedenbach” pada
keadaan emergensi dan teori “Conservation Levine” untuk pemulihan ibu
pos tpartum dengan perdarahan. Fokus teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” adalah memberikan pertolongan sesuai dengan kebutuhan
pasien saat ini yaitu pada kasus ini saat terjadi perdarahan. Kemudian
setelah fase akut teratasi, asuhan keperawatan diberikan untuk
mempertahankan keseimbangan energi ibu postpartum setelah mengalami
perdarahan. Perawat perlu memahami dan melaksanakan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan, pendidik, konselor, advokat, koordinator,
kolaborator, peneliti, dan agen pembaharu dalam pelayanan praktik
keperawatan.
Jurnal kedua juga dilakukan Lima kasus kelolaan pasien memiliki masalah
yang berbeda beda sesuai hasil pengkajian model need for help
Wiedenbach. Kasus yang dilaporkan adalah pasien perdarahan post partum
akibat retensio plasenta dengan keluhan perdarahan aktif, lemas, pusing.
Masalah keperawatan yang ditemukan adalah perdarahan, kurang volume
cairan, resiko gangguan perfusi jaringan, kecemasan. Intervensi
keperawatan yang dilakukan adalah untuk mengatasi masalah kegawatan
dengan menghentikan perdarahan dan resusitasi cairan. Evaluasi yang
didapatkan adalah perdarahan teratasi, pasien selamat dari ancaman
kematian

22
5. Hasil
Pada Jurnal Pertama :
Hasil pengkajian secara umum diperoleh gambaran seperti dijelaskan pada
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen.
Implementasi yang diberikan bersifat “here and now” untuk mengatasi
masalah kekurangan volume cairan dan gangguan perfusi jaringan.
Implementasi yang dilakukan antara lain:
 Memberikan oksigen kanul lima liter tiap menit
 Memberikan cairan kristaloid
 Memberikan uterotonika
 Memberikan transfusi packed red cell.
Hasil evaluasi menunjukkan keadaan umum baik, perdarahan berkurang,
hemodinamik stabil, dan nilai laboratorium dalam batas normal. Teori
keperawatan Conservation Levine diaplikasikan pada fase pemeliharaan.
Hasil pengkajian pada lima kasus kelolaan perdarahan postpartum fase
pemeliharaan Teori konservasi Myra E. Levine merekomendasikan
trophicognosis sebagai alternatif diagnosa keperawatan. Berdasarkan hasil
pengkajian, maka trophicognosis yang teridentifikasi sebagai berikut: Risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan; Risiko
gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen; Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi perineum;
Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di
rumah sakit; Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan;
Perilaku aktif mencari informasi kesehatan Intervensi konservasi energi
yang dilakukan yaitu memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, nutrisi,
istirahat. Intervasi konservasi integritas struktural yaitu memonitor
hemodinamik, nilai laboratorium, dan jumlah perdarahan. Sedangkan
intervensi konservasi integritas personal dan sosial yaitu memberikan
dukungan kepada pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit serta

23
persiapan untuk perawatan di rumah.
Pada Jurnal Kedua :
Pengkajian pada klien perdarahan post partum adalah untuk menilai kondisi
here and now. Pengkajian dilakukan dengan melakukan identifikasi kondisi
baik fisik maupun psikososialspiritual pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
 Aktual perdarahan berhubungan dengan terlepasnya sebagian plasenta
dari dinding uterus, ditandai dengan klien mengeluh banyak
mengeluarkan darah setelah melahirkan dua jam yang lalu dan plasenta
belum lahir, tampak tali pusat didepan vulva, tampak perdarahan
mengalir ± 600 cc, 2)
 Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan klien mengatakan haus, badan lemas, pusing dan mata
berkunang -kunang, keadaan umum lemah, Kesadaran apatis, tekanan
darah tidak terukur, Nadi 156x/mnt teraba lemah, pernafasan 24 x/mnt,
suhu 35,9oC, akral dingin, kulit lembab, capilary refil time lebih dari tiga
detik
 Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia,
 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian ditandai dengan klien mengatakan takut jika nyawanya tidak
tertolong, klien meminta perawat untuk menolong dirinya dan klien
tampak cemas.
Pada tahap Koordinasi dilakukan tindakan :
 resusitasi cairan
 manual plasenta
 pemberian oksigen empat liter nasal
 kolaborasi pemberian tranfusi
 memantau tanda-tanda vital dengan monitor
 mengajarkan tehnik relaksasi dan disraksi untuk menurunkan kecemasan,
menganjurkan pasien untuk berdoa dan melibatkan suami untuk
memberikan dukungan

24
6. Pembahasan
Jurnal pertama :
Tujuan utama penatalaksanaan perdarahan postpartum adalah menghentikan
perdarahan. Penatalaksanaan pada fase akut yaitu mengkaji keadaan umum
pasien, meliputi jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi. Penatalaksanaan
pertama pada lima kasus kelolaan adalah pemberian cairan kristaloid.
Pemberian cairan kristaloid bertujuan membantu memulihkan volume cairan
yang hilang selama perdarahan.
Langkah selanjutnya adalah mengkaji penyebab perdarahan dan melakukan
masase fundus uteri yang bertujuan meningkatkan kontraksi uterus. Teori
keperawatan “Need for Help Wiedenbach” efektif diaplikasikan pada kasus
perdarahan postpartum karena membutuhkan penanganan yang cepat dan
tepat untuk menghentikan perdarahan.
Penerapan teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach” membutuhkan
kemampuan perawat untuk berpikir kritis, pengetahuan, dan keterampilan
dalam memberikan tindakan yang bersifat segera. Sedangkan teori
keperawatan “Conservation Levine sesuai diaplikasikan pada fase
pemeliharaan karena pasien perdarahan postpartum diharapkan dapat
menyeimbangkan energi yang masuk dan keluar. Intervensi konservasi
energi dapat mengurangi kelelahan pada pasien dengan perdarahan
postpartum. Tujuan utama teori keperawatan ini tercapainya keutuhan
(wholeness) dan adaptasi pasien.
Teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach” hanya dapat diaplikasikan
pada kasus yang bersifat akut dan membutuhkan
Jurnal kedua :
pendekatan asuhan keperawatan yang dilakukan menggunakan model
konsep need for help Wiedenbach untuk membantu ibu mengatasi kondisi
kegawatan akibat peradarahan post partum. Hasil pengkajian pada lima
orang pasien yang mengalami perdarahan post partum didapatkan bahwa 4
pasien mengalami perdarahan akibat retensio plasenta dan satu pasien
disebabkan plasenta akreta. Hal ini menunjukkan bahwa retensio plasenta
merupakan salah satu penyebab utama perdarahan post partum. Obajimi, et

25
al (2009) mengemukakan bahwa retensio plasenta merupakan penyebab
terjadinya perdarahan post partum. Kasus didapatkan data satu pasien
berusia lebih dari 20-34 tahun sedangkan tiga pasien berusia 35 tahun atau
lebih. Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa usia 35 tahun rentan atau
memiliki resiko yang lebih besar untuk terjadinya retensio plasenta.
Tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan pada klien dengan
perdarahan post partum adalah dengan melakukan stimulasi kontraksi rahim
untuk mencegah atonia uteri. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah dengan stimulasi puting. Studi oleh Abepi, Jahanfar, Namfar, dan lee
(2016) tentang pengaruh stimulasi puting susu terhadap kejadian perdarahan
post partum, hasil studi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna rata-rata kehilangan darah kala tiga persalinan antara ibu yang
dilakukan stimulasi puting susu dengan ibu yang diberikan oksitosin.
Temuan ini memastikan bahwa stimulasi puting susu dapat menyebabkan
kontraksi uterus dan penyembuhan dini rahim setelah kelahiran Masase
uterus merupakan tindakan mandiri perawat dalam mencegah dan mengatasi
perdarahan post partumm. Studi Aleem, et al (2010) menunjukan bahwa
masase uterus mengurangi kebutuhan tambahan pemberian uterotonika
dalam mencegah terjadinya perdarahan post partum. Studi lain oleh Abdel-
Aleem (2006) menunjukan bahwa jumlah perdarahan kala tiga pada 30
menit pertama lebih sedikit pada ibu yang dilakukan masase uuterus
dibandingkan dengan yang tidak dilakukan masase uterus.
7. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal pertama adalah Asuhan
keperawatan yang bersifat segera (here and now) perlu diberikan pada kasus
perdarahan postpartum dalam kondisi emergensi. Teori keperawatan “Need
for Help Wiedenbach” sesuai diaplikasikan pada kasus perdarahan
postpartum dalam kondisi emergensi yang membutuhkan pertolongan
segera. Asuhan keperawatan pada fase akut bertujuan meningkatkan
kesehatan ibu perdarahan postpartum secara biologis, psikologis, sosial,
kultural, dan spiritual. Asuhan keperawatan fase pemulihan juga perlu
diberikan pada kasus perdarahan postpartum. Teori keperawatan

26
Conservation Levine sesuai diaplikasikan pada kasus paska perdarahan yang
membutuhkan keseimbangan energi untuk mempertahankan kehidupannya.
Kesimpulan pada jurnal kedua adalah Teori Need for help Wiedenbach tepat
diterapkan pada kasus klien dengan perdarahan fase akut untuk membantu
ibu mengatasi masalah kegawatan yang sedang dialami.

27
BAB III PENUTUP

3.1. kesimpulan
Haemoragic post partum adalah suatu perdarahan yang bisa disebabkan
oleh atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir dan kelainan
pembekuan darah yang biasa terjadi 24 pertama pasca partum dan 24 jam
setelah pasca partum.
Asuhan keperawatan yang bersifat segera (here and now) perlu diberikan
pada kasus perdarahan postpartum dalam kondisi emergensi. Teori
keperawatan “Need for Help Wiedenbach” sesuai diaplikasikan pada kasus
perdarahan postpartum dalam kondisi emergensi yang membutuhkan
pertolongan segera. Asuhan keperawatan pada fase akut bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu perdarahan postpartum secara biologis,
psikologis, sosial, kultural, dan spiritual. Asuhan keperawatan fase pemulihan
juga perlu diberikan pada kasus perdarahan postpartum. Teori keperawatan
Conservation Levine sesuai diaplikasikan pada kasus paska perdarahan yang
membutuhkan keseimbangan energi untuk mempertahankan kehidupannya.
1.2. Saran

Perawat perlu mengaplikasikan teori keperawatan dalam memberikan


asuhan keperawatan yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Penggunaan teori keperawatan need for help Wiedenbach dapat
memfasilitasi klien dalam memenuhi kebutuhan biologi, psikologi, sosial,
kultural dan spiritual pada klien dengan perdarahan post partum fase akut

28
Daftar Pustaka

Armini, N. K. A., Ynitasari, E., Triharini, M., Kusumaningrum, T., Pradanie, R.,
& Nastiti, A. A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Maternitas 2. In Fakultas
Keperawatam Universitas Airlangga (Vol. 1).
Sunarno, R. D., Setyowati, & Budiati. (2014). Penerapam Teori Keperwatan Need
For Help Wiendebach Dan Conservation Leevine Pada Asuhan Keperawatan
IBU Perdarahan Post Partum.
Http://Ejournal.Umm.Ac.Id/Index.Php/Keperawatan/Article/View/2348, 5(2),
185–191.
Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
( SDKI ),Standar luaran Keperawatan Indonesia ( SLKI ) dan Standar
Intervensi Keperwatan Indonesia ( SIKI ).
Winarti, R., & Tri Budiati, S. (2018). Aplikasi Model Need For Help
Wiendenbach Pada Ibu Dengan Perdarahan Post Partum. JURNAL ILMIAH
KEPERAWATAN ALTRUISTIK, 1(1), 31–39.
https://doi.org/10.48079/vol1.iss1.20

29

Anda mungkin juga menyukai